Chereads / Zayn,Si Jenius Tampan / Chapter 22 - Tiba-Tiba Rindu

Chapter 22 - Tiba-Tiba Rindu

"Apa maksud umi? aku menikah dengan Arunika?" Zayn terkejut mendengar apa yang dikatakan uminya. Tetapi, setelah Ayya menjelaskan semuanya, Zayn akhirnya mengangguk. Dia juga membenarkan apa yang dikatakan uminya, antara dirinya dan Arunika memang saling melengkapi.

"Iya Zayn, kami menginginkan kamu dan Arunika suatu saat nanti menikah. Menurut umi kalian berdua berjodoh." Ayya tersenyum kepada putranya.

"Umi, memangnya kita ada masalah apa sih? kenapa umi memintaku kembali?" Ayya kemudian menceritakan kalau Kakek dan neneknya sedang mendapatkan musibah. Dana Pesantren Al Buruj yang di kelola Ahfaz menghilang dengan misterius.

"Begitulah nak, Umi sudah berusaha mencari tahu dan meretas beberapa sistem tetapi belum mendapatkan hasilnya." Zayn menganggukkan kepalanya dan kemudian dia akan memasuki kamarnya.

"Umi tenang saja, nanti akan Zayn coba lihat." Ayya kemudian meninggalkan putranya dan memberikan waktu kepada Zayn untuk beristirahat sejenak setelah perjalanan dari Mesir ke Indonesia.

Setelah Zayn memeriksa dan kini dia sudah mendapatkan apa penyebab hilangnya dana pesantren. Zayn langsung mengirimkan data si pelaku pada yang berwenang karena ini adalah kejahatan interasional.

Zayn kemudian menemui uminya dan menceritakan apa yang sudah di dapatkannya.

"Umi, semuanya sudah beres, hanya saja, untuk uang pesantren sepertinya tidak akan pernah bisa kembali." Ayya menganggukkan kepalanya saat mendengar apa yang Zayn ceritakan. Bagi Ayya, uang itu sudah diikhlaskannya. Yang terpenting saat ini si pelaku sudah tertangkap. Memang kasus ATM skimming ini tidak akan pernah berhenti jika tekhnologi kartu ATM masih menggunakan tekhnologi magnetic stripe seperti saat ini. Skimming merupakan teknik murni dengan menggandakan data dari kartu yang menggunakan strip magnetik dan masalah ini akan bisa diselesaikan jika otak pelaku tersebut ditangkap dan ditutup operasionalnya.

"Ya sudah Zayn, besok Umi akan ke Biltar, apakah kamu mau ikut?" Ayya tersenyum melihat putranya bisa tumbuh dan bisa menjalani kehidupannya seperti orang lain.

"Tentu umi, kan besok adalah Haul kakek. Lagi pula, aku sangat erindukan semua orang." Zayn kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya, dia akan beristirahat sebentar dan setelah itu akan menelepon Arunika yang kini hanya tinggal seorang diri di Amerika.

Zayn berbaring di atas tempat tidurnya, dia mencoba memejamkan kedua matanya tetapi tidak bisa. Zayn kemudian mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi gadis kecil yang kini sedang mengganggu pikirannya. Zayn melihat saat ini sudah pukul lima sore, dia kemudian mematikan kembali ponselnya. Saat ini berarti di Amerika jam tujuh pagi, itu artinya saat ini Arunika sedang berada di kantor. Akhirnya Zayn membuka laptopnya dan mencoba mencari keberadaan Arunika, Zayn meretas kamera CCTV di tempat di mana Arunika berada saat ini.

Zay merasa sangat bahagia saat melihat gadis kecilnya baik-baik saja di sana. Lusa Zayn sudah kembali ke Mesir karena dia harus kembali mengajar sambil menunggu Arunika kembali.

Zayn kemudian mandi dan kembali menemui kedua orang tuanya yang akan menjemput Bika di pesantren karena besok mereka semua akan pergi ke Blitar untuk menghadiri haul kakek mereka ustadz Ahmad Ziyad.

Keesokan harinya, Ayya dan Rafi juga sudah bersiap untuk berangkat menuju Blitar. Rafi dan Ayya akan pergi ke Blitar untuk menghadiri haul Almarhum abinya.

