"Kezya jangan lari-lari terus..., aku capek ngejar kamu... berhenti... jangan main di jalan nanti Bunda bisa marah ama kamu...., kalau kamu jatuh ataupun terluka." kata Kania yang memadai kembarannya itu sedang asik mainan air hujan sambil berlari-lari kecil dengan kaki mungilnya mereka baru berumur 5 tahun.
"Tapi di sangat sangat mengasikan....hahhahaha...,. Ayo Nia kita kesana... mumpung bunda dan ayah tidak mengawasi kita." kata Zya riang, sambil berlari kearah taman bermain di seberang jalan,walaupun tangan dan kakinya sedikit lebih pucat karna hujan-hujanan.
"Jangan Zya bunda dan Ayah akan marah karena kita belum meminta izin." kata Nia mencegah tapi Zya malah tidak menghiraukannya.
"Nia apa kau tidak bisa menjaga kembaranmu..., sudah Ayah ingatkan bahwa Zya sendang sakit dan tidak boleh kedinginan." kata sang Ayah memarahi Nia.
"Maaf Ayah tapi Nia telah memberi tahu Zya..., tapi Zya kekeh ingin bermain air hujan." kata Nia menunduk menahan tangis, dan air matanya pun berlinang tanpa diminta, Zya menangis dalam diam, karena dia sudah biasa akan hal itu... tapi tetap saja dia akan berakhir menangis.
Sedangkan sang Ayah yang menghawatirkan Zya karena Zya mempunyai penyakit lemah jantung, bahkan Ayahnya suka melupakan bahwa putrinya tidak hanya Zya. Ayah seakan-akan tidak pernah menyayanginnya itu lah yang Nia pikirkan, bahkan Nia akan bercerita dan bertanya pada ibunya apakah ayahnya itu membencinya? dan Ibunda jawaban "Ayah mu sangat menyayangi kalian berdua lebih dari apapun di dunia ini." tapi Nia merasa meragukannya karna sikap Ayahnya yang bahkan tidak pernah menganggapnya di saat Nia di dekatnya, Ayahnya pasti hanya akan menanyakan tentang Zya , sudah minum obat atau belum dan semua perhatian ayah hanya untuk Zya.
"Bunda...., Bunda...., Bunda... Bunda dimana?" kata Nia dengan mata berkaca-kaca dan bahkan suaraanya terdengar pelan dah menyedihkan kata Nia panik kemudian ingin memasuki kamar orang tua nya, tapi dia melihat bundanya sedang memerikan kode untuk menyuruh pergi dengan membawa handphone yang bunda yang tertinggal di kamar mereka, seakan mengerti situasi bundanya sedang ditawan perampok.
" Nia kenapa kau meninggalkanku." kata Zya yang baru bangun tidur dan mencari mu dari tadi dan bahkan aku memanggil-manggil ayah dan bunda tapi tidak mereka tidak datang juga nya."
"Kita harus keluar dari rumah dan meminta bantuan sekarang." kata Nia menarik tangan Zya keluar tanpa menjawab kebingungan Zya.
"Kita mau kemana sih, mengapa kita jalannya mengendap-ngendap seperti pencuri?" kata Zya, setelah sampai cukup jauh dari rumah mereka tapi masih bisa mengawasi rumah dari jauh.
"Rumah kita dirampok dan ibu sedang ditawan, lihat orang asing itu memasuki rumah kita dan mereka lah perampoknya." kata Nia menjelaskan.
"Bagaimana cara kita agar bisa menyelamatkan Ibunda?" kata Zya yang mulai menangis.
Sudah jangan menangis kita akan menghubungi ayah sekarang. karna Nia tau ayahnya tidak menyukainya Nia menyuruh Zya untuk bicara pada Ayahnya.
"Hallo, asalaamuaikum Ayah, pulanglah dan bawa pak polisi.... ke rumah kita.., hisk..hisk...hiks... Ibunda... sedang ditawan penculikan dan kami berdua berhasil keluar rumah." kata Zya disertai isakt tangis yang menyedihkan.
"Hallo, waalaikumussalam nak, kalian tunggu lah di sana Ayah akan pulang sekarang." kata sang Ayah dari telpon.
Tidak lama kemudian Ayah datang sendirian, dan menghampiri kedua anaknya dan memeluk mereka dan mencim kening mereka dengan sayang.
