Gera prov
Aku tertegun, memandang kosong hamparan kembang temu kunci (kunci adalah sejenis rempah-rempah asli Indonesia yang rimpangnya dipakai sebagai bumbu dalam masakan Asia Tenggara dengan sebutan Fingerroot ) yang tertata rapi di kebun milik biyung. Ungu dan putih, terkesan damai nan menawan. Mungkin bagi orang awam, bunga itu terlihat sangat indah, karna bentuk dan warnanya yang menawan. Tapi banyak orang yang tak tau, jika itu adalah bunga dari tumbuhan rempah yang sering dibuat jamu. Bukan bunga potong ataupun bunga hias.
Sejenak angan ini melayang ke masa lampau, saat biyung lebih suka memasak rebung (batang pohon bambu yang masih muda) di mix dengan batang dan bunga kunci. Masakan yang sangat tidak aku suka tapi sangat digemari romo.
Katanya sih itu baik buat kesehatan, nglemesin otot perut. Selain buat stamina dan penghangat badan. Tapi rasa dan baunya jangan ditanya, benar-benar seperti jamu.
Sering dulu aku berdebat dengan romo, mas Pandu dan mbak Nawang yang pasti berdebat masalah tempe apakah mau digoreng ori ato dibuat mendoan. Sementara aku lebih suka gorengan rempah ( kelapa parut yang dibumbui dibuat bulat dan di goreng).
Kalo rempah buatan biyung sudah matang, jangan harap yang buat kebagian. Biyung sering ngomel kala mau makan rempah gorengnya sudah ludes tak bersisa. Dan pastinya yang kena jewer itu aku, anak bontot, kecil tapi makannya banyak.
Meski kami keluarga ningrat, tapi jika urusan makanan, cuma biyung yang punya kuasa. Takkan pernah sekalipun biyung mengijinkan para emban untuk memasak bagi keluarga.
Biyung pasti turun dapur sendiri untuk mebuat hidangan.
Bunga temu memang indah, ungu dan putih. Tak salah jika dulu mbak Nawang suka dibuat buket layaknya bunga tangan pernikahan. Dan parahnya, jika biyung sudah ngomel, tangannya sangat ringan untuk menjewer putra putrinya. Tak terkecuali anak gadis semata wayangnya pasti kena juga jika sudah merusak tamannya.
Mbak Nawang itu, tomboy, cerewet, enerjik, smart, lincah dan berani. Sama persis dengan biyung. Meski sudah punya ekor tiga, Biyung tetap menjadi ratu yang bijak dan cekatan dalam keluarga kami.
" Bunga itu masih tetap sama, tetap tumbuh dengan subur, tetap bertambah dan tetap segar! Tak ada yang berubah. "
Lamunanku pudar saat suara romo mengusik gendang telingaku.
"Dia masih tetap terawat meski yang punya meninggalkannya terbengkalai. "
" Ada yang kurang, taman ini kosong, tanpa riuh omelan biyung dan tanpa perdebatan sengit mas Pandu dan mbak Nawang. Hanya semilir angin dan gemericik air yang bersahutan. Bahkan suara tonggeret pun tak ada! "
" Tonggeretnya ikut Biyungmu ke peristirahatan. Sebagai teman katanya. "
"Kenapa bukan Romo yang menemaninya? Romo kalah hanya dengan seekor insecta? "
"Siapa bilang romo tak menemani biyungmu? Romo kesini karna ingin menemuinmu! "
" Maksud romo? "
" Mana mungkin romo meninggalkan biyungmu dewekan!!! (sendirian) romo kui cinta mati karo biyungmu! "(romo itu cinta mati sama biyungmu)
" Lantas? " Aku bingung, kalo cinta mati kenapa romo tega mengasingkan biyung sendirian hanya karna aturan trah yang mengikat.
" Huh.... semua harus romo lakukan, karna romo pengen kamu jadi lelaki yang bertanggung jawab sebelum memangku semua tugas keluarga. Hanya kamu yang bisa romo andalkan. Mas mu sudah memilih jati dirinya, mbakmu juga ngikut suaminya. Dan romo moh mekso mas mu meneh. Wes cukup romo kelangan masmu puluhan tahun. Romo gak sanggung nak kudu ditinggal masmu. Romo kui we sepuh gus.. ( dan romo tidak mau memaksa kakakmu lagi. Sudah cukup romo kehilangan kakakmu puluhan tahun. Romo tidak sanggup jika harus ditinggal kakakmu lagi. Romo iku sudah tua gus. )
" Romo cuma berharap, kamu tak salah memilih dan mengambil keputusan. Ono biyungmu sing ngenteni awakmu gus!! " (Ada biyungmu yang menanti dirimu gus!!) ".
Memilih... atau melepas?? Mendapatkan apa yang aku inginkan dengan melepas apa yang sudah ku raih. Simalakama..... saat aku meraih yang kanan, ada banyak hati yang teluka.
Saat aku meraih yang kiri, ada hati yang tersakiti. Kenapa??? Kenapa aku harus memilih????