Chereads / Hampa & Ada / Chapter 9 - Kandidat Raja

Chapter 9 - Kandidat Raja

"Raja... akhirnya kau bangun juga"

Tanpa mereka sadari, diseluruh bagian dunia sedang gempar oleh informasi tentang kandidat raja yang baru. Para kandidat raja yang dipilih langsung oleh dunia. Bahkan ke-empat kerajaan yang menjadi pondasi, mulai khawatir tentang kelahiran raja yang baru.

Di sisi lain, didalam kerajaan manusia, 'Kerajaan Elios'.

"Raja, sepertinya kandidat raja yang baru telah muncul"

"Aku sudah mendengar itu, kandidat raja ya...."

"Raja, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Cepat kirimkan orang untuk mencari informasi tentang kandidat raja yang baru, aku yakin, seluruh kerajaan tidak akan diam tentang hal ini"

"Baik Raja"

Tidak hanya pada kerajaan manusia, tapi seluruh isi dunia mulai membicarakan tentang kandidat raja yang baru, bahkan jauh di hutan suci yang murni, seseorang yang bijak berkata.

"Cahaya kristal yang bercahaya diseluruh penjuru dunia."

"Raja yang baru akan terlahir dari kegelapan."

"Kegelapan murni yang akan mengubah seluruh dunia"

Dalam aula dibagian kastil Pandora,

"Lilith, sepertinya anak kita telah membuat seisi dunia panik"

"Aku tau itu"

Dullahan pun berlari kearah Satan dengan gerik yang panik,

"Satan ada yang ingin kubicarakan"

"Ya aku tau, semua pasti sedang membahasnya"

"Semua orang membahasnya?, kukira hanya aku yang tau"

"Kein kan?"

"Bukan itu..."

"Lalu apa?!"

"Ternyata..."

"Iya...?"

"Ternyata selama ini aku tidak punya kepala!!!"

"Dullahan..., sepertinya aku harus membunuhmu"

"Ehhh...."

Masuk ke dalam Hutan Genona, Kein pun terbangun dari tidurnya, dan para Gnome setia menunggunya. Tapi Kein tidak bisa diam berlama-lama didalam hutan itu, karena masih ada yang harus dia lakukan selain menjadi raja.

"Veela sebaiknya kita harus pergi dari hutan ini sekarang"

"Iya kak, aku tau"

"Dru, maaf, aku harus pergi sekarang"

"Aku tau kau akan pergi Raja, tapi biarkan kami mengikutimu"

"Ehh, itu tidak bisa, jumlah kalian sangat banyak"

"Kalau begitu salah satu dari kami akan mengikutimu"

"Kalau begitu kau saja Dru, aku lebih mengenalmu dibanding yang lain"

"Hmmm, aku tidak bisa Raja"

"Kenapa?!"

"Aku ketua dari para Gnome, jika aku meninggalkan mereka, aku takut para Gnome akan kehilahan arah, dan lagipula aku tidak ingin membuat Elwood kesepian"

"Lalu siapa?"

"Gen, cepat maju!!"

"Aku disini disampingmu ketua" Balas Gen

Gen pun tampil sebagai laki-laki dengan paras muda dan rambut panjang berwarna coklat yang diikat menggunakan bandana merah, serta bola mata yang berwarna kekuningan dengan ekspresi wajah yang begitu datar.

"Haha... maaf Gen. Dan Raja perkenalkan ini 'Gen', Gnome termuda disini"

""Termuda?!"" Kaget Kein dan Veela

"Iya umurnya masih 98 tahun"

""Ehhh....""

"Lalu umurmu berapa Dru?" Tanya Kein

"Umurku baru 346 tahun, aku yang paling tua disini. Umur para Gnome rata-rata bisa sampai 400 tahun"

"Hoohh... aku baru tau tentang itu, kukira hanya ras kami yang berumur panjang"

"Hei Kak, benar Gen akan ikut bersama kita?"

"Mau bagaimana lagi..."

"Gen, salam kenal sekali lagi, aku Veela, tapi sebelumnya aku tidak pernah melihatmu?"

"...Aku hanya tidak suka keramaian" jawab Gen yang sedikit canggung

"Tapi kali ini, kita mungkin akan menemukan lebih banyak pertemuan lagi di tengah keramaian, kamu benar-benar yakin ingin ikut bersama kami Gen"

"Tentu saja, jika itu untuk Raja"

"Haaahh... baiklah kalau begitu"

"Tapi kalau dilihat juga kau tampan juga Gen, walau cebol" Sela Veela

"Tolong jangan panggil aku cebol" Jawab Gen yang sedikit kesal

"Ha ha ha, jangan berkata seperti itu Veela, kamu bisa menyinggung Gnome lainnya"

"Iya... Maaf, kak"

"Tapi cara bicaramu yang tajam, tidak pernah berubah dari dulu"

"Maksudnya apa kak?!!"

