Yogyakarta, Oktober 2017.
"Kak ambilin gunting!, eh ambilin kuas aja, itu tuh sama paletnya juga." Binay.
"Mana sih dek?" Juang.
"Disitu kak." Binay.
"Iyaa.. disitu tuh dimana?" ucap Juang sedikit geram.
"Ih, yaudah-yaudah ku ambil sendiri aja!" bibir wanita itu maju sekitar 1 centimeteran dari wujud asal. Terlihat lucu, dan menggemaskan.
"Ngambek nih yeee" goda Juang. "Udahan yaa ngambeknya. sini-sini, tadi katanya minta ditemenin nugas, sekarang kan udah ditemenin. Katanya sayang, kok malah dianggurin sihh," Memaparkan wajah melas tepat didepan wajah Binay, jika di hitung dalam skala centimeter, sepertinya wajah antara keduanya hanya berjarak kurang lebih 15 cm. Melihat wajah itu tentu saja Binay malu dan luluh. Bukannya gampangan, namun kenyataannya memang hampir semua wanita mudah luluh jika dibujuk dengan cara seperti ini.
Wanita setengah baya itu berjalan santai melewati kedua sejoli itu, kemudian melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah dan berhenti tepat di depan keduanya, "Nak Binay sama mas Juang sibuk bikin apa ini?" tanyanya. "Oh ini bu, lagi buat lukisan," jawab Binay. "Nak Binay rajin yaa mas, beruntung kamu jadi pacarnya." Pernyataan wanita itu nampaknya membuat keduanya tersenyum kikuk.
Wanita setengah baya itu adalah Ibu kos, pemilik rumah yang sedang dihuni oleh Binay. Beliau tipe orang yang ramah, dan tentunya tidak pelit seperti ibu-ibu kos yang lainnya, apalagi ibu pemilik rumah yang sekarang dikontrak oleh Juang dan teman-temannya. Juang terhitung sudah sering datang ke kosannya Binay sejak akhir tahun 2016 lalu. Itulah salah satu sebab kenapa snag Ibu kos bisa sesantai itu dan seakrab itu dengan Juang. Menurutnya Juang adalah sosok laki-laki yang baik dan sopan, image itu didapatkannya sejak pertamakali Juang kesana. Juang tak pernah lupa menyapanya, dan terhitung hampir tak pernah melanggar peraturan malam sebagai tamu. Maklum saja, kos Binay adalah kos khusus cewek, jadi ada peraturan ketat yang sudah ditetapkan sedari awal, salah satunya adalah peraturan tamu dilarang menginap dan jam tamu sampai jam 21.00 WIB. Pernah sekali Juang melanggar peraturan itu, ia datang ke kos Binay pada pukul 00.00 WIB, tengah malam. Namun itu tidak jadi masalah, karena Juang sudah izin terlebih dahulu pada sang ibu kos untuk merayakan ulang tahun Binay yang ke-20 tahun.
"Oh iya nak Binay, kapan liburan?"
"Minggu depan bu," jawabnya.
"Wahh, ada yang bakalan LDRan dong." Sembari melirik Juang yang sedari tadi sibuk berkonsentrasi memberikan warna pada selembar kertas yang telah di sketsa terlebih dahulu oleh Binay.
"Dia, terlalu focus bu, jadi ngak dengar, hihihii", ucap Binay.
"Kata siapa ngak dengar? Dengar kok." bela Juang.
"Kita ngak bakal LDRan kok bu," ucap Juang menjawab pertanyaan Ibu kos tadi.
"Lahh kok bisa?" alisnya diangkat, nada heran.
"Kak Juang tuh bu ngikutin mulu," Binay.
"Kamu ya dek, yang ngikutin aku," Juang.
"Ih, ogah," Binay.
"Yaudah jangan pulang sekalian." Juang.
Bu kos yang sedari tadi duduk disana semakin bingung dengan pernyataannya sendiri tentang siapa yang ikut siapa. Untung setelah itu, keduanya menjelaskan kepada sang ibu kos, bahwa sebenarnya mereka berasal dari kota yang sama, yaitu DKI Jakarta. Hanya saja mereka tidak pernah saling mengenal, perkenalan awal mereka di sini, di kota istimewa ini yang biasa di kenal sebagai DIY.
Hari ini ternyata berlalu begitu cepat. Tak terasa Juang hampir seharian berada di kos Binay, asik berbincang-bincang dengan Bu Narwah (nama asli ibu kos Binay), sedangkan Binay masih sibuk menyelesaikan lukisannya yang sedang kejar tayang itu. Binay tau, lelaki itu tidak akan membantunya, hanya dengan menemaninya saja itu sudah cukup, setidaknya mendengarkan gelak tawa kedua orang itu tidak akan membuatnya bosan da kesepian.
