Setelah mereka keluar dari kota Pandora, mereka berdua lalu berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon yang sangat tinggi, dahan-dahan terhubung rapat di langit-langit, bahkan sampai menutupi cahaya yang masuk kedalam kota. Mereka terus berjalan hingga dahan-dahan yang rapat kini semakin melebar.
"Ternyata dunia luar lebih terang dari yang kubayangkan"
"Benar kak, di Pandora bahkan siang hari masihlah gelap seperti malam"
"Oh iya, saat ini umurmu berapa Veela?"
"Emm... emm... 7 tahun"
"Kamu yakin ingin ikut kakak, walau kakak yang minta sih?"
"Tentu saja"
"Ha ha ha"
"Kakak ketawamu aneh, sekarang kita kemana kak?"
"Hmmm... kita akan menyeberangi lautan"
"Ehhh.. caranya gimana?
"Kata Dullahan ada gerbang yang menghubungkan pulau ini ke pulau sebelah, tempatnya berada di ujung pulau bagian barat, katanya kita hanya tinggal mengikuti jalan setapak ini"
"Tapi kak, Dullahan itu gak punya kepala lo, aku penasaran caranya dia ngomong"
"Sebenarnya aku juga, ayo kita jalan, sebelum malam tiba"
"Ayo ayo ayo..."
Mereka berduapun melanjutkan perjalanannya dengan sangat menikmatinya. Tepat pada siang hari mereka sampai di depan gerbang yang menghubungkan kedua pulau.
"...Jadi ini gerbangnya"
"Terlihat biasa kak"
"Ha Ha... Memangnya kamu mau gerbangnya seperti apa Veela?
"Seperti yang woahh... berkilau dan besar, tapi ternyata cuma pusaran dimensi yang tidak begitu besar, haaahh...."
"Oh... seperti itu ya, sebenarnya kakak juga sedikit berharap, tapi apa boleh buat, ayo kita lewati"
"Hmmm... tapi kakak, apa yang ada diseberang sana?"
"Entahlah, kakak juga tidak tau, tapi dengan begitu, ini akan menjadi lebih menarik"
Tanpa pikir panjang lagi, merekapun melewati gerbang itu, dan benar saja, gerbang itu benar-benar menghubungkannya, melewatinya saja sudah membuat mereka sampai di pulau seberang. Tetapi yang menyambut mereka hanya hutan luas nan berkabut.
"Kak kita dimana?" ucap Veela dengan ragu
"Tenang saja Veela, kurasa jalannya sudah benar, ...benar kan?"
"Disini sangat sulit melihat kak, kabutnya terlalu tebal"
"Kurasa kamu benar Veela, jangan jauh-jauh dariku"
"Iya kak, apa kakak juga merasakannya?"
"Ini sungguh aneh, ada apa dengan hutan ini?!"
Di sisi lain, di dalam Istana Pandora, Dullahan dan Satan sedang berbincang mengenai luasnya dunia yang akan mereka berdua dilewati,
"Hei Satan, sepertinya aku lupa memberitaunya tentang hutan itu"
"Dullahan..., cobalah panggil aku dengan sebutan raja, walupun begini aku itu raja"
"Lupakan itu, apa kau ingat hutan itu?"
"Haah...., hutan itu ya, sungguh hutan yang merepotkan, kuharap mereka baik-baik saja"
"Aku juga berharap seperti itu, apalagi para makhluk kerdil yang mendiami tempat itu sangat sensitif"
"Makhluk kerdil itu ya...., mengingatnya saja sudah membutku kesal, kuharap aku tak pernal lagi bertemu dengan makhluk itu"
"Aku juga, aku tau mereka bukanlah makhluk yang buruk, tapi ya.... kau pasti tau"
"Haaahh....." hela Satan serta Dullahan yang memikirkan makhluk itu.
Kein dan Veela terus berjalan menyusuri hutan, tetapi mereka tak menemukan titik terang untuk keluar dari hutan itu, tanpa disadari langit sudah mulai gelap, dan malam pun tiba.
"Sebenarnya ada apa dengan hutan ini?!!..." Kesal Kein
"Kak...., aku lelah..."
"Sepertinya kita harus istirahat disini"
"Dimana kak??"
"Disini"
"Dimana?"
