Aku akan tetap mengejarmu sampai kamu sendiri yang menyuruhku berhenti. Namun aku tak akan berhenti sampai kamu menemukan pengganti ku.
Rasya Arzila
***
Rasya sudah sampai di sekolah pada pukul 06.15. Kemarin dia pulang pukul 1 dini hari diantar oleh Dave dan Rio. Samuel? Dia masih di luar kota entah sampai kapan. Dia belum sarapan jadi Rasya melangkahkan kakinya ke area kantin.
"Hai mang. Nasi goreng nya satu sama es teh anget satu"
"Gaada atuh non, teh anget apa es teh" jelas pedagang itu.
"Hm.. teh angel aja deh mang. Hehehe" terdengar kekehan Rasya di akhir kalimat. "Siap atuh neng"
Rasya menunggu sarapan nya di meja pojok. Sekali kali dia mencari seseorang barangkali orang itu mampir ke kantin. Namun harapan nya pupus karena sampai makanan nya datang seseorang itu belum muncul.
"Ini atuh neng pesenan nya". "Makasih ya mang" ia tak terlalu memikirkan itu. Dia lebih memilih makan sarapan nya daripada mencari Rangga.
/skip/
Rasya sudah berada di kelas yang sudah mulai ramai. Ia menghampiri mejanya dan menidurkan kepalanya sambil mendengarkan obrolan kedua teman nya. "Eh gila ga? Kemarin pembalap R tanding sama secret girl itu lho" heboh Rere.
"Yang bener lo? Kata siapa?"
"Gw dapet info dari Dika. Dia bilang dia sempet ngobrol sama tuh orang"
Deg!
Dika sialan!
"Dia bilang gimana? Cakep ga tuh cewek" Kepo vivi
"Cakep sih. Tapi dia ga kasih tau nama nya" tampak nya Rere kecewa karena Dika merahasiakan nama pembalap yang sudah lama ia idolakana.
Rere dan Vivi menoleh ke arah Rasya yang sedang tidur. Kalian pikir ia beneran tidur? Kalian salah. Dia hanya memejamkan mata dan terus menyimak obrolan kedua teman nya mengenai balapan kemarin.
Maklum saja dia tak semangat pagi ini. Dia pulang pukul 1 dini hari dan bangun 04.05. Pengen dia cabut dari kelas. "Eh sya lo tau ga balapan semalem" Rere yang antusias menanyakan tentang balapan langsung kecewa dengan jawaban Rasya.
"Hm" jawabnya tanpa membuka mata.
"Gila ga sih-" belum sempet Vivi berkata, tapi gadis itu memotong kalimat nya.
"Ya" setelah mengatakan itu Rasya bangkit dari kubur nya. Eh? Tidurnya. "Mo kemana beb?"
"Cabut"
"Eh sya. Belom juga seminggu, udah main cabut aje" cibir Vivi namun dihiraukan oleh empuhnya.
"Eh sya lo mo kemana kambing?! Bentar lagi pak botak dateng" greget Rere, namun gadis itu terlihat bodoh amat.
"Udah sih, biarin aja. Kita ambil aman nya aja"
"Iya deh. Re" setelah itu bel berbunyi dan tidak lama kemudian pak bolak datang dengan segudang materi.
Kini Rasya berada di rooftop. Ia bisa merasakan semilir angin berhembus menenangkan hati. Terlihat ada sebuah sofa layak pakai, Rasya tak banyak pikir langsung menghempaskan tubuhnya. Tempat ini jarang di datangi sehingga ia metasa aman jika berada di sini. Bahkan guru pun tidak berani karena kondisi lorong sekitar tangga yang gelap.
Sekitar satu jam ia tertidur, namun ada yang mengganggu tidurnya. Suara dobrakan pintu yang cukup keras membuat si empuh terbangung.
***
Rangga sedang dilanda rumus fisika dari guru cantik. Namun siapa sangkah, guru secantik dan semuda bu Farida di kategorikan sebagai salah satu guru killer di SMA ini.
S
udah satu jam bu Farida mengajar dan sudah lima menit lalu bel pergantian guru terdengar namun tuh guru enggan keluar. Alhasil Rangga yang memilih keluar.
Rangga mengangkat tangannya seakan meminta ijin. "Iya Rangga, kenapa?"
"Ke toilet"
"Oh silahkan" setelah mendapat ijin, ia segera pergi dari neraka rumus. Alih alih ketoilet, ia memilih untuk ke rooftop untuk menenangkan pikirannya.
Rangga tampak kesal karena pintu rooftop terkunci. Padahal jarang ada anak yang kesini. Sekalipun iya, mereka tak perna mengunci tempat ini.
Brak!
Rangga mendobrak pintu itu dengan keras. Betapa terkejutnya ia, Rangga melihat cewek yang mengatakan bahwa ia akan memperjuangkan Rangga sedang tertidur. Karena suara yang ditimbulkan Rangga, Rasya pun terbangun.
"Lo?!"
