Chereads / ruang tak bertuan / Chapter 26 - Beda

Chapter 26 - Beda

Gera tergesa menghampiri kakaknya, setelah mendengar penjelasan dari Tombak hatinya sama sekali tidak tenang. Bagaimana jika nanti hubungannya tak dapat restu? Bagaimana jika nanti dia harus dipaksa meninggalkan gadisnya? Pertanyaan demi pertanyaan bergaung di kepalanya.

'Kenapa mesti jadi kayak gini sih' hatinya sungguh tak menentu. Dia sadar, dua keluarga ini sejak dulu tak pernah sejalan. Tapi dia sama sekali tak menyangka akan sekontras ini keadaannya.

" Mas... " ditatapnya kakak semata wayangnya yang sedang menekuri tumpukan file yang berserakan.

"Hem... " Pilot yang merangkap sebagai dirut itu hanya berdehem tanpa menoleh ataupun menengadahkan wajahnya ke arah sang adik.

" Kenapa? " Gera tak tau harus berkata apa. Berbagai kalimat yang disusun dari tadi hilang seketika saat melihat peluh di dahi sang kakak yang terlihat sangat kelelahan.

" Proyek? "

Gera hanya mengangguk meski sang kakak tak melihatnya.

Pandu meletakkan semua berkas yang sedang dikerjakannya, meninggalkan kursi jenuh beranjak mendekati jendela.

Tirai besar terbuka perlahan, menunjukkan sang pemberi hangat yang siap sembunyi.

Lama keduanya terdiam, menikmati swastamita pendamai hati. Membiarkan sang jingga meredam emosi setiap ingsan yang jiwanya sedang berkonfrontasi.

" Kamu tau kenapa mas gak pernah mengiyakan ataupun melarang kamu berhubungan dengan waskito? Bukan karna mas membenci ataupun mendukung mereka! Dalam berelasi, mas tau mereka orang yang tepat untuk dijadikan kawan. Tapi dalam bisnis, mereka terlalu susah untuk dijadikan patner! Kamu tau kan gimana kejamnya bisnis? Apalagi menghadapi seorang Namira, tak akan ada yang mau bekerjasama dengan konsekwensi kerugian sebesar itu! "

" Tapi mas... "

" Mas tau kamu sejak dulu suka sama dia, tapi kamu juga harus sadar, bisa bedain mana kerja mana urusan pribadi. Entitas ini bukan hanya ngasih makan kamu! Berapa orang yang bergantung hidup sama kamu? Berapa anak yang akan putus sekolah karna ketololan gadismu, berapa banyak bapak yang tidak bisa membeli susu hanya untuk membayar penalti proyek? Berapa banyak ibu yang gak bisa masak hanya karna mikirin nelayan yang gak bisa buat tambak disitu ? Semua butuh makan, semua butuh kerja? Apa kamu pikir mas gak peduli itu semua? Apa kamu pikir mas gak punya nurani? " Pandu menatap tajam manik sang adik, mencoba menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun.

" Mas tau dia seorang sosialis, tapi bukan seperti itu caranya. Andai ajishakagrup gak mau ngasih konpensasi, mas sudah punya draf buat evakuasi lahan kerja mereka. Ada solusi! Bukan mutusin sepihak gitu aja! Dan kamu tau dampak terbesar sikap Namira pada proyek ini? "

Gera yang seorang arsitek hanya bengong tak mengerti maksud sang kakak.

Pandu geleng-geleng menatap wajah polos sang adik.

" Banyak kolega yang berfikir ulang untuk memberi proyek ataupun bekerjasama dengan kita! dan kamu tau kan gimana kelanjutannya!"

Pandu mengusap kasar wajahnya. Penat, itu yang sedang melandanya. Dia tau maksud kekasih sang adik itu baik, tapi cara yang ditempuh salah. Dan dia juga susah untuk menasehati bagaimana cara yang benar. Sementara kakak-kakaknya tak bisa berkutik jika gadis kecil itu sudah tersulut emosi.

" Sudah, biar dia bertindak sesuai keinginannya, yang harus kamu pikirkan adalah gimana caranya agar romo tidak dengar ini semua! Kalo kamu pengen jalan kamu lancar! "

Pandu meninggalkan ruang kerjanya, membiarkan sang adik bergelut dengan pikirannya sendiri.