Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

MUTIARANYA KANG PUR

Anik_Susanti_0729
--
chs / week
--
NOT RATINGS
20.4k
Views
Synopsis
Namaku Sampurno, begitulah orangtuaku memberi nama padaku. Katanya supaya aku bisa menjadi lelaki sempurna akhlak dan rupawan. Aku dilahirkan dari keluarga biasa saja, namun aku memiliki cita-ciya yang tinggi. Aku termasuk anak yang cukup dibanggakan. Doa orangtuaku terkabul hingga lulus Sekolah Menengah Atas aku sering mendapat juara kelas bahkan juara sekolah. Hingga saat masuk kuliah , pandanganku salah. Sejak bertemu dengan Mutiara. Gadis polos nan manis yang sangat aku kagumi tetapi sulit kugapai karena rasa rendah diriku. Aku hanya anak orang miskin, aku takut menggapaimu Mutia. (Sampurno) Aku mengagumimu Kang, kamu sosok yang cerdas, pekerja keras, berakhlak. Apa arti semua perhatianmu itu Kang Pur? (Mutiara)
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Mutiara

Perkenalkan namaku Sampurno. Panggil saja Pur, Purno, kalau teman kecilku lebih suka panggil Porno entahlah aku sama sekali tidak keberatan yang penting temanku bahagia. Tapi aku lebih suka dipanggil Kang Pur. Padahal dulu aku beranggapan panggilan Kang itu ndeso nggak gaul. Tapii... Sejak aku mengenalnya aku suka sekali dipanggil Kang Pur. Panggilan sayangnya untukku (itu cuma perasaanku saja sih, hahaa aku terlalu ge er).

Untuk nama dulu aku pernah bertanya sama Bapak kenapa namaku Sampurno kok seperti merk rokok, kukira Bapak seorang perokok. Ternyata tidak, nama Sampurno sama sekali tidak ada kaitannya dengan merk rokok. Kata beliau namaku berati Sempurna, nama sekaligus doa dari bapak agar kelak aku jadi lelaki yang sempurna akhlak dan fisiknya. Doa bapak dan emakku terkabul. Dari segi fisik aku bisa dibilang tampan (mungkin aku terlalu pe de, tapi nggak boleh protes ya! Haahaa), kulitku bersih tinggiku 170 centimeter rambut hitam lurus berat badanku ideal meski tidak ada perut sobek. Aku selalu bersyukur meskipun cuma anak buruh tani tapi Allah menganugerahi fisik yang bagus. Sempurna kalau kata teman-teman.

Dia yang awalnya memanggil aku Kang Pur. Seorang gadis teman kerjaku di sebuah minimarket. Kamu tahu kan minimarket dengan nama seperti nama bulan di kalender itu. Awalnya aku cuma menganggapnya teman biasa seperti yang lain. Gadis itu jarang tersenyum, oh ralat dia tersenyum pada teman perempuan saja dan dengan pelanggan karena memang kami dituntut ramah pada pembeli di minimarket ini. Wajahnya juga tak cantik tapi tidak buruk juga, dia satu satunya pegawai disini yang tidak pernah dandan beda dengan pegawai lain. Tubuhnya tak terlalu tinggi, mungkin sekitar 148 centimeter. Kata teman-teman cowok Mutiara itu sombong kalau ditanya jawabnya cuma sepatah dua patah kata. Kalau diajak keluar rame-rame dia tidak pernah ikut selalu beralasan ada acara. Itulah kesan pertamaku pada gadis yang bernama Mutiara.

"Mut kamu lagi ngapain loncat loncat di gudang?" Tanyaku saat melihat gadis itu meloncat seperti mau mengambil barang tapi tidak bisa, hahaa dia kan mungil.

"Eh... Kang Pur aku mau ambil diapers diatas tapi aku gak bisa, hehe gak nyampai Kang."

"Owalah bilang dong Mut kan bisa aku ambilin."

Mutiara tidak menjawab hanya tersenyum saja. Aku langsung mengambilkan diapers yang dimaksud Mutia.

"Mut, beneran yang isi 38 kan ukuran M?" Tanyaku menegaskan supaya tidak ada kesalahan ambil barang.

"Iya Kang Pur, makasih ya aku ke depan dulu udah ditunggu pelanggan." Jawabnya.

Tunggu kalau tidak salah tadi pipinya Mutia kok bersemu merah apa karena lelah ambil barang gak dapat-dapat ya sehingga pipinya kemerahan gitu ya? Batinku.

"Tapi Mutia lebih manis kalau mau senyum gitu." Aku menggumam pelan.

Aihhh aku jadi pengin lihat muka Mutia yang bersemu merah itu.

Saat aku keluar dari gudang kulihat Mutia sedang sibuk melayani pembeli. Dia kelihatan kerepotan karena banyak pembeli yang mau membayar di kasir. Ya, Mutia si pendiam itu adalah kasir di minimarket ini. Tanpa dikomando aku langsung berinisiatif membantunya.

"Mut, aku bantu ya!"

Aku langsung mengambil plastik dan memasukkan barang yang sudah di scan oleh Mutia. Karena bantuanku antrian pembeli akhirnya cepat teratasi.

"Kang Pur maturnuwun nggih sudah bantu Mutia."

Aku yang tidak terbiasa mendengarnya bicara dengan logat jawanya langsung menoleh.

"Iya Mut, sama-sama. Eh tumben kamu pakai basa jawa, asal Jawa to Mut?"

"Iya Kang." Jawab Mutia singkat.

Aku yang mau bertanya lebih jauh akhirnya memutuskan diam saja dan mengajaknya untuk menutup minimarket dan bersiap-siap pulang karena sudah jam 10. Sampai di parkiran aku menemukan Mutia berjongkok di samping motor maticnya.

"Ada apa Put? Banmu kempes ya?" Tanyaku.

"Iya nih Kang ban kempes, ini mau aku bawa ke depan mumpung Lik Parmin belum tutup."

Lik Parmin adalah tukang tambal ban yang ada di depan minimarket ini. Kemudian Mutia menuntun motornya ke bengkel tersebut.

Melihatnya sendirian menunggu ban motornya ditambal aku jadi tak enak hati membiarkannya malam hari menunggu di bengkel sendiri, kata Emak kalau ada orang kesusahan sebaiknya kita tolong. Oke aku akan menolong Mutia siapa tahu bisa mengorek informasi tentang identitasnya. Hahaaa sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.