"Ya disini"
"Disini? ditengah hutan ini??!"
"Iya..."
"Tapi kak...."
"Mau bagaimana lagi, kita istirahat disini saja"
"Eemmmm...."
Terlihat wajah Veela yang begitu tidak nyaman, lalu sebelum tidur Kein membisikkan sesuatu kepada Veela,
'Veela... aku yakin mereka akan bergerak setelah kita tertidur, aku sudah memasang sihir disekitar sini, jadi tidurlah dengan tenang'
'Iya kak... tapi...'
'Tapi apa?'
'Tapi aku ingin tidur di kasur yang empuk'
'Haah.. Veela, mau gimana lagi. Sudah tidur, jangan banyak mengeluh'
'Iya kak'
Mereka berdua lalu memutuskan untuk tidur, dibawah pohon yang rindang. Daun-daun yang dihembus oleh angin malam, membuat suasana sunyi yang membuat mereka berdua tertidur dengan lelap.
"...Sepertinya mereka sudah tertidur"
Pagi pun tiba, saat mereka terbangun, mereka kaget dengan sebuah pemandangan yang berbeda saat mereka membuka mata.
"Kakak..."
"Ya aku tau Veela, sepertinya ini akan menjadi menarik"
Terlihat sekumpulan makhluk kerdil sedang memperhatikan Kein dan Veela. Mahluk kerdil itu sangat mirip dengan manusia, bahkan warna kulit serta rambutnya yang kecoklatan, hanya saja ukurannya tiga kali lebih kecil dari manusia normal.
Sekumpulan mahluk kerdir itu terus memperhatikan mereka berdua, seakan melihat sesuatu hal yang baru. Satu makhluk kerdil yang terlihat lebih dewasa dari yang lainnya pun maju dan memulai pembicaraan,
"Selamat datang didesa kami, Raja"
"Raja?!!, maksudmu aku Raja?" Ucap Kein yang bingung,
"Kakak itu Raja?..."
"Iya benar, Mohon maaf sebelumnya, perkenalkan namaku adalah Dru, aku adalah ketuan dan perwakilan dari ras Gnome"
"Woaah... jadi kalian para Gnome, pakaian kalian yang berwarna hijau sampai kecoklatan, sangat menyatu dengan hutan ini" Ucap Kein penuh semangat
"Eheemmm.... Jadi kenapa kalian memanggil kakakku sebagai Raja?"
"Itu karena kalian sudah dipilih"
"Dipilih oleh siapa?" tanya Kein
"Dipilih oleh Elwood"
"Elwood?" bingung Veela
"Iya Elwood, itu adalah pohon besar yang kalian tiduri"
"Pohon besar?!!!"
Kein dan Veela lalu menoleh kebelakang. Pohon itupun bergerak, lalu berdiri, tanah serta udara mulai bergetar, dan burung-burungpun berterbangan. Tubuhnya sangat besar dan sepenuhnya dari kayu, benar-benar pohon yang bergerak tanpa mengatakan apapun.
"Jadi apa kesimpulannya?..., kau belum menjawab pertanyaanku" Tanya Kein,
"Raja, sebelumnya kami mohon maaf atas tindakan kami sebelumnya, dihutan ini kami tidak akan membiarkan siapapun masuk dan keluar dengan mudah begitu saja. Kami menyebut hutan ini dengan nama 'Hutan Genona'. Kami akan selalu membuat ilusi didalam hutan ini, dan hanya orang terpilih saja yang bisa keluar hidup-hidup"
"(Oh, untung saja)" hela Kein didalam hatinya,
"Ehh... kalian mau membunuh kami, jika tidak terpilih" Tanya Veela dengan serius
"Hmm.. mungkin saja, jika itu memang diperlukan. Alasan utama kami menyebutnya Raja, karena hutan ini sangat menyukai kalian, dan sepertinya Elwood juga"
"Sebenarnya Elwood itu apa?" Kein yang bertanya sambil mendongkak keatas melihatnya,
"Elwood adalah sisa-sisa dari perang terdahulu, Elwood merupakan salah satu ras Titan yang ada diseluruh bagian dunia, sebagai pelindung dunia ini. Mereka terhubung satu sama lain. Bentuk mereka berbeda-beda tetapi yang pasti mereka memiliki tubuh sebesar gunung, lebih besar dari ras Raksasa"
"Lalu apa itu Raja?" tanya Kein
"Raja yang kami maksud adalah, seseorang yang diterima oleh hutan ini. Kalian tidak bisa keluar dari sini karena Elwood menggerakkan seluruh bagian di hutan ini, dan kami menutupi semua itu dengan ilusi kami. Saat kalian tertidur, disaat itulah hutan akan memilih, Hidup atau Mati, dan yang paling spesial adalah kandidat Raja"
"Aku kandidat Raja??"