"Zayn, tolong lihat adikmu sudah siap apa belum, kita akan segera berangkat." Ayya membawa beraneka cemilan dan memasukkannya kedalam mobil mereka. Semuanya itu adalah makanan ringan khas Kudus yang akan mereka bawa untuk oleh-oleh.

"Baik umi, sebentar." Zayn segera mengetuk pintu kamar Bikka dan ternyata adik kecilnya yang cantik sudah siap. Mereka berdua segera keluar menghampiri umi dan abinya, Bika terlihat sangat nyaman dalam gendongan kakaknya Zayn.

"Ayo, segera kita berangkat! kalau bisa sebelum ashar kita sudah sampai. Jadi bisa beristirahat terlebih dulu meskipun sebentar nanti." Ayya, Rafi, Zayn dan Bika segera berangkat menuju Blitar, tetapi Kyai Bashori dan Umi Hana tidak ikut kali ini. Beberapa minggu ini kesehatan Kyai Bashori agak menurun, jadi mereka memutuskan untuk tidak ikut. Setelah keluarga empat orang itu berpamitan pada kedua orang tua mereka, keempatnya segera berangkat. Zayn yang menyetir mobil itu, Rafi duduk di kursi penumpang di samping Zayn sementara Ayya dan Bika duduk di belakang.

"Zayn, bagaimana perkembangan tentang sindikat kriminal pembobol bank yang umi suruh selidiki, apakah mereka benar-benar penjahat internasional?" tanya Ayya pada putranya. Zayn ini juga seorang jenius seperti uminya dan sebenarnya Rafi agak khawatir dengan otak pintar yang dimiliki Zayn.

"Sudah umi, tetapi ini bukan jaringan internasional. Hanya saja mereka ada menggunakan jasa dari luar negeri untuk membantu melancarkan operasi mereka. Tetapi tetap, otak dari kejahatan ini adalah asli orang dari negara kita. Zayn sudah memberikan data-datanya kepada tim IT kepolisian yang menangani kasus kakek dan nenek. Jadi insyaAllah, tidak lama lagi mereka akan mendapatkan uang mereka kembali dengan utuh." Zayn tetap fokus menyetir mobilnya. Meski begitu, Zayn bisa menjelaskan apa yang uminya tanyakan dengan lancar. Zayn kemarin mereka adalah jaringan internasional, jadi kemarin Zayn bilang kalau uang itu tidak akan kembali, ternyata setelah di telusuri, Zayn akhirnya bisa menemukan pelaku dan sudah menyerahkannya kepada pihak yang berwajib.

"Baik kalau begitu, tetapi kamu tetap aman kan sayang?" tanya Ayya sambil tersenyum dan melirik kearah suaminya.

"Umi tidak perlu khawatir, karena hanya Umi yang bisa menemukan Zayn," keduanya tertawa sementara wajah Rafi sudah sangat tidak enak dipandang. Dia sangat jengkel kepada dua orang terkasihnya ini. Bagaimana mungkin keduanya bisa tertawa bahagia sementara Rafi ketakutan setengah mati. Ayya yang melihat raut wajah suaminya segera menghela nafas.

"Sayang, kamu tenang saja! kami berdua akan selalu aman. Kami berdua akan menjadi kesayanganmu yang sangat lemah dan membutuhkan perlindungan dari mu." Ayya dan Zayn tersenyum, mereka berdua sangat menakutkan. Bagaimana bisa Ayya menyebut dirinya lemah?.

"kalian ini ibu dan anak, kalian benar-benar menggemaskan." Rafi kemudian mencoba menenangkan diri mempercayai kedua orang yang sangat dicintainya ini. Mereka sudah memasuki tol dan pasti perjalanan mereka akan terasa lebih singkat meskipun biayanya agak mahal.

Keluarga empat orang itu sangat bahagia karena bisa berkumpul bersama dan menghadiri haul kakek Zayn. Setelah beberapa lama mereka akhirnya memasuki kota Blitar.

"Umi, kita sudah hampir sampai. Akhirnya aku akan segera bisa merenggangkan otot-ototku yang sudah sangat pegal." Zayn memang menyetir dari kudus tanpa mau digantikan abinya. Zayn baru saja kembali ke indonesia setelah wisuda dua minggu yang lalu, jadi dia sangat merindukan negara tercintanya ini. Untuk itu dia ingin menyetir tanpa mau digantikan abinya. Apalagi ada jalan tol yang baru,jadi membuat jarak yang mereka tempuh semakin dekat.