Sebuah akhir yang indah berawal dari awal yang sulit.
-Rasya Arzila
***
Matahari sudah pamit kepada semesta. Namun ia akan kembali membawa semangat baru. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.38 namun Rasya belum juga bangun. Namun itu tak bertahan lama, karena suara telpon membangunkan sang empuhnya. Dia mengangkat telepon dengan ogah ogahan.
"Apaan sih?! Ganggu orang tidur aja"
"...."
"Iya iya gw bangun nih"
Kini Rasya sudah ada diposisi duduk dengan wajah yang jauh dari kondisi baik. Suara khas orang bangun tidur mendominasi.
"....."
"Iya ya bacot nanti jam 9 gw dateng"
"...."
Tut
Rasya meletakkan ponselnya dan segera menuju kamar mandi. Melakukan ritual mandinya dan setelah itu pergi menuju dapur mengingat ia belum makan apapum sejak pulang sekolah.
Jika kalian bertanya kemana asisten rumah tangga Rasya? Tadi beliau menelpon ayah Rasya untuk minta ijin pulang kampung karena ibu nya sakit. Tidak bisa diperkirakan kapan ia kembali.
"Makan apaan ya? Laper banget dah"
"Males masak"
"Apa gw ke caffe milik papa aja ya?"
Setelah bermonolog, Rasya segera mengambil jaket dan kunci motor. Caffe milik papanya tidak jauh dari komplek rumah Rasya. Hanya membutuhkan waktu 10 untuk tiba di sana.
Caffe bernuansa angkasa sangat digandrungi anak remaja dan beberapa dari kalangan orang dewasa. Caffe dengan dua lantai. Lantai dasar dengan nuansa biru dan banya hiasan bintang. Lukisan dan lampu mahal dan juga tersedia buku bacaan. Mulai dari novel, komik, cergam, majalah terbaru dan masih banyak lagi. Oleh karena itu caffe ini tak pernah sepi dari pengunjung.
Di lantai atas juga bernuansa biru. Namun di lantai ini di buat lebih formal karena sering digunakan pertemuan antar client. Beberapa ruang privat kedap suara membuat siapapun betah berada di sini
Rasya memasuki caffe nan menghampiri meja pojok dekat jendela. Kesukaan nya, toh. Dimana ia bisa sendiri dan tidak ada yang mengganggu. Rasya memanggil waiters untuk memesan makanan.
"Saya pesan jus strawberry dan nasi goreng seafood"
"Ada lagi kak?" Tanya sopan waiters itu.
"Sudah"
Ini lah kebiasaan Rasya. Dia akan cuek kepada orang lain kecuali orang yang bisa membuat nya nyaman. Seperti Rangga.
Kini makanan sudah tiba. Rasya menikmatinya dengan tenang sampai suara pintu terbuka. Dia melihat siapa yang datang. Dia kaget karena yang datang adalah
Rangga.
Yaa. Rangga berjalan menuju meja yang tak jauh dari Rasya. Dia mengamati terus wajah imut Rangga. Dari ia berbicara pada waiters, menunggu pesanan, bermain game, sampai memakan pesanan nya.
Kini Rasya sudah selesai makan. Namun mata nya tak luput dari Rangga. Sudah hampir sejam Rangga di caffe, namun Rasya tak menemukan Faris dan Dika. Apa dia juga sama seperti nya? Yang suka dengan hal yang berbau privasi.
Sedang asik memandangi Rangga, tiba tiba Rangga menoleh. Sontak Rasya gelagapan dibuatnya. Rasya mengalihkan pandangan nya menuju ponsel miliknya. Rangga mah bodoh amat. Dia tidak peduli dengan hal itu.
Rasya masih ingin berlama lama di caffe namun seseorang menelpon nya. Dengan berat hati dia harus pergi.
***
Di sebuah rumah mewah di disain minimalis, Rasya dan para sahabatnya berada. Rasya jarang punya teman perempuan. Hampir semua temannya adalah laki laki. Entah itu sepantaran, lebih tua, atau blebih muda darinya dia ga peduli. Yang penting mereka bukan fake friend.
"Wee queen kita udah dateng" ucap cowok yang di ketahui bernama dave.
