Chereads / Tinta ASA / Chapter 2 - Diari Tidung

Chapter 2 - Diari Tidung

"Cinta, kata khas penuh makna, jika ditunggu dia tak datang, jika tak dianggap dia selalu ada."

"Love, a special word full of meaning, if awaited he does not come, if not considered he is always there."

Brumm, mobil sedan itu melaju cukup kencang menuju pulau tidung, pulau cantik nan menawan itu semakin terlihat mempesona dibalut pantai pasir putih yang menyatu dengan laut birunya yang tenang. Diliriknya dari sisi kanan kursi sopirnya, wajah cantik itu mengembangkan senyum simpul seketika dilihatnya pulau itu telah berada di depan mata. "Kau teramat cantik" ujar Reihan lirih, "Hah apa, aku tak dengar?" timpal Binay, "ti. ti. tidak apa-apa, lautnya cantik" jawab Reihan. Jawaban itu cukup melegakan bagi Binay, namun tidak bagi Maya (Mayanda Anri). Nampaknya gelagat aneh Reihan sedari tadi disadari olehnya, matanya melirik tajam pada Reihan. "Apa lihat-lihat?, yuk turun aja" Reihan sengaja mengatakan itu untuk mengalihkan perhatian Maya.

"Nay, tungguin kita dong" teriak maya, nampaknya Binay memang sudah menanti-nantikan suasana ini, hanya sekedar menunggu sahabatnya itu mengambil tas dan mengunci mobil saja dia sudah tak tahan. "Kalian berdua jalan sendiri saja yaa, gue mau ke seberang, jangan ikut, gue mau sendiriiii!", seperti biasanya selama 2 tahun ini Binay memang sering pergi ke pulau ini hanya untuk menyendiri, menuliskan asa di dalam buku bersampul kuning yang tak pernah lupa ia bawa di dalam tas selempang coklat kesayangannya. Buku itu seperti jimat yang tidak boleh di lupakan.

"Nay, gue ikut" Reihan melangkah cepat mengejar Binay, namun terhenti dengan tarikan tangan dari Maya "Mau kemana loe?, disini aja sama gue". "Tapi may, nanti dia pasti nangis lagi" jawab Reihan, "gak papa, biarin dia nangis, dia punya kehidupan yang harus dia hidupkan sendiri, hatinya perlu sembuh", Reihan terdiam, batinnya sakit seketika membayangkan Binay yang menangis sendiri dibibir pantai, namun jika difikir kembali kata-kata Maya memang benar, Binay bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Buktinya hari ini Binay bisa memberikan senyum simpul kepada semua orang yang ditemuinya, sikap ramahnya sudah kembali setelah keterpurukan itu yang membuat Binay mengurung diri, tak doyan makan, badannya semakin kurus kering, sakit-sakitan dan terus-terusan menyalahkan diri sendiri atas segala kejadian dan patah hati yang dialaminya. Dia sedang dalam proses berdamai.

***

"Dear Pulau Tidung, aku kembali, apa kau masih mengingatku? Pasti tidak yaa, hahahaa.. memangnya aku sosok sepenting apa hingga kau harus mengingatku. Jutaan orang atau bahkan milyaran orang pernah mengunjungimu, dan aku hanya sebutir diantara orang-orang itu. Tapi Tidung, kau harusnya tetap mengingatku, karena akulah sosok orang langkah yang selalu datang kesini untuk menumpahkan air mata dan menuliskan diari rindu bersamamu. Diari rinduku tentang Juang.

Dear Pulau Tidung, hari ini aku merindunya kembali. Menurutmu, apakah dia juga merinduku? Atau hanya aku yang merindunya terlalu?. Sejak perpisahan kita dua tahun lalu, apakah dia masih sering kesini? Ditempat ini? diposisi duduk ini?.

Kau pasti ingat Tidung, dulu kita sering kesini untuk mengunjungimu, meskipun sekarang kita tak lagi bersama, tapi tolong doakan yaa Tidung, semoga esok kita akan dipertemukan kembali, dan kita akan kesini lagi membawa kabar gembira untukmu."

***

Dimasukkanlah jimat itu dalam tas, lalu berdiri, beranjak dari posisi duduknya yang teramat nyaman, kemudian berlalu menghampiri kedua temannya yang sedari tad dia tinggalkan diseberang berdua diseberang.

Disisi lain sosok lelaki tegap itu datang, menghirup udara segar pantai sembari menenteng kresek. Merapikan baju kemudian duduk dibibir pantai, persis dimana letak bekas duduk Binay. Dibukanya kresek itu, ia keluarkan sebatang ice cream cone rasa strawberry.

"Hai Tidung, aku kemari lagi sebentar, numpang makan ice cream" sapanya, kemdian menghabiskan ice cream itu dan segera berpamitan "Tidung, ice creamku sudah habis, aku pulang dulu yaa", beranjak pergi, namun terhenti dan membalikkan badan kembali "oh yaa, trimakasih infonya, aku tadi seperti melihatnya disini" Raut wajah bahagia dan kecewa itu dia pancarkan bersamaan.

Di seberang pulau, "Ayok woi kita makan, laper nihh" perut Reihan tak mau berkompromi. "Makan aja sendiri! Kita mau foto-foto dulu. angelnya lagi bagus nihh," namanya juga wanita, tidak lengkap rasanya jika pergi jalan-jalan tapi melewatkan untuk mengabadikan moment. Reihan yang sedari tadi ingin makan akhirnya membatalkan keinginannya tersebut, bukannya sudah tidak lapar lagi, namun dia tidak mau makan sendiri, fikirnya dia akan terlihat sangat melas karena kejombloannya. Maka ia putuskan untuk duduk sebentar mengawasi kedua sobatnya sedang asik sembari menikmati jajanan pentol yang ia beli dari mamang-mamang yang tadi jualan keliling lewat di depannya. Mata Diposisi duduknya dibawah pohon cemara, Reihan melihat keadaan sekitar. Awalnya biasa saja sebelum akhirnya dia menangkap sosok orang yang tak asing baginya sedang berdiri jauh sembari mengarahkan sudut pandangnya kearah sosok wanita berdress kuning motif bunga Lili itu. Jaraknya memang jauh, tapi lumayan ketara jika dia memanglah sosok lelaki itu, lelaki yang amat sangat dirindukan oleh Binay.

"Ha. Hay.. kau" menyadari teriakan Reihan, Juang lari sekecang-kencangnya meninggalkan tempat itu, tidak boleh, tidak boleh jika Binay sampai melihatnya, itulah yang terbesit dalam fikiran Juang. "han, loe manggil siapa?" tanya Binay, "Bu, bukan siapa-siapa kok" jawab Reihan, sekali lagi Maya melirik tajam Reihan tanda curiga.

Dilihatnya punggung seseorang pria berkaos polos hitam bertopi maroon sedang berlari menjauhi ketiganya "Punggungnya tidak asing" ujar Binay, "Ahh, loe mimpi kalii, yok pulang aja, udah selesai kan foto-fotonya" bergegas merangkul tubuh Binay agar tak melihat terlalu jelas sosok yang dilihatnya itu. "Lah, katanya loe tadi mau makan" tanya Maya, "Udah ngak mood", "Yee, gitu aja ngambek, huuuu".

Sebenarnya bukannya ngambek atau sudah tidak lapar lagi, hanya saja jika terlalu lama disini Reihan takut Binay akan bertemu lagi dengan sosok Juang. Binay pasti luluh, dan dia akan kehilangan kesempatan untuk melabuhkan hatinya lagi.