"Hobiku adalah kegemaranku dan kau adalah salah satu unsur terpenting didalamnya"
"My hobby is my passion and you are one of the most important elements in it"
Lembaran kertas putih berserakan, kuas, pallet, cat acrilic, dan air. Warna kuning digoreskan ke kanan, ke kiri, atas, bawah, digoreskan lagi warna hijau, diberi sentuhan warna coklat dan merah, backgroun biru bergradasi putih, garis tepi hitam, dan "Tadaaa, bunga matahari pagi sudah jadiii" mengusap keringat menggunakan pergelangan dengan jari jemari yang masih memegang erat kuas. Baju putih yang ia digunakan sudah tidak bisa dikatakan putih lagi, berbagai warna sudah tertorehkan disana menambahkan nilai estetik dari baju kesayangannya itu. baju yang selalu ia gunakan jika akan menggoreskan cat, entah dikertas, dikanvas, digelas, atau bahkan di dinding kamarnya. Itulah aktivitas yang sering dilakukan oleh Binay diwaktu senggangnya. Maklum saja Binay memang mantan mahasiswi jurusan seni rupa di Universitas terkemuka Daerah Istimewah Yogyakarta. Title S1nya itu sebenarnya Sp.d (sarjana pendidikan), namun cita-citanya sedikit tidak sinkron, dia lebih suka mengkreasikan hal-hal simpel dan sederhana dari pada mengajar yang menurutnya semakin kesini semakin ribet dan saklek harus mengikuti aturan yang ada. Karena tak mau menyia-nyiakan ilmunya, dia memutuskan untuk tetap mengajar, namun bukan disekolah formal, dia memilih mengajar di sekolah non-formal, pikirnya dia bisa belajar sambil bermain.
Pintu gerbang dibuka, berjalan lurus melewati taman mini depan rumah sembari memandangi bunga-bunga matahari yang sudah bermekaran, terlihat indah. Didepannya kini telah terpampang pintu rumah yang daun pintu sebelah kanannya telah terbuka, tanpa berfikir panjang langkah kaki itu mengarah masuk dan "Byurrr" kaki itu menendang seember air. "BINAYY" teriak mama, Binay segera berlari dari dapur menuju ruang tamu sembari menenteng sebungkus roti selai strawberry, "Iya maa" jawabnya. Seperti yang ia duga, mamanya pasti akan mengomel seperti rumus matematika (Panjang x Lebar x Tinggi) saat itu. Bukan tanpa alasan, karena memang sedari awal Binay sudah diperingatkan mamanya untuk tidak meletakkan barang apapun itu sembarangan, terutama di ruang tamu. Mama sudah hafal dengan kebiasaan Binay yang ceroboh itu, dan kecerobohannya itu seringkali berimbas pada orang-orang disekitarnya, terutama sang mama. "Maaf maa" sembari menundukkan kepala dan memposisikan badannya duduk di sofa samping kirinya. Seperti biasa, sang mama memang tidak tega memarahi anak kesayangannya terlalu lama "Yaudah beresin ini, habis itu ajak Maya makan! di dapur ada ayam rica-rica" kemudian berlalu.
Maya yang sedari tadi duduk manis menemani Binay menggambar hanya bisa melongo ketika mama Binay marah kepada anaknya. Menghembuskan nafas lega "Gila loe Nay, gue berasa jadi patung disini, takut gue" sahut Maya sembari melirik kearah pintu memastikan mama Binay sudah pergi. "Hehee maap" jawab Binay santai. Mendengar jawaban Binay tadi membuat Maya geram dan melemparkan sebotol cat acrilic warna merah yang sedari tadi dipegangnya. "Aduoh sakit tau" nampaknya lemparan Maya tepat sasaran terkena kepala Binay. "Udah jangan lebay, ayok makan, gue udah laper" sembari menarik tubuh Binay. "Perasaan yang punya rumah gue, kok jadi dia yang ngajak" kata-kata itu terlintas dikepala Binay.
"Ting tong.. Ting tong.. Pakettt" Binay segera berlari keluar rumah menghampiri kurir yang sedari tadi memanggilnya dari depan pagar. Setelah menerima paket itu, ia masuk kembali ke rumah, "Loe beli apa Nay?" tanya Maya. Binay mengangkat pundaknya tanda tidak tau, memang benar Binay tidak membeli barang apapun, orang tuanya juga anti dengan yang namanya membeli barang secara online, bisa saja adiknya, tapi adiknya itu sedang menyelesaikan studynya di Surabaya. Sempat ia menolak paket tersebut, namun bapak kurirnya memaksa dan mengatakan bahwa ini alamat yang benar dan atas nama yang benar pula. Karena kasihan melihat sang bapak kurir yang sudah tua, maka dengan terpaksa Binay memutuskan untuk menerima paket tersebut.