"Tidak, lupakan saja"

"Emmm..."

Setelah mereka selesai berbincang-bincang merekapun bersiap-siap untuk pergi ke tempat selanjutnya. Namun disisi lain, didalam kerajaan Dwarf, mereka telah mempersiapkan senjata untuk menghadapi tentang kandidat raja yang baru. Mereka tidak ingin kehilangan kesempatan di dalam kegelisahan ini.

"Sepertinya kita sudah hampir siap"

"Raja... kandidat raja yang baru telah muncul"

"Aku sudah tau tentang itu, apa tidak ada informasi yang lain?"

"Kudengar kandidat raja ini dipilih oleh Titan Elwood"

"Apa katamu?!!, si pohon tua itu?!"

"Iya benar Raja"

"Hmmm... Kandidat raja ya... Gelar yang sungguh bodoh!!"

...

"Achiimmm..." bersin Kein

"Raja kau kenapa?" tanya Gen dengan serius

"Tidak bukan masalah"

"Kak, semua sudah siap, ayo berangkat"

"Sudah siap semua ya..., kalau begitu, mari kita berpamitan dengan hutan ini"

Semuanya telah siap, baik itu persediaan makanan dan alat lainnya, semua itu dibawa oleh Gen menggunakan tas yang besar, dan merekapun memutuskan untuk melanjutan perjalanannya, tapi sebelum itu...

"Elwood, Dru dan para Gnome lainnya, kami pergi dulu" ucap Kein

"Baiklah, tapi Raja, kau akan kemana setelah ini?"

"Hmm.. tidak tau, aku belum mengetahui luasnya dunia ini, apa kau ada saran Dru?"

"Bagaimana jika Raja pergi ke kerajaan manusia"

"Kerajaan Manusia?"

"Iya, di Kerajaan Elios, letaknya jauh di barat hutan ini"

"Kerajaan Elios ya... Hmm.. Baiklah kalau begitu, lagipula aku belum punya arah tujuan"

"Sudah diputuskan ya kak"

"Iya Veela, kita akan pergi ke kerajaan Elios"

"Kalau begitu, Sampai jumpa semua!!"

Para Gnome dengan serempak mengatakan...

""Sampai bertemu kembali Raja""

Kein, Veela dan Gen lalu melanjutkan perjalaanan mereka ke Kerajaan Elios, meninggalkan hutan yang menyambut mereka untuk pertama kali. Tetapi di dalam Kastil Elios ada kehebohan kecil yang terjadi

"Raja!!"

"Ada apa lagi?.." dengan wajah yang terlihat letih

"Maaf Raja, tuan putri kabur lagi"

"Lagi?!! Hahh..."

"Maaf Raja kami tidak memperhatikannya dengan benar"

"Emmm... Cepat pergi dan cari anak itu"

"...Baik Raja"

"Kenapa anak itu selalu membuat masalah, haaah..."

Didalam perjalanan Kein, hari sudah sangat terik, dan panas membakar kulit mereka. Saat itu Veela lalu mengingat hal yang dari kemarin dia ingin tanya kepada kakaknya, Veela pun memanggil dan berbisik kepada Kein

"Kak, Kakak"

"Ada apa Veela?..., hari ini sungguh panas sekali"

"Sini aku bisikin sebentar"

"Kenapa Veela?"

"Iya sini aja"

Gen yang melihat itu sedikit curiga

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Gen

"Tidak, bukan urusanmu" Balas Veela

"Raja, apa aku boleh memukulnya?"

"Hentikan itu, ini panas sekali..."

"Maaf Raja"

"Kak, sini sebentar...!"

"Iya Veela, iya..., jadi apa yang ingin kamu katakan?"

...

Mereka berdua lalu berbisik-bisik

'Waktu itu ya kak, waktu kakak menaruh sihir sebelum kita tidur pertama kali, itu sebenarnya sihir untuk apa?'

"Oh, itu.."

'Kak suaramu kegedean'

'Ha ha ha, maaf, maaf, waktu itu aku hanya memasang sedikit sihir jebakan'

'Jebakan apa?'