"Iya gw. Kenapa" jawab Rangga dengan watados nya. "Lo bisa ga sih gausah dobrak pintu? Kan aku jadi kaget sayang." Jawab Rasya sambil membemarkan tatanan rambut nya.
"Lo ngapai disini?" Bukan sok kepo. Tapi dia belum genap seminggu sudah berani bolos. "Cabut lah sayang kan aku ngantuk. Semalam aku pulang jam 1"
Rangga sempat kaget karena Rasya tidak menggunakan lo-gw tapi menggunakan aku-kamu. Terdengar agak aneh gitu.
"Kamu juga kenapa bolos juga ngga?" Kini Rangga menatap lekat. "Apa urusan lo"
"Gausa sewot gitu dong beib" senyum simpul terbit di wajah Rasya. "Bisa ga sih gausah panggil kek gitu. Jijik denger nya"
"Emm.. gabisa kayak nya"
"Rangga sayang, mending duduk sini dari pada cape berdiri terus"
"Ogah!"
"Yaudah sih beb. Biasa dong ngomong nya"
Rangga tak menanggapi ucapan Rasya. Dia memilih mendengarkan musik dan bersandar di pagar pembatas. "Beb, aku turun dulu yak. Jangan kangen. Nanti aku kembali. Bye beloved Rangga"
"Bodoh amat!"
Rasya turun dari rooftop menuju taman belakang. Ia bukannya tak suka saat Rangga datang, tapi dia butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikiran nya. Ya, akhir akhir ini dia banyak pikiran.
Orang hanya tau jika dia cewek nakal yang sering pindah sekolah. Itu bukan kemauan dia, toh. Dia nakal hanya mencari hiburan agar tidak kesepian. Ayahnya yang gila kerja dan ibu nya yang pergi entah kemana membuatnya menjadi pribadi yang keras.
"No. Aku kangen saat saat kita yang dulu. Saat dimana kedua orang tuaku sibuk dengan dunianya dan kamu lah yang menemaniku. Menghiburku dan menjadi kita" air mata Rasya mulai mengalir saat mengingat masa masa yang indah.
"Ma, aku kangen mama sama papa yang ajak aku jalan jalan. Dulu saat aku masih tk mama sama papa sering ajak aku piknik di danau. Kita bercerita tentang banyak hal, tertawa bersama, saling berpelukan. Aku kangen tidur dalam dekapan kalian. Hiks hiks." Air mata semakin deras mengingat kejadian itu.
"Mama kenapa pergi? Aku juga pengen masak bareng mama. Aku pengen mama ke sekolah ambil rapot ku kaya anak lain. Aku pengen dimarahi ketika salah sama mama" Rasya menyeka air mata nya yang turun dengan jari lentiknya.
"No. Aku udah tunggu kamu lama. Tapi apa? Kamu kapan datang?! Maaf no, aku mulai suka sama orang lain. Tapi jika kamu tanya apa masih ada ruang untukmu? Ada! Ada ruang khusus dihati mu yang tidak bisa digantikan siapa pu. Termasuk Rangga." Sejak itu, Rasya terus menangis mengingat masa lalu nya. Setelah puas menangis, ia menuju kamar mandi untuk mencuci muka nya agar terlihat lebih segar.
Tepat saat Rasya keluar kamar mandi, bel istirahat berbunyi. Tak perlu menunggu kedua teman nya ia langsung pergi ke kantin memilih bangku paling pojok.
Sebelum kebangkunya, ia sempat memesan makan dan minum dulu. Belum sempat pesanannya datang, kedua curutnya datang. " eh lo itu ya, bolos dari jam pertama sampe istirahat. Kemaa aja lo?!"
"Apa sih re? Gw habis perjuangin masa depan"
"Sok iye lo Sya, emang siapa?" Cerocos Vivi sambil mendudukkan dirinya dibangku depan Rasya disusul juga oleh Rere.
"Rangga dong. Emang elo?" Ledek Rasya membuat vivi cemberut.
"Emang lo darima-" belum sempat Rere bertanya, kalimatnya dipotong oleh seseorang. "Pinda!"
Ketiga gadis itu menoleh kesumber suara. "Yaelah sensian amat." Gerutu Rere.
"Pindah gak lo?!" Ulang Rangga.
"Yaelah bro. Masih muat buat kita kali, gaperlu nyuruh mereka pindah. Ya ga Dik?"
"Faris bener ngga. Masih ada tiga bangku lagi" kemudian Faris dan Dika duduk sementara Rangga masih berdiri.
Terlihat kedua temanya sudah duduk manis. Ada satu bangku kosong di sebelah cewek sialan itu. Siapa lagi kalau bukan Rasya. "Eh ngga sini duduk. Masih ada bangku di dekat Rasya"
Rangga melirik Rasya yang asik dengan ponsel nya. Sampai pesanan nya datang saja dia tidak peduli. Karna terpaksa, akhirnya Rangga duduk di sebelah Rasya.
"Eh beloved Rangga"
***