Akhirnya kami sampai juga di minimarket berlogo gambar lebah. Setelah turun dari motorku Mutia mengucapkan terimakasih sambil tersenyum. Tunggu... Sepertinya ada sesuatu yang berbeda di wajahnya. Apa ya? Ya Allah kapan gadis itu menggunakan make up? Kenapa di wajahnya ada semburat merah seperti habis menggunakan apalah itu namanya kalau tidak salah e shado, jangan protes jika aku salah sebut. Aku kan cowok mana paham tetek bengek yang berhubungan dengan make up. Semburat merah di wajah Mutia bikin dia tambah... Emmmm manis. Uhukkkk Pikiran ngawur mulai bermunculan di otakku.
Hari ini Haikal teman kami di minimarket yang biasanya menemani Mutia di bagian kasir untuk membungkus dan memasukkan belanjaan para pelanggan sedang tidak masuk. Maklum minimarket tempatku bekerja tempatnya strategis dekat dengan sekolah, hotel dan dekat dengan air mancur menari yang banyak dikunjungi kalau malam Sabtu dan malam Minggu jadi pembeli ramai sehingga kasir disini sangat butuh teman untuk membantu pekerjaannya. Pak Hadi menyuruhku untuk menggantikan Haikal menemani kasir. Aku langsung bersemangat karena aku bisa dekat dengan gadis manis itu. Haiiisssshhhh aku bisa bisa tidak konsentrasi kerja malah mantengin wajah manis ini. Aduhhh duh duhhh pikiranku sepertinya mulai konslet, aku perlu di rukyah.
"Mut kalau kamu mau sholat ashar, sholat dulu sana."
"Emang Sampeyan udah sholat Kang?"
"Aku udah sholat kok, gantian kamu sana. Mumpung agak sepi pembeli. Lebih baik segeralah menunaikan kewajiban umat muslim. Biar hidup kita imbang antara dunia sama akhirat. Heheee maaf Mut kok malah aku jadi ceramahin kamu."
"Iya Kang, kalau gitu aku sholat ashar dulu. Tolong digantiin tugasku ya?"
Si gadis manis itu kemudian segera berlalu ke belakang. Aku segera melanjutkan tugasnya. Lima belas menit setelahnya Mutia kembali sambil bawa dua kopi hitam di cup.
"Kang Pur mau kopi?"
"Eh dari mana kamu tahu aku seneng kopi hitam Mut? Dan ini kok ada dua buat siapa saja?"
"Eh.. itu anu pernah lihat sih, Sampeyan minum kopi sama Haikal sama Rudi. Untuk yang satu lagi buat akulah, aku juga suka kopi hitam."
"Makasih ya Mut, kopinya gratis apa bayar nih?" Aku suka menggoda gadis ini.
"Bayar juga boleh Kang, segelas lima puluh ribu ya. Hehee"
"Hahaaaa bisa juga bercanda kamu ternyata Mut."
Aku menerima kopi pemberian Mutia dengan hati berbunga-bunga. Satu fakta aku temukan ternyata Mutia juga suka kopi hitam. Ternyata hobi kami sama. Bolehkah aku ge er? Apa selama ini gadis manis itu memperhatikan aku? Kalau iya pastinya aku tambah ge er dan bahagia.
What??? Bahagia? Apa benar aku bahagia cuma gara-gara segelas kopi dari Mutia? Dan kenapa rasa kopi ini kok lain dari biasanya ya. Seperti ada yang spesial, teguk demi teguknya mengandung rasa manis yang berlebihan. Bagaimana nggak berlebihan coba kalau minumnya sambil memandang senyum gadis manis di sampingku ini. Ahhh bisa bisa aku terkena penyakit diabetes kalau tiap hari melihat senyum itu. Kenapa pula Sampurno jadi lebay seperti remaja labil.