"Anak ayah tunggulah disini, Ayah akan menyelamatkan ibu kalian." kata sang ayah menyuruh ke 2 anak agar anaknya itu di tempat itu supaya tetap dalam keadaan aman.
"Ayah Zya ingin ikut Ayah hiks...hiks...," kata Zya di sertai Isak tangis.
"Nia janga kembaran kamu, jangan sampai dia mengikuti Ayah." kata sang Ayah dengan tegas.
"Baik Ayah." kata Nia dengan patuh.
Kemudian setelah ayah mereka meninggalkan mereka dan Zya ingin mengikuti nya tapi tidak bisa karna Nia memeluknya dengan erat.
"Nia lepaskan aku.., hisk..hiks.. aku ingin ikut Ayah..." kata Zya yang berusaha berontak.
"Tidak, diamlah disini percayalah bahwa Ayah akan kembali. Aku sudah menelpon polisi tadi dengan diam-diam aku tau Ayah tidak akan melapor karena terlalu menghawatirkan ibu dan kita berdua." kata Nia meyakinkan.
Tiba-tiba semua pereman itu pergi dengan mobil mereka dan membawa barang-barang curian, tapi sayangnya polisi keburu datang dan mereka terkepung mereka sebelum mberhasil memasuki mobil.
"Angkat tangan atau kami tembak." kata salah satu komandan polisi.
Para perempuan pun mengangkat tangan mereka, karna merasa masalah sudah selesai Zya pun berlari kedalam rumah dan mencari kedua orang tuanya dia melihat Ibunya terikat dan ayahnya dalam keadaan babak belur, tangisnya semangkin menjadi-jadi. sedangkan Nia yang mengikuti Zya pun membantu melepaskan ikatan tali pada tangan dan kaki bunda.
"Bunda bangun..., Bunda..." kata Nia sambil menangis dalam diam, bundanya tak kunjung membuka mata dan tubuh bundanya terlihat pucat.
Terlihat darah menggenang di bawah kursi dan karena Nia phobia darah Nia langsung pingsan dan hilang kesadaran.
Sementara Zya sibuk memguncang-guncang tubuh Ayahnya agar cepat bangun, disertai tangisan yang memilukan. tapi sayangnya tanpa mereka ketahui ada seorang penjahat yang masih didalam rumah dan penjahat itu pun menusuk Zya dari belakang sehingga penyebab kan Zya hilang kesadaran karna luka tusukan itu yang terlalu dalam.
"Tidak..... Nia...., Ayah... Bunda...." teriak Zya bahkan dia telah mengeluarkan keringat dingin yang membanjir tubuhnya.
"Sayang bangun, kau mengalami mimpi buruk." kata Azka dengan panik yang mengguncang tubuh Zya dengan sebelah tangan untuk menyadarkannya, sambil tangan yang lain menepuk-nepuk
pelelan pipi Zya agar agar terbangun.
"Tidak, Ayah dan Ibunda..., Kania.." gumam Zya pelan sambil menangis dalam diam.... aku Zya lalu siapa di mimpi itu pikir Zya.... dalam lamunnya.
Sementara Azka sibuk memeluk tubuh dan dan mengelus punggung Zya berusaha menemukan gadis yang sangat di cinta nya itu.
"Sudah tenang, sekarang minum air terlebih dahulu." kata Azka mengambil air diatas naska untuk Zya. Zya pun hanya diam dan meminumnya sedikit.
"Apa ada yang sakit sayang? aku sangat hawatir karna teriakanmu tadi." kata Azka yang menghawatirkan Zya.
"Tidak aku baik-baik saja hanya kepala sedikit pusing" kata Zya pelan.
"Apakah dia sudah mulai mengingatnya." gumam Azka pelan yang hanya bisa di pahami dirinya sendiri.
"Apa yang kau katakan tadi?" kata Zya yang menatap heran.
"Tidak apa-apa sayang, beristirahatlah agar rasa pusingnya hilang, aku akan menemanimu." kata Azka sambil memeluk Zya.
"Kau memelukku terlalu erat, aku tidak bisa bernapas " protes Zya.
"Maaf." kata Azka kemudia melonggarkan pelukannya. Azka hanya tidak mau kehilangan Zya kembali.