"Apa sekarang kau sudah mulai percaya padaku?" Tanya Eunji dengan serius.
"Kau lihat sendiri tadi? Dia bahkan masih berkencan dengan pacarnya di saat kau terus memikirkannya sepanjang hari." Timpal gadis itu lagi. Dan kali ini perkataanya berhasil membuat Ariel menghentikan acara makannya.
"Jadi menurutmu, apa yang harus ku lakukan?? Aku harus menghampirinya lalu bertengkar dengan kekasihnya dan membuat keributan di sana?? Ayolah! Aku juga ingin yang terbaik untuk masa depanku, tapi aku harus memikirkannya dengan baik juga. Ini tidak semudah yang kau katakan, karena kau tidak merasakannya. Jadi berhenti mendesakku." Jelas Ariel dengan frustasi.
Eunji tersenyum remeh mendengar itu, "Jadi menurutmu, saranku akan menghancurkan masa depanmu? Tidak Ariel, justru aku mengatakan itu karena ingin yang terbaik untukmu. Asal kau tau, aku juga pernah di posisimu, namun dengan pacarku. Karena aku memiliki cita-cita, aku memilih membuangnya. Mimpiku terlalu berharga. Sama seperti mimpimu."
Ariel terdiam. Ia benar-benar terkejut, dan pernyataan Eunji tadi semakin membebankan pikirannya.
"Kalau kau tidak bisa menentukan pilihanmu sekarang. Telfon dia, minta penjelasan dengannya, lalu bicara empat mata bersamanya."
Kali ini, Ariel akhirnya menurutu perkataan Eunji. Gadis itu mengambil ponselnya di tas, lalu menelfon Jaehyun.
"Ada apa Riel?" Itu ucapan pertama yang Jaehyun berikan. Ariel diam sesaat untuk menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Apa kau sibuk hari ini?" Tanya Ariel.
"Hngg, tidak terlalu,,"
"Bisa bertemu??"
"Dimana?"
"Apartemenku."
"Baiklah, kabari aku lagi nanti."
/tut/
"Aku harap kau memikirkan ini dengan baik, Riel." Ujar Eunji saat gadis itu mematikan smabungan telfonnya.
Ariel hanya diam lalu melanjutkan makannya yang tertunda.
Namun diamnya Ariel, sebenarnya gadis itu tetap memikirkan banyak hal.
*
Jaehyun menatap cukup lama bayangan dirinya pada cermin besar di kamar.
Pria itu tahu, cepat atau lambat hari ini pasti terjadi.
Hari dimana Ariel meminta kejelasan akan hubungan mereka.
Walau dirinya dan Naeun sudah berakhir, tapi Jaehyun tetap harus mempersiapkan diri dengan matang untuk membicarakan hal ini pada Ariel juga kedua orangtuanya.
Jaehyun menghela nafasnya kasar. Kejadian itu membuatnya kapok untuk pergi kepesta dan meneguk banyak alkohol hanya untuk terlihat keren di depan teman-temannya.
Sebenarnya Jaehyun cukup jarang keluar untuk party seperti waktu itu.
Namun karena Naeun juga sibuk belajar di malam minggu, akhirnya Jaehyun mengiyakan ajakan Woojin untuk datang ke party ulang tahun Baekjin.
Jaehyun yang di kerjai teman-teman nya, berhasil terlantar di mini market dekat bar tempat ia berpesta.
Rahang Jaehyun kembali mengeras. Sungguh ia sangat benci ketika mengingatnya.
*
Ariel hanya diam, begitu pula dengan Jaehyun. Belum ada yang membuka suara sejak kedatangan Jaehyun 20 menit yang lalu.
Hembusan nafas kasar Ariel, membuat Jaehyun tersadar, "Ekhm.."
"Ayahku tentara. Kami pindah ke Korea karena ia punya sesuatu yang harus di kerjakan di sini. Aku anak perempuan satu-satunya. Aku tidak punya adik ataupun kakak. Dari kecil aku selalu bermain dengan ibuku, oleh karena itu kita sangat dekat. Mereka sangat mempercayaiku, aku takut akan mengecewakan mereka.." Ujar Ariel sembari menahan air matanya.
