Suara ketukan sepatu menggema diantara camar yang berkicau bersahutan seirama deburan ombak yang bersenandung mengalunkan aubade pagi.
Dengan langkah tenang namun pasti, pria itu berjalan angkuh menyusuri lorong demi menemui seorang gadis yang semalam suntuk sukses membuatnya gelisah.
Rasa khawatir terus mendera setelah wajah pucat itu terbaring lemah di salah satu bangsal klinik. Ada rasa takut, cemas, bingung saat melihat wajah itu semakin sayu. Entah mengapa, dia sendiri tidak paham dan tak mampu mencerna apa yang sebenarnya sedang dia alami. Dia bukan gadis yang penting, bukan juga seorang yang dekat dengan dia. Namun kenapa bisa membuat dia semalaman tak bisa memejamkan mata hanya karna memikirkannya.
Ah, entahlah... Shaka menggeleng-gelengkan kepalanya. Bingung dengan semua sikapnya. Yang dia pikirkan hanya ingin segera tau bagaimana keadaan gadis itu setelah semalam panas dan meracau tak jelas.
Derit pintu terdengar sangat halus, mencoba untuk tak menganggu orang yang berada di dalamnya. Perlahan Shaka mendorongnya, mencuri pandang ingin tau siapa yang ada di dalamanya. Berharap untuk tak bertemu Danurdirdja dan bisa leluasa mengobservasi gadis yang membuatnya kacau.
Ia tersenyum saat mengetahui bahwa tak ada seorangpun yang berada disisi Rara, gadis yang sudah membuatnya terjaga semalaman.
Ia hampiri Rara yang sedang tertidur pulas, damai sekali seakan tak ada beban sama sekali. Ia amati setiap inci dari wajah ayu itu. Mendalami setiap lekuk garis muka yang membuatnya terpesona. Ada getar aneh saat dia menikmati wajah teduh yang terlelap. Cantik, satu kata yang terlontar begitu saja dalam benaknya.
Entahlah.. dia tidak bisa memahami apa yang sedang dirasanya. Disentuhnya kening itu, 'masih hangat' batinya. Terhanyut dalam wajah teduh itu, tanpa dia sadari ada seseorang yang menatap lekat kearahnya dari balik pintu kamar mandi.
" Ternyata lo bisa sakit juga? gue pikir lo cuma bisa keras kepala dan ngeyel!! " Shaka bermonolog sendiri tanpa berhenti memandang dalam Rara.
" Tapi lo tetep keras kepala meski tau kondisi lo! Heh... nyusahin aja! "
" Nevermind... dengan gini gue bisa ngejauhin lo dari superhero loe itu ! Setidaknya karna kondisi loe kaya gini gue bisa nahan loe tetap disini untuk sementara waktu. Ga papa kan... " Shaka tersenyum menatap dalam wajah Rara, reflek tangannya terangkat mengusai lembut surai hitam yang terurai itu.
" Cantik... andai loe bukan orang yang bearti buat Danurdirdja, mungkin lain skenario jadinya. Dan apapun yang akan terjadi nanti, gue minta loe tetap seperti ini, selalu teduh dan damai. Because I like you like as... "
Kata-kata Shaka sangat pelan terucap, namun tetap terdengar sangat jelas di telinga orang yang berdiri tertegun menatapnya dalam dari depan kamar mandi. Diluar nalarnya, sama sekali tidak terpikirkan apa yang dimaksud dengan ucapan Shaka tadi. ' Andai lo bukan orang yang bearti buat Danurdirja, mungkin lain skenarionya ? ' Maksudnya apa?
" Don't be disturb her ! She have to bedrest more..! "
Tubuh Shaka menegang seketika. Sebuah suara, bearti ada seseorang selain mereka berdua disini? Tapi bukankah Danurdirja sudah kembali ke daratan subuh tadi? Apa dia balik lagi? Apa dia mendengar semua yang diucapkan tadi??
Shaka berusaha menetralkan semua respon tubuhnya, membawanya kembali ke sikap angkuh dan tenang, seolah tak terpengaruh dengan apa yang didengarnya.
Perlahan terasa seseorang sedang mendekati tempat dia berdiri. Dibaliknya tubuh tegap itu untuk tau siapa gerangan yang berjalan mendekat.
Damar berjalan pelan menghampiri brangkas Rara, menatap datar ke arah Shaka yang menatapnya tajam.
" Dia masih lemes... masih butuh istirahat, so I hope you can be handle her job! " ucap Damar seraya mengusap lembut surai panjang milik Rara.
" Biarkan dia istirahat sebentar, tiga bulan ini dia terlalu memaksakan diri tanpa peduli tubuh! " Damar mengambil termometer untuk mengecek suhu, ' tiga delapan ' gumamnya. Shaka menatap dalam pria yang ada di depannya. Seseorang yang mampu memendam dalam perasaannya hanya karna keinginan untuk selalu berada di dekatnya. Seseorang yang dengan tulus melindungi tanpa ada alasan. Shaka tau bagaimana seorang Damar peduli dan selalu melindungi Rara, bahkan perhatiannya melebihi kedua kakaknya. Seseorang yang dengan sigap selalu menopang dalam segala keadaan. Terlalu naif atau terlalu bodoh? Atau inikah yang disebut dengan ' ketulusan' .
" I see... gue ga paham job description dia, cause I am a enginer, not controller! But, I would her bedrest.. nevermind her job can be cancel! "
Shaka kembali menatap dalam wajah ayu itu. Masih pucat dan terlihat sangat lelah.
" I must gone, gue tau lo pasti jaga dia! "
Shaka melangkahkan kakinya keluar, tapi belum sampai dia memegang kenop pintu, suara Damar menghentikannya.
" Gue ga tau your mistake with Gera, but I hope... "suara itu tertahan sesaat, Shaka masih tetap diam menunggu kelanjutannya.
" Lo ga libatin Rara dalam rencana lo... dia ga tau apa-apa tentang kalian! " Damar menatap dalam punggung tegap di depannya. Berharap ada sebuah jawaban yang bisa melegakan.
Shaka berbalik menghadap brangkas Rara, menatap tajam mata Damar, meski mata itu mengisyaratkan pengharapan yang dalam, tapi dia tidak suka diatur ataupun didikte! Apa yang jadi planningnya harus terwujud dan tak ada seorangpun yang mampu menahannya!
" Apa yang sudah menjadi bidikan gue gak akan pernah gue lepas! "
Shaka berbalik meninggalkan mereka berdua. Tubuh jangkung itu tertahan sesaat di depan pintu setelah menutupnya. Dia tau Damar hanya ingin melindungi princessnya. Tapi dia juga gak akan membatalkan tujuannya. Tak akan pernah. Seorang Ajishaka tidak akan pernah mengubah arah jalannya. "Sorry... " gumamnya.