"Mamaaa," teriak anak kecil itu dari lantai bawah.
"iyaa nak, mama turun" sahutnya.
"Nak Nay, mas Juang, ibu tinggal dulu yaa. Anaknya uda rewel nyariin." Pamit bu kos.
Tinggal lah tersisa dua sejoli itu. "Dek, aku punya sesuatu buat kamu" sambil merogoh tangannya dalam saku jaket. "Apa?" jawab Binay serius dengan wajah nampak penasaran. "Mendekat sini!" Pinta Juang. Maka bergeserlah binay dari posisi duduknya mendekati tubuh Juang. Perlahan-lahan tangan itu dikeluarkan dan "Tadaa.." tak ada barang apapun, hanya tangan kosong Juang yang jari telunjuk dan jari jempolnya saling disilangkan membentuk sebuah hati kecil. Binaypun membalasnya dengan membuat hati kecil juga dari tangannya.
Merasa hari semakin petang, Juang berpamitan pulang. Tak seperti biasanya, Binay tak mengantarnya sampai depan gerbang. Wajar saja, wajah Binay memang sudah terlihat pucat kecapekan sedari tadi, jadi tak masalah jika hanya untuk turun tangga dan berjalan kedepan gerbang ia hanya sendirian. "Habis ini kamu harus minum vitamin dan minum obat yaa!" Pinta Juang, sembari mengeluarkan bingkisan kresek dari dalam tasnya. Nampaknya tadi sebelum Juang datang kesana, ia mampir toko dulu untuk membeli sebotol minuman penambah vitamin dan beberapa roti kesukaan Binay. Ia faham sekali dengan wanita satu ini, yang pasti akan melupakan jam makannya jika sedang sibuk, ditambah lagi sendirian, tidak ada yang mengajaknya makan. "Makasih kak," Ucap Binay sembari menyimpulkan senyum. "You are welcome sayang. Aku pulang yaa, jangan kangen." Jawabnya sembari mengusap-usap rambut Binay yang halus itu.
Berjalan menuruni tangga, tiba-tiba terdengar suara wanita memanggilnya. "Kakkk, bentar tunggu..", wanita itu berjalan cepat menghampirinya.
"Kak, titip ini!" Binay.
"Lah apa ini?" Juang.
"Makanan." Binay.
"Ngak usah dek, ini kamu makan aja. Masa aku baru ngasih kamu makanan, sekarang kamu ngasih makanan lagi ke aku." Jawab Juang.
"Ish, kata siapa buat kamu kak. Itu nitip kasih ke Dio sama Amir. Sekalian minta maaf karena sering kita jahilin, hehee." Jawabnya.
"Iya deh ku bawa yaa, bye-bye Binay sayang" Juang
" Bye kak," sahut Binay sembari melambaikan tangan.
Punggung yang ia lihat itu semakin jauh dan menghilang, "Huft," hembuasan berat nafas Binay. Dia tidak sedih, tapi dia juga tidak bahagia. Ada setitik rasa yang mengganggu didalam lubuk hatinya, ada bnayak kepercayaan, tapi ada juga sedikit keraguan yang mengganggu pikirannya.
***
Sampai di kontrakan, 18.02 WIB. Lampu depan belum menyala, lampu dalam rumah juga iya, dilihatnya TV menyala dengan volume yang cukup keras. Batinnya geram tidak tau keberadaan dua temannya yang abstrak itu sembari meraba-raba dinding untuk mencari tombol untuk menyalakan lampu. "AWWW" suara itu mengagetkannya, ternyata kedua temannya tersebut sedang tertidur pulas, tergeletak berjejer di depan TV, kemudian terbangun saat tidak sengaja kaki Juang menendang kepala keduanya. "Nih, ada titipan dari Binay," menyodorkan bungkusan kresek besar penuh dengan snack itu. Dengan mata sayu-sayu masih belum sadar sepenuhnya, Amir membuka bungkusan tersebut, sembari berkata "Terima kasih tuan putriku, esok akan ku jadikan kau pacarku". "Pletak," Juang melemparkan kunci motor tepat pada punggung Amir, yang sontak membuat Amir mulai sadar sepenuhnya. "Nih anak cemburu" batin Amir.
______________________________________Thanks atas segala dukungan kaliann
Love you
Ig. @putikjingga
Ttd. Putik Jingga 🧡