100. Bagaimana senyumnya bisa begitu memikat, Tuhan ? Engkau telah menciptakan makhluk yang sangat sempurna. (Puisi ke-1463, 17 Mei 2017)
101. Meski rasaku tenggelam jauh dalam samudra aksara, namun tidakkah kau lihat, bahwa selama ini ada cinta serupa bintang yang menggantung tinggi di binar langit mataku ? (Puisi ke-1474, 18 Mei 2017)
102. Selayaknya mutiara, cintaku memang tenggelam dalam samudra aksara. Namun hal yang selama ini tak kau tau adalah, cintaku telah meninggi setinggi bintang dilangit. (18 Mei 2017)
103. Terima kasih telah hadir mengisi, dan menjadi keindahan dari setiap sajak-sajakku. (Puisi ke-1453, 15 Mei 2017)
104. Bila dengan menatapmu, rindu ini bisa tersampaikan, kumohon biarkan aku merasakannya sejenak meskipun dari kejauhan. (Puisi ke-983, 19 Maret 2017)
105. Dan pada malam yang kian larut ini, kau kembali datang mengetuk pintu hati. Kau berkunjung bersama sejuknya angina, dan aku menyambutmu dengan senyuman. Ketika kukira kau dating seorang diri, tapi aku melihat seseorang dibelakangmu. Dia tidak asing bagiku. Kita berkenalan, dia bernama rindu. (2017)
106. Dan disinilah aku. Bersama pagi yang tenang, ditemani dengan kicauan burung mengalun merdu, kau kembali menenggelamkan aku hingga kedasar palung samudra aksara. Dengan ruang visual paling sunyi, dengan khayal paling gaduh. (2017)
107. Kau pandai menampilkan keindahan, aku pandai meramu aksara. Bukankah dengan kehadiran kita saja, sudah cukup mampu untuk melahirkan sajak-sajak surga yang sempurna ? (Puisi ke-1465, 17 Mei 2017)
108. Taukah engkau, hai pelangi ? Pagi yang menjemput tak selamanya menawarkan damai. Udaranya bisa saja memberikan dingin yang lebih dari udara sepi. Dan diantara itu semua, tak jarang ia selalu bisa menjadikan aku terdiam dalam beku ketika aku sangat merindukanmu. (2017)
109. Maafkan jika aku terlalu banyak bicara. Sungguh, aku hanya ingin menyapamu sekalipun hanya dari ruang maya. (2017)
110. Kau dan sajak, adalah perpaduan sempurna dari sebuah rasa. (Puisi ke-1486, 21 Mei 2017)