Chereads / Bleak Knight / Chapter 18 - Challenge & Choice

Chapter 18 - Challenge & Choice

1

Amteric adalah negara besar entah secara luas area maupun juga populasi. Dengan kemampuan industri dan juga lokasinya yang berada di tengah benua utama, mereka punya pengaruh besar terhadap negara-negara yang berada di sekitarnya.

Hanya saja meski mereka bisa dibilang punya kekuatan absolute yang tidak bisa ditandingi oleh negara manapun secara individu, bukan berarti level kehidupan orang-orang mereka juga punya perbedaan yang absolute dengan penduduk negara lain.

Kekuatan ekonomi utama mereka datang dari pertambangan dan kemampuan metallugary yang mereka miliki. Di sisi lain, bidang agrikultur mereka bisa dibilang cukup lemah karena masalah lahan yang tidak cocok untuk pertanian. Dan sebab mereka punya populasi yang banyak, mau tidak mau mereka harus mengimpor bahan makanan dari luar.

Hal ini membuat negara lain punya kesempatan untuk menghambat kemajuan Amteric.

Pengaruh Amteric di tengah benua terlalu besar, dan hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dirayakan keberadaanya oleh negara lain. Oleh sebab itulah ada banyak yang secara sengaja menjegal pertumbuhan Amteric untuk mengamankan posisinya masing-masing.

Hanya saja hal ini malah memancing konflik yang lebih besar dari masalah yang coba mereka cegah untuk terjadi. Amteric mendeklarasikan agenda hegemoninya dan mulai mencaplok negara-negara yang ada di sekitarnya. Dengan harapan untuk bisa menyingkirkan musuh politik, menambah area agrikultur, dan menambah tenaga kerja aktif.

Sayangnya agenda utama mereka berubah jadi lebih besar dari yang awalnya mereka rencanakan.

Amteric punya struktur pemerintahan yang agak berbeda dengan negara lain. Daripada satu buah negara besar dengan banyak kota besar, Amteric lebih tepat dibilang sebagai kumpulan negara-negara kecil yang bersatu di bawah bendera Amteric. Oleh sebab itulah, selain hukum dan peraturan umum, setiap daerah milik bangswasan bisa bertindak layaknya sebuah negara indepen.

Setiap bangsawan pemilik sebuah propinsi punya hak untuk membuat peraturan, kebijakan, dan juga arah tindakan politiknya sendiri. Jika mau mereka bahkan bisa mendeklarasikan perang tanpa harus meminta persetujuan dari Ibu kota asal mereka punya alasan yang meyakinkan.

Pasukan militer Amteric sendiri sebagian besarnya terdiri dari pasukan pribadi para bangsawan. Secara presentasi, pasukan nasional dan pasukan pribadi milik kerjaan hanya ada pada angka sepuluh persen. Dengan kata lain, secara militer seorang raja bahkan lebih lemah dari para bangsawan.

Dan sayangnya, agenda utama dari kebanyakan bangaswan bukanlah membuat negaranya jadi lebih makmur. Tapi membuat daerah yang dikuasainya jadi lebih besar, dan uang yang keluarganya sendiri tumpuk lebih banyak. Dengan kata lain, agenda pribadi mereka jauh lebih penting dari perintah raja.

Akibat dari keserakahan orang-orang itu, perang yang seharusnya sudah selesai setelah tujuan utama Amteric terpenuhi menjadi lebih besar dan luas. Dengan alasan 'untuk kebaikan negara' para bangsawan terus memperluas teritorinya dan mengambil alih daerah-daerah yang dimiliki oleh negara lain setelah melihat perbedaan kekuatan militer Amteric dengan negara lain yang tidak bisa dibandingkan.

Kekuatan besar lain melihat dengan khawatir ekspansi yang Amteric lakukan akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak ingin jadi target selanjutnya. Oleh sebab itulah, mereka mulai mengirimkan bantuan pada negara yang menghadapi Amteric dan akhirnya membuat pasukan Koalisi untuk menghentikan ambisi Amteric untuk menguasai seluruh benua.

Atau lebih tepatnya ambisi para bangsawannya.

Kegagalan ekspedisi pasukan Amteric ke seberang laut jadi awal dari momentum pasukan Koalisi untuk mendorong balik Amteric.

Memanfaatkan barisan pasukan Amteric yang sudah terlalu tipis menyebar di area yang mereka kuasai. Pasukan koalisi yang menyerang dari berbagai arah berhasil memukul mundur Amteric kembali ke banyak benteng perbatasannya.

Lima tahun berlalu dan pasukan Amteric memutuskan untuk menjaga posisi-posisi yang mereka anggap penting dan menolak untuk mundur lebih jauh lagi. Seberapa keraspun pasukan Koalisi maju, pasukan Amteric tetap bertahan.

Setelah selama beberapa bulan mengalami stalemate, Amteric menawarkan perjanjian damai. Mereka akan mendeklarasikan kekalahan mereka dengan sebuah syarat. Dan syarat itu adalah, kedua belah pihak tidak boleh mengubah perbatasan daerah kekuasan yang ada waktu itu menggunakan kekerasan atau kekuatan militer.

Normalnya, hal seperti tidak akan diterima. Tapi meski terluka, Amteric tetaplah masih seekor singa. Mereka masih punya cukup kekuatan untuk melawan balik dan menjatuhkan siapapun yang maju terlalu jauh ke teritori mereka.

Selain itu, pasukan koalisi juga punya masalah lain yang juga harus diatasi. Masalah itu adalah hilangnya support dari rakyat Yamato dan Albion yang selama ini jadi pilar utama pasukan koalisi.

Keikutsertaan mereka dalam perang awalnya hanyalah agar cakar Amteric tidak mencapai area yang mereka kuasai. Dengan menyerahnya Amteric, mereka tidak lagi punya alasan yang kuat untuk terus berpartisipasi dalam konflik di tengah benua.

