"Apa kau ingin aku mendefinisikan tentang sebuah kebahagiaan besar dihidupku? Tak perlu saja yaa. Aku yakin esok engkau akan tau sendiri bagaimana rasanya. Karena kita punya periode bahagia masing-masing."
"Do you want me to define a great happiness in my life? You don't need to. I believe tomorrow you will know for yourself how it feels. Because we have each other's happy periods."
"Cinta ini,
duk tek duk duk tek,
kadang-kadang tak ada logika,
duk tek duk duk tek,
seperti sebuah hasrat dalam hati
duk tek duk...."
PLETAKKK, suara gayung itu melayang dari dapur ke depan kamar mandi. "Diem, Brisik!!!" teriak Juang. Ia merasa terganggu dengan suara Dio dan Amir yang sungguh seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
Siang itu Juang baru saja pulang ke kontrakan dan merebahkan badannya, setelah 2 hari 2 malam dia begadang dikampus mengerjakan even yang diadakan oleh jurusannya. Seharusnya saat ini dia ingin tidur selama mungkin, namun tak bisa karena terganggu oleh suara cempreng kedua temannya itu dari kamar mandi.
"Yo, jidat gue benjol, huhuhuuu" Curhat amir pada Dio sembari mengusap-usap jidatnya. "Wkwkkk, untung gue tadi di dalem, jadi kagak kena lempar" sahut Dio tanpa iba. "Temen laknat. Udah ah, gue mau minta pertanggungjawaban si Juang aja." Amin berjalan cepat menuju kamar Juang. Dio sebenarnya ingin menghentikan langkah Amir, tapi di urungkannya. Dia terlanjur berfikir betapa serunya melihat Amir masuk kedalam kandang beruang yang ingin berhibernasi. Sungguh betapa setannya dia sebagai sosok teman.
Tiba di depan kamar nomor 1 dekat pintu keluar itu, nampaknya nyali Amir menjadi ciut seketikasaat ia melihat wajah capek Juang yang sedang terlentang di kasurnya. Ia mulai menyadari, jika sampai dia mengganggu beruang itu, sudah pasti dia akan dicabik-cabik seluruh anggota tubuhnya, habis tak tersisa. Hikss, membayangkannya saja bulu kuduknya berdiri. Disisi lain dio berdiri melihat keadaan, dia menunggu kejadian hebat, namun ternyata kaki Amir melangkah mundur, "Aish, gk jadi deh" batinnya.
Amir dan Dio adalah teman satu kontrakan Juang, banyak orang menyebut mereka bertiga sebagai sahabat, tapi mereka akan menjawab tidak secara tegas "Gue gk mau ah punya sahabat kayak mereka, gak sudi!". Tapi kalian pasti pernah mendengar istilah "Lain di mulut, lain dihati" itulah yang membalut hubungan ketiganya. Pada akhirnya mereka masih bersama hingga sekarang.
Saat SMA mereka memang mempunyai geng tanpa nama, yang beranggotakan lima orang yaitu (1) Satya Juang sebagai anggota tertua, (2) Johan Amirullah, (3) Alexadio Romli, (4) Bayu Nandahaikal, dan yang tercantik diantara mereka yaitu (5) Aronika zoya, sekaligus anggota termuda. Selama kurang lebih tiga tahun mereka selalu runtang-runtung bersama. Namun di tahun 2014, geng mereka harus menerima pembubaran untuk melanjutkan cita-cita masing-masing. Juang dan Dio yang memutuskan untuk mendaftar kuliah di Universitas Negeri terkemuka di Yogyakarta, Bayu memutuskan untuk meneruskan usaha kafe ayahnya yang telah berpulang ditahun itu pula, Ara yang berkepribadian cukup manja tentu saja melanjutkan kuliah ditempat ia tinggal dan dilahirkan yaitu Jakarta, sedangkan Amir, dia kebingungan harus memilih jalan seperti apa. Akhirnya dia memilih untuk melanjutkan sekolah kedinasan di Bandung. Dengan postur tubuhnya yang tinggi dan gagah itu, tentu saja ia dengan muda diterima. Namun itu tidak bisa bertahan lama, hanya sekitar setengah tahun, Amir sudah terhitung dua kali masuk IGD. Hal itu membuatnya memutuskan untuk mundur dan mencoba mengikuti jejak kedua temannya yaitu Juang dan Dio. Usaha keras ia lakukan, dari segala tes ia jalani. Awalnya ia mulai pesimis karena selalu gagal, namun pada akhirnya usahanya itu berbuah manis, ia diterima di Universitas tersebut, tepatnya di Jurusan Pendidikan Seni Rupa tahun 2015.