"Gue buka yaa?" tanya Maya, "buka aja, nanti isinya buat loe" jawab Binay tidak perduli. "Seriusly?" tegas Maya, "yes baby" timpalnya. Bukan tanpa alasan, tapi memang akhir-akhir ini terhitung sudah tiga kali dia mendapatkan paket misterius yang setelah dibuka ternyata berisi setangkai bunga mawar merah dan sepucuk surat tanpa identitas. Bukannya membuatnya senang, tapi malah membuatnya risih dan untuk keempat kalinya dia mendapatkan paket yang entah kali ini berisi apa. "Paling juga isinya sama kayak kemaren" pikirnya dalam hati.
Proses membuka paket itu cukup menyita waktu, selotip yang digunakan untuk melapisi paket tersebut teramat rapat hingga sulit untuk dibuka, karena putus asa Maya mengambil cutter untuk menyobek selotip paket tersebut. Setelah seluruh lapisan terlepas dan tinggal menyisakan sebuah kardus, perlahan Maya membukanya, "Nay-nay, isinya cuma beginian, kan gue gak bisa ngelukis kayak loe" merengek kesal sembari menunjukkan sebuah kuas dan sebuah bulpoin kepada Binay. Binay terperanjat dari posisi duduknya "Mana.. ada suratnya ngak?" tangan Binay secepat kilat merampas kedua benda tersebut dari tangan Maya, kemudian sibuk mencari-cari catatan pada kardus pembungkusnya, namun setelah dibolak balik kardus itu hasilnya tetap nihil, ia tidak mendapatkan catatan apapun. Kecewa, sembari menggenggam kedua barang tersebut dengan teramat erat, air matapun mengalir deras dipipi Binay, dan Maya hanya bisa diam sembari memeluk Binay. Ia menyesal telah menunjukkan isi paket tersebut. Sudah lama ia mengenal Binay, tentunya ia faham dan mengerti duduk permasalahan yang membuat sahabatnya itu tiba-tiba menangis.
***
Toko Perlengkapan Kesenian di Jakarta BAS (Black Art Shoop), 17.30 WIB. Pria bersetelan kaos oblong putih dengan celana dan jaket jins itu mondar mandir diantara deretan kuas, cat acrilic, cat air, dan cat minyak, ia nampak kebingungan. "Cari apa mas? mungkin bisa saya bantu" tanya salah satu staff toko tersebut. Merasa benar-benar awam, pria itu akhirnya mengambil kesempatan itu "Eh iya kak, bisa rekomendasikan saya alat seni yang bagus ngak?" jawabnya. "Mari saya tunjukkan" sembari mengisyaratkan sang pelanggan untuk mengikuti langkahnya.
Dilihatnya kuas berwarna dasar hitam itu dalam sebuah etalase kaca, disampingnya pula ada sepasang bulpoin berwarna kuning sedikit mengkilap seperti warna emas. Kedua benda itu nampak amat mempesona, matanya melihat tajam "Kak, saya mau yang ini yaa," sembari menunjuk dua bulpoin itu. "Maaf kak, yang ini sudah dipesan oleh orang lain. Kakak bisa pilih yang lainnya" jawab staff tersebut. Pernyataan tersebut tidak serta merta membuat lelaki itu berhenti menginginkan bulpoin itu dan mencari barang yang lain. Dibujuknya staff tersebut hingga akhirnya luluh. Lelaki itu bertekad akan membayar bulpoin tersebut secara cas, langsung, sedangkan pelanggan lain yang telah memesannya baru sekedar memesan, belum membayarnya secara penuh. Setelah pembayaran, bulpoin itu dibungkus rapi dalam sebuah kardus cantik khusus dari pabriknya, kemudian dibungkus lagi dengan tas kain berlabel Jkt BAS.
Ditentengnya tas itu dengan raut wajah yang teramat bahagia menuju keluar toko dari pintu utara. Dari pintu selatan masuklah sosok wanita cantik berwajah anggun, memakai midi dress putih berlapis sifon yang kemudian dibalut jaket jins. Wanita itu melangkah yakin menuju ruang staff bagian pemasaran, ia menanyakan barang yang sudah ia pesan hari kemarin, namun mengecewakan barangg itu sudah dibeli oleh orang lain. Staff itu berkali-kali minta maaf padanya, namanya juga Binay, dia bukan sosok wanita yang akan memaki-maki orang hanya untuk suatu barang. "Kak kalau kuas hitam yang ada di etalase sampingnya dimana?" tanyanya. "Maaf kak, kuas itu juga dibeli sekalian sama masnya yang tadi" jawab sang staff. Binay sekali lagi menghembuskan nafas kecewa. Dia putuskan untuk membeli barang lain, ia segera membayarnya dan pergi meninggalkan toko tersebut.
"Kadang yang kamu mau memang tak bisa kamu miliki begitu saja meski menangis darah. Namun jika memang takdir berkata milikmu, tanpa dimintapun akan datang sendiri sebagai bagian yang harus kamu miliki dan jaga sepenuh hati."