'Itu adalah sihir originalku, namanya adalah Jebakan Api, keren kan?!'

'Nggak keren sama sekali, jadi itu gunanya apa?'

'Oi oi, aku sudah memikirkan itu berhari-hari'

'Iya keren, keren, jadi gunanya apa?'

'Keren kan!!, gunanya jika ada orang yang menyentuh kita sedikit saja, maka orang itu akan lenyap terbakar oleh api hitamku'

'Kak...'

'Iya kenapa?'

'Itu serem lo kak, kalo mereka tau tentang itu bagaimana?!!'

'Yang penting mereka gak tau kan, Ha ha ha'

'Emmm.. dasar kakak bodoh'

*Bugg..

Veela yang kesal memukul perut kakaknya

"Itu sakit sekali Veela, apa yang kamu lakukan"

"Kakak Bodoh!!" Veela pun ngambek dan berjalan lebih cepat

"Eehhh..." Kein berjalan kesakitan memegang bagian perutnya, dan tidak sengaja Gen melihat itu

"Raja kamu kenapa?" Tanya Gen dengan serius

"Bukan apa-apa, aku baik-baik saja"

Setelah mereka berjalan cukup jauh, terlihat ada sebuah desa kecil yang terlihat kumuh. Namun samar-samar terdengar suara anak gadis yang menjerit. Saat itu Kein merasa itu hanya halusinasinya saja, tapi semakin dekat, suara itu terdengar semakin jelas

"Veela apa kau mendengar suara itu?"

"Paling kakak ingin bercanda lagi kan, hm."

"Veela ini serius!"

"...? Suara apa?

"Suara teriakan seorang perempuan, Gen apa kau tau desa apa yang sedang menunggu kita didepan?"

"Aku kurang yakin, tapi sebaiknya kita harus menjauhi desa itu"

"Kenapa Gen?"

"Raja, kurasa itu desa itu depenuhi oleh goblin"

....

Terdengar suara teriakan yang keras dari arah desa itu..

"Kak, aku mendengarnya"

"Goblin ya, sepertinya kita harus cepat, Gen pergilah lebih dulu ke arah desa itu, aku tau pergerakanmu lebih cepat dari kami, dan gunakan kemampuan bersembunyimu. Pastikan suara perempuan yang berteriak itu aman"

"Tapi Raja..."

"Cepatlah!, kami akan menyusulmu"

"Baik."

Merekapun bergerak dengan cepat menuju desa itu, Gen menghilang dan bergerak sangat cepat. Tepat didepan desa itu, mereka telah melihat sesuatu yang mengerikan, dan dengan sigap...

"Gen cepat selamatkan orang-orang yang tersisa..."

"Baik Raja"

"Veela..."

"Iya kak, aku tau"

Terlihat seorang gadis dengan rambut berwarna putih dan mata keemasan dengan bercak darah merah, menggunakan zirah pelindung berwarna putih dan membawa sebilah pedang dengan badan yang dipenuhi luka gores. Tetapi disana para goblin mengerubungi gadis kecil yang berusaha melawan dengan mengayunkan pedangnya kearah goblin

"Aku tidak boleh mati disini" Ucap si gadis kecil, yang sedang terpojok

Para goblin berhasil memegang tangan dan kaki si gadis, salah satu goblin hendak menusukkan pisau kedada si gadis kecil,

""Mathhilachh!, Kalihanh Mhanuschia Hrus Mathi""

*Swusshh

Suara angin yang cepat layaknya sabetan pedang, serentak langkah kaki terdengar, dan Kein muncul dihadapan gadis kecil, lalu berkata...

"Apa kamu masih hidup?"

"Tentu saja!, tapi goblinnya..."

"Tenang saja" Sekejap goblin disekeliling mereka sudah terbelah bersimbah darah

"Sebenarnya kamu siapa?"

"Sebelum itu kita harus pergi dari sini!!, ...Gen apa kau sudah menyelamatkan mereka?!"

"Maaf Raja, tidak ada satupun yang selamat"

Goblin yang melihat itu tidak diam, dan ratusan goblin bergerombol menyerbu dan berteriak kearah Kein

"Arrghghh!!!"

"Sepertinya mereka sulit diajak bicara, Gen cepat kesini"

"Baik Raja" Gen dengan cepat berpindah dibelakang Raja

"Oi Gadis, dan Gen juga cepat pegang aku"

"Siapa kamu, berani memerintahku!!"