Biaya Maintenance, personel, peralatan, dan transportasi perang sama sekali tidak bisa dibilang murah. Dan pasukan dari kedua negara itu membuang uang pajak rakyat hanya demi konflik yang meski berhasil mereka menangkan tidak akan membawa keuntungan untuk rakyat masing-masing. Dengan kata lain, operasi mereka bersama negara koalisi lain hanya sebuah pemborosan dalam skala besar.

"Hanya saja, baik Yamato maupun Albion tidak bisa keluar dari koalisi begitu saja"

Mereka adalah inti dari pasukan koalisi, tentu saja mereka tidak bisa memutuskan keluar. Kalau sampai mereka keluar, bisa saja organisasi itu bubar dan Amteric akan bangkit lagi. Selain itu, mereka juga punya obligasi untuk memberikan bantuan sebab ada peraturan dalam koalisi yang mengharuskan semua anggotanya untuk berkontribusi. Sebuah peraturan yang mereka buat sendiri.

"Oleh sebab itulah kita semua ada di sini"

Yamato tidak lagi bisa memobilisasi pasukan nasionalnya karena tuntutan dari rakyat umum. Sebagai gantinya mereka meminjamkan salah satu aset penting mereka pada pasukan koalisi. Dan aset itu adalah, para anggota pasukan cadangan serta pasukan bantuan berupa murid-murid dari sekolah militernya.

Yang selama ini diberi kedok 'murid yang akan mengikuti ujian akhir' di lapangan.

"Ngomong-ngomong kenapa aku harus menulis hal semacam ini? memangnya siapa yang akan membaca?"

"Aku"

"Takara, kadang-kadang aku ingin sekali memukul wajahmu"

"Jadi kau ingin kuberi tugas tambahan?"

"Maafkan aku!"

Fakta kalau anggota pasukan cadangan, seperti pemuda yang ada di depan Haruki. Takara, adalah pinjaman dari Yamato bukanlah sebuah rahasia. Setidaknya untuk orang-orang di pusat komando pasukan koalisi, atau biasa disebut sentral.

Jadi, pembukaan dari laporan yang sedang Haruki tulis sebenarnya sama sekali tidak ada gunanya.

Setelah berpisah dengan Amelie, Haruki langsung pergi ke salah satu markas besar koalisi yang berada salah satu negara tetangga Amteric. Di dalam perjalanannya dia terus berusaha menyusun rencana agar bisa diberikan keringanan hukuman mengingat tidak mungkin bisa lolos begitu saja setelah kabur dari posnya dan pergi jalan-jalan ke negara musuh tanpa ijin dari bosnya yang sesungguhnya.

Petinggi sentral.

Hanya saja, begitu sampai persiapannya selama dalam perjalanan malah jadi pikiran tidak berguna, sebab saat dia sampai. Untuk suatu alasan dia malah langsung disuruh membuat laporan dari misi rahasianya.

Misi yang sama sekali tidak ingat dia pernah terima dari siapapun.

"Jadi, laporan macam apa yang harus kutulis Takara?"

Sebab dia tidak pernah merasa mendapatkan misi lain kecuali tugas utamanya sebagai penjaga Amelie, dia tidak tahu laporan macam apa yang harus dia tulis untuk atasannya.

"Kau hanya perlu merangkum laporan dari salah satu rekan kita"

Pasukan cadangan terdiri dari beberapa orang pilihan yang kemampuannya jauh di atas rata-rata. Tapi semua orang punya spesialisasinya masing-masing.

Takara yang ada di depannya adalah spesialis dalam menangani operasi besar. Dan sebagai seorang yang ahli dalam menangani urusan yang skalanya besar, dia tidak ditempatkan di garis depan melainkan di sentral untuk mengatur berbagai aspek dari konflik yang sedang terjadi.

Jika Haruki adalah tangan yang berfungsi untuk meninju musuh, maka Takara adalah tulang punggung yang menopang seluruh tubuh organisasi bernama pasukan sentral.

"Jun huh, di mana orang itu sekarang?"

Jun adalah anggota pasukan cadangan yang punya spesialisasi sebagai mata-mata dan ahli dalam mencari informasi.

"Aku tidak bisa memberitahukan lokasi mata-mata pasukan cadangan pada orang luar"

Haruki dan Takara adalah sama-sama anggota pasukan cadangan, tapi tugas mereka berbeda. Dalam konflik kali ini, Haruki tidak ikut masuk daftar sebagai anggota yang dipinjamkan ke pasukan koalisi, melainkan hanya diminta untuk mengawasi Amelie. Karena itulah dia diperlakukan seperti orang luar.

"Kalau begitu buat aku jadi orang dalam"

"Kau kira kenapa aku menyelamatkanmu?"

Takara menutupi kesalahan Haruki dengan bilang kalau dia memberikannya misi rahasia, adalah bukan karena mereka itu teman dan dia merasa kasihan pada pemuda itu. Tapi karena dia membutuhkan pemuda itu. Takara ingin meminta atasannya secara resmi memasukan Haruki ke dalam pasukan koalisi untuk membantu pasukan di garis depan yang mulai kacau.

"Kau harus menunggu!"

"Baguslah kalau begitu, sebab aku tidak bisa pulang begitu saja"

Pertimbagan para petinggi Yamato untuk tidak mengirim Haruki ke koalisi adalah karena hanya dia yang cukup Amelie percaya untuk bisa jadi rekan, selain itu mereka juga tidak bisa memamerkan seseorang yang bisa mereka sebut sebagai 'senjata rahasia' pada orang lain begitu saja.

"Selama kau menulis bagaimana kalau kita ngobrol? Haruki"

"Ngobrol apa?"

"Bagaimana kalau ngobrol tentang sudah sampai mana hubunganmu dengan Amelie?"

"Da-dari mana kau tahu?"

Takara hanya mengarahkan dagunya ke tumpukan catatan yang ada di depan Haruki. Dengan kata lain catatan yang Jun tulis. Sumber dari laporan yang Haruki sedang coba tulis.

