Azka menarik tangan Zya untuk berdiri disampingnya, tatapan matanya nya seakan menusuk 3 mahluk lain ditempat itu, siapa lagi kalau bukan Azam, Ramdan dan Umar. bahkan raut mukanya terlihat sangat dingin dan mematikan.
"Zya...., .... mau anda bawa kemana Zya....," kata Azam melihat laki-laki yang menarik tangan Zya itu dengan pandangan tidak suka.
"Jangan berani-berani nya kalian memandang istriku dengan pandangan menjijikkan seperti itu." kata Azka yang memandang tidak suka pada Azam dan teman-teman.
Semua orang dikantin itu kaget setelah mengetahui ternyata Zya merupakan istri dari memilik yayasan atau kampus ini, ada yang Zya dengan kagum, sedih, iri, dan bahkan menghujat Zya secara terang-terangan.
Raut muka Azka pun terlihat menyeramkan dan karna menahan amarah yang dapat dilihat oleh semua orang dikantin tanpa terkecuali Zya. Zya berusaha menenangkan diri untuk tidak takut pada suaminya, nasehat kakek pun terus terbayang di pikiran Zya.
Dengan perasaan takut, khawatir, dan bahagia mengetahui bahwa suaminya ini sangat peduli dan perhatian padanya pun bercampur menjadi rasa yang membingungkan untuk Zya. Azka membawa Zya keluar kampus kemudian merekapun memasuki mobil BMW milik Azka dan pergi dari kampus itu.
"Aduh pasti Azka salah paham, bahkan dia menarik ku saat aku belum berpamitan pulang pada teman-teman baru ku, mereka pasti bingung." kata Zya dihatinya, karna takut Azka akan marah lagi karna lebih mementingkan teman barunya dari pada Azka sendiri. Akhirnya Zya mengeluarkan suara karna merasa asing dengan tempat mereka berpijak sekarang.
"Azka mau bawa Zya kemana?" kata Zya . mereka sudah didepan gedung yang asing menurut Zya.
Azka hanya diam dan kemudian turun dari mobilnya dan mengkode Zya dengan tatapan datar bahwa Zya harus turun besamanya. untungnya Zya paham maksud tatapan suaminya itu
"Ka... maafin Zya...., Zya gak suka tempat itu... kelihatannya menyeramkan." kata Zya ketika mereka sudah keluar dari mobil dan Zya sudah disamping suaminya. Bahkan saking takut nya Zya memeluk dan menenggelamkan wajahnya di dada suaminya yang tinggi itu dan Zya memeluk Azka dengan kencang agar suaminya itu tau Zya takut dan tidak mengajaknya masuk kedalam.
Azka tidak menjawab pertanyaan Zya dan malah menarik tubuh Zya agar sejajar dengan tingginya dan menggendong Zya. Zya seperti bayi koala yang memeluk ibunya karna merasa terancam. Untung nya Zya mengunakan celana longgar berbahan kain denga baju tunik sehingga memudahkan Azka saat mengendongnya. Dan kemudian mereka berjalan masuk kedalam gedung itu, ternyata gedung itu tidak seperti tampak luar, dalam gedung itu sangat bersih, seperti gedung ini bekas tempat pesta Halloween yang di hias menyeramkan jika dilihat dari luar tapi Tampa cukup bersih bagian dalam ruangan itu. sedangkan Zya yang ketakutan pun terisak menangis dalam diam sambil memeluk leher suaminya itu dengan erat. bahkan dia takut hanya untuk membuka matanya karna takut melihat penampakan hantu nanti di gedung ini.
"Sayang..., mengapa... kau menangis...? buka lah mata mu... kita sudah sampai dan akan mengudara 10 menit lagi." kata Azka dengan lembut sambil mengusap kepala Zya yang tertutup jilbab panjang dengan penuh kasih sayang.
"Aku.... takut... tempat ini terlihat menyeramkan dari luar tadi...., kau marah kepada ku... ya sampai membawaku ketempat seperti ini?" kata Zya kesal, bahka Zya mengeluarkan Isak tangis nya dengan air hidungnya pada Jas suaminya itu tampa sungkan.
"Aku tidak marah pada mu sayang..... aku hanya tidak suka milikku dipandang kagum oleh orang lain, kamu salah menilai ku....ini bukan tempat yang menyeramkan sayang gedung ini tadinya bekas perayaan Halloween sehingga nampak sedikit menyeramkan, bukalah matamu.... dan jangan buang air matamu yang berharga ini hanya untuk hal yang tidak penting dan berharga." kata Azka sambil membelai kepala istrikanya itu dengan penuh kasih sayang dan sesekali mengecup kepala istrikanya itu untuk menengkannya. bahka Azka tidak jijik sama sekali dengan Zya terlihat berlinang air mata dan air hidung itu terlihat kurang rapi dan kekanak-kanakan, tapi azka bahka dengan senang hati membersikan muka istrinya itu dengan menggunakan tangannya dan jasnya yang pasti harganya sangat mahal itu.
