Chereads / Hampa & Ada / Chapter 3 - Mimpi Buruk

Chapter 3 - Mimpi Buruk

"Dunia hitam.."

"Dunia ini menarikku.."

"Menarikku ke tempat yang paling tidak ingin ku lihat, mengapa aku kembali ke tempat ini lagi, perasaan dan pikiran ini mulai bergejolak, kesedihan dan kemarahan ingin rasanya ku hapus. Tapi semuanya sudah terlambat."

"Aku harus merubah ini!!!"

***

Hampa tertidur lelap di sebuah penginapan, dan tiba-tiba dia terbangun di dunia yang sangat gelap, dia mulai bertanya-tanya, 'Sebenarnya ini tempat apa?', seketika seluruh ingatannya muncul di dunia itu, bahkan ingatan disaat kejadian itu terjadi. Hampa berkeliling melihat seluruh pecahan ingatan yang berterbangan di dunia itu, Hampa pun mulai berpikir dan bertanya pada dirinya,

"Kenapa aku sangat sebodoh ini?"

Lalu Hampa melihat satu pecahan yang sangat menarik pandangannya, dan itu merupakan ingatan sekaligus penyesalan yang sangat ingin dia rubah. Tapi tiba-tiba dunia ini bergetar dan mengalami perubahan, pecahan-pecahan yang tersebar menyatu menjadi satu ingatan yang besar. Dunia ini pun mulai berkata dari segala penjuru,

"Hampa, apa kau masih mengingatku?"

Hampa yang kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi pun menjawabnya,

"Siapa kau sebenarnya?!!, tunjukkan dirimu!!"

"Kau sangat jahat Hampa, aku kecewa.."

"Dunia ini..., apakah itu kau?"

"Siapa lagi kalau bukan, aku sudah terlahir bersamamu sejak dari awal"

"Ehh... kau bisa bicara?"

"Tentu saja bisa, kau bisa memanggilku Kali agar lebih mudah, Jadi apa kau ingin mendengar kesepakatanku?"

"Kesepakatan?"

"Iya Hampa, kesepakatan ini tentang aku, dirimu dan dirinya"

"Baiklah, akan ku dengarkan"

Hampa pun mulai mendengarkan kesepakatan yang dibuat oleh Kali, semakin lama Hampa mendengar kesepakatan ini, Hampa semakin tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kali. Tapi menurutnya ini akan menjadi kesepakatan yang terbaik untuk saat ini, dan ini akan menjadi kesempatan terakhir yang akan diterima oleh Hampa, dan jika itu gagal, maka dirinya harus menyerah dengan apa yang terjadi pada saat itu.

"Bagaimana Hampa, apa kau mau menerima kesepakatan ini?, jika iya maka sentuhlah ingatan yang terpampang didepanmu, maka hal yang kau tidak inginkan mungkin tidak akan pernah terjadi, tapi hanya ini kesempatan terakhirmu, jika kau gagal maka kau harus menyerah dengan hal ini."

"Baiklah, mungkin kali ini aku bisa merubah kejadian itu, terimakasih Kali"

"Kau tidak perlu berterimakasih Hampa, aku adalah bagian dari dirimu saat ini juga."

Lalu Hampa pun mulai menyentuh ingatan itu, seakan akan dunia mulai menariknya, dan melemparnya ke sebuah permulaan yang mungkin akan mempunyai akhir yang berbeda dari sebelumnya.

Terdengar suara Kali di dalam tubuh Hampa, dan berusaha mengingatkan satu hal,

"Hampa kau mendengarku?"

"Iya, aku mendengarmu"

"Jika kau..." Hampa mulai tidak mendengar suara Kali dan merekapun semakin tertarik dengan cepat dan terbangun di dunia yang mereka ingin rubah, dunia dimana semuanya berawal dan berakhir.

Hampa mulai sadar dan terbangun, lalu berjanji pada dirinya sendiri, agar bisa merubah semua ini. Tetapi ada satu hal yang Hampa lupakan, yaitu ingatan tentang hal sebelum kejadian itu terjadi. Kemarahan yang dia luapkan seakan menghapus seluruh ingatan yang sebenarnya.

Waktu pun mulai berjalan dan sekarang sudah tepat disaat Ada ingin menanyakan hal tentang pertemuan Hampa dengan orang itu. Dan disaat inilah ada hal yang Hampa ingin rubah dari perkataannya.

Ada pun datang menghampiri Hampa, lalu Ada mulai menanyakan hal itu,

"Hampa, kamu kenapa?, ada apa dengan raut wajahmu itu?"