-28/8 Haruki kelihatan sedang mesra-mesraan dengan seorang gadis. Aku harap ada kilat yang menyambarnya sampai mati.

"Laporan macam apa ini!!!!?"

Setelah itu, Haruki terus mencari catatan-catatan lain yang memiliki isi tidak jauh berbeda dari yang dia temukan sebelumnya. Lalu, begitu dia merasa kalau dia sudah mengamankan semua tulisan berbahaya penuh sumpah serapah itu dia menyobek semuanya dan membakarnya dengan lilin yang dia gunakan sebagai penerangan.

Takara tidak bereaksi terlalu serius, itu berarti laporan itu memang tidak penting.

"Tunggu dulu, bagaimana kau tahu kalau gadis yang dimaksud di catatan itu Amelie?"

Mungkin karena tahu apa yang dia tulis itu bisa memancing masalah, Jun tidak menuliskan nama dari gadis yang dia maksud. Nama Amelie tidak pernah sekalipun muncul di catatan-catatan yang pemuda itu buat. Jika ada yang menemukannya, kemungkinan besar orang itu hanya akan berpikir kalau Haruki main-main saat sedang dalam misi.

"Ha? pertanyaan bodoh macam apa itu?"

"Bo-bodoh?"

"Sekarang aku yang balik tanya! memangnya gadis mana yang mau dengan orang sepertimu selain pacar kecilmu itu?"

"Geh!! . . "

Apa yang Takara bilang memang benar. Dan hal itu tidak hanya teraplikasikan pada Haruki tapi juga pada anggota pasukan cadangan lainnya.

Orang bilang kalau jenius dan gila itu bedanya tipis. Dan untungnya, atau sayangnya, semua orang yang masuk dalam pasukan cadangan adalah orang-orang yang punya bakat sampai pada level jenius. Kepribadian mereka yang sudah aneh jadi kelihatan lebih aneh sebab mereka juga dituntut bertingkah aneh sebagai pasukan cadangan.

Sifat eksentris mereka membuat kebanyakan orang lebih memilih menjauhi mereka. Untuk bisa dekat mereka, seseorang harus punya sifat yang sama eksentriknya atau setidaknya cukup dekat dengan mereka sampai mereka tidak peduli seberapa gilanya mereka bertingkah di depan umum.

"Dan Amelie punya semua kualifikasi itu"

Amelie punya pikiran yang sama-sama eksentriknya dengan anggota pasukan cadangan resmi, selain itu dia cukup dekat dengan Haruki sampai seseorang bahkan bisa dengan mudah membayangkan gadis itu akan mengurus pemuda itu kalau misalkan dia benar-benar jadi gila.

"Selain itu, aku tidak bisa membayangkanmu menjalin hubungan dengan gadis lain! maksudku! dia itu cinta pertamamu kan?"

"Sekarang aku benar-benar penasaran bagaimana kau bisa tahu tentang sesuatu yang bahkan baru kusadari belum lama ini"

Setelah itu, Haruki berhenti bicara. Merasa kalau Haruki bertingkah aneh, Takara mencoba memeriksa raut wajah Haruki. Dan begitu Haruki merasakan tatapan Takara, dia balik menatap pemuda itu dengan serius.

"Takara!"

"Apa?"

"Aku ingin menikahi Amelie!"

"Lalu?"

"Aku butuh bantuanmu agar bisa mendapatkannya!"

"Sayangnya aku bukan macomblang, selain itu entah kenapa tiba-tiba aku punya firasat buruk"

Seorang wanita dari keluarga bangsawan tidak bisa memilih jodohnya sendiri adalah sesuatu yang umum. Semakin tinggi posisi seorang wanita, semakin terbatas pula pilihan yang mereka bisa ambil sebagai pasangan.

Amelie, yang punya title sebagai seorang tuan putri tentu saja tidak bisa dinikahkan pada orang sembarangan. Untuk bisa mengambilnya sebagai seorang istri, seorang pria harus memiliki posisi yang tinggi, pencapaian yang cukup, ataupun pengaruh yang besar.

Posisi Amelie yang cukup rendah dalam perebutan tahta membuatnya cukup mudah untuk didapatkan. Kau bisa mendapatkannya kalau kau bisa memimpin pasukan yang memenangkan sebuah operasi besar, punya kontribusi yang cukup besar terhadap negara, ataupun punya kekuasaan yang lumayan tinggi. Bahkan ada kemungkinan kalau gadis itu akan diberikan begitu saja pada mereka sebagai hadiah hanya untuk alasan politik.

Hanya saja, hal itu hanya berlaku untuk orang Amteric maupun orang dari negara yang hubungannya dekat dengan Amteric.

Dalam masalah posisi dan prestasi, staus Haruki lebih dari cukup untuk bisa membuatnya punya hak untuk meminang Amelie. Tapi sayangnya, dia adalah orang Yamato. Yang meski secara publik adalah rekan Amteric, tetaplah masih musuh besar yang selalu melancarkan perang proxy terhadap negara asal gadis itu.

Karena itulah kesempatan Haruki untuk bisa mendapatkan Amelie secara legal pada dasarnya adalah nol.

"Setidaknya, kalau keadaanya terus begini"

"Maksudmu?"

Kali ini Takara yang menatap Haruki dengan serius.

"Aku tidak punya niat untuk menyerah, karena itulah aku ingin mengubah dunia in. ."

"Sekarang kau bisa diam! aku benar-benar punya firasat buruk!"

"Aku ingin mengakhiri perang ini dalam lima tahun!"

"Sudah kubilang diam!!"

Takara memijat keningnya setelah itu dia berpikir untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk menghela nafas dan bilang.

"Jadi apa rencananya?

Haruki adalah tipe orang yang hanya maju perang saat dia punya kesempatan untuk menang. Dengan kata lain, saat Haruki bilang dia ingin mengakhiri perang. Dia sudah punya rencana di pikirannya, dan rencana itu secara praktikal memang benar-benar bisa dieksekusi.

