81. Ketika kau tak bersamaku, rinduku hanya mampu bertumpu pada sajak. Sajak-sajak yang semakin waktu kian menumpuk. Tanpa tau, akan setinggi apa ia akan saling timbun menimbun. (Puisi ke-1405, 10 Mei 2017)
82. Dan kepada bintang-bintang yang menghiasi langit malam ini, tolong sampaikan betapa aku merindukannya. (Puisi ke-1414, 10 Mei 2017)
83. Sejujurnya, aku bisa saja mengirim sajak-sajakku padamu setiap jamnya. Tapi aku hanya ingin jeda. Jeda dari keseluruhan waktuku yang telah kau curi hanya untuk memikirkanmu. (Puisi ke-1228, 25 April 2017)
84. Teruslah tersenyum. Agar puisiku senantiasa bersenandung merdu, bersama riuh ketenangan angin yang berhembus meniup rambutku saat ini. (Puisi ke-1381, 09 Mei 2017)
85. Terbangkanlah doamu tinggi mengangkasa, menembus langit dengan kilau dari setiap harapanmu. Jangan khawatir doamu akan diabaikan atau ditolak oleh Tuhan. Tenang saja, aku mendukung doa-doa baikmu dari sini. Cukuplah kau menuliskan doamu pada lentera, biarkan doaku yang menjadi cahaya dan uap panas, yang membantu menerbangkannya. (Puisi ke-1450, 13 Mei 2017)
86. Senyummu berkilau dengan indah. Tawamu membuncah penuh warna. Lalu nikmat Tuhan mana lagi yang bisa aku dustakan ? (Puisi ke-128, 09 Desember 2016)
87. Satu hal lagi, aku juga menyukai momen ketika kita menceritakan hal lucu, kemudian kau tersenyum karena ceritaku. Tahukah engkau ? senyummu adalah cakrawala ide dari seluruh puisiku. Meski terdengar klise, namun senyummu memang adalah penyemangat hariku disetiap pagi, dan penyejuk tidurku pada setiap malam. (Puisi ke-914, 11 Maret 2017)
88. Sebab aku masih ingat betul ketika aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta bukan hanya karena aku menyukaimu, bukan karena kau cantik, atau karena fisik lainnya. Namun, aku jatuh cinta padamu karena aku ingin membahagiakanmu. Dan bila langit adalah salah satu bukti kebesaran Tuhan, maka kaupun juga salah satu bukti, bahwa Dia mampu menciptakan sesuatu dengan sangat sempurna di setiap detailnya. Aku bersyukur, bisa menuliskan setiap detail keindahanmu bersama sajak-sajak sederhana, disini. (14 Mei 2017)
89. Kelak, kau akan menemukan sore yang tenang, sunyi tanpa suara. Dengan hening yang menenggelamkanmu, sang waktu membawamu pada memorial masa lalu. Kemudian engkau kembali mengingat semua kenangan, dan merekapun satu-persatu terlintas dalam fikiranmu. Dan tanpa kau sadari, akhirnya kau tersenyum ketika giliranku lewat. (Puisi ke-892, 09 Maret 2017)
90. Malam boleh semakin larut. Meninggalkan cahaya remang dan menyisakan dingin yang semakin membeku. Namun itu hanya berlaku pada malam, tidak dengan rinduku. Semakin larut, rinduku semakin menggebu. Semakin tinggi, semakin mengangkasa. (Puisi ke-1379, 08 Mei 2017)