"AKH, loe ketrima di Univ gue?, males banget gue ketemu loe tiap hari," bual Juang.
"Temen LAKNAT loe," jawab Amir.
"Wkwkwkkk.." tawa mereka renyah (Juang, Amir, Dio).
***
17.05 WIB. Badan lelaki itu digoyang-goyangkannya secara perlahan, namun tak ada respon sedikitpun. Digoyang-goyangkannya kembali lebih keras dan lebih keras lagi, tapi tetap saja hasilnya sama. "Woi mir," panggil dio saat melihat Amir yang berjalan melalui keduanya dari bilik pintu kamar. Sembari menenteng handuk, amir mendekat "Apa?". "Nih anak kayak mayat, gk bisa di bangunin" lirik dio pada Juang yang masih saja terlelap tidur. "Gak usah dibangunin dah," sahut amir dan langsung pergi begitu saja. Dio kesal, pikiran setannya berkata bahwa biarkan saja, namun sisi malaikatnya bilang sebaliknya. Seorang Juang meskipun sering sholat diakhir-akhir waktu, tapi dia tidak pernah meninggalkan sholat. Jika sampai Dio tidak membangunkannya, pasti akan ada badai besar menerjang kontrakan ini.
Kurang lebih 5 menit Dio hanya diam dan memikirkan cara untuk membangunkan beruang itu, hingga datang Amir, "Awas-awas.." menyuruh Dio untuk mundur. Dibisikkannya pada telinga Juang "Sholat sholattt. Anda bangun atau masuk neraka!" sontak badan itu bangun dan berlari kencang ke kamar mandi mengambil wudhu. Melihat kejadian itu Dio hanya bisa melongo, sedangkan Amir seperti biasanya memberikan senyum bangga banyak sombongnya.
Seusai sholat Ashar sekaligus Maghrib, Juang menghampiri kedua temannya yang saat ini sedang asik menonton TV serial cartoon dua anak botak dari Malaysia. "Aish, thank you gais udah bangunin gue," ucap Juang tulus. "Iyee, same-same, yang penting dapet mie ayam. Iya kan yoo" kode keras dari Amir, yang disambut anggukan pelan dari Dio yang lebih fokus melihat tayanga kesukaannya itu. "Iya oke, habis ini kita berangkat habis gue mandi," Dio dan Amir saling pandang, tak menyangka kode mereka itu akan berhasil. "Tuh anak kesamper petir dimana yakk, tumben-tumbenan kagak pelit?" tanya Dio pada Amir.
***
Beberapa hari ini perilaku Juang sedikit berbeda, hal itu disadari oleh kedua sahabatnya. Seorang Juang jarang sekali bermain hp kecuali ada hal yang penting, namun kali ini berbeda, ia sering sekali mengecek hpnya, kemudian senyum-senyum sendiri, hpnya yang tidak pernah bersandi sekarang ada sandinya. Pernah sekali Dio memergokinya menstalker Instagram seorang wanita, tapi ia tak melihat secara jelas wajah wanita itu siapa. Karena rasa penasarnnya yang tak tertahan, setelah makan mie ayam, kedua sahabatnya itu mulai menyidang Juang. Seperti biasa Juang tidak akan buka mulut, tidak ada sedikitpun jawaban yang menjawab rasa penasaran mereka. "Aish, capek hue nanya orang tua satu ini." Ucap Amir sebal. "Udah, pulang aja yokk", ajak Dio.