"Baguslah, aku agak takut kau tidak mau mendengarnya"

"Aku juga ingin perang bodoh ini segera berakhir"

Takara mungkin tidak ditempatkan di garis depan yang berbahaya, tapi bukan berarti dia punya tanggung jawab yang kecil. Malah sebaliknya, tanggung jawabnya bisa dibilang yang paling besar di antara anggota pasukan cadangan yang lain. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dia adalah salah satu tulang punggung pasukan koalisi. Dan apapun yang dia perbuat akan membawa dampak entah itu baik atau buruk pada orang-orang yang ada di bawahnya.

Dan orang-orang yang ada di bawahnya, jumlahnya sama sekali tidak sedikit.

"Aku sama sekali tidak punya hobi hidup dalam tekanan"

Pasukan yang ada di garis depan, pegawai logistik, staff administrasi, pejabat yang mengatur pasukan, mitra bisnis pasukan koalisi, rekan politik dari banyak negara. Keputusan yang Takara ambil akan mempengaruhi akan nasib mereka.

"Kalau begitu bantulah ak. ."

"Aku akan mendengar rencanamu dulu"

Seperti yang sudah dia bilang, tanggung jawabnya besar jadi tentu saja dia tidak bisa mengambil keputusan sembarangn. Dia percaya pada kemampuan Haruki untuk 'memutar balik keadaan' dalam perang, tapi meski begitu pemuda itu bukanlah orang yang punya pengalaman dalam mengatur operasi yang skalanya mencangkup seluruh benua.

"Sebelum itu aku ingin tahu di mana lokasi Amelie"

"Kenapa?"

"Karena setengah rencanaku bergantung padanya"

Takara tidak terlalu paham dengan apa yang Haruki maksud, tapi dia menganggukan kepalanya lalu menutup matanya dan berdiam diri selama beberapa saat.

Pasukan cadangan terdiri dari dua jenis anggota, anggota tetap dan anggota sementara. Keanggotaan tetap hanya tersedia untuk orang-orang yang punya kemampuan vital untuk pasukan cadangan seperti Takara. Sedangkan orang seperti Haruki yang mengandalkan kemampuan yang mereka latih sendiri adalah anggota cadangan.

"Dia ada di Ibukota Amteric"

Dan kemampuan vital yang Takara miliki adalah kemampuan untuk mengetahui keberadaan seseorang yang membawa benda yang jadi milikinya. Atau dalam kasus ini, cincin yang jadi simbol pasukan cadangan.

"Itu berarti kita bisa langsung mulai"

"Aku belum bilang setuju dengan rencana apapun yang kau mau jelaskan"

"Ayo kita obrak-abrik benua ini!"

"Woi!!"

2

"Badanku pegal."

"Apa mau kupijat."

"Tidak perlu! kalau kau memijatku, kepalaku malah juga akan ikut pegal."

"Simplenya, kau tidak mau dipijat pria lain kecuali Haruki."

"Ke-ke-kenapa kau membawa-bawa namanya?."

"Karena aku ingin melihatmu memasang wajah seperti itu."

". . . . . ."

Tanpa memeriksanyapun Amelie sadar kalau wajahnya sedang merah, dia bisa merasakan kalau kedua permukaan pipinya agak terasa panas karena malu. Dan begitu melihat hal itu, Erwin langsung memasang wajah senang seakan dia baru saja mendapat hadiah besar di sebuah lotre.

Normalnya, ketika dia sedang malu dia akan mencoba menutupi wajahnya. Tapi sebab yang di depannya adalah Eric, seseorang yang bahkan lebih paham tentangnya daripada Ibunya sendiri. Dia merasa tidak perlu mencoba menyembunyikan apapun dan melakukan hal yang lebih agresif.

"Ooot. . . kalau kau ingin memukulku nanti saja, aku tidak mau kalau gadis kecil di pangkuanku ini bangun."

Pukulan tidak bertenaga yang Amelie luncurkan ke arah dada Erwin ditangkap dengan mudah. Setelah itu Ameliepun langsung menarik tangannya sebab sama seperti pemuda itu, dia juga tidak ingin me mbangunkan seseorang yang kecapekan karena perjalanan panjang.

"Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa akrab dengan Miina?."

"Mengalihkan pembicaraan?. ."

Amelie kembali mengepalkan tangannya dan memasang wajah marah, lalu Erwin kembali tersenyum dan mengangkat kedua tangannya menandakan dia sudah menyerah dan akan berhenti menggoda Amelie.

"Kami sering main bersama, selain itu yang mengawasi pekerjaanku juga adalah gadis kecil ini."

Begitu Amelie dikirim ke Yamato untuk jadi sandera politik, pekerjaan yang bisa Erwin lakukan jadi berkurang sebab tidak ada yang tahu bagaimana memanfaatkan kemampuannya. Oleh karena itulah, dia jadi punya lebih banyak waktu kosong meski dia sudah mencoba mengisinya dengan patroli dan latihan.

Pada suatu hari dia bertemu dengan Miina yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja sendirian. Sebab jumlah anak kecil seumurannya bisa dihitung dengan jari, ketika mereka sedang tidak ada dia bahkan tidak bisa bermain untuk menghabiskan waktunya.

Merasa kalau akan berbahaya meninggalkannya sendirian saja, Erwin mengajaknya untuk ikut memeriksa keadaan lahan yang dimiliki Amelie.

"Dengan kata lain, kau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."

"Kenapa aku tiba-tiba terdengar seperti penculik."

"Karena ku kelihatan kedengaran penculik."

"Woi!!!."

"Asal kau tidak melewati garis merah aku tidak akan banyak protes, sebab aku berencana untuk membuatnya jadi penggantiku."

"Jadi kau serius ingin pergi dari Yamato."

"Setelah semuanya selesai, aku berencana untuk pindah ke Yamato bersama mama."

Sebelumnya, tujuan hidup Amelia hanya untuk membuat Ibunya bahagia. Dan untuk bisa mencapai tujuan itu, dia bahkan tidak keberatan untuk kehilangan kebebasannya dengan jadi alat politik. Tapi rencana lamanya itu sudah dia buang jauh-jauh, sebab jauh di seberang sana ada seorang pemuda yang dia juga ingin buat bahagia.