Jaehyun menyeritkan keningnya sembari menatap bingung gadis itu,"Apa yang kau bicarakan?" Tanyanya kemudian.
"Temenku bilang, tidak masalah jika aku harus pergi ke klinik aborsi. Aku belum genap 20 tahun, kurasa kau juga begitu. Aku punya cita-cita, pasti kau juga memilikinya. Jadi apa menurutmu, aku harus pergi ke sana?" Tanya Ariel dengan hati-hati.
Dengan cepat Jaehyun menggeleng, "Tidak, kau tidak harus pergi ke sana!" Tegasnya langsung.
Ariel sedikit terkejut. Ini di luar ekspetasinya.
"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"
"Karena aku tau, kau memiliki kekasih!"
"Tapi kau tidak tau kan, jika kami sudah berakhir?" Tanya Jaehyun, "Kau tidak mengetahui sengalanya. Jadi berhenti memberikan keputusan dari sudut pandang mu sendiri. Ini tentang kau, aku, ada anak itu. Bukan kau dan dirimu sendiri."
*
/plak/
Suara itu terdengar lagi.
Membuat Ariel semakin kuat merapatkan kelopak matanya.
/plak/
"Anak jendral saja, akan aku larang ketika mendekati Ariel! Kau pikir siapa dirimu berani menyentuh Arielku?!" Matanya menyorot kemarahan besar. Nafasnya pun tergesa-gesa dan memburu.
"Ay,, ayah.. sudah.." Nafas gadis itu tercekat. Ucapannya pun melemah kala netra ayahnya justru menatap dirinya sekarang.
"Dengar! Aku sudah bersusah payah menjaganya hingga 19 tahun lebih agar menjadi anak baik! Siapa ayahmu? Presiden Korea Selatan?! Bawa dia kemari, aku ingin bicara dengannya!"
"Aku.. anak yatim piatu paman.. Akuㅡ"
"Ya Tuhan,," Tuan Shin memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, "Jadi kau hanya seorang anak liar?"
"Ayah, stop! Dia akan bertanggung jawab. Jangan semakin mempersulitnya!"
"Ooh, jadi kau membelanya?!"
"Ayah tidak mengerti! Ini tidak seperti yang ayah pikirkan!"
"Apapun yang telah terjadi, kau tetap mengecewakan ayah, nak. Ibumu pasti akan jauh lebih kecewa. Kau tau itu, kan?!"
Tuan shin angkat tangan. Ia keluar dari ruangan itu dan meninggalkan mereka berdua.
*
"Awh,"
"Sakit, ya?" Tanya Ariel yang memelankan pergerakkannya.
"Hmm,, luamayan,,"
"Maaf membuatmu harus menanggung ini, oh ya! Kau pasti belum makan, ingin ku belikan apa? Kebetulan aku ada janji dengan temanku sekarang."
"Hmm,, sop telur mungkin? Bisa mencarikannya?"
Ariel mengangguk, "Akan ku carikan, kau tidak apa ku tinggal sendirian?"
"Tidak masalah. Aku akan istirahat sampai kau kembali." Jawab Jaehyun diakhiri senyuman tipis.
"Baiklah, aku akan segera kembali." Ucap Ariel lalu beranjak pergi.
Jaehyun menghela nafasnya kasar, lalu memejamkan matanya mencoba berisitirahat.
Hari ini, menjadi sesuatu yang baru baginya. Karena bisa di bilang, ia tidak mengenal sosok orangtuanya sejak kecil. Ayah Jaehyun meninggal saat ia duduk du bangku sekolah dasar. Dan Ibunya menyusul tidak lama dari itu.
Pria itu tidak pernah mendapatkan perlakuan sekasar tadi. Ayah Ariel menjadi yang pertama baginya, karena kakek dan neneknya hang merawatnya selalu memperlakukan nya dengam baik.