"Saat kalian tertidur, hutan sungguh berseri-seri, seakan-akan seluruh bagian dari hutan menjadi bahagia, bahkan kami. Kau lah raja kami. Dan kami akan selalu setia dan mengikuti sang raja"
"Ehhhh?!!!"
Para Gnome, memilih Kein sebagai raja dan mengikutinya kemanapun, sumpah setia dari Gnome membuat Kein kebingungan, sangat tidak sesuai dengan rencana awalnya. Sepertinya dunia telah memikirkan posisinya, lebih cepat dari yang Kein pikirkan.
"Kalian benar-benar memilihku sebagai raja? aku baru saja datang, bagaimana jika aku orang yang jahat?"
"Tentu saja, orang jahat tidak akan mengatakan dirinya jahat" ucap Dru,
"Haah... bahkan kalian belum tau nama kami" hela Kein yang mengeluh,
"Tidak masalah, Raja adalah raja, jika perlu, maka tinggal perkenalkan saja. Wahai Raja kami, siapakan nama kalian?"
"Sepertinya aku mengalah saja..., Namaku Kein, dan ini adikku"
"Aku Veela, senang bertemu dengan kalian para Gnome"
"Kami juga"
Kein bertanya dan mulai lelah dengan semua hal tentang Raja ini,
"Lalu, setelah ini aku harus apa?"
"Tidak ada?"
"Ehh... begitu saja...?"
"Kalau begitu sebaiknya aku mengantarkan Raja untuk berkeliling tempat ini"
"Haah... baiklah kalau begitu, kamu juga harus ikut Veela"
"Iya kak" ketewa kecil terdengar dari Veela
"Jangan tertawa Veela, aku mendengarmu"
"Iya iya kak"
Setelah itu, Dru lalu mengantarkan mereka pergi keseluruh tempat di dalam hutan Genona, dan mengenal para Gnome satu per satu. walau sebenarnya mereka tidak bisa mengingat ratusan gnome sekaligus. Tetapi para Gnome memiliki nama-nama yang sangat pendek, seperti tubuh mereka. Tidak terlalu sulit untuk menghafal nama mereka, tapi nama mereka saja.
...
Tidak terasa langit sudah mulai berwana jingga kemerahan, sore hari pun tiba, para Gnome seperti sedang menyiapkan sesuatu. Kein dan Veela yang penasaran pun bertanya,
"Kak, mereka sedang menyiapkan apa?"
"Kakak juga kurang yakin. Dru, apa yang mereka siapkan?"
"...Tentu saja, jangan pura-pura tidak tau Raja"
"Aku benar-benar tidak tau Dru. Cepat tolong jelaskan"
"Ada apa denganmu Raja?, melihatnya saja pasti semua akan tau. Ini adalah pesta, pesta penyambutan untuk raja kami yang baru."
"Dru, bicaramu sangat menyebalkan" Balas Kein
"Kalau begitu maaf. Raja kulihat dari kemarin belum sempat makan, pasti sekarang kalian lapar kan?!. Setelah semuanya siap, kita akan makan besar malam ini"
"Huuh.. sebenarnya kami tidak butuh makan"
"Maksudnya Raja?"
"Tidak, lupakan saja yang tadi, tapi ini pertama kalinya kami memakan makanan luar, benarkan Veela?"
"Iya kak, aku jadi tidak sabar"
"Tenang saja, makanan buatan kami pasti enak"
"Aku percaya padamu Dru"
Waktu terus berjalan, persiapan yang mereka lakukan dari siang hari dipenuhi dengan kebahagian yang menyelimuti setiap prosesnya, dan akhirnya malam pun tiba. Semua persiapan yang dilakukan telah selesai, mereka lalu menyalakan api unggun yang besar untuk memulai acara tersebut.
