Chereads / SiputRI / Chapter 18 - Dukun

Chapter 18 - Dukun

Pagi-pagi benar aku datang ke halaman rumah siputri lalu kita saling merencanakan sesuatu untuk kebaikan hubungananku dengan siputri;

Tok tok tok

"Maaf cari siapa ya?"

"Maaf,apakah di sini ada yang namanya (mala)?" Tanyaku

"Itu siapa lagi? Pacarmu yang ke tiga setelah eka,haa?" Tanyanya penuh dengan rasa cemburu

"Ada gak?" Tanyaku

"Gak!!" kata siputri

"Serius gak ada malaikat di sini?"

"Halah gomballah,tapi tetap aja aku marah" sambil bermain bibir

"Nah kok gitu?"

"Lagian pakai bawa-bawa nama cewek segala"

"Jangan gitu dong" sambil ngikutin siputri duduk di ruang tamu

"Udahlah,bodo amat!"

"Nyebelin"

"Biarin"

"Nyeeeeebeeeeeelin" kataku sambil ngejewer pipinya

"Ibu mana?" Berusaha memalingkan pembicaraan

Siputri teriak "Ibu di cariin sama calon menan...."

"Jaaaangan,aku malu ketemu ibu"(Aku menutup mulutnya)

"Tapi tadi kan kamu nanyain"

"Ibu" teriak siputri ngeledek

"Kamu tu emang nyebelin,tak cium mau?"

"Cium aja" 

"Nah,nantang" seruku

Lalu aku mendekat ke wajah siputri dan siputri terlihat menutup mata,sedikit demi sedikit menuju bibir manis siputri,aku pejamkan mataku dan...

"Putri!!" Kata ibu yang datang membubarkan kita berdua

"Iya ibu" kata siputri 

"Kamu tadi panggil ibu?"

"Hah,padahal sedikit lagi,kenapa harus ada ibu sih" pikirku liar

"Ohh.....ini ada calon menantu ibu datang bawa oleh-oleh.."kata siputri 

"Wah mana? Udah ganteng baik lagi" Kata ibu ramah

Aku tersenyum pada ibu dan Memang aku sengaja membawakan makanan untuk ibu,

"ya sudah anggap rumah sendiri ya nak,nih siputri selalu nyeritain kamu terus-terusan siang,malam,kalau udah cerita kamu,ibu gak boleh masak dulu,katanya wajib dengerin dia"

"Eeee ibu,gak gitu juga"

Aku hanya tersenyum sambil melihat siputri

"Alah kamu itu kalau di depan dia aja kayak gitu,kalau di belakang kamu puji-puji dia"

"Udah-udah ibu,siputri malu"

"Emmmm...Ya sudah ibu ke belakang dulu,ibu bikinin makanan dulu ya,buat kalian"

"Iya ibu makasih" kataku sambil senyum sopan

Lalu ibu ke dalam membawa oleh-olehku dan siputri tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk aku

"Hahahaha"

"Kenapa kamu?"

"Gak papa,lucu aja tadi pas liat kamu ketakutan"

"Hah nyebelin,udah-udah ayo bikin rencana aja"

Lalu siputri mengambil pulpen dan buku,berbarengan siputri datang di meja dan duduk,ibu siputri datang membawa minuman,

"Wah,lagi ngerjain sesuatu ya"

"Iya ni bu" kataku

"Asal gak ngerencanain hal buruk buat orang lain,gak papa" kata ibu dan kita berdua tersindir dan saling bertatap wajah dan tersenyum 

"Ini di minum ya nak" lalu pergi lagi ke belakang"

"Ibu kok kayak dukun gitu ya,tau segalanya"kata siputri 

"Hussss,tapi iya juga ya,haha"

"Terus gimana ini?" Tanyaku

"Sebelumnya aku harus tau siapa nama sahabatmu,terus tampan gak,nomor nya berapa?"

"Loh kok jadi kamu yang BAPER ?" tanyaku

"Enggak gitu,nanti kalau tau nama,fisiknya,sama nomornyakan jadi mudah bikin rencananya"

"Oh gitu" kataku polos

"Namanya brian,dia ganteng sih"

"Wahhhh" canda siputri 

"Kenapa lagi?"

Diam bentar terus bilang " gak papa "

"Nomornya ada?"

"Tenang aja"

"Okay boleh mantap ini(aku melihat siputri heran)

Eka suka bikin kue gak?"

"Eka gak suka gitu-gituan,dia sukanya film horror"

"Hahhhhh,(kaget)gak nyangka bakal sesulit ini!!!selain itu?"

"Nulis novel bergenre horror"

"Walah sama aja,

kalau gitu  sahabatmu aja,Sahabatmu suka apa??"

"Dia suka masak"

"Serius??wah pria idaman semua cewek tu"

"Termasuk kamu" kataku memastikan

"Iya sih,tapi akukan udah punya kamu" ledeknya

"Ini akan mudah(sambil mainin mata),

Kita datengin brian dulu yuk" kata siputri

"Okay,

sekarang?"

"Sekarang aja" 

"Kayak gak sabar ketemu brian gitu kamu?"

"Buuuu,aku keluar"teriak siputri sambil memotong pembicaraanku

"Gak makan dulu?"

"Nanti aja di luar"

"Ya sudah ati-ati"

"Okay bu"

Aku juga ikut teriak

"Aku keluar dulu bu"

"Iya ati-ati nak"

Aku berangkat menuju rumah brian sambil menikmati lagu bernada kenangan,aku meresapinya dalam-dalam,

(Sambil melihat siputri)

nada itu mengingatkan perjuanganku saat mendapatkan siputri,

setiap saat aku membuat siputri bahagia dengan kalimat penyemangat,

Setiap hari aku berikan lukisan untuk membukakan matanya bahwa dia adalah wanita sempurna,

Setiap detik aku taburi dia dengan tawa.....

hingga aku menyerah dan berada dalam keadaan yang pasrah dan lelah dengan ketidak pastian,

Pemikiran yang tiada kepastian itu membawaku untuk berhenti mengejar-ngejar dia lalu berusaha membuat cerita baru yang lebih berarti lagi dan yang sanggup di wujudkan walaupun tidak memiliki raganya adalah resiko terberatku,

tetapi,

Setidaknya kini dengan cerita baru ini,aku dapat mengubah yang dulunya tidak ingin mencintainya lebih dalam,menjadi ingin mencari cara agar mencintainya lebih dalam.