Kali ini dia akan melawan takdirnya dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa jadi orang yang cukup hebat sampai tidak ada orang yang punya pikiran untuk menggunakannya sebagai alat politik.

"Tapi bagaimana kau bisa membujuknya mengikutimu?."

Eric punya wajah sangar, dia punya aura tidak terlalu bersahabat, dan dilihat dari luar dia bisa dibilang punya penampilan berandalan. Normalnya, tidak akan ada yang mau melakukan kontak dengan orang semacam itu. Jadi, setelah melihat pemuda itu Miina harusnya lari sambil berteriak kalau dia akan diculik.

"Mungkin kau tidak tahu, tapi orang-orang di sini menganggapku sebagai ksatria yang melindungi tuan putri."

Populasi teritorinya memang sudah jauh lebih banyak daripada beberapa tahun yang lalu. Dan dengan dibukanya kerjasama dengan Gerulf, angka yang ada dijamin akan terus bertambah. Tapi meski begitu, orang-orang lama yang dulu Erwin dan Amelie beli juga masih ada dan bekerja di sana. Sehingga masih ada banyak orang yang tahu tentang hubungan Erwin dan Amelie. Beberapa dari mereka juga harusnya masih ingat bagaimana Erwin menyelamatkan mereka saat ada bandit yang menyerang rombongan mereka saat menuju teritorinya tujuh tahun yang lalu.

"Kesatria huh. . . Erwin."

"Apa?."

"Tolong lindungi aku di sana."

Setelah melakukan pembicaraan dengan Gerulf, mereka berhasil memastikan kalau orang tua itu tidak pernah memberikan instruksi untuk membunuh Amelie dan hanya ingin menangakapnya saja. Itu berarti, pasukan Amteric dan juga pembunuhan bayaran yang mengincar nyawanya datang dari fraksi lain. Dan ketika membicarakan masalah fraksi, saudara-saudaranya adalah orang-orang yang paling mencurigakan. Sebab mereka semua adalah saingan dalam perebutan tahta.

Bisa dibilang, datang ke ibu kota sama dengan datang ke teritori musuh.

"Aku tidak bisa membuat skema, aku juga tidak bisa membantumu melakukan trik-trik di balik layar, tapi kau bisa mengandalkanku untuk menghajar siapapun yang mencoba menyakitimu."

"Terima kasih."

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Rencana awal Amelie ketika dia pulang ke Amteric adalah untuk pergi ke ibu kota dan mengumumkan kemundurannya dari perebutan tahta agar dia bisa hidup damai dan tidak perlu lagi was-was nyawanya akan diincar. Setelah itu dia bisa lebih fokus pada teritorinya dan membuat kehidupan ibunya jadi lebih baik sampai ayahnya memutuskan untuk menggunakannya sebagai alat politik.

Baginya, masa depan seperti itu tidak terlalu buruk. Baginya asalkan Ibunya bahagia dia tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi padanya, pada masa depannya.

Tapi sekarang dia tidak bisa begitu saja menyerah dan membiarkan orang lain menentukan masa depannya. Sebab masa depannya sudah bukan hanya miliknya sendiri. Dia sudah menjanjikannya pada seseorang yang berharga baginya. Dia dia tidak punya niat untuk membuat janji itu berakhir hanya sebagai janji kosong.

Mantan teman masa kecil pintarnya yang selalu membantunya, pemuda licik yang selalu melindunginya, dan laki-laki yang berjanji akan membuatnya bahagia di masa depan. Haruki, yang sekarang jadi kekasih jauhnya.

"Amelie, ini cuma saran tapi kurasa kau perlu melepas cincinmu di sana."

"Aku tahu."

Jika keluarga kerajaan tahu kalau dia sudah punya hubungan dengan seorang, dan orang itu bahkan adalah anggota pasukan elit dari negara musuh tidak diragukan lagi kalau dia akan mendapat masalah.

Masalah yang jelas bukan hanya akan berakhir pada dirinya saja tapi juga Haruki.

"Tapi setidaknya aku ingin memakainya selagi bisa, aku lumayan sedang butuh mental support."

"Kalau sekedar mental support aku juga bisa memberikannya."

"Terima kasih, tapi aku tidak butuh obat penambah stress."

Setelah itu keduanya diam untuk sesaat. Dunia di sekitar mereka terus berubah, keadaan di sekitar mereka juga semakin hari semakin bertambah serius, dan masalah yang mereka hadapi tidak diragukan lagi juga semakin kompleks dan sulit untuk diselesaikan.

Tidak ada yang tetap sama.

"Hahahahah. ."

"Hahahahah. ."

Tanpa sadar keduanya tertawa setelah saling tatap dalam diam selama beberapa saat.

Keduanya sadar kalau meski banyak sekali yang sudah berubah selama beberapa tahun terakhir, orang di depan mereka sama sekali tidak berubah. Seperti sudah ditinggalkan waktu, mental mereka sama sekali tidak berubah dari saat mereka pertama kali bertemu dulu.

Setelah itu mereka menghabiskan waktu dengan membicarakan masa lalu mereka saat masih ada di sekolah bangasawan Amteric sampai Miina bangun.

Beberapa hari kemudian, akhirnya mereka sampai di Ibukota Amteric. Atau lebih tepatnya, arena perang Amelie yang selanjutnya.

3

Begitu keduanya sampai di gerbang kota tujuan mereka, Erwin langsung memberitahukan penjaga kalau mereka adalah orang besar yang perlu masuk. Normalnya, penjaga akan perlu menggeledah barang orang-orang yang akan masuk untuk memastikan keamanan sambil memeriksa identitas mereka. Hanya saja, Amteric adalah tempat di mana kekuasaan para bansawan dan keluarga raja adalah absolut.