"Dasar manusia tidak tau cara berterima kasih, Raja sebaiknya kita tidak usah pedulikan dia"

"Aaahhh!!.. Cepatlah Pegang!!!.. sepertinya Veela berniat membunuh kita"

mereka berdua pun menuruti kata Kein dan memegang bagian badannya. Dari kejauhan, didepan desa, Veela berteriak dengan kencang,

"Kakak...!! Kamu bisa mati lo"

"Aku tau!! Aktifkan sihir waktu... 'Undo'"

Dengan cepat mereka berpindah kesisi Veela

"Kau ingin membunuhku ya Veela"

"Habisnya kakak lambat sih"

"Apa itu?.. apa yang kalian lakukan..?!" Teriak si gadis sambil mendongak ke atas

"Kakak tidak jelaskan kepadannya ya?.. itu hanya sekedar bola api yang besar, sihir elemen tingkat 8, 'Meteor'"

Langit bergetar, suara gemuruh dengan cepat menerjang Desa Goblin, mereka yang hanya bisa pasrah pada keadaan, para Goblin meratap keatas dan berkata

"...Rhaja Ibhlisc"

*Dooomm!!

Hantaman meteor yang meratakan desa dan seisinya, menciptakan gelombang yang sangat dasyat, hingga menyisakan lubang besar dengan tanah hitam yang terbakar.

"Sihir putih tingkat 3 'Heal', kamu tidak apa-apa?" tanya Kein sambil menyembuhkan lukanya

*Plak

tamparan langsung ke wajah Kein

"..."

"Apa yang kau lakukan pada Raja?!"

"Seharusnya aku yang mengatakan itu, apa yang kalian lakukan, aku harus menyelamatkan warga desa itu"

"Bukankah itu desa goblin?" tanya Kein dengan kebingungan

"Apa yang kamu katakan?!, aku berusaha menyelamatkan desa itu dari serangan goblin"

"Tapi maaf, nyatanya kamu tidak mampu menyelamatkan siapapun"

"Apa maksudmu?!!" Teriak si gadis kecil

"Maksud Raja, setelah kami tiba, seluruh orang didesa itu sudah mati terbunuh, jadi apa yang sebenarnya kau ingin selamatkan, dasar gadis kecil"

Wajah gadis itu terlihat pucat, dan menangis sedih akan hal yang dia ketahui

"Hentikan itu Gen, maaf, kalau saja kami datang lebih cepat" Balas Kein

"Tapi..."

"Tapi, pilihan kakak benar untuk menghancurkan desa itu, jika dibiarkan, mungkin para goblin akan menyerang tempat lain"

"Maafkan aku semua, maaf... jika saja aku lebih kuat"

Gadis kecil meringkuk sedih memukul tanah, dan menyalahkan semua kejadian keji itu kepada dirinya sendiri

"Ada.."

"Kakak, kamu kenapa terlihat melamun begitu"

"Tidak, bukan apa-apa"

Kein yang melihat gadis kecil itu, semakin lama dan semakin lebih lama, akhirnya mulai kesal dan berteriak padanya,

"Oi.!! Itu bukan salahmu, berdirilah" Kein mengangkat tangan gadis kecil itu dan berbicara tepat didepan matanya

"Dengarkan aku baik-baik. Jika kamu terus menyalahkan dirimu, lebih baik kamu mati saja, tetapi jika kamu ingin kejadian ini tidak tejadi lagi, perkuatlah dirimu, ikutlah bersama kami, dan berpetualanglah. Aku tidak akan menopangmu lagi, berdirilah degan kedua kakimu itu"

Gadis kecil yang medengar itu, mulai berpikir lalu melihat kearah langit, dan menegarkan dirinya, dan sorot matanyapun mulai berubah, menghilangkan setiap kembimbangan dan kesedihan yang mengikat hatinya.

"Oh, kakak boleh juga"

"...Diam Veela"

"Tapi Raja, yakin ingin mengajak gadis kecil ini, dia sama sekali tidak berguna"

Gadis itupun menyela dan berkata dengan tegas

"Apa katamu?!, tidak berguna??.."

"Tentu saja, kau sangat tidak berguna, tidak ada untungnya mengajakmu dasar Gadis Kecil" Kesal Gen

"Bukan kalian yang mengajakku, tapi aku yang mengajak kalian. Dan jangan panggil aku Gadis Kecil. Namaku adalah Ellen, 'Evander Ellen' aku adalah putri dari Kerajaan Elios, anak kedua dari Raja Kelima 'Evander Vance'."

""Ehhh... Putri Kerajaan?!!""