"Azka... lepas...., aku gak bisa napas." kata Zya berusaha melepas pelukannya Azka.
"Kau harus berjanji tidak akan meninggalkan ku." kata Azka setelah mengendurkan dekapannya pada Zya.
"Kenapa aku harus berjanji bahkan kita baru saja saling kenal 1 Minggu ini, dan kau dengan gilanya ingin menikah dengan aku yang sudah bertunangan." kata Zya sambil menunjukan tangan kirinya pada Azka yang terdapat cincin atau lebih tepatnya bekas cincin, karna cincin tunangannya hilang Zya tidak menyadari hal itu. Padahal Zya sudah menganggap Azka seperti abang yang menyayangi adiknya tapi ternyata anggapan selama ini salah.
"Kita seharusnya menikah tiga hari yang lalu kalau saja tunagan palsu mu itu tidak mengetahui markasku dan hampir menculik mu dariku, jari manis mu akan terpasang cincin pernikahan kita." kata Azka sambil mengecup tangan kiri Zya, seolah-olah dia lah yang dipisahkan dari Zya dan ada laki-laki lain yang ingin merebut Zya darinya, walaupun itu faktanya.
"Azka dia hanya ingin menyelamatkanku karna dia berpikir kau lah yang ingin menculik ku darinya, kenapa kau memutar baikan fakta?" kata Zya yang sedikit kesal.
Kemudian Azka keluar kamar Zya dan menguncinya dia tidak ingin tersulut emosi dan menyakiti istri kesayangannya itu, padahal selama 3 tahun belakangan ini Azka mati-matian menahan rasa rindu hanya ingin memeluk Zya dan hanya ingin Zya selalu di sisinya, karna Zya adalah istri walaupun secara sirih, dan akan menjadi istri sahnya dalam waktu 3 hari lagi, Azka sangat mencintai Zya lebih dari apapun di dunia ini tentu setelah cintanya pada Allah, walaupun Azka belum jadi seorang yang begitu baik dan sholat dan ibadah nya kadang masih bolong-bolong Azka sangat percaya bahwa Allah telah menjadikan Zya untuknya biarkanlah Azka egois untuk hal-hal yang berkaitan dengan Zya. Bahka ketika Zya lebih membela tunangan palsunya itu hati Azka terasa sangat panas dan cemburu.
"Ya Allah apakah hamba salah karna telah membela calon suami hamba, yang dihina orang asing? ya Allah hamba hanya ingin berusaha menjadi calon istri yang baik, ya Allah ampunilah hamba, berilah hamba petunjuk, sesungguhnya hidup hamba yang penuh ujian ini adalah bukti bahwa hamba lah yang layak diuji oleh engkau, sesungguhnya engkau tidak akan memberikan beban yang diluar batas kemampuan hamba mu yang lemah ini, ya Allah sesungguhnya hamba berada dalam ke ragu-raguan akan diri hamba ini siapa, ampunilah hamba, sembuhkan lah rasa sakit dihati dan kepala hamba ini yang hamba tak tau apa sebabnya, dan keluarlah hamba dari ke ragu-raguan itu, berilah hamba petunjuk sesungguhnya engkaulah Tuhan yang maha menetapkan hati, membolak-balik hati dan menguntungkan hati yang lemah ini Amin." kata zyya setelah selesai berdoa setelah sholat subuh.
Zya sangat bingung kenapa Azka tidak membuka pintunya dari semalam Zya telah berusaha membuka pintu itu tapi terkunci dari luar, sebenarnya Zya ingin kabur dari sini tapi selain mision ini berkata di lantai 5 jendelanya juga di tralis sehingga tidak memungkinkan untuk kabur, Zya seperti burung dalam sangkar emas saja yang bisa mati bosan karna tidak bisa terbang bebas walaupun fasilitas disini sangat mewah.
Di lain tempat Azka sedang sibuk memarahi asisten nya dan semua penghuni mision karna hampir kehilangan Zya beberapa hari yang lalu.
"Kalian taukan bahwa istri saya itu hampir diculik 3 hari yang lalu jangan pikir saya hanya diam saja kalian malah seenaknya, perketat keamanan jangan biarkan istri ku keluar satu langkah pun dari mision ini, kalian wajib mengawasinya 24 jam, jika tidak kelurga kalian akan ku bunuh satu persatu." kata Azka dengan sadisnya.
