Februari 2016.
Telephone berdering "triririring..triririringg..". Dihentikan laju motor itu, dirogohnya sebuah hp dari saku celananya.
"HALO, ADA APA WOE?" dengan suara agak keras.
"GAK USAH NGEGAS KALIII!" Amir.
"BUKAN NGEGAS WOE, INI LAGI DIJALAN, KAGAK KEDENGERAN KALO GAK GINI" jawab Juang.
"Loe lagi jalan ke JNM kan?" Amir.
"IYEE, KENAPE?" Juang.
"Nanti loe lewat Malioboro yakk, jemput temen gue, habis ini gue kirim watsappnya sama fotonya!" perintah Amir.
"TAA...." Juang.
"Tutt.. Tutt.. Tut.." belum usai Juang bicara, namun panggilan sudah dimatikan. "Aish bikin kesel aja" gumam Juang sembari memeriksa pesan watssapp dari Amir, kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.
***
Malioboro. Pikiran wanita itu mulai kacau, sedari tadi dia hanya duduk dipinggir jalan yang sedang ramai dengan lalu lalangnya kendaraan lewat, pengunjung dan penjual asongan. Di lirik jam tangannya sudah menunjukkan waktu 19.13 WIB. Hp yang ia pegang sedari tadi tidak berhenti berdering, mulai dari pesan singkat, pesan beruntun, hingga telephone ia terima dari teman-temannya. Semuanya menanyakan keberadaan Binay, apa yang sedang Binay lakukan, kenapa Binay belum datang, dan mengingatkan bahwa jadwal pembukaan pamerannya itu akan segera dimulai.
Bukannya tanpa sebab Binay benar-benar dicari. Karena acara pameran seni rupa itu tidak bisa dibuka tanpa ada Binay. Binay sendiri telah dipercaya untuk menjadi MC () yang bertugas untuk membuka acara pameran tersebut. Namun beberapa menit sebulum acara batang hidung Binay belum juga kelihatan. Sebelum itu Binay memang sudah stay disana, tapi ia pulang dulu untuk mandi, sekaligus ganti dress code. Saat diperjalanan kembali ke JNM (Jogja Nasional Museum) tempat pameran itu berlangsung, motor yang sedang ia kendarai tiba-tiba dihapit oleh motor lain yang melaju kencang, soktak dia kaget dan oleng menabrak trotoar. "BRAKKK," suara itu amat keras hingga mengalihkan perhatian beberapa pengunjung dan penjual disana. Beberapa orang mengangkat tubuh itu yang sebelumnya terpental ke tengah jalan raya menuju ke tepian, satu dua orang sibuk mendirikan motor dan mencarikan Binay minum, dan sebagian besar yang lain menjadi penonton, bahkan beberapa malah mengabadikan momen.
Setelah kejadian itu, Binay segera memberi kabar kepada Amir. Ia menjelaskan segalanya, dan mengusulkan untuk mencarikan pengganti. Ia sadar, dikondisinya saat ini dia tidak akan bisa datang tepat waktu. Amir tentu saja memaklumi, dan malah lebih menghawatirkan Binay. Sebenarnya ia ingin menjemput Binay, namun disisi lain dia posisinya disana sebagai si Acara, jadi dia harus stay dan mengatur acara disana. Sempat ia ingin menyuruh temannya yang lain untuk menjemput Binay, namun Binay melarang "Jangan bilang anak-anak kalo gue kecelakaan, gue gak kenapa-napa, cuma sedikit lecet sama kaget aja. Loe Cuma boleh bilang sama Noura aja, soalnya dia yang bakal gantiin gue!" tegasnya.
Karena tak tega, meskipun dilarang, Amir tetap menyuruh orang untuk menjemput Binay, dan kali ini Binay tidak bisa menolak, karena orang yang dipinta Amir bukanlah anggota pameran ataupun pengunjung yang sudah ada disana untuk menikmati pemeran, orang yang dimaksud Amir memang mempunyai tujuan yang sama dengan Binay, dan dia sebentar lagi juga akan lewat malioboro, lokasi Binay kecelakaan.
***
Juang melajukan motornya cukup pelan, sembari melihat layar ponselnya yang ia tempelkan di kepala motor itu. Dipampangnya foto seorang wanita di layarnya, ia sedang mencari wanita itu. Kemudian dihentikannya laju motor itu seketika ia melihat ada sosok wanita yang terlihat lesu duduk dibawah lampu jalan. Wajahnya nampak lesu, dan pipinya merah sedikit ada goresan, meskipun begitu ia tetap terlihat amat cantik berbalut kaos pendek warna Kuning, dikombinasikan dengan deker dan rok midi bahan sifon warna putih . Setelah dilihat-lihat lagi, wajah wanita itu tidak asing, sama persis dengan foto orang yang sedang ia cari.
"Hallo.." sapa Juang.
"Iya, ada apa mas?" Binay mendongakkan kepalanya, melihat dengan tatapan mata sipit karena terkena silaunya lampu jalanan.