"Bukan apa-apa, aku baik-baik saja"

"Jangan berbohong kepadaku Hampa"

"Aku tidak bohong"

"Hmmm...., kamu pasti berbohong lagi seperti waktu itu, kamu pasti menyembunyikan sesuatu kan?, tolong beritau aku yang sebenarnya, tolong jangan berbohong padaku, tolong jangan kamu juga"

Dengan wajah yang memelas dan mata yang berkaca-kaca, Hampa tidak bisa berbohong dengan apa yang dia ketahui, tapi Hampa menyadari kalau jika dia memberi tau kebenaran itu, maka semuanya akan berakhir. Lalu Hampa pun menjawab dengan menutupi kebohongan itu,

"Saat aku bertemu dengan orang itu, aku hanya bertanya tentangmu"

"Tentangku?, tentang apa?"

"Tentang bagaimana kamu menjalani hidupmu"

"Hmmm...?, Apa kau tau hal itu juga?"

"Hal apa?"

"Tidak bukan apa-apa, lalu apa yang dikatakan Denoma?"

"Denoma?"

"Oh itu namanya, nama orang yang kau temui saat itu"

"Ohh.. saat itu dia tidak mengatakan apapun, dia bilang itu rahasia"

"Hmmm... begitu ya"

"Kenapa dengan wajahmu itu Ada..."

"Tidak, bukan apa-apa, kamu tau..., aku sangat senang jika kamu tidak berbohong padaku, karena aku tau..." Wajah Ada mulai terlihat sedih tapi tersenyum, hal ini membuat perasaan Hampa terdesak dan tidak bisa berkata apa-apa.

Waktu tidak terasa sudah berjalan sejauh ini dan Denoma pun datang menjemput Ada lagi, dan kali ini wajah Denoma terlihat sangat marah, dan berkata dengan tegas.

"Putri, ini sudah waktunya, dan ini akan menjadi yang terakhir kali putri ketempat orang ini, aku tidak bisa mengijinkanmu lagi kembali ke tempat ini, cepat kembali..!"

"Iya Denoma, aku tau"

Hampa pun mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi, hal yang tidak pernah terjadi ini membuatnya mulai kebingungan, perasaan yang dirasakan oleh Hampa mulai bercampur aduk, dan Hampa pun berlari mengejar Ada, tapi semuanya sudah berakhir, semuanya sudah terlambat, Hampa mulai menyadari itu tapi dia tidak menyerah, Denoma pun menghalangi Hampa yang ingin masuk ke tempat Ada, dan mengatakan dengan tegas.

"Cukup Hampa, sudah cukup, waktumu bersamanya sudah berakhir, sudah tidak akan ada lagi, kalian lebih baik berpisah, kalian tidak akan bisa bersama"

Hampa pun berteriak kepada Denoma

"Apa maksudmu Denoma?"

"Sudah kuingatkan, kau tidak akan bisa melawan kehendak dari dunia ini, bukan aku.., tapi ini demi kebaikan kalian berdua, jadi kuingatkan sekali lagi untukmu Hampa, jangan pernah temui Putri lagi."

Hampa sedikit menundukkan kepala, lalu berteriak ke arah Ada secara lantang,

"Ada aku akan menemuimu lagi...!!!, aku akan selalu menemuimu"

Ada yang mendenggar itu tersenyum ke arah Hampa, tapi senyuman itu mengeluarkan setetes air dari mata Ada. Denoma pun memasang ekspresi wajah marah kepada Hampa, lalu pergi meninggalkannya.

Dunia mulai sedikit bergeser, Hampa mulai menyadari bahwa ini sedikit berbeda dari yang dulu pernah terjadi, tapi ada satu hal yang Hampa juga sadari, bahwa walau ini sudah berubah tapi semuanya tetap sama, walau dia tidak memberitau kebenaran itu, Ada sebenarnya sudah mengetahui semuanya, bahkan lebih tau dari yang dia ketahui.

Waktu pun berlalu dengan cepat, seperti yang dikatakan Denoma, Ada tak pernah terlihat lagi dihadapan Hampa. Saat dimana Hampa mulai merasa ada yang aneh, Hampa lalu menyusup masuk ke tempat Ada, diapun mencari Ada di segala penjuru tempat itu, Hampa terus mencari hingga dia menemukannya, menemukan Ada yang duduk terdiam sendirian, dan hal ini sangat aneh di mata Hampa, karena Ada adalah simbol keberadaan. Orang-orang seakan menjauh darinya.

Hampa lalu mengendap-endap mendekati Ada, agar tidak terlihat oleh Denoma. Hampa mulai bingung, mengapa Denoma tak ada didekatnya, padahal Denoma selalu mengawasi dan memperhatikan Ada, lalu Hampa dengan berani mendekati Ada, dan memanggilnya,

"Ada...?"

Mendengar suara itu, Ada menoleh Hampa dengan senyuman, dan mengusap air matanya, lalu berlari kearah Hampa dan memeluknya dengan erat, dengan kebingungan, Hampa pun bertanya kepadanya,

"Ada..., Kamu baik baik saja?"