Dengan perlahan Zya berusaha membuka matanya perlan, dan melihat Azka yang sedang duduk memangku dirinya dan azka melonggarkan pelukannya pada Zya supaya Zya bisa lebih leluasa melihat sekir.
"Ka... kita diatas gedung, dan itu ada helikopter apakah kita akan melihat helikopter terbang dari jarak dekat." kata Zya dengan kagum, setidaknya walaupun Zya tidak pernah menaiki beda terbang itu tapi bisa melihat nya langsung dari jarak dekat sudah membuat nya sangat senang.
"Tentu saja tidak sayang kita tidak akan melihat saja tapi kita akan pergi bersama mereka." kata Azka yang gemas melihat wajah menggemaskan istrinya itu, bahkan saking gemasnya secara tidak sadar dia mencubit pipi Zya.
"Aw.... sakit tau... jangan nyubit-nyibit pipi aku....," kata Zya menunjukkan muka kesal sambil menjauhkan tangan suminya itu dari pipinya. Zya menunjukkan muka sok juteknya padahal mukanya terlihat sangat menggemaskan dimata Azka. Pipi Zya bahka memerah secara alami karna cubitan dari Azka tadi.
"Iya... iya maaf kan aku... istriku tersayang." kata Azka sambil mengecupi kedua pipi Zya secara bergantian. Azka pun tersenyum melihat muka istrinya yang gagal mempertahankan muka juteknya itu.
"Kamu nyebelin banget." kata Zya yang merasa kesal, tapi bukanya menjauh dari suaminya itu Zya malah ngedusel-duses mukanya kedada bidang suaminya itu.... karena merasa malu.
"Hahhahaha...., kau sangat menggemaskan istriku....," kata Azka yang tertawa lepas karna tingkah melihat istrinya ini yang diluar dugaan.
Di lain tempat Muzza Latif sedang memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Zya. Sekarang Muzza Latif telah mengetahui bahwa mantan kekasih itu ternyata telah pengkhianat dan telah menikah dengan pasangan sejenis, Muzza Latif bahkan mengutuk dirinya yang bodoh mengapa sampai pernah menyukai wanita yang belok seperti mantan nya itu.
Tok,tok, tok.
"Masuk", kata Muzza.
"Laporan tuan kami telah menemukan keberadaan nona Kezya, dan ada fakta yang harus tuan ketahui yang mungkin akan membuat tuan tidak akan mempercayainya". kata Amir yang merupakan orang kepercayaan Muzza dalam menyelidiki keberadaan Kezya selama ini.
"Katakan saja, jangan membuatku penasaran". kata Muzza dengan tenang padahal sebenarnya hatinya sangat tidak tenang memikirkan tentang fakta yang akan disampaikan oleh orang kepercayaan nya itu.
"Nona Zya berada di Jakarta sekarang, dan nona Zya telah menikah beberapa Minggu yang lalu yang dihadiri oleh orang tua Zya dan keluarga itu suaminya, dan tamu penting saja. suami nyonya Zya adalah orang yang telah menculik nona Zya sekitar 3 Minggu yang lalu, hanya itu saja informasi yang saya dapatkan tuan , saya tidak berhasil mengetahui nama suami nona Zya yang sertinya seseorang penting yang punya kekuasaan dan pintar menyembunyikan jati dirinya." kata Amir menjelaskan.
"Baik kamu boleh pergi sekarang dan terus awasi Kezya dari kejauhan." kata Muzza dengan intonasi suara yang datar.
Setelah orang kepercayaan nya keluar dari rumah kerjanya Muzza pun ngamuk dengan mengacak-acak ruangan kerjanya .
"Tidak mungkin, bagaimana bisa orang tua Zya menikahkan putrinya saat putrinya itu telah bertunangan denganku." kata Muzza yang marah membating dan mengacak-acak benda apapun yang berada dekat dengannya untuk melampiaskan kemarahannya.
"Aku.... tidak akan membiarkan orang sebaik Zya bersama lelaki itu, aku yakin pasti Zya tersiksa dan tidak bahagia dengan pernikahan nya. Kau tenang saja Zya aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu...., gadis sebaik kamu hanya pantas untuk ku karena hanya kamu yang berhasil bertahan dipikirkan ku dan jiwaku semenjak pertunangan dadakan itu." kata Muzza meyakinkan dirinya bahwa Zya akan bersamanya dengan cara apapun.