"Ya iyalah ratu, orang cuma dia doang yang cewe" gerutu cowok bernama aldi.
"Udah dateng lho" sang penelpon bernama Rio datang menjabat tangan Rasya.
"Menurut lo?" Sewot Rasya.
"Oh ya lu gw daftarin balab malam ini" ujar Rio selaku sahabat Rasya.
"Oh ok" singkat Rasya kemudian duduk disebelah Dave.
"Eh Sya, mabar yok" ajak salah satu dari mereka.
"Login"
Mereka menghabiskan waktu dengan mabar free fire. Yups. Hanya Rasya yang cewek diantara mereka. Dia juga tidak bakalan melukai Rasya. Mereka tak hanya terdiri dari lima atau enam sekawan, tapi mereka terdiri lebih dari 50 orang yang terdiri dari anak broken home, atau hanya sekedar mencari teman.
Kini jam sudah menunjukkan 20.23 mereka menyelesaikan permainan nya dan segera berangkat menuju sirkuit.
"Eh Sya, lo kesini sama siapa" Tanya Dave
"Naik motor"
"Yaudah, Ri. Gw nebeng ya" ujar Dave yang langsung duduk di jok penumpang motor Rio.
"Eh nyukk. Motor lo kemana?"
"Masuk bengkel" setelah percakapan singkat, mereka semua yang terdiri dari 20 orang langsung menuju sirkuit.
Kini Mereka sudah sampai di arena balap. Dave dan Rio pergi untuk mencari tau siapa lawan Rasya.
"Gimana? Siapa lawan gw?" Tanya Rasya
"Lawan lo ga kasih tau namanya. Cuma inisial R doang gitu" jawab Dave
"Kalo menang gw dapet apa?" Tanya Rasya lagi.
"Kalo lo menang lo dapet motor dia. Begitupun sebaliknya"
Brum brumm
Rasya, Dave, Rio dan anak anak yang lain sontak melihat siapa pengendara tersebut. Tiga orang cowok memakai celana jens dan jaket levis turun dari motor dan berjalan kearah Rasya. Namun ada satu cowok yang tidak melepas helm full face nya.
"Hay" ucap salah satu dari mereka.
" oh hai" sapa Dave.
"Jadi kalian lawan gw" tanya Rasya sembari memperhatikan penampilan ketiga cowok tersebut.
"Oh, ralat dia yang bakal tanding. Panggil saja R" ucap cowok yang diketahui teman nya R.
"Oh"
"Yaudah kita duluan" ucap cowok itu lagi. Mereka bertiga menuju garis start untuk bersiap.
"Kita pergi juga? Udah mau dimulai"
"Kita kesana" Rasya menjawab Perkataan Rio.
***
Di sisi lain, Rangga sedang mengerjakan tugas kaget pasalnya ada jailangkung yang masuk ke kamar nya.
"Hai bro" Rangga menoleh kaget mendapatkan kedua cunguknya yang bertamu tanpa memberitahunya.
"Ngapain kalian disini" Tanya Rangga kepada Faris dan Dika yang seenaknya merebahkan di kasur Rangga.
"Cielah bro. Kita mau ajak nonton balapan. Mo ikut kagak" Ucap Faris sambil memakan cemilan milik Rangga.
"Milik gw itu njir. Jan di habisin"
"Pelit amat bang. Kan bisa beli lagi ya gak Dik?" Ujar Faris sambil mengedipkan mata ke arah Dika.
"Dih najis banget tuh muka"
"Jadi ga?" Tanya Rangga tiba tiba. Ia sudah siap dengan celana hitam dan hoodie dark blue.
"Eh mau kemana kang?"
"Lo bilang liat balapan?! Tapi lo tanya gw mau kemana?! Yang bener saja Ris" cerocos Rangga.
"Eh iya ya. Kok gw bego sih"
"Emang lo bego njir. Hahaha" ledek Dika kemudian menyusul Rangga yang sudah turun dari kamarnya.
"Laaa? Gw kan yang ngajak. Kok malah gw yang ditinggal?" Faris memasang wajah cemberut yang bener bener minta ditampol.
***