Chereads / Not Even Twenty / Chapter 3 - Sebuah Keraguan.

Chapter 3 - Sebuah Keraguan.

"Sepertinya penyakitku kambuh lagi. Aku akan pergi saat kelas terakhir, tolong izinkan aku ya?" Pinta Ariel pada Eunji yang sedang mempoles ulang lipstiknya.

Mendengar itu, Eunji spontan menoleh, "Sebenarnya, kau kenapa Riel? Ini sudah hampir dua minggu, dan keadaanmu tidak kunjung membaik? Lebih baik kita ke rumah sakit, akan ku temani jika kau takut."

"Ah! Tidak, tidak!" Tolak Ariel seraya menggelengkan kepalanya cukup kuat. "Aku baik-baik saja! Hanya saja kemarin, kemarin aku memang tidak tidur semalaman. Jadi kondisi ku kembali drop." Jelas Ariel.

"Jadi sekarang kau ingin pulang?" Tanya Eunji yang di angguki olehnya.

"Baiklah, akan ku temani."

"Bagaimana dengan kelas terakhir professor Lee?"

"Tidak masalah. Yang terpenting sekarang adalah kondisimu. Jujur aku khawatir meninggalkanmu sendirian."

*

"Kau bisa langsung ke kamar ku. Aku ingin membuat sesuatu dulu di dapur." Ujar Ariel setelah mereka sampai di kediamannya.

Eunji hanya menurutinya. Sedangkan Ariel, gadis itu pergi kedapur untuk membuat jus di sana. Setelah ia selesai dengan dua gelas jus mangganya, barulah Ariel menyusul Eunji. Namun saat gadis itu membuka pintu kamarnya, Ariel menemukan Eunji sedang berjongkok di depan lemarinya.

"Eunji-na? Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Ariel dengan heran.

"Riel,, apa kau hamil?" Tanya Eunji lalu berdiri dan menunjukkan testpack yang tadi ia temukan pada gadis itu.

Ariel terbelalak kaget. Ia lupa jika benda itu dibuangnya ke sembarang arah tadi malam.

"Hngg, itu..." Ariel menunduk. Belum siap menjawab.

"Bukannya kau,, tidak memiliki pacar??"

Ariel memejamkan matanya kuat-kuat. Potongan-potongan kejadian waktu itu, kembali mengitari pikirannya.

"Kita berteman, Riel. Walau belum lama, tapi kau bisa menceritakan ini denganku,," Eunji memegang kedua bahu gadis itu, untuk mencoba meyakinkannya.

Sambil sesekali terisak, akhirnya Ariel mengakui siapa ayah dari bayi tersebut.

Kali ini, giliran Eunji yang dibuat kaget atas pengakuan Ariel. "Im Jaehyun? Apa kau yakin?" Ariel hanya bisa mengangguk pelan menanggapi pertanyaan itu.

"Aku tidak tahu pasti,, tapi sepertinya Jaehyun berpacaran dengan Naeun. Berita itu cukup hangat waktu itu." Ujar Eunji kemudian membuka ponselnya untuk mencari sesuatu di sana.

"Nah! Kau bisa melihatnya, mereka berpacaran. Mereka sering memposting foto bersama."  Eunji langsung menunjukkan ponselnya pada Ariel.

"Foto terakhir yang mereka posting,  itu 4 hari yang lalu,," Gumam Ariel bersamaan dengan jantungnya yang berdebar kencang.

Ia jadi semakin takut dan ragu.

"Apa yang Jaehyun katakan setelah kalian melakukannya?" Tanya Eunji mengintrogasi.

"Hngg,, sebenarnya itu terjadi begitu saja, Ji. Aku menemukan Jaehyun sedang mabuk, karena aku tidak tahu rumahnya, jadi aku membawanya kemari. Tapi kemarin,, dia bilang akan bertanggung jawab,, semua ini karena sebuah kecelakaan,," Jelas Ariel dengan ragu.

"Dia bahkan sudah punya pacar, apa kau yakin dengan ucapannya? Setauku, Amerika lebih bebas dari Korea, kau tau itu kan Riel?"

"Aku tidak tau,, karena sejujurnya, aku tidak pernah sekolah umum dulu. Orangtuaku selalu memasukkanku pada kelas khusus yang mana guru lah yang datang ke rumah."

"Oh ya?? Jadi ini kali pertama kau bebas??" Tanya Eunji.

