"Mungkin, karma itu benar adanya. Jika memang, aku harap waktu bisa berpihak padaku sekali lagi. Dan pertemukan aku dengan orang yang kusakiti 5 tahun lalu,"
~Karina Laksmana~
🗝🗝🗝
"Kim, itu Karin bukan sih?" Pertanyaan dari Sheila, membuat Kimberly bungkam. Dia mengurungkan niatnya untuk menceramahi sahabat masa kecilnya itu. Matanya mengikuti arah yang di tunjuk oleh telunjuk lentik milik Sheila.
Dan, disitulah siluet seseorang yang amat sangat di kenali mereka terlihat. Karina Laksmana. Kerap di panggil Karin. Sahabat lama Kimberly dan Sheila. Atau mungkin, sampai kejadian waktu itu.
Kejadian dimana, Sheila dan Kimberly di jauhi tanpa tahu sebab akibat. Di caci maki tanpa ampun oleh sahabatnya itu. Dan lagi, satu peristiwa yang tidak bisa keluar dari kepala Sheila dan Kimberly. Peristiwa Air Terjun.
Kimberly mengertakan gigi gigi rapihnya. Bagitu pula Sheila yang mengepalkan tangannya. Mereka berdua sedang menahan amarah dan dendam yang begitu besar begitu berhadapan dengan Karin. "Iya, itu dia."
Sheila menatap Kimberly dengan senyum yang tak bisa di artikan "Mau kita mainin?".
"Please, jangan mulai ambigu dulu," peringat Kimberly. Dia terkadang tidak mengerti apa yang di katakan Sheila. Karena satu katanya bisa berarti seribu makna.
"Ck! Katanya udah pro," ledek Sheila. Tapi akhirnya dia mendekatkan mulutnya ke telinga Kimberly. Sheila membisikkan sesuatu. Sebuah rencana yang tidak akan pernah di pahami orang lain. Kecuali kaumnya.
Kimberly membelak begitu mendengar rencana gila Sheila "Lo nggak mikir apa?! Emang si Karin nggak bakal kenal sama kita?!" Protes Kimberly tidak setuju.
"Lo lupa? Kalau ayah udah ngubah kita?" Ingat Sheila. Dia menunggu jawaban dari Kimberly. "Cuman selama seminggu kok!"
"Oke, tapi nggak lebih! Gue nggak mau jadi pecundang yang sembunyi di balik bayang-bayang," final Kimberly yang membuat senyum Sheila mengembang.
Sheila melangkahkan kakinya menuju sahabat lamanya "Gue duluan! Let the party begin!"
"Hai! Gue Sheila. Gue anak baru kelas sebelah, salken!" Ujar Sheila kepada Karin yang sedang melamun. Sepertinya dia menunggu seseorang.
"A-ah! Iya maaf, gue melamun," sesal Karin. Sepertinya dia nampak terkejut dengan kehadiran Sheila. "Gue Karina," balas Karin dengan senyum tercetak di wajahnya.
"Kita pernah ketemu ya? Gue kayak familiar sama wajah lo," tanya Karin. Matanya menjelajahi seluruh inci dari wajah Sheila.
"Nggak deh! Gue nggak pernah kenal orang yang mamanya Karina," balas Sheila ramah. Kalian tidak tahu saja, tangannya sudah gatal ingin mencakar cewek di depannya.
Karina tersenyum kikuk menanggapi ucapan Sheila. "Bye the way, lo sendiri?"
"Ah nggak! Gue punya temen kok. Tuh disana!" Tunjuk Sheila kepada Kimberly yang masih menunggu di kejauhan. "Kalau lo?"
Kirana tampak gelagapan saat di tanya oleh Sheila "I-tu, gue sam-" ucapan Karin terputus oleh suara seseorang dari belakang mereka.
"Dia sama gue," intrupsi seorang cowok berperawakan tinggi dengan suara berat. Sheila mengangkat wajahnya untuk melihat cowok tersebut. Dan seketika dia terbelak.
Bukan hanya Sheila, tapi Kimberly yang sedang menunggu di belakang juga terkejut bukan main. Orang yang dulu pernah mengisi hari-harinya ada disini. Orang yang special diantara mereka sekarang berdiri lagi tepat di hadapan Sheila.
"Semua orang ada disini?!"
"Lo siapa ya?" Tanya Sheila dengan tenang. Tapi, tidak dengan jantungnya yang dari tadi sudah ingin melompat. Dan jangan lupa, tangan yang bersembunyi di saku cewek itu pun gemeteran.
"Gue Brandon," jawab cowok itu yang bernama Brandon. Tentu saja, Sheila sudah tahu nama nya. Brandon Aldebaran. Mereka semua dulu satu sekolah dasar. Tapi tidak, semenjak Sheila dan Kimberly di keluarkan.
Dari kejauhan, Kimberly sudah was-was. Karena kalau Sheila gugup, dia bisa saja bertindak bodoh. Apalagi yang berada di depannya, adalah orang yang melukai hatinya. "Hei La!" Kimberly menepuk pundak Sheila.
