Sakit yang lebih sakit ketika teman mu dihina tanpa bukti. Dan jika aku ladeni maka akan semakin senang kamu.
Rasya Arzila
***
Kini Rasya tengah asik bercanda bersama teman nya. Meja yang mereka pilih juga lumayan besar sehingga muat untuk mereka semua. Rasya duduk diantara Vino dan Dave jadi sesekali mereka mencubit pipi Rasya saat mereka gemes. Tak hanya mereka berdua, semua yang ada di sana juga ikut gemas melihat wajah Rasya ketika di goda.
"Ciee yang udah mupon nih yeh.. cie cie" ledek Dave. "Gw ga move on! Cuma gw hanya suka aja sama Rangga, dan gw mau perjuangin. Tapi kalau dia nya gamau di kejar yaudah. Yang pasti masih ada dia di dalam hatu gw." Jelas Rasya.
"Kalo misal ni ya, lo udah jadian sama Rangga dan dia balik sama lo. Lo pilih siapa?" Tanya cowok bernama Satya. "Ya, guw pilih yang bener bener mau nerima gw apa ada nya. Bukan ada apanya. Yang tetap mencintai dia setiap saat bukan cinta saat ada mau nya aja"
"Eh sya, ni cafe kan punya bapak lo nih yakan" ucap Vino.
"Iya. Nape?"
"Request lagu yok. Kita duet"
"Wah mantep tuh. Go aja sya" kata Rio.
"Hm gimana ya" Rasya tampak berpikir. "Lo kan punya suara merdu banget tuh. Ayo elah sya" mohon Dave.
"Bener tuh si Dave. Sapa tau lo dapet duit. Mayan buat beli gorengan mang asep. Hahaha" Aldi tak kalah heboh.
"Kampret dah semua" Rasya ngambek mode on
"Canda elah"
"Nama gw Rasya bukan elah"
"Yok dong sya. Mau ya? Yayaya?" Mohon Vino. Karena tak tega akhirnaya Rasya mengiya kan.
Mereka berdua berjalan menuju panggung dan membisikkan sesuatu kepada mc. "Mohon perhatianya semua. Di sini ada dua remaja yang akan menyumbang lagu untuk kita semua. Jadi nikmatilah" kata sang MC tetsebut kemudian turun dari panggung.
Hal itu sontak membuat Rangga dkk menoleh kesumber suara. Rere dan Vivi dibuat melongo. Pasalnya, setelah pergi entah kemana Rasya mau request lagu bareng cowok.
Kini Rasya dan Vino duduk berdua diatas panggung dengan Rasya memegang mic dan Vino memangku gitar. "Baik perkenalkan saya Rasya yang akan membawakan lagu berjudul menyimpan rasa" tak sengaja iris mata Rasya bertubrukan dengan mata Rangga. Namun Rangga segera memutus kontak mata tersebut.
Jreng jreng
Petikan gitar mulai mengawali lagu yang akan di bawakan oleh gadis itu.
Menyimpan Rasa
Kau ...
Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu
'Ku ...
Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu kuberkata di depanmu
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apa
'Ku ...
Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu kuberkata di depanmu
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apa
Tak bisa kupaksakan dirimu
'Tuk jadi kekasihku bila tak jodohku
Aku tak mudah mencintai
Tapi mengapa denganmu aku jatuh cinta
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apa
Lirik terakhir dibarengi dengan petikan gitar dari Vino.
***
Dimeja Rangga
"Mohon perhatianya semua. Di sini ada dua remaja yang akan menyumbang lagu untuk kita semua. Jadi nikmatilah" mereka menoleh ke sumber suara.
"Wih gila. Belom juga sehari, udah dapet pengganti aja" kagum Dika sambil menatap Rangga. "Sumpah cogan tuh" timbrung Rere.
"Ada yang panas nih" ledek Dika. Perasaan adem gini, nape tuh curut bilang panas yak batin Rangga.
Gw ga peduli dia bareng siapa aja. Yang penting ga ganggu gw lagi.
Ga penting juga gw tahu tuh cowok acuh Rangga.
Kini Rasya sudah turun dari panggung dan gw ikutin aja kemana dia duduk. "Wih gila gila! Tuh Rasya bareng sama para cogan njir! Mau satu dong gw" heboh Rere.
"Yaela, masih gantengan gw kalee" Faris membanggakan diri. "Eh tapi ya, Rasya kek nya akrab bener sama mereka. Satu banding enam belas cuy" cerocos Dika.
"Emang iya?" Vivi memastikan. "Iya Vivi, gw udah itung mereka" karna tak percaya akhirnya Vivi menghitung juga. "Lo bener."
"Eh ngga," merasa terpanggil oleh Rere, Rangga pun menoleh. "Lo ga takut nyesel apa? Seumpama lo sia sia in Rasya. Dia bakal banyak yang bela. Dan banyak juga yang ngantri. Tuh buktinya" Rere menunjuk ke meja Rasya yang tengah asik bercanda.
"Kayak nya Rasya asik banget ngobrolnya. Coba aja sama kita, ga kaya gitu" Faris berkata.
"Eh tapi gw rasa sih, tuh lagu emang buat lo de ngga."
"Apaan sih Vi, lo semua aja yang mudah baper" sarkas Rangga. "Tapi awas nyesel lho".
"Gaakan" tolak Rangga. "Yaudah, buruan makan" lerai Rere.
Lain hal nya dimeja Rasya, mereka tengah asik bercanda sampai tak ada yang tidak tertawa. Pasalnya, mereka menceritakan soal Dave yang nemu boxer hallo kitty di lemari Rio. Dan sang empuh hanya cemberut menahan malu.