Pur Pur kamu harus periksa ke dokter untuk memastikan kadar gula darahmu normal. Atau jangan-jangan hatiku yang kurang waras karena serasa ada bunga-bunga bermekaran disana padahal kan aku tidak menanam bunga di hatiku. Ya Allah aku ini lelaki tapi kenapa aku semelow ini hanya karena diberi segelas kopi dan memandang senyuman tulus seorang gadis. Kalau hatiku bisa dilihat teman-temanku disini pasti mereka akan mengejekku habis-habisan. Aku yang selama ini terlihat cuek dengan teman perempuan sekarang bisa-bisanya senyum-senyum nggak jelas. Rasanya aku malu pada diriku sendiri.
----
Apa aku berlebihan? Tadi sore Mutia hanya tersenyum sebentar tapi efek senyumnya kenapa terasa sampai malam ini? Rasanya aku tidak rela jam kerjaku habis di jam tujuh malam ini. Aku ingin lebih lama melihat gadis manis itu lagi. Tapi siapa aku? Cuma anak buruh tani yang bejo bisa kuliah di jurusan tehnik komputer. Itupun karena kebaikan guruku SMA yang mendaftarkanku. Astaghfirullah... Aku menggumam istighfar berkali-kali karena sadar aku telah kufur nikmat. Harusnya aku bersyukur meskipun miskin aku bisa kuliah. Meski miskin harta aku bercita-cita untuk tak miskin ilmu. Pukul 20.00 WIB Jam kerjaku sudah selesai jadi aku bisa pulang dan istirahat. Tapi tunggu! Aku kan punya tugas yang harus dikumpulkan besok. Aku segera bergegas menyelesaikan pekerjaanku.
Akhirnya setelah membereskan pekerjaan aku ke belakang menuju lokerku mangambil tas, jaket dan helm. Sepertinya aku harus lembur malam ini di rental untuk mengerjakan tugas individu yang harus dikumpulkan besok. Aku sampai melupakan Mutia karena terburu-buru menuju rental di depan minimarket. Gusti Allah ternyata sangat memberikan kemudahan pada mahasiswa miskin sepertiku. Meskipun aku kuliah sambil bekerja aku diberi banyak kemudahan. Misalnya kemudahan mendapat pekerjaan halal yang bisa menyesuaikan jadwal kuliah, ada tugas mendadak tempat rental pengetikan dekat dengan tempat kerjaku. Aku ngantuk ada yang memberi kopi. Eh... Huh konsentrasi Pur jangan ingat Mutia terus, nanti tugasmu berantakan dan nilaimu jadi taruhannya. Ingat kamu kuliah dengan mendapat beasiswa jadi kamu harus menjaga nilaimu agar tak turun, bisa-bisa beasiswamu dicabut. Pikiranku memberi peringatan agar aku tahu diri. Ya aku cuma mahasiswa miskin yang bisa kuliah dengan mengandalkan beasiswa. Mana mungkin Mutia tertarik padaku. Huhhh... Keketuk kepalaku berulang-ulang kenapa lagi-lagi aku teringat dengannya. Aku benar-benar belum bisa move on dengan senyum gadis yang mengandung pemanis itu.
----
Alhamdulillaah... Aku mengucapkan hamdalah sambil meregangkan otot tangan dan punggungku yang terasa pegal. Rasanya punggungku pegal, jari-jariku seperti kesemutan karena menekan tuts keyboard komputer selama dua jam hampir tanpa henti. Setelah selesai mengetik dan print out tugas makalah aku keluar dari bilik tempat membuat tugas. Saat akan membayar biaya cetak aku melihat punggung seorang gadis yang kukenal.
"Mutia?"
Gadis itu menoleh dengan ekapresi kaget kemudian tersenyum. Ya Allah senyum tadi saja belum hilang dari pikiranku. Sekarang ditambah lagi senyum yang lebih manis. Duh Gusti... Bisa-bisa aku kena penyakit diabetes beneran. Mutia senyummu yang mengandung pemanis itu bisa mengalihkan duniaku.