Dengan kata lain, kalau seseorang bisa menunjukan bukti kalau mereka punya hubungan dengan penguasa mereka akan dengan mudah disuruh untuk mundur dari tugas mereka dan membiarkan siapapun masuk dengan bebas karena takut dihukum.

Amelie merasa agak risih dengan kebiasaan semacam itu, tapi kali ini dia bersyukur sebab dengan begitu mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu diinterogasi dan menunggu pemeriksaan selesai. Jujur saja dia sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

"Ngomong-ngomong dimana kita akan menginap? meski aku punya uang tapi aku tidak mau menyia-nyiakannya untuk membayar penginapan mahal di distrik bangsawan."

Eric lebih lama tinggal di Ibu kota dibandingkan Amelie, jadi dia menyerahkan masalah akomodasi pada pemuda itu. Tapi begitu masuk gerbang kota paling penting di Amteric itu, Erwin terus membiarkan kusir dari kereta kuda yang mereka tumpangi berjalan menuju distrik di mana para bangsawan tinggal.

Secara finansial, bisa dibilang Amelie adalah salah satu orang terkaya di Amteric tapi dia masih tidak merasa perlu untuk menyewa kamar super mahal hanya untuk tidur selama selama beberapa malam di sana. Oleh sebab itulah dia mulai khawatir kalau Erwin membawanya masuk semakin dalam ke daerah di mana para bangsawan tinggal.

Tentu saja kalau dia mau Amelie bisa tinggal di istana. Tapi dia sama sekali tidak bisa membayangkan kalau kedatangannya akan disambut oleh siapapun di sana. Karena status Ibunya yang hanya seorang orang biasa, dia sama sekali tidak punya koneksi di sana. Dan karena alasan yang sama juga, dia yakin kalau memaksakan diri hanya akan membuat masalah yang tidak perlu di tempat itu.

"Tenang saja, kau tidak perlu memikirkan biaya! aku punya koneksi dan kita bisa tinggal di tempat itu gratis."

"Hm? untuk suatu alasan aku punya firasat buruk."

"Jangan khawatir dan serahkan semuanya padaku."

"Justru karena itu aku merasa khawatir."

Amelie merasa cemas, tapi dia tidak bisa seenaknya membuat rencana baru dan memutuskan untuk berpisah dari Eric. Selain pemuda itu adalah satu-satunya orang yang bisa dia percaya dan andalkan di kota itu, dia juga tidak mau membuang waktu mencari-cari orang yang mau memberikannya akomodasi sendiri.

Semakin lama Amelie merasa kalau jalan-jalan yang dilewatinya terasa akrab, meski ada perbedaan di sana-sini, dia bisa memastikan kalau dia pernah melewati jalan itu sebelumnya. Membuatnya merasa semakin khawatir.

Dan kekhawatiran Amelie akhirnya terbukti begitu mereka berhenti di sebuah rumah setara kastil dengan gerbang yang ujungnya hampir tidak kelihatan.

"Eric."

"Apa."

"Kenapa kita ke rumahmu?."

"Ketika kau bilang kita perlu tempat yang aman, tidak memalukan, dan murah aku tidak bisa memikirkan tempat lain kecuali rumahku sendiri."

"Harusnya aku tahu akan jadi begini jadinya."

"Kenapa kau sekecewa itu? bukankah semua kriteria yang kauberikan bisa kupenuhi."

"Memang benar, tapi ada satu hal yang kulupakan."

"Apa?."

"Aku bukan anak kecil."

"Kau masih kecil."

"Aku bukan anak kecil!!."

"Berciuman dengan seorang pria tidak otomatis membuatmu jadi dewasa."

"Aku sedang tidak membicarakan hal itu!!!!."

"Lalu apa? bukankah kau sudah biasa main ke rumahku dulu? kurasa tidak ada masalah! semua orang di sini sudah akrab denganmu! dan aku yakin kalau ayahku akan senang menyambutmu."

"Justru itu! justru itu masalahnya!"

Eric yang hanya seorang anak ketiga tidak punya obligasi besar terhadap keluarga besarnya dan pada dasarnya diberikan kebebasan untuk mengambil jalan hidupnya sendiri. Saat dia memutuskan pergi mengikuti Amelie, pada dasarnya hubungannya dengan keluarga besarnya sudah setengah putus dan membuat apa yang Erwin lakukan bukan lagi urusan maupun tanggung jawab keluarganya. Apa yang dia lakukan akan seratus persen jadi tanggung jawabnya sendiri.

Bisa dibilang, ketika dia pergi dan mengajukan diri jadi pengawal pribadi Amelie dia sudah dianggap bukan bagian dari keluarga Frank. Keberadaannya tidak akan menimbulkan masalah politik macam apapun. Sebab dia hanya seorang pemuda mantan bangsawan.

Hanya saja status itu hanya bisa dilabelkan pada pemuda itu ketika pemuda itu menjaga jarak dari keluarganya. Dengan kembali ke rumahnya, secara tidak langsung dia sudah mendeklarasikan keinginannya untuk kembali ke keluarganya.

Keluarga besar yang punya pengaruh besar terhadap kekuatan militer Amteric.

Dan dia pulang ke rumah orang tuanya dengan membawa seorang gadis, yang kebetulan adalah salah satu tuan putri dari negara itu.

Eric hanya menganggap Amelie sebagai adik perempuannya, tapi pandangan orang lain terhadap mereka berdua bisa saja berbeda.

"Kau ingat kalau dunia ini punya pandangan umum agak lain kan?"

"Ah. . ."

Eric akhirnya paham dengan apa yang coba Amelie jelaskan.

Di dunia ini, gadis seumuran Amelie tidak lagi dianggap sebagai seratus persen anak kecil. Dengan kata lain, Amelie sudah bisa menerima pinangan seseorang dan mulai membangun keluarganya sendiri. Dan Erwin baru saja membawa seorang gadis yang dimaksud ke rumahnya. Bagi orang yang tidak tahu, apa yang Erwin lakukan sama dengan membawa calon istrinya ke orang tuanya.

