Chereads / IRIDETH / Chapter 5 - IRIDETH - Chapter 3: Fajar

Chapter 5 - IRIDETH - Chapter 3: Fajar

Sekali lagi, remaja itu menoleh ke arah gadis bertanduk iblis tersebut. 'Ja ..., jangan-jangan ....'

"Hm?" Irideth turut menoleh ke arahnya. Dia terlihat heran. "Ada apa? Kenapa kau melihatku seperti melihat hantu begitu? Jangan bilang kalau kau masih menganggapku hantu."

"Lihat." Si remaja menunjuk tumbler miliknya. "Aluminium seharusnya bisa memantulkan bayangan layaknya cermin, tapi bayanganmu ...., bayanganmu tidak ada di sini!!"

"Benarkah? Apa aku sedang berada dalam wujud roh?" Gadis itu memandangi kedua tangannya. "Aneh sekali. Perasaan dari tadi aku merasa punya wujud fisik. Jika aku roh, harusnya aku bisa melayang serta menembus ruang. Dengan kata lain, aku takkan bisa duduk di kursi ini."

"Tapi, kau bukan hantu, 'kan?" Kecurigaan kembali timbul di wajah Sang Remaja. "Jangan-jangan kau aslinya Mbak Kunti, lagi."

"Mana ada," sahut Irideth. "Lagipula Mbak Kunti itu siapa? Dari tadi kau terus menyebut nama-nama yang tidak kukenal."

"Ah, lupakan. Biar kubuktikan sendiri." Remaja tersebut lagi-lagi bertindak konyol. Dia menempatkan jari telunjuk dan jempolnya di dahi Irideth, seolah-olah sedang berusaha mencabut sesuatu.

"Oh, tidak ada paku," ucapnya. "Berarti kau roh murni, bukan setan."

"'Kan, sudah kubilang dari tadi." Irideth kembali terdiam dengan bulir keringat mengaliri keningnya.

"Kau direinkarnasi ke dunia ini tanpa tubuh fisik?" Sekali lagi, remaja lelaki itu mengajukan pertanyaan.

"Ya. Mungkin sejak awal direinkarnasi aku sudah menjadi roh. Omong-omong, kenapa kau bisa melihatku? Apa kau indigo?"

"Tidak." Si remaja menggelengkan kepalanya. "Dari kecil sampai sekarang, aku belum pernah sekalipun melihat hantu. Aku tidak punya mata batin, kok."

"Lalu bagaimana kau bisa melihat rohku?" tanya Irideth.

"Entahlah, aku juga tidak tahu," ucap lelaki tersebut sembari menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.

"Oh, ya. Wujudku sekarang ini roh, 'kan? Kalau begitu, pasti yang bisa melihatku hanya kau, 'kan? Bagaimana kalau aku tinggal di rumahmu saja?" usul Irideth.

"Hm? Kenapa di rumahku?" ujar remaja itu.

"Tinggal di rumah orang yang sudah tahu tentang keberadaanku itu lebih baik daripada tinggal di rumah kosong atau di rumah orang yang tidak kukenal. Kalau keberadaanku ketahuan, bisa-bisa aku betulan dianggap sebagai hantu," jelas Sang Gadis Iblis.

"Benar juga. Aku mengizinkanmu untuk tinggal di rumahku, tapi bersiap-siaplah, karena mungkin kondisi keluargaku tidak seperti yang kau kira."

"Hm? Apa maksudmu?" Salah satu alis Irideth tertaut.

"Yah, nanti kau juga akan tahu sendiri. Ngomong-ngomong, kita belum berkenalan, 'kan?" Si remaja mengulurkan tangannya dengan senyum ramah terukir di wajah. "Namaku Fajar. Namamu?"

"Irideth," jawab si gadis iblis. Singkat, jelas, padat, dan tanpa ekspresi.

"Irideth, ya? Salam kenal."

——————————————————————————————

"Wah ..., aku terlalu lama mengobrol sampai tidak sadar kalau hari sudah mau gelap ...." Remaja laki-laki bernama Fajar tersebut menatap langit yang mulai menggelap sambil menapaki trotoar. Malam telah hampir tiba.

"Sial, ini gara-gara aku dapat jatah tugas membersihkan kelas pada hari ekskul begini. Mana yang lainnya pada kabur, lagi."

"Ngomong-ngomong ...." Irideth membuka pembicaraan di tengah jalan pulang sambil berjalan di sebelah Fajar. "Bangunan tempat kita bertemu tadi tadi ..., namanya sekolah, 'kan?"

"Huh? Iya," sahut Fajar.

"Ternyata benar," ucap Irideth. "Sistem pendidikan di dunia ini sama dengan di duniaku."

"Tunggu. Kau berasal dari dunia lain, 'kan? Lalu kenapa kau bisa bicara bahasa Indonesia?" Fajar tampak keheranan.

"Entah. Aku juga tidak tahu. Mungkin ini semacam kemampuan yang diberikan ketika aku direinkarnasi."

"Begitu, ya ...," ucap Fajar sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sebaiknya kita berhenti mengobrol. Ingat, orang lain tak bisa melihatku. Kalau dilanjutkan, bisa-bisa kau dianggap sebagai orang yang tidak waras karena mengobrol sendirian.

"Benar juga." Fajar mengalihkan pandangannya dan kembali menatap ke depan, memandangi rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang ia lewati serta kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang sambil mengeluarkan deru mesin yang berisik. Suasana sangat ribut. Bahkan saat berbicara tadi, Irideth dan Fajar harus mengeraskan sedikit suara mereka agar tidak kalah dengan suara knalpot kendaraan.

Untuk beberapa menit, suasana diisi oleh suara langkah kaki mereka berdua serta deru mesin kendaraan. Kemudian Fajar berbelok, diikuti oleh Irideth. Setelah beberapa belokan dilalui, mereka berdua tiba di gang sempit yang lumayan sepi dan jauh dari keramaian. Keheningan mulai menguasai suasana. Namun, ketenangan tersebut dirusak oleh munculnya sekelompok siswa bebadan kekar yang menghadang mereka. Dilihat dari seragam, sepertinya mereka semua berasal dari sekolah yang sama dengan Fajar.

"Si-Siapa mereka?" tanya Irideth sambil menoleh ke arah Fajar.

"Kalian datang lagi, ya ...." Fajar menggaruk-garuk kepalanya, menghiraukan pertanyaan Irideth. "Benar-benar merepotkan."

-Bersambung-

Siapakah mereka? Dan kenapa mereka menghadang Fajar? Apa maksud Fajar dengan mengatakan bahwa rumahnya mungkin tidak sesuai dengan yang Irideth kira? Sebenarnya, apa yang terjadi di antara Fajar dengan anak-anak itu dan apa yang terjadi di keluarga Fajar? Penasaran? Baca terus ceritanya yaa ^^ Jangan lupa vote power stonenya yaa biar author bisa menang. Jangan pelit-pelit jadi orang. Hehehe.