Chereads / ruang tak bertuan / Chapter 27 - batas pantai

Chapter 27 - batas pantai

" Ra.... " suara parau itu menghentikan tangan sang gadis yang sedang memilin batang magrove dihadapannya.

" gak mau minum dulu? "

" nanti! "

" bener... g minat ma degan iki? "

Rara masih asyik menekuri kegiatannya. menikmati setiap rajutan batang yang terangkai rapi membentuk sebuah tembok hijau di batas pantai.

" Seger Ra... kemlumut iki... " (kemlumut = daging kelapa yang masih sangat muda).

" Ya udah kalo gak mau, tak makan dewe! " Damar asyik menyendoki kelapa muda yang ada dipangkuannya tanpa menghiraukan gadis yang menggelengkan kepala di sampingnya.

" Katanya nawarin, kok dimakan sendiri?? dasar lo rakus! "

" auw.. sakit Ra... ini kepala bukan kelapa!!! main jitak aja!! " Damar mengusap lembut keningnya yang sama sekali tak ada bekas jitakan.

Rara memandang jauh ke depan, menikmati batas cakrawala yang sangat kontras disaat senja.

" Apa semua ini akan hilang gitu aja hanya karna keserakahan manusia? Bisa mikir gak sih jika bakau ini hilang laut akan lepas menghujam pantai?? padahal tanah ini jauh lebih rendah dari pantai.."

" Ada yang sampai kesitu ada yang gak Ra... orang punya pemikiran dan tujuan sendiri Ra... dan kita gak mungkin maksa mereka untuk selaras dengan paradigma kita! "

" Tapi... "

" Tapi apa??? disini stakeholdernya bukan cuma kamu saja Ra, ada banyak orang, mereka yang terlanjur menanam modal g bakal mau rugi, belum goverment yang gak mau kehilangan kesempatan menambah devisa dari tourism ini. Dan hal yang gak boleh kamu lupa, karyawan kamu juga butuh makan Ra.... ini gak sekedar profit banyak ato apa... tapi keberlangsungan hidup karyawan seandainya banyak emiten yang menarik sahamnya di proyek ini. "

" Aku sadar jika salah uda mutus sepihak kerjasama ini, tapi aku lebih mikir dampak semua ini Dam.... "

Damar menatap dalam gadis ayu yang amat disayanginya ini.

" Jika bakau ini dibuka, otomatis erosi gak bisa dihindari, terlebih rob tiap hari akan terjadi karna tanah disini lebih rendah. Parahnya daratan ini bisa hilang jika erosi terus terjadi.. "

Rara sadar dia salah, tapi dia tak bisa membayangkan bagaimana kehancuran daerahnya jika itu terjadi.

" So, ini bukan sekedar petani garam? "

" Gak sesempit itu kali pikiranku.... gini-gini aku juga member greenpeace ... "

" Tapi semua orang uda nyalahin kamu gara-gara tindakan konyol kamu itu Ra.. "

" Bodo... ga papa kehilangan resort itu, yang penting aku gak merugikan orang lain! "

" Kamu gak sadar... kamu uda merugikan orang Ra?? " Damar mencoba untuk mengurai semua dampak kecerobohan sahabatnya ini.

Kening Rara berkerut mencerna tiap kata Damar.

" Banyak investor yang menghentikan kerjasama dengan kita ataupun Danurdirdja karna ulah mu ini. Mereka gak mau rugi tau pengelola perusahaan orangnya selabil kamu. Dan Danurdirja kena imbas dari semua ini. Banyak kolega yang menghentikan kerjasama dengan mereka saat tau mereka ikut menghandle proyek ini! Dari sini kamu bisa paham kan, kalo tujuan orang itu gak sama! "

Rara menatap dalam mata Damar,menunduk sesaat tanda penyesalan.

" Sudahlah...semua sudah terjadi... gak mungkin kam kamu cancel penalti itu? Mana mungkin Shaka mau ngembaliin resort itu...! "

Terlihat jelas wajah bersalah, mata Rara berkaca, menyesali tindakan bodohnya yang terburu-buru tanpa memikirkan lebih jauh dampak keputusannya.

Damar menarik Rara ke dalam pelukannya. Mengusap lembut rambut sang gadis, mencoba meredam kegusaran hati karna rasa bersalahnya.

Hanya Damar yang mampu memahami nurani sang permata. Meski mungkin pelukannya tak bearti apa-apa, yang dia senang bisa membuat gadis yang amat disayanginya itu bisa melepas pergulatan hati. Meski perasaannya tak berbalas, meski hanya bisa menjadi pendengar dan penenang, tak masalah.. asal orang yang bearti ini mampu bertahan diatas tanah yang mungkin akan menenggelamkannya. Tak apa.. Damar akan selalu siap menjadi tongkat penyangga baginya.