Dulu Erwin sering mengajaknya ke rumahnya, bahkan tidak jarang Amelie menginap di rumahnya. Tapi saat itu Amelie hanyalah seorang bocah lima tahun. Karena itulah dulu mereka tidak pernah mendapat masalah.

"Maafkan aku. ."

Amelie memijat keningnya, memejamkan matanya dan berdiam diri untuk sesaat. Setelah itu, begitu beberapa saat sudah berlalu dia kembali membuka matanya.

"Tidak ada pilihan lain, kita akan tetap menginap di rumahmu"

Amelie yakin kalau sudah ada banyak orang yang melihatnya pergi ke rumah Eric, dan kabar tentang keberadaannya di sana pasti akan sampai ke telinga banyak orang dengan cepat. Daripada pergi dan bersembunyi lalu menambah kecurigaan kalau mereka menyembunyikan sesuatu, lebih baik dia terang-terangan saja mampir ke rumah pemuda yang ada di depannya. Kalau ada yang menanyakan alasan kenapa dia memutuskan tinggal di tempat Eric, dia cukup bilang dia tidak punya akomodasi atau alasan tidak jelas lainnya.

Jika dia bisa ngeyel saat ditanya, tidak akan ada yang berani terang-terangan menentangnya.

Harusnya.

"Ok."

Setelah memutuskan langkah selanjutnya, Ericpun keluar menunjukan wajahnya ke penjaga gerbang dan meminta ijin untuk masuk. Dia memperkenalkan dirinya sebagai pengawal Amelie, tapi orang yang sudah bekerja di sana cukup lama langsung mengenalinya sebagai anggota keluarga dari boss mereka dan menyambutnya dengan ramah.

Bangasawan penting punya tempat tinggal yang besar sama sekali bukan hal yang aneh, tapi sekala dari tempat tinggal keluarga Erwin sama sekali tidak bisa disamakan dengan ukuran kediaman bangsawan lain di Amteric. Dalam masalah luas, hanya komplek istana kerajaan yang dapat mengalahkannya. Sebab tempat tinggal keluarga Erwin secara literal memang adalah sebuah kastil. Dengan kata lain sebuah benteng pertahanan.

Rumah utama keluarga Erwin berada pada salah satu dari tiga pusat pertahanan ibukota Amteric, dan sebab tempat itu harus menampung prajurit, peralatannya, dan juga banyak hal lain. Luas tempat itu juga harus memadai.

Tentu saja keluarga Erwin punya tempat tinggal normal yang jauh dari kawasan militer, tapi tempat yang sebenarnya hanya berstatus rumah dinas itu akan ikut jadi tanggung jawab mereka ketika mereka mendapatkan mandat dari raja. Dan tentu saja kau tidak bisa menolak pemberian dari raja. Berhubung posisi yang sekarang ayah Erwin pegang pada dasarnya adalah sesuatu yang diwariskan turun-temurun, akan lebih efisien kalau pewaris posisinya bisa tinggal di sana dan langsung belajar tentang tugasnya nanti.

Anggota keluarga yang tidak tinggal di sana biasanya hanyalah para tetua yang sudah tidak bisa bertugas, anggota keluarga yang sakit dan perlu perawatan khusus, ataupun orang yang sudah memilih jalannya sendiri dan pergi ke tempat lain. Seperti Eric.

Setelah Erwin dan Amelie yang kereta kudanya dikawal sampai ke gerbang utama kediaman keluarganya, keduanya langsung disambut oleh dua orang pelayan yang sekali lagi akan mengawal mereka menuju ke tempat Ayah Eric. Atau lebih tepatnya, pemimpin dari keluarga Erwin dan juga jenderal dari pasukan pertahanan ibu kota Amteric.

"Selamat datang tuan putri"

Normalnya.

Begitu pintu ke bangunan utama dibuka, yang menyambut mereka bukanlah pelayan tapi tuan rumahnya sendiri. Sesuatu yang normalnya hanya dilakukan ketika yang datang adalah orang yang pangkatnya lebih tinggi dari si tuan rumah.

"Maafkan aku paman, kami tidak bilang dulu sebelum ke sini"

Secara posisi mungkin Amelie lebih tinggi dari pria paruh baya di depannya. Tapi semua orang tahu kalau dia tidak punya kekuasaan atas siapapun di tempat itu, jadi. Jelas kalau sambutan yang dia berikan Arthur sama sekali tidak ada hubungannya dengan pangkat atau yang sejenisnya.

"Jangan terlalu dipikirkan tuan putri"

Arthur, meski wajah sangarnya sering bahkan mampu untuk membuat banyak orang tidak berani bicara. Sebenarnya, di baliknya ada kelembutan yang cukup dalam. Alasan kenapa dia menyambut Erwin dan Amelie secara langsung tidak salah lagi adalah karena dia khawatir dengan keadaan keduanya.

Amelie yang sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri, dan juga Erwin yang jelas adalah anak kandungnya sendiri.

"Aku malah lebih senang jika tuan putri tinggal di sini daripada menginap di tempat yang tidak jelas"

"Terima kasih banyak, aku harap kami tidak membuat terlalu banyak masalah untuk paman"

"Kalau ada yang punya masalah, suruh saja mereka bicara langsung padaku"

Kenyataan kalau Amelie bisa memanggil ayah Erwin dengan sebutan paman sudah menunjukan kalau kedekatan mereka sudah ada pada level keluarga. Malah bisa dibilang, pria paruh baya itu lebih seperti seorang ayah daripada ayah dari gadis kecil itu sendiri yang sebenarnya.

Hanya saja, posisi Amelie membuat hubungan sederhana itu jadi sedikit lebih rumit. Apalagi kalau masalah politik sudah dibawa-bawa ke dalamnya.

"Daripada itu, lebih baik kita membicarakan topik lain di dalam"

"Um. ."