Lalu Ada mengangguk di bahu Hampa, air matanya pun tak berhenti, Ada memeluknya semakin erat, makin erat, dan mulai bersuara dengan suara yang kecil,

"Hampa..., Hampa, aku sangat senang melihatmu, tapi biarkan aku memelukmu lebih lama, lebih lama lagi, kumohon jangan pergi, untuk sementara ini, untuk saat ini, aku ingin bersamamu lebih lama."

Hampa hanya bisa terdiam tanpa tau apa yang harus dia lakukan, dan ini sangat membuat hatinya bergejolak. Kesedihan, kemarahan dan kekecewaan pada dirinya meluap, setelah itu Ada melepas pelukannya, lalu mengusap tangisan dan mengatakan hal yang sangat tidak dimengerti oleh Hampa,

"Pergilah..."

"..."

"Pergilah dari sini Hampa, aku tidak ingin melihatmu lagi setelah ini, kumohon jangan pernah kembali ke tempat ini lagi"

Mulai bingung dengan apa yang terjadi, Hampa lalu bertanya dengan cepat kepadanya,

"Tapi kenapa Ada?, tolong beritau aku, mungkin aku bisa membantumu"

Ada yang mendengar itu menundukan kepala dan berteriak kepada Hampa,

"Pergiii..!!!, pergi dari sini, aku tidak ingin melihatmu lagi, kumohon pergilah" lalu Ada berlari menjauhi Hampa dengan tangisan yang masih jatuh dari matanya. Hampa hanya bisa terdiam, perasaannya seperti membatu seketika, kakinya tak bisa bergerak mengejarnya, dan dia tak tau apa yang sebenarnya terjadi, hanya bisa diam, terdiam tak bergerak, dan disaat itu, munculah Denoma di hadapannya, lalu berkata,

"Pergilah dari sini, ini bukan tempat untuk orang sepertimu, jangan dekati putri lagi"

Hampa yang masih tidak tau apa-apa berteriak kepada Denoma,

"Apa yang kau ketahui Denoma..?!!, kumohon beritau aku, kumohon.."

Denoma pun menjawab itu,

"Tidak ada yang bisa kuberitau padamu, dari awal sudah kuingatkan, jangan pernah melawan kehendak dari dunia ini, kumohon padamu pergilah dari sini, atau aku akan mengusirmu"

"Tapi kenapa Denoma, kenapa.., menggapa.., apa...?, apa yang tidak ku ketahui..?"

Denoma pun terdiam lalu melihat kearah Hampa dan mengatakan satu kata kepadanya,

"Pergilah"

Hampa yang terdiam, pergi meninggalkan tempat itu, tanpa tau apa yang harus dia lakukan berikutnya, dia sadar kalau hal ini akan sama seperti dahulu, dia ingin merubahnya tapi tak tau bagaimana caranya, Hampa semakin tidak tenang dan mulai kehilangan pikirannya.

Waktu pun berlalu dan kini Hampa mulai yakin dengan dirinya dan mengejar Ada ke tempatnya. Hampa berlari dengan cepat ketempat Ada dan berusaha merubahnya, tapi semua itu sudah terlambat. Dan sekali lagi Hampa melihat Denoma bersama Ada, disaat itulah semua hal yang ada didunia ini berakhir.

Kesedihan dan kemarahan yang dirasakan Hampa memuncak. Hampa berlari semakin cepat kearahnya, Ada yang menyadari Hampa lalu tersenyum kepadanya, dan menghilang tepat dihadapannya, lalu Hampa berteriak kepada Denoma dengan perasaan yang bergejolak dalam dirinya,

"Denomaaa...!!, apa yang kau lakukan?, apa yang sebenarnya terjadi?, kemana perginya Ada?!!"

Denoma menjawabnya dengan tegas,

"Ini semua sudah berakhir." Denoma pun meninggalkan Hampa, lalu menghilang begitu saja. Disaat itu juga, keseimbangan dunia mulai runtuh, dunia pun menjadi gelap, dan semakin hitam, menelan segala yang ada. Kesedihan dan kemarahan yang dirasakan Hampa meluap dan menimbulkan kehancuran yang terjadi pada dunia.

Saat Hampa tersadar kembali, dunia hitam kembali menariknya.

"Dunia hitam.."

"Dunia ini menarikku.."

"Menarikku ke tempat yang paling tidak ingin ku lihat, mengapa aku kembali ke tempat ini lagi, perasaan dan pikiran ini mulai bergejolak, kesedihan dan kemarahan ingin rasanya ku hapus. Tapi semuanya sudah terlambat."

"Aku harus merubah ini!!!"

Keinginan besar Hampa untuk merubah ini semua, membuatnya kembali dan kembali lagi ke waktu yang terjadi pada saat itu. Dan di saat itu juga Hampa sadar, bahwa Kali sudah lama telah menghilang.