"Perkenalkan namaku Juang, Satya Juang. Kamu cantik, kamu pasti Binay," sembari mengulurkan tangannya, yang kemudian disambut dengan uluran tangan Binay "Iyaa, Abinaya Ayudisa".
Binay menyadari, pasti orang ini yang dimaksud oleh Amir. Tanpa pikir panjang ia mengikuti arahan dari Juang untuk naik ke motornya. "Kamu kenapa, kok luka?" tanyanya untuk mencairkan suasana. Juang tidak buta, dia tau bahwa wanita yang sedang ia bonceng tersebut habis kecelakaan hanya dengan melihat luka-lukanya. "Hehee, tadi nabrak trotoar" jawab Binay. "Yaudah, pegangan yaa, gue mau ngebut!" pinta Juang, kemudian segera melajukan kendaraannya lebih cepat lagi.
Jalanan saat itu cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan. Sehingga, secepat apapun motor itu dilajukan tetap tidak bisa sampai tempat tujuan tepat waktu. Disisi lain seorang Amir nampak cemas menunggu kedatangan keduanya. "Woe, bengong aje lu," seseorang menepuk punggungnya dari belakang yang sontak membuatnya kaget. "Gebetan loe kemana Mir?, kok kagak profesional banget. Udah tau dikasih tanggung jawab, kok malah ngilang gitu aja!" ucap orang itu sedikit memanas-manasi. Karena tak tahan mendengar ocehan orang itu, akhirnya mulut Amir pun bocor "BINAY KECELAKAAN, PUAS LOE!" kemudian segera menutup mulutnya. Pernyataan itu cukup keras, sehingga orang-orang disekitarnya mendengar dan mendekatinya sekaligus menghujaninya dengan beribu-ribu pertanyaan. "Kenapa gak bilang dari tadi?, kecelakaan dimana?, keadaannya bagaimana?, dia bisa jalan gak?" semua pertanyaan itu membuatnya pusing.
Tak lama kemudian, datanglah dua sosok manusia berjalan dari arah parkiran motor. Semakin dekat kedua orang itu nampak semakin jelas, tidak salah lagi mereka adalah Binay dan Juang. "Nay?, nay?, nay?, nay?," semua teman-temannya bergerombol saling menghampiri Binay dan menghujaninya dengan pertanyaan, hingga Binay sendiri tidak bisa menjawab apapun kecuali "Gue enggak apa-apa, serius!".
***
Malam ini dingin, ditariknya selimut itu hingga menutupi sekujur tubuhnya tanpa sisa. Pikirannya melayang-layang, entah mengapa wajah wanita itu tak henti-hentinya menari di kepalanya. Wanita itu cantik sekali, ia nampak begitu anggun dengan rambut sebahunya. Berulang kali ia berusaha untuk tidur, tapi hasilnya nihil, tetap saja ia tak bisa mengalihkan fokusnya pada istirahat sejak pertemuannya dengan wanita itu. Kemudian dia buka hpnya dan mengetik satu kontak dengan inisial B. Diketiknya beberapa kata "Hay, kamu udaha tidur?" kemudian delete, "Hallo, aku Juang, salam kenal" delete lagi. Nampaknya ia masih ragu untuk mengirimkan sebuah pesan pada wanita itu.
01.08 WIB, tak bisa tidur ternyata menguras tenaganya, karena itu dia memutuskan untuk berjalan ke dapur untuk membuat mie instan dan memakannya. Setelah memakan semangkuk mie instan ekstra telur ceplok itu, ia berencana untuk segera berusaha tidur lagi. Sebelum ia kembali ke kamarnya, ia berpapasan dengan Amir yang sedang menuju kamar mandi. Maklum saja kamar mandi ontrakan mereka memang terhubung dengan dapur.
"Oi Mir, ngapain jam segini loe bangun?" sapa Juang, melihat Amir yang nampak setengah sadar itu.
"HOAMMMM, gue mau ke toilet, loe juga ngapain jam segini di dapur?" tanya Amir balik.
"Hehee, gue laper" jawabnya.
"Yaudah gue kebelet nih" Amir segera berlari ke kamar mandi. Namun sebelum dia benar-benar masuk ke kamar mandi ia kembali memanggil Juang yang sedang berjalan menuju kamarnya. "Oi BRO, baru aja si Binay telfon gue, titip ucapin terima kasih ke elo karena udah bantuin dan ngasih tumpangan ke dia," Amir menyampaikan pesan tersebut dan segera menutup pintu kamar mandinya. Mendengar pesan tersebut, tentu saja membuat Juang teramat senang, dia segera berlari menuju kamarnya danmengecek hpnya. Benar firasatnya, ada dua panggilan tidak terjawab dari nomor yang ia simpan dengan nama BINAY. Ingin sekali ia menelfonnya balik, tapi durungkannya kembali mengingat ini sudah larut malam, ia biarkan wanita itu untuk beristirahat dengan mengirimkannya sebuah pesan singkat "Hai Binay, sama-sama. Semoga lekas sembuh," send.
Disisi lain, wanita itu nampak sudah tidur pulas memakai piyama putih motif bunga kecil warna kuning. Ia tak menyadari ada pesan masuk di hpnya yang berada disamping bantal.