Tetapi uniknya makanan para Gnome semua berasal dari alam, sangat murni, semua berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebuah tampilan makanan yang sangat berbeda dengan makanan yang ada di Pandora.
"Hooh... sepertinya ini sangat enak"
"Uwwa.... ini sangat enak kak, supnya sangat enak"
"Kamu curang Veela, makan lebih dulu"
"Haha tenang Raja, masih ada banyak lagi"
"Iya, aku tau itu"
"Raja, setelah pesta ini selesai, ada yang ingin aku bicarakan"
"Emm..., Baiklah"
Pesta pun berlangsung dengan meriah, bahkan sangat meriah hingga tanpa disadari semua sudah tertidur lelap karena kelelahan, termasuk Veela juga. Sekarang hanya tersisa Kein, Dru dan pohon besar tua yang telah menunggunya sejak tadi.
'Semuanya tertidur dengan wajah yang gembira' bisik Kein dengan pelan
'Tidak salah kami memilihmu sebagai raja'
'Kau tidak perlu memujiku Dru, ini semua berkat kalian semua, aku hanyalah orang yang kebetulan lewat saja'
'Tidak Raja, ini semua berkatmu. Raja bisa ikuti aku menemui Elwood'
'Untuk apa?'
'Sampai disana Raja akan tau'
'...Baiklah'
Mereka berduapun berjalan di heningnya malam menuju tempat Elwood berada, dan disana Elwood sudah menunggu kedatangannya dalam hembusan angin yang sangat menenangkan dan diterangi oleh cahaya dari sang luna.
"Kita sudah sampai, jadi sekarang apa Dru?"
"Elwood ingin berbicara padamu"
"Elwood bisa bicara?!"
"Tentu saja Raja" seketika Dru pun menghilang dari pandangan mereka,
Elwood lalu mulai berbicara dengan gema yang sangat nyaman ditelinga
"Kein, wahai putra dari kegelapan, siapakah namamu yang sebenarnya?"
"Namaku Kein, 'Abbadon Kein'."
"Jadi kau benar-benar putra sang raja iblis"
"Iya itu benar, lalu apa yang kau inginkan?"
"Apa kau akan menghancurkan dunia ini seperti ayahmu?"
"Tergantung, aku juga belum yakin, aku ingin melihat dunia ini dengan mataku sendiri. Kau tau Elwood, sebenarnya ayahku saat itu hanya bosan, dan tanpa pikir panjang dia memutuskan untuk menghancurkan dunia. Sunggu ayah yang bodoh, tapi walaupun begitu, aku tetap menyayanginya sebagai ayahku"
"Hahaha... aku tau itu, tapi mungkin ayahmu punya alasan lain?"
"Alasan lain?"
"Iya alasan lain. Kein... kau masihlah muda, berpetualanglah di dunia yang luas ini, di balik sebuah kebenaran mungkin akan ada kebenaran yang sesungguhnya"
"Tanpa kau suruh, aku juga akan melakukannya"
"Kau benar-benar mirip dengan ayahmu, sudah lama aku tidak berbicara dengan seseorang dari luar hutan ini. Sepertinya aku tepat memilihmu, bisakah kau membawaku bersamamu?"
"Ehh... bagaimana caranya?, kau sangatlah besar"
Elwood mulai menggerakkan tangan ke tubuhnya. Secara perlahan cahaya kecil terpancar dan keluar dari dalam tubuh Elwood, ia lalu menggenggamnya dan memberikannya kepada Kein,
"Bawalah..., ini merupakan sebagian kecil dari intiku, dan aku ada di dalam bagian itu. Jika kau membawanya, itu sudah seperti kau membawaku, dan jika kau membutuhkanku, kau bisa memanggil namaku dengan keras, maka aku akan datang membantumu"
"...Baiklah, aku menerimanya"
Saat menerimanya, inti itupun dengan cepat masuk ke tubuh Kein dan itu membuatnya tertidur hingga pagi tiba. Veela lalu datang dan membangunkan Kein yang tertidur dibawah Elwood.
"Kak bagun...."
"Kak ini sudah pagi, bangunlah"
"Emmm..., Iya iya... aku tau"
Kein perlahan membuka matanya lalu terbangun dan di dalam pandangannya, semua telah menunggunya.