Dengan cepat Sheila berbalik memandang Kimberly. Dia tersenyum lega melihat Kimberly. "Kenalin ini temen gue Kimberly," ucap Sheila kepada Brandon dan Karin.
"Gue Karina, dan ini Brandon," balas Karin. Kimberly tersenyum kikuk ke arah Brandon dan Karin. Sementara Brandon, dia terus melihat Sheila tanpa sebab.
"Lo belum kenalin diri ke gue," dingin Brandon ke Sheila. "A-ah, iya! Gue Sheila," balas Sheila.
Brandon terdiam sebentar. Dia memperhatikan Sheila dan Kimberly dengan intens. Koreksi, dia melihat mata mereka. Dan satu kata terbesit di pikirannya. Aneh.
"Oh"
Dan sekarang, ingin rasanya Sheila mencakar Brandon karena sikap dinginnya. Semua cowok disini siluman kulkas apa?!
"Jangan dingin-dingin ke cewek!" Peringat Karin dengan ketus.
Brandon hanya memberi cengiran bodohnya "Ntar lo di bully lagi Rin,"
Kimberly dan Sheila terkejut mendengar bahwa Karin adalah korban bully. Padahal, di sekolah dasar, dia adalah ratu bully.
"Tenang aja, kita nggak akan ngebully lo kok!" Kimberly terkejut mendengar jawaban Sheila. Sontak dia menoleh dan memasang tatapan yang sulit di artikan. Kalau begitu, arti rencananya apa?
Dan karena ekspresi Kimberly. Brandon kembali curiga. Dia berusaha mendapatkan sesuatu dengan melihat matanya. Tapi, masih tidak ada apa-apa. "Punya rencana apa lo?"
"Hah? Kita cuman mau nyari temen," balas Sheila. "Emang lo kira kita mau apa?"
"Gue cuman nggak bisa liat pikiran lo," gumam Brandon. Tapi masih terdengar oleh Kimberly.
"Lo nggak bisa lihat pikiran kita? Lo sixth?" Kaget Kimberly. Sebenarnya, hanya pura-pura. Dia tahu, kalau teman nya itu special.
"Iya, Brandon itu punya kekuatan khusus," bukan Brandon yang menjawab, melainkan Karin.
Kimberly tersenyum pahit melihat kedekatan keduanya. Padahal, dulu mereka jelas-jelas saling bertentangan. Sheila yang paham kondisi sahabat nya itu prihatin. Dengan cepat, ia mengganti topik pembicaraan.
"Bisa ajak kita keliling sekolah," ujar Sheila.
"Nggak," balas Brandon
"Sayangnya gue nggak nanya," dan dengan begitu saja, Sheila menarik tangan Brandon dan Karin. Sementara Kimberly, di tinggal begitu saja.
"Tuh anak kebiasaan! Giliran ada yang baru, gue di tinggal," gerutu Kimberly.
"Oi Kim! Lo ikut nggak?" Sheila membalikkan badan menunggu Kimberly yang berada jauh di belakangnya. Sedangkan Kimberly sudah tak paham lagi dengan perilaku cewek satu itu.
"Demi apa kenapa gue bisa temenan sama dia?!" Gerutu Kimberly. "Dan mirisnya lagi, dia partner gue?!"
🗝🗝🗝
Dua puluh menit. Sudah dua puluh menit Sheila meminta Brandon dan Karin untuk tour keliling sekolah. Dimulai dari kantin, ruang guru, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan tenis, gedung kreasi dan seni, aula, dan berakhir di perpustakaan. Tapi, itu belum membuat Sheila puas.
Setiap Kimberly mengomel, Sheila hanya menjawab 'salah siapa sekolahnya gede amat!'. Menyebalkan! Sedangkan kaki Kimberly sudah tidak bisa di ajak kerja sama lagi. Semalam, tugasnya sangat berat. Jika Sheila tugas belakang meja, sudah pasti Kimberly dapat tugas lapangan.
Di sisi lain, Karin dan Brandon sudah was-was. Karena upacara mulai 5 menit lagi. Sementara Sheila masih sangat keras kepala. "Ayolah La! Kita ada upacara 5 menit lagi," bujuk Karin untuk kesekian kali.
"Alah, bolos gampang!" Balas Sheila dengan wajah yang super tenang.
Sementara Brandon tergelak mendengar penuturan Sheila. "Nggak! Kita nggak pernah bolos dan nggak akan pernah mau bolos," tolak Brandon.
Dan asal kalian tahu, Kimberly dan Sheila sudah menahan tawa mati matian. Tidak pernah bolos? Murid mana yang tidak pernah suka kata bolos?
"Astogee, kalian itu terlalu tegang! Bolos sekali nggak ada salahnya kan?!" Bujuk Kimberly.
"Kalian nggak tau, disini kalau bolos hukumannya serem," ujar Karin
"Emang apa?"
Sebuah suara mengintrupsi perbincangan empat remaja itu. Suara yang sangat familiar sekaligus menyebalkan di telinga Sheila. "Bersihin satu sekolah,"
"Dia lagi?!"
🗝🗝🗝
Tetap tunggu kelanjutan dari My Story.
Stay tuned!