"Ya begitulah,,"

"Saranku, lebih baik kau pergi ke klinik aborsi sebelum terlambat. Pecaya padaku, Riel. Lelaki seperti Jaehyun itu, pasti hanya menjanjikan omong kosong."

*

Ariel jadi banyak melamun akhir-akhir ini. Ada banyak hal yang gadis itu pikirkan, termasuk mempertimbangkan ucapan Eunji kemarin.

Kalau di ingat-ingat, ia menyesal menjadi orang berhati baik. Ia menyesal karena menolong Jaehyun waktu itu. Dirinya bahkan belum genap 20 tahun, tapi harus bersiap menjadi ibu dalam kurang waktu kurang dari setahun.

Sangat naif.

Namun, sebenarnya ada hal yang lebih membebani Ariel ketimbang janinnya. Yait kedua orangtuanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka jika tau masalah ini.

*

Ariel hanya pasrah saat tangannya ditarik Eunji keluar area kampus. Sekarang jam makan siang, dan Eunji mengajak gadis itu ke café langganannya karena bosan dengan menu di kantin falkutas.

"Ya!! Shin Ariel!!" Pekik Eunji sambil mengentikan langkahnya.

"Ada apa denganmu?! Jangan membuat keributan di jalan!"

"Sepertinya benar itu Jaehyun?! Dia bersama dengan Naeun. Kau harus melihatnya!" Ujar Eunji sambil menunjuk salah satu pengunjung yang terlihat dari café yang memang memiliki kaca tembus pandang tersebut.

"Astaga! Itu benar mereka! Aku yakin itu Jaehyun dan Naeun!"

Ariel mengerjabkan beberapa kali untuk meyakinkan penglihatannya. Gadis itu memang tidak kenal dengan wajah Naeun, namun pria di ujung sana memang benar terlihat seperti Jaehyun.

"Apa kita harus mendatangi mereka?" Tanya Eunji.

Ariel menunduk lalu mengeleng pelan, "Lupakan saja. Aku lapar, aku hanya ingin makan.

*

"Hei. Sudah lama?" Sapa gadis manis bertubuh mungil itu.

Jaehyun menggeleng seraya tersenyum tipis, "Tidak, aku baru saja memesan minum." Balasnya.

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Tanya Naeunㅡgadis itu.

Jaehyun menatap manik itu dengan ragu. Keputusan ini sangatlah berat baginya. Naeun adalah satu-satunya orang yang mampu menarik Jaehyun kembali kepermukaan. Gadis itu berhasil membuat kehidupannya menjadi lebih baik.

Jaehyun sempat terpuruk beberapa tahun silam karena kematian orangtuanya. Dan Naeunlah yang ada di sisinya sampai ia bisa bangkit dan menjalankan hidup normal seperti sekarang.

Tapi mau bagimana lagi? Ia tidak bisa berbuat banyak. Insiden konyol itu, membuat Jaehyun harus memilih keputusan dan merelakan salah satunya.

Dan pilihan Jaehyun jatuh kepada anaknya. Karena itu adalah kesalahannya, bagaimanapun juga ia tidak bisa membuat Ariel menanggungnya seorang diri.

Jaehyunmenunduk, tak sanggup melihat senyuman Nakyung luntur setelah ini.

"Hei?" Panggil Naeun.

"Aku.. ingin kita putus.."

Raut wajah Naeun berubah dalam sekejap. Tidak ada lagi lengkungan manis di bibirnya, "Keㅡkenapa.."

"Aku.."

"Apa kau bosan?" Tuding gadis itu dengan bibir bergetar. Ia terlalu kaget sampai tidak mampu menyusun kata-kata untuk membalas pernyataan Jaehyun tadi.

"Apa yang kau bicarakan?!" Tanya Jaehyun tidak terima.

"Aku tau, Jae. Kau memang sempurna."

"Na.. dengarkan aku!"

"Mana mungkin kau ingin bertahan dengan gadis penyakitan sepertiku?" Naeun tertawa kecil disela tangisannya. Tanpa mendengar penjelasan Jaehyun yang mungkin akan lebih menyakitkan hatinya, gadis itu memilih berdiri langsung pergi keluar dari sana.

Jaehyun memilih diam dan menenangkan hatinya. Karena mau bagaimanapun juga, mereka tidak akan bisa bersama.

Ada banyak hati yang terluka karena kecerobohannya.

Namum ada 1 nyawa berharga yang harus ia selamatkan.