Jaehyun berlari dengan tergesa setelah keluar dari taxi.
Tadi saat di perjalanan, Minhyuk kembali menelfonnya. Pria itu bilang Naeun kembali tak sadarkan diri. Tentu saja itu membuat Jaehyun semakin tidak tenang.
"Ba, bagaimana?" Tanya Jaehyun dengan cepat kala dirinya menemukan sosok Minhyuk yang sedang duduk seraya menundukkan kepalanya di kursi tunggu.
Minhyuk spontan mengangkat wajahnya mendengar suara itu. Ia terlihat sangat kacau, di tambah lingkaran hitam tebal di bawah matanya, membuat penampilan pria itu bertambah menyedihkan.
"Apa? Mengapa diam saja?" Desak Jaehyun.
"Naeun.."
"Naeun.. meninggal.."
Jaehyun spontan mundur beberapa langkah.
Kelopak sipitnya membulat sempurna bersamaan dengan kakinya yang melemas.
Perasaan bersalah tentu menyelimutinya.
Gadis itu pasti melewati hari-hari yang sulit beberapa bulan terakhir ini. Dan Jaehyun, tidak bisa hadir disisinya.
"Kanker yang dimilikinya sudah merambat kebanyak organ dalam. Semua fungsi rata-rata sudah tidak bekerja dengan baik sejak lama. Dia bisa bertahan selama ini, itu karena Naeun punya semangat hidup yang tinggi. Tapi belakangan ini, dokter bilang dia jarang meminum obat dan seperti orang putus aja. Itu yang menyebabkan Naeun tidak bisa bertahan lagi." Jelas Minhyuk dengan suara pelan.
Jaehyun terdiam dengan gemuruh hati yang tidak karuan.
"Aku tidak kenal siapa kau. Tapi selama Naeun menginap disini, hanya nama Jaehyun yang dia panggil."
+++
Sejujurnya Jaehyun masih sangat berduka.
Ia ingin menunggu orang tua Naeun datang kerumah sakit. Ia ingin lebih lama lagi memandangi gadis itu meski sudah tidur untuk selama-lamanya.
Namun takdir berkata lain, karena setengah jam lagi Jaehyun punya jadwal ujian.
Pria itu sangat tidak bisa meninggalkannya.
Satu tahun Hyunjin lalui dengan cintai tulus dari seorang gadis yang baik. Siapa sangka mereka akan berpisah setragis ini?
+++
"Ibu..?" Lirih Ariel dengan sorot mata terkejut.
Nyonya Shin pun tersenyum membalasnya, "Boleh ibu masuk?" Tanya wanita paruh baya itu lembut.
"Si, silahkan." Balas Ariel denhan gugup lalu membuka pintu apartemannya.
30 menit yang lalu, Jaehyun baru saja berhenti menangis dan sekarang pria itu sedang tertidur pulas di sofa.
Jaehyun bilang ia sedang banyak masalah belakangan ini dan belum siap untuk bercerita. Jadi Ariel mencoba untuk mengerti.
Setelah nyonya Shin masuk, netranya terlihat terkejud kala melihat sosok Jaehyun yang terbaring di sofa.
Sorot matanya meminta penjelasan, dan Ariel langsung menyadari hal itu.
"Kita memang tidak tidur seranjang." Jelas Ariel cepat.
"Kenapa?" Tanya Nyonya Shin yang sudah memposisikan duduknya di ruang makan. Satu-satunya tempat yang kosong disana, selain kamar dan ruang TV.
"Tidak ada alasan. Kami tidak berpacaran dan tidak pernah dekat. Hal yang waktu itu terjadi, tidak ada yang menginginkannya. Kami sebenarnya masih sangat canggung."
"Ibu kira pria itu memaksamu melakukan ini itu."
Gadia itu spontan terkekeh mendengarnya, "Tidak. Dia tidak seperti itu. Justru Ariel yang sering menyusahkannya dan suka marah-marah di sini."
"Apa kau,, mencintai pria itu?" Tanya nyonya Shin dengan ragu.
"Sepertinya belum, tapi akan. Pasti Ariel akan mencintainya suatu saat nanti." Balas Ariel dengan seadanya.
Mendengar itu, membuat wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu kandung Ariel itu menghela nafasnya pelan, "Ibu lega mendengarnya. Karena sebenarnya, nyonya Kim membohongi kita selama ini."
"Membohongi?" Ulang Ariel yang tidak mengerti.
"Ternyata Taeyoung sudah menikah sejak lama. Tapi istrinya tidak bisa memberikan keturunan. Jadi mereka memintamu."
Kelopak mata besar gadis itu terbuka lebar, "Apa?!"
"Maafkan ibu, sayang. Sekarang ibu berjanji tidak akan mengurusi hubungan kalian. Tapi kalian tinggal dirumah saja ya? Jangan disini. Kamu pasti kesepian."
+++
Setelah kejadian tiga hari yang lalu, Ariel dan Jaehyun pun sepakat untuk tinggal di kediaman milik keluarga Shin sekarang.
Tuan dan Nyonya Shin memang jarang disana, tapi Ariel jarang kesepian karena banyak pelayan yang menemani hari-harinya.
Ariel memang tak banyak bicara dengan mereka, tapi setidaknya keadaannya saat dirumah lebih terurus dari sebelumnya.
Ariel juga jadi rutin mengkonsumsi susu ibu hamil dan buah-buahan disini. Permintaanya pun selalu terturuti.
Intinya hidup Ariel lebih baik sekarang.
"Aku pulang!" Seru Jaehyun dari balik pintu.
Ariel buru-buru bangun, dan berjalan menghampiri suaminya ã…¡maksudnya calon suaminya itu.
"Sudah pulang?" Tanya Ariel lalu mencium tangan Jaehyun dan membawa tas yang tadi di gendongnya.
Jangan heran, semenjak mereka tinggal disini, mereka memang membiasakan diri bersikap manis seperti tadi. Bahkan Ariel dan Jaehyun sudah tidur sekamar.
"Iya. Hari ini hanya ada kelas pagi." Balasnya.
"Oh,,"
"Hmm,, Ariel, pergi yuk?" TAwar Jaehyun yang membuat langkah gadis itu terhenti, "Pergi?" Tanyanya.
"Kita harus periksa kondisi anak kita."
Ariel tersenyum lebar membalas sembari mengangguk bersemangat, "Benar! Ayo kita pergi."