Chereads / ruang tak bertuan / Chapter 30 - maaf

Chapter 30 - maaf

Aku berharap hidup ini akan berjalan lebih mudah dibanding pikiranku. Tapi nyatanya tak sesuai ekspetasi. Aku harus memilih nyawa atau ragaku. Dan bagaimana aku bisa memilih? Jika aku memilih nyawa, maka ragaku yang akan menderita. Tapi jika aku memilih raga, maka nyawaku yang akan terlepas.

Aku tak bisa melepas dia yang menjadi tujuan hidup. Tapi aku juga tak mungkin meninggalkan orang yang karnanya aku ada. Tempat dimana aku selalu menyandarkan kepalaku di pangkuannya. Dan dia satu-satunya alasanku untuk sampai sejauh ini. Di seberang sana, beliau menungguku menjemputnya. Menanti dengan sabar kedatanganku. Dan aku disini terlena akan dunia.

Apa bisa dia akan mengerti keadaanku? Apa bisa ia akan paham dengan posisiku? Tidak... mungkin dia tidak akan peduli.

Tapi apakah dia akan terluka dengan keputusan ku nanti? Atau dia akan baik-baik saja dan sama sekali tak terpengaruh dengan sikap ku?

Aku ingin menjaga dan melindunginya. Selalu berada di sampingnya, menemaninya dalam segala hal. Tapi apakah aku sanggup membiarkan beliau yang mengharapkanku menunggu tanpa asa? Entahlah...

Beliau yang selalu dianggap dan dikabarkan sudah wafat, justru ternyata menunggu yoga yang selalu dirindukan.

Ku biarkan tumpukan laporan tertata rapi di meja. Sama sekali tak ku sentuh. Kepalaku terasa pening memikirkan semua ini. Andai mas Pandu bisa memberi solusi. Tapi aku tak mau dia pergi lagi. Sudah lama romo menahan rasa sendiri saat kehilangannya. Apakah aku harus melihat tubuh renta itu kecewa?

Tak ku anggap dering telepon yang menyita perhatianku. Aku tau dia akan menghubungiku. Hampir satu bulan aku tak menyapanya. Memang sengaja, aku sengaja menjauh untuk memantapkan pilihan. Aku tak ingin menyakitinya lebih dalam lagi. Karna ku tau, jika saat ini aku melepasnya, dia tidak akan terlalu terluka. Berbeda dengan nanti, saat kami sudah jauh melangkah.. mungkin aku hanya akan memberi dia penderitaan.

Ku akui, aku memang seorang pecundang. Pengecut yang tak bisa mempertahankan cinta.

Aku menyayanginya... sangat.... bahkan apapun aku rela melakukannya. Kecuali satu hal itu, melepas beliau yang selalu menungguku.

Maaf.. beribu maaf mungkin takkan bisa kuucapkan atas keputusanku ini. Tapi aku tetap harus mengambilnya. Mau tak mau, suka ataupun tidak, aku harus memilih. Dan maaf Ra.... jika mungkin aku menyakitimu dan membuatmu kecewa. But, this my decision...

Ku abaikan selulerku yang terus berbunyi. Entahlah... aku tak sanggu untuk berbicara dengan dia saat ini. Aku terlalu lemah...

Ra, aku mencintaimu sangat.... dan aku harap ini yang terbaik untukmu... Aku sayang kamu ra.... sangat...

Biarlah... biarlah diri ini yang kan jadi samsak kakak-kakakmu, biarlah tubuh ini yang kan jadi sasaran ajudanmu. Maaf... sekali lagi maaf Ra... mungkin aku terlalu dalam melukaimu. Tapi aku yakin, perlahan waktu akan menyembuhkan semua. Mereka yang menyayangimu akan selalu menjagamu, melindungimu dan berusaha membuatmu bahagia... Maaf... aku hanya jadi virus bagimu yang menjadikanmu pesakitan.. maaf Ra... maaf...