"Eh sumpah ya. Gw juga kaget pas mau ambil baju nya. Eh, ada kolor pink. Hahahaaa" mereka semua tak henti hentinya meledek Rio.
"Gw aja yang cewek gapunya yang warna pink. Masa lo cowo mala ngoleksi sih?" Ledek Rasya sambil menutup mulut nya karena terlalu banyak tertawa.
Rio hanya bisa menahan malu nya. Demi apa teman nya yang satu ini membicarakan hal seperti ini apa lagi di tempat umum. Andai membunuh itu tidak dosa, maka Rio akan membunuh mereka semua. Tapi Rio berfikir kalo seumpama mereka mati maka siapa yang akan menemaninya? Aaaa! Rasa nya kepala mau pecah saja.
Rasya hanya mengembangkan senyum seperti bunga yang baru mekar. Ia berniat untuk menghampiri meja Rangga. Namun ia juga tak tega jika harus meninggalkan pasar senen ini. Sumpah ia sungguh bingung. "Nape queen? Kek bingung gitu" kalau boleh di ungkapkan ya, Vino emang pengertian banget.
"Kalo mau nyamperin doi, gpp. Lagian kita masih lama kok disini" seratus buat Dave, karena tebakan nya benar. "Emang boleh nih?" Mereka yang ada di meja pun mengangguk.
"Hmmm... makasih all. Kalian emang the best dah" Rasya bangkit dari duduk nya dan segera menghampiri meja Rangga.
"Hai. Boleh gabung ga?" Rasya bertanya diiringi dengan senyum. "Gausa tanya Sya, duduk aja" Dika mempersilahkan Rasya duduk.
"Huaa ngapain lo kesini. Disana kan banyak cogan. Gw aja pen kesana" Rere dengan mimik mendramatis.
"Emang ga boleh ya gw nyamperin doi?" Dan sementara yang di bicarakan menatap Rasya dengan wajah cengo. "Oh jadi lo kesini mau samperin Rangga doang? Kita nya nggk nih?" Goda Faris.
"Yaelah, kan lo semeja sama doi. Otomatis gw juga nyamperin lo semua juga"
"Hai ngga? Gimana suara aku? Itu buat kamu lagu nya" sementara yang diajak ngobrol sibuk dengan ponselnya. "Ihh! Rangga kok gitu sih? Kalo diajak ngomong jawab dong" kesal Rasya dan yang lain hanya menggelengkan kepalanya.
"Diem bitch. Pertama, gw gasuka sama lo. Kedua, gw gaakan pernah suka sama lo. Ketiga, suara lo gaada bagus bagus nya!" Rangga seolah memungkiri apa yang sebenarnya.
Hati Rasya terasa tergores saat Rangga menyebutnya dengan sebutan jalang. Demi apapun ia tidak pernah terlikir oleh hal itu. "Ngga? Kenapa lo panggil gw bitch? Lo aja gatau kehidupan gw" jawab Rasya.
"Lo cuma cewek miskin yang berkumpul sama banyak cowok hanya untuk memoroti mereka ajakan?" Demi apa? Kenapa bosa Rangga berfikir sampai segitu nya.
Padahal sebelum nya, Rasya sama sekali tidak punya teman. Hanya mereka yang menerima dengan hati tulus dan Rasya juga tak pernah minta aneh aneh.
"Dibayar berapa lo semalam?" Rangga menunjukkan smirk smile nya. "Ngga, sumpah mereka ga kaya gitu. Merek hanya menemani aku gaada niatan aneh aneh ngga"
Mereka berempat hanya diam tak berkutik. Biarkan saja mereka berdua menyelesaikan masalah nya. "Ngga. Lo ga seharusnya nuduh Rasya tanpa bukti ngga" kini Faris membuka suara.
Rasya hanya diam menundukkan kepalanya. Dia tak mau memperpanjang urusan dengan menjawab itu. Tapi apa yang Rangga tuduh itu sama sekali tidak benar adanya.
"Gini, pas balapan dia sama dua cowok. Lalu tadi gw liat dia dibonceng cowok tapi bukan cowok pas dibalapan. Sekarang? Dia nyanyi bareng cowok yang lain. See, apa kalau tidak murahan?" Rangga tersenyum puas dan berharap gadis itu tak mengejarnya lagi.
Bagai di hantam ribuan beton. Jujur, ia tak terima teman nya dihina. "Kamu boleh hina aku kalau itu bisa membuat mu senang. Tapi jangan hina teman teman ku!"
"Apa kamu terima kalau Dika dan Faris dihina oleh orang asing? Tidak kan?!" Jawab Rasya lagi.
Faris, Dika, Rere, dan Vivi hanya diam tak tau berbuat apa. "Hina aku jika membuat mu senang ngga. Tapi jangan libatkan teman teman ku"
"Emang benerkan hal itu" Rangga masih bersikukuh dengan tuduhan nya. "Sorry ngga, apa yang kamu bilang tidak ada yang benar. Oh ya, aku masih akan tetap mengejarmu kok. Jadi kamu ga perlu khawatir aku marah" semua yang ada dimeja itu menatap Rasya tak percaya. Tidak ada air mata yang jatuh. Malah gadis itu tersenyum manis.
"Lo ga sakit sya? Rangga udah tuduh hal itu sama lo?" Vivi bertanya. "Sakit sih, tapi kalo gw ga salah kenapa harus nangis."
Diam diam Vino menyimak pembicaraan Rangga dan cowok itu mengepalkan tangan nya.
***