Perut ketiganya nampaknya benar-benar kekenyangan. Bagaimana tidak, malam ini mereka masing-masing makan dua porsi mie ayam plus telur puyuh. "Gue tidur dulu yak, masih ngantuk banget" pamit Juang, kemudian disusul oleh dio dan Amir Masuk ke kamarnya masing-masing. Seharusnya malam ini ketiganya tertidur pulas, tapi hal itu hanya berlaku untuk Juang, sedangkan Dio dan Amir hampir tak bisa tidur karena penasaran. Amir mengendap-ngendap keluar dari kamar nomor 3 melewati kamar nomor 2 yaitu kamar Dio. Diopun mengikutinya dari belakang sampai pada kamar Juang. Dilihatnya Juang benar-benar terlelap. Tanpa basa-basi keduanya segera mencari dimana letak hp milik Juang. "Hei.. kalian mau ngapain?" panggil Reno, teman sekontrakannya juga yang tinggal di kamar nomor 4, kebetulan dia baru saja keluar dari kamar mandi. "Stt.. diem, pelan-pelan!" Jawab Amir. Renopun langsung masuk kekamarnya tak perduli, ia sudah tau kalau kedua orang itu memang suka sekali menjaili Juang, dan sebaliknya Juang juga seperti itu.
"Nih hpnya." Dio menemukan dibalik bantal.
"Ada sandinya cui, gimana kita bukanya?" Amir.
"Loe punya bedak gak?" tanya Dio balik.
"Yaa kagak lahh, gue masih normal" jawab Amir nyolot.
"Yaudah kalo gitu syukur deh," Dio.
"Coba loe cariin tepung di dapur mir!" suruh Dio.
"Buat apa?, kita kan kagak mau masak!" jawab Amir tanpa beranjak.
"Udah cepet!! Gue tunggu." Dio
"Iye iyeeee," Amir segera beranjak.
Diambil sedikit tepung, kemudian ditaburkan kelayar hp itu. Fiuhhh, ditiupnya tepung itu hingga tersisa tipit menempel pada layarnya. Digerakkan jari telunjuk dio pada nomor 5-2-3-4-8. "Layar terbuka. Amir merasa kagum, bagaimana bisa Dio sosok pendiam itu bisa punya cara secerdik ini. Tanpa basa basi lagi, keduanya segera mencari menu Watsapp, dilihatnya ada pesan wanita disana, bukan hanya satu, banyak. Tapi dari sekian banyak pesan wanita, hanya ada satu pesan yang disematkan dengan nama "Sun.Nay" foto profil bunga matahari. "Aish, ini mah kita gak dapet petunjuk apapun." Ucap Dio. "Dibuka aja chatnya!" tegas Amir. Namun "Pletakkk,' kepala itu dipukul pelan oleh Dio. Sepenasaran-penasarannya Dio masih menghormati yang disebut dengan prifasi. "Kita buka Instagramnya aja, kemaren gue lihat dia buka profil Instagram cewek" ujar Dio, dibalas anggukan cepat dari Amir. Dibukanya Instagram itu pada kolom pencarian, tepat dibagian paling atas, baru-baru ini dilihat tertera akun @A.Binaya. Mata Amir melotot tak percaya, apa benar dugaannya. Spontan Amir merogoh hp dari sakunya, mencari-cari satu kontak, dan mencocokkan profilnya. Melihat gelagat Amir, Dio sedikit kebingungan tak mengerti. "Ini temen kelas gue Yo", pernyataan itu membuatnya faham.
___________________________________
Thanks for reading
happy everiday
love you 💛🧡