"Ya! Shin Ariel. Kemana saja kau satu minggu ini?!" Ariel tersentak kala Eunji menepuk bahunya. Itu membuat hal buruk yang tadi ia lamunkan seketika buyar.
"Hngg,, sakit! Aku kurang enak badan belakangan ini. Sepertinya karena terlalu sering begadang." Balas Ariel di akhiri senyuman kikuk.
"Hanya tidak enak badan, tapi sampai selama ini? Huh, Ariel, seharusnya kau mengabariku. Kau bahkan tidak membaca pesanku."
"Aku tidak membuka ponsel dari kemarin, maaf telah membuatmu khawatir."
"Oke, lupakan. Yang harus kau tau adalah, kita punya banyak—"
"Ah!" Ucapan Eunji terpotong karena Ariel tiba-tiba berteriak.
"Ada apa??" Tanya Eunji dengan heran.
"Ya! Heejin-a! Parfume apa yang kau pakai pagi ini?? Sangat menyengat." Tuding Ariel sembari memegangi kepalanya yang mendadak pusing setelah kedatangan Heejin yang duduk di depannya.
Heejin yang merasa terpanggil itu sontak menoleh ke arah Ariel, "Aku?" Tanyanya sambil mengendus sweater yang ia kenakan. "Ini parfume cocho. Aku biasa memakai aroma ini."
Kepala Arie semakin berat, bubur kacang merah yang tadi pagi ia makan seperti ingin keluar. Gadis itu segera berlari keluar yang membuat seisi kelas menatapnya heran.
"Ada apa dengan temanmu itu??" Tanya Heejin pada Eunji.
"Sepertinya dia kurang enak badan. Tapi entahlah, aku juga tidak mengerti."
*
Ariel mencuci wajahnya dengan kasar lalu menatap pantulan dirinya pada cermin besar itu.
*"Apa kau baik-baik saja??"
*"Aku tidak ingat! Aku benar-benar tidak ingat."
*"Aku,, aku akan bertanggungjawab."
Kata-kata itu terus mengitari pikiran gadis itu.
Ia bahkan tidak bisa tertidur nyenyak di malam hari, dan juga tidak bisa beraktivitas dengan normal saat pagi harinya karena terus memikirkan kejadian malam itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi??" Tanya Ariel dengan gugup pada dirinya sendiri.
"Ini pasti hanya efek dari kelelahan!" Sekali lagi, gadis itu kembali berusaha menepis pemikiran negatif pada kepalanya.
*
Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya sekitar pukul 2 siang, Ariel memutuskan untuk langsung kembali ke apartemennya agar bisa mengerjakan tumpukkan tugas yang ia anggurkan beberapa hari ini. Gadis itu juga berusaha keras untuk mengumpulkan konsentrasinya kembali.
Saat Ariel membuka laci meja belajarnya, berniat untuk mencari kacamata anti radiasi di sana, namun yang gadis itu temukan justru kotak testpack yang dua hari lalu iseng ia beli. Di raihnya benda itu dengan ragu, "Apakah aku harus memeriksanya?" Timangnya kemudian.
Tanda-tanda yang Ariel rasakan belakangan ini, cukup membuatnya khawatir. Apalagi saat kejadian itu terjadi, dirinya baru menyelesaikan masa periodnya.
Gadis memejamkan matanya cukup lama. Masih meresapi hatinya, dan membayangkan apa yang selanjutnya akan ia lakukan jika testpack di genggamannya itu ternyata bergaris dua.
"Tidak! Aku tidak harus memeriksanya!" Ariel menggelangkan kelapanya cukup kuat. Lalu gadis itu melempar benda itu kembali ke laci.
"Yang harus aku lakukan adalah mengerjakan tugas!"
*
"Kau terlihat semakin buruk hari ini, apa kau sudah ke dokter?" Tanya Eunji yang dari kemarin diam-diam memperhatikan Areil.
"Aku baik-baik saja kok. Tadi malam aku memang begadang untuk menyelesaikan tugasku." Balas Ariel dengan wajah pucatnya.
"Apa kau sudah makan?" Tanya Eunji lagi.
"Makan? Hngg,, itu,,"
"ㅡYa! Eunji-na!!" Ariel dengan spontan berteriak kala Eunji menarik tangannya untuk membawa gadis itu ke kantin fakultas.
"Kau harus makan!" Tegas Eunji yang masih menyeret tubuh Ariel
Ariel hanya pasrah, tanpa memberi perlawanan apapun.
"Oke~ Mau pesen apa??" Tanya Eunji saat keduanya sudah sampai di kantin.
"Hmm,, aku ingin bubur kacang merah,," Jawab Ariel.
Eunji langsung menggelengkan kepalanya, "Kau bisa busung lapar kalau hanya makan bubur kacang merah setiap hari! Akan ku pesankan kau chicken dan sawi, agar kau lebih bertenaga." Tegas Eunji yang langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasan Ariel.
Gadis itu juga sebenarnya ingin makan chicken atau sejenisnya dari kemarin. Namun saat ia mencoba menggoreng ayam sendiri dua hari yang lalu, ia merasa tidak selera setelah melihat baluran kulit ayam yang biasanya gadis itu sukai. Namun entahlah, siapatau keadaan sudah kembali normal pagi ini.
"Makanan datang!" Ujar Eunji sembari menyerahkan chicken itu dengan senyuman lebarnya.
"A-apa ini?" Tanya Ariel yang menatap geli hidangan tambahan yang terletak berdampingan dengan chicken yang tadi di sepakati.
"Ini namanya lagsana. Kau tak pernah memakannya?"
Eunji mengambil sedikit lasagna itu untuk di suapi ke Ariel. Namun detik berikutnya, Ariel langsung berdiri sambil menutup mulutnya.
"Ya! kau mau kemana?? Apa kau baik-baik saja?!" Teriak Eunji.
Ariel hanya melambaikan tangannya, mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Lalu gadis berlari ke toilet.
*
Ariel menumpu tangannya pada wastafel. Gadis itu menunduk sambil menatap genangan air sisa muntahnya yang telah ia bersihkan.
"Apa gadis dua yang ada pada testpack itu, hasil yang akurat?" Gumamnya lalu menutup matanya, berusaha menenangkan pikiran.
"Apa benar aku hamil?" Tanpa sengaja, bulir air mata justru jatuh kepipinya.
"Apa benar gadis dua itu—"
"Ariel?"
Suara berat yang menginterupsi telinganya itu, membuat Ariel mendongak. Dari pantulan kaca di depannya, dapat ia lihat seorang lelaki yang sebaya dengannya berdiri di belakangnya. Dan sosok itu, kembali membuat air matanya jatuh.
"Apa kau baik-baik saja?" Jaehyun ㅡlelaki tadi, berjalan perlahan-lahan mendekati Ariel.
"Pergi!" Perintah Ariel dengan nada tinggi.
"Riel.."
"Kenapa masih di sini?! Aku bilang pergi!" Kini gadis itu membuka matanya. Ia membalik tubuhnya agar bisa memberikan tatapan tajam pada pria di depannya itu secara langsung.
"Aku berusaha menolong, dan kau justru melakukan ini padaku!"
Dengan gerakan cepat, Jaehyun langsung memeluk erat tubuh gadis itu. Ia sangat merasa bersalah. Karena sebenarnya semua yang terjadi, itu di luar nalarnya.
"Aku ada di sini. Aku tidak akan kemana-mana.."
"Lepaskan aku!"
"Tenanglah,,"