"Ampun tuan maaf kan kami, kami akan memperketat penjagaan dan akan menjaga nona dengan baik 24 jam." kata Roni yang merupakan kepelah pelayanan itu dengan tubuh gemetar takut, akan aura intimidasi dari tuannya.
Azka kemudian meninggalkan mereka semua,dan menuju kamar Zya dia lupa bahwa semalam kamar wanitanya itu dia kunci, dan Azka merindukan Zya.
Sebenarnya Azka mempunyai 2 kepribadian, kepribadian pertama hangat dan penyayang dan kepribadian kedua sadis, denvil dan egois. walaupun dengan 2 kepribadian Azka tetaplah sangatlah mencintai Zya walaupun dengan cara yang berbeda sesuai kepribadian yang muncul. hal ini hanya di ketahui oleh kakeknya dan psikoterapis yang telah menanganinya 3 tahun terakhir dan karna Azka telah berhasil sembuh dan bisa mengendalikan emosinya walau terkadang kepribadian bisa berbeda tapi masih bisa di kontrol dan sadar akan perbuatannya.
"Zya... aku merindukan kan mu....," kata Azka dengan datar, sambil memeluk Zya yang masih menggunakan mukenah diatas lantai terbaring menyaping diatas sajadah, Azka langsung menerobos masuk setelah membuka pintu.
"Azka...," kata Zya dengan lemas.... Zya haus... kepala Zya, sakit...", Zya bersuara dengan sangat lemah menahan sakit.
"Kamu telat makan, semalam kamu tidak makan?, pelayan cepat ambilkan makanan dan obat dari dokter kemaren untuk istriku... ". kata Azka datar dan terdengar galak dan tegas tapi penuh perhatikan pada zya.
"Baik tuan." kata Roy salah pelayan yang mengikuti azya tadi.
Bagaimana Zya ingin makan semalam bahkan pintu nya pun di kunci Azka, kadang cemburu bisa membuat seseorang yang pintar menjadi bodoh.
" Ka....., kepala Zya sakit." kata Zya dengan lemah sambil bersandar di dada Azka karna Azka memeluknya dari awal masuk kamar Zya tadi.
"Sabar ya sayang, maafkan aku..... sebentar lagi kamus kn minum obat." kata Azka yang menyesal dan menghujani pucuk kepala zya dengan kecupan, kemudian mengangkat tubuh Zya keatas ranjang dan membenarkan posisi nya kembali agar dapat memeluk Zya dan sese kali memijat kepala Zya berusaha meringankan sakit yang di derita wanitanya itu .
Untungnya di saat yang seperti ini Kepribadian Azka sudah berubah menjadi Kaa yang penyayang bukan Az egois.
Setelah pelayan datang membawakan makana dan obat Azka pun menyuapi Zya dengan perlahan walaupun hanya 3 sendok karna di sendok keempat Zya hampir menangis memohon agar Azka berhenti menyuapinya, Azka pun mengalah dan tidak memaksa Zya untuk memakan makanan itu lagi, terjadi perdebatan kecil saat Azka menyuruh Zya meminum obat.
"Zya tidak suka Pait ka..., Zya gak mau minum obat." kata Zya memohon agar tidak dipaksa makan obat.
"Zya tidak mau minum obatnya gimana mau sembuh? tadi katanya kepala Zya sakit? Zya harus minum obat." kata Azka berusaha untuk membujuk Zya meminum obatnya.
Sementara Zya hanya menggeleng dan menutup kedua mulut nya dengan tangan, menunjukkan bahwa dia tidak mau minum obat.
"Baiklah kalau Zya gk mau minum obatnya, biar Kaa aja ya yang minum, liat ni Kaa minum obat gak pait kok." kata Azka sambil memasukan obat Zya kedalam mulut dan mengunyahnya kemudian mengambil air dan mendekat kearah Zya dan memeluk Zya dan menyatukan bibirnya dengan bibir Zya kemudia memindahkan obat yang telah di kunyahannya tadi ke Zya.
"Azka kok jahat si..., Zya kan udah bilang Zya gak mau minum obat,... hiks..hiks..hisk...." kata Zya yang kaget akan perlakuan Azka tadi tadi sehingga menyebabkan obat itu tertelan, Zya layaknya bocah 5 tahun menangis karna di paksa minum obat.
Kamu masih sama seperti dulu selalu cengeng dan manja di saat lagi sakit, tapi aku selalu suka sikap kamu ini kata Azka sambil mengeratkan Zya dalam pelukan dan tersenyum tulus yang tidak dapat dilihat dilihat Zya.