Esoknya harinya, seperti janji Jaehyun kemarin, mereka kembali datang ke rumah Ariel untuk meminta restu.
"Anak itu benar-benar kelewatan!" Suara nyaring ibunya terdengar hingga pintu depan.
Ariel menatap Jaehyun sejenak, lalu mengurungkan niatnya untuk membuka knop pintu.
"Hyun,,"
Jaehyun langsung mengangkat terlunjuknya di depan bibir penuh gadis itu, "Kita dengarkan dulu." Bisik Jaehyun yang diberi anggukkan pelan oleh Ariel.
"Tapi bagaimanapun Ariel hamil. Aku juga tidak yakin keluarga Kim bisa menerimanya, Mira."
"Ariel terlalu naif! Tidak, kurasa dia bodoh dan kurang bergaul! Seharusnya kau menerima keputusan ku dan membiarkannya tetap di Amerika!"
"Lantas kalau sudah begini, apa yang akan kau sesali?" Suara berat itu mengintrogasi.
Jaehyun mengeratkan pelukkannya pada pinggang Ariel. Setidaknya dengan begini, bisa membuat hati gadis itu sedikit lebih tenang.
"Seharunya kau memarahi anak tidak tau diri itu, Alex! Bukannya melemah begini. Dia harus kita beri pelajaran, kan?"
"Untuk apa? Cepat atau lambat Ariel akan tetap dan harus menikah dengan Jaehyun. Kau lupa dengan apa yang kita alami 19 tahun yang lalu? Kita juga melakukan hal yang sama."
Nyonya Shin terlihat tak bergeming. Ia menghela nafasnya kasar, lalu membuang wajahnya karena malu.
"Dia pasti sudah sangat tertekan dengan hidupnya. Jangan mempersulit anak itu lagi."
+++
Setelah tidak sengaja mendengar perdebatan orangtuanya 10 menit yang lalu, Jaehyun berinisiatif membawa Ariel menjauh dari sana.
Niatnya untuk membicarakan pernikahan mereka dengan serius, kembali terhalang.
Untuk kedua kalinya, Jaehyun melihat gadis itu menangis, namun sekarang perasaannya terasa berbeda.
Jika dulu Jaehyun takut ketika melihat Ariel menangis karena takut kalau gadis itu akan benar-benar hamil. Tapi sekarang perasaan yang bersarang pada dirinya adalah luka yang entah dari mana asalnya.
Jaehyun sejujurnya tidak yakin dengan hati, dan dimana perasaannya akan benar-benar berlabuh.
Berulang kali ia berusaha meyakini dirinya sendiri, persis seperti apa yang gadis itu lakukan.
Tapi Jaehyun rasa, semuanya masih begitu samar.
+++
Jaehyun mengusak rambutnya dengan kasar. Belum selesai dengan urusannya dengan Ariel, temannya tiba-tiba saja mengabari kalau ada banyak tugas yang belum pria itu kerjakan.
Baru saja ia duduk di kursi belajar dan menghidupkan laptopnya. Ponsel yang berada tidak jauh dari sana bergetar.
Unknown : Apa ino nomor Jaehyun?
Jaehyun menyerit sesaat, lalu tangannya dengan cepat mengetik balasan di sana.
Im Jaehyun : Iya. Ini siapa?
Unknown : Aku Minkyuk
Unknown : Aku tau kau tidak mengenalku, tapi kau pasti mengenal Naeun
Unknown : Penyakit gadis itu semakin parah belakangan ini
Unknown : Dan dia selalu menyebut namamu setiap malamnya. Apa kau bersedia datang ke sini? Sebentar saja,,
Mata Jaehyun terbelak lebar seketika.
Apalagi ini?!
Pria itu mengenggam ponselnya kuat bersamaan dengan matanya yang ia pejamkan dengan kuat pula.
Im Jaehyun : Besok aku akan ke sana. Kau bisa mengirim lokasi rumah sakitnya di sini.
Selanjutnya pria itu mematikan ponselnya lalu melempar dengan kasar benda itu ke kasur.
Ia harus tetap fokus pada tugasnya.
+++
Jaehyun terbangun kala merasakan cukup pegal di bagian pungungnya karena ia tertidur di meja belajar.
Ia mengerjap beberapa saat sebelum berdiri dari tempatnya.
"Huh? Dimana Ariel?" Herannya setelah melihat ranjang kamar yang kosong.
Pria itu dengan segera berjalan ke ruang TV untuk memastikan keberadaan gadis itu. Apakah mungkin ia tertidur di sofa?
Nafasnya menghela lega setelah melihat Ariel memang benar berada disana.
Jaehyun berjalan mendekat. Tanpa sadar pria itu tersenyum kecil saat melihat wajah tenang gadis itu kala tertidur.
Sifat menjengkelkannya terasa hilang jika begini.
Dengan hati-hati, tangan besar milik Jaehyun mulai mengangkat tubuh Ariel untuk memindahkannya ke kasur.
Setelahnya, pria itu merebahkan tubuh Ariel dengan perlahan, lalu menarik selimut sampai menutupi lehernya.
Ia kembali merenggangkan sebentar ototnya, rasanya masih terasa pegal.
Jaehyun juga ingin tidur di ranjang seperti kemarin, tapi ia khawatir membuat Ariel semakin tidak nyaman.
+++
Ariel terbangun kala sinar matahari sudah memenuhi ruangan kamarnya.
Pukul 10. Itu yang tertera di jam alarm yang bertengger di atas nakas.
Gadis itu membasuh wajah lalu menggosok gigi terlebih dahulu sebelum beranjak ke dapur.
Ia kemudian menghela nafasnya kasar setelah melihat menu sarapan yang tersaji di meja makan.
"Ah!" Pekiknya karena merasa mual setelah melihat spageti dingin itu.
Ariel buru-buru berlari ke wastafel untuk memuntahkan cairan yang tiba-tiba saja naik ke tenggorokkannya.
Selalu saja begini.
Tubuhnya sering terasa lemah dan tidak ada siapa-siapa di sana.
Dan pagi ini, Ariel memutuskan untuk keluar dari aparteman itu untuk membeli sushi salmon di kedai yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal.
Ariel mengganti bajunya dengan hoodie terlebih dulu.
Melihat perutnya yang sudah membentuk begini, ia harus was-was kalau-kalau bertemu teman kampusnya disekitar sana. Mengingat jarak tempat tinggal Jaehyun dan kampus yang memang tidak terlalu jauh.
Setelah selesai dan memoles liptint dengan tipis di bibirnya, barulah Ariel keluar dari sana.
Gadis itu sangat ingin makan salmon, namun harus mandiri karena ia tidak bisa manja dengan siapapun di sini.