Arthur mempersilahkan Amelie untuk masuk, lalu setelah diberi tanda. Beberapa pelayan di sekitar mereka langsung membimbing Amelie ke tujuannya. Erwin sendiri yang datang bersamanya langsung mencoba untuk mengikuti gadis itu, tapi sebelum dia bisa bergerak tiba-tiba pundaknya dipegang oleh ayahnya. Membuatnya terpaksa untuk menghentikan langkahnya.

"Eric, kudengar kau kalah dalam pertarungan"

"Ya"

Eric tidak tahu bagaimana ayahnya bisa tahu akan hal itu maupun kenapa dia tiba-tiba membawa topik itu ke permukaan. Tapi meski begitu, dia tahu kalau dia tidak bisa berbohong maupun memberinya alasan untuk membela diri. Oleh sebab itulah dia langsung menjawab dengan jujur dan singkat.

"Selain itu kau terluka parah dan hampir membuat Ame. . tuan putri mati"

"Aku tidak bisa membela diri, ayah memang benar"

Dari suara anaknya, Arthur paham kalau Erwin menyesali apa yang sudah terjadi. Dan di masa depan, dia akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tapi sayangnya, hal itu sama sekali belum bisa membuatnya merasa lega.

Eric pergi dari rumahnya dengan tekad untuk menjadi pelindung pribadi Amelie. Jika dia gagal untuk melakukan hal itu, sama saja kalau kepergiannya tidak ada artinya. Oleh karena itulah, menyesal dan melakukan introspeksi diri saja masih belum cukup.

"Ulurkan kedua tanganmu"

"Ha?"

"Menurut saja!"

Sekali lagi, Erwin menurut dan mengulurkan kedua tangannya ke depan tubuhnya. Dan setelah itu. . .

Klik.

Sebuah borgol terpasang di kedua tangan Eric.

"Eh?"

"Hazel! kumpulkan teman-temanmu dan bawa anak ini ke tempat latihan! kalian bisa main-main dengannya sepuasnya asal dia tidak mati"

"Eh? Eeeeee . . . . . . ."

Dengan begitu, Ericpun dibawa ke tempat latihan militer untuk diberikan pendidikan ulang. Tidak, akan lebih tepat dibilang kalau Erwin dibawa ke tempat di mana dia harus membela diri dari kumpulan orang-orang yang kurang kerjaan yang belum pernah mempraktekan kemampuan mereka di medan perang yang sesungguhnya.

Di tempat lain, Amelie yang sudah sampai di ruang kerja Arthur sedang mencoba mengamati tempat itu dengan seksama.

Dulu ketika dia masih berada di sekolah bangsawan Amteric, dia sering diajak ke tempat itu oleh Eric. Dan di sana dia menemukan kalau tempat itu tidak berbeda jauh dari apa yang ada di ingatannya. Ruangan itu masih kelihatan sangat kontras dengan pemiliknya.

Ketika pemiliknya kelihatan seperti orang yang tidak ingin bicara dengan siapapun kalau benar-benar tidak ada yang penting. Ruang kerjanya selalu terlihat seperti sudah siap menerima tamu. Tempat duduk nyaman yang luas, meja yang penuh dengan snack, peralatan pembuat minuman yang siap pakai, dan juga bahkan rak buku penuh bacaan ringan yang bisa semua orang nikmati.

"Silahkan duduk tuan putri, aku akan membuatkan minuman untukm. . ."

"Jangan repot-repot paman biar aku yang menyiapkannya"

"Aku tidak bisa membiarkan tuan putri melakukan hal semacam itu"

"Tidak apa-apa, aku sudah berlatih untuk membuat teh yang enak"

"Tapi. ."

"Atau, paman tidak ingin mencoba teh buatanku?"

"Ugh. . . .aku merasa dicurangi"

Penampilan seorang wanita adalah senjatanya. Atau dalam kasus ini, wajah cemberut seorang kecil adalah senjatanya. Saat masih kecil Amelie sering memanfaatkan keimutan penampilan barunya di dunia ini untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain. Tapi sepertinya, saat dia sudah sedikit lebih dewasapun strategi itu masih ampuh untuk digunakan.

Setidaknya untuk ayah Erwin yang terkenal suka dengan anak kecil.

Pada akhirnya, Arthur menyerah dan membiarkan Amelie melakukan apa yang dia mau. Lalu, begitu keduanya sudah cukup santai keduanyapun mulai ngobrol. Dimulai dengan topik santai yang isinya tidak terlalu penting diikuti dengan pembicaraan layaknya laporan begitu Amelie mencoba mencari banyak info tentang keadaan terakhir Ibu kota.

Lalu. . .

"Jadi. . . apa rencanamu selama di sini?"

"Pertama, jelas aku akan ke istana dan menghadiri pesta ulang tahun pendirian Amteric."

Sebab dia mendapatkan undangan untuk menghadirinya. Kalau dia tidak hadir dia yakin kalau akan ada rumor buruk tentangnya. Dan bagi Amelie yang sedang membangun usahanya, dia tidak mau kalau masalah yang tidak ada hubungannya dengan bisnis mengganggu operasinya.

"Setelah itu aku akan melihat suasana dulu"

Pesta itu tidak berlangsung hanya sehari. Lalu sebab teritori Amteric itu luas dan banyak bangsawan yang tinggal jauh dari Ibukota, kadang ada yang terlambat dan tidak bisa ikut di hari pertama. Oleh sebab itulah pesta dilangsungkan selama tiga hari. Hari pertama bisa disebut hanya pembukaan, lalu hari kedua anggota kerajaan dan juga para bangsawan akan dipersilahkan untuk melakukan sosialisasi yang tentu saja akan diikuti banyak pertemuan tertutup antar fraksi. Kemudian di hari ketiga, sebagai acara utama akan para calon pemegang tahta akan mendeklarasikan rencana mereka untuk masa depan di depan semua orang yang diikuti acara penutupan.

"Jika mereka menyuruhku menginap, aku akan tinggal di istana untuk sementara tapi kalau tidak mohon bantuannya lagi paman"

"Tidak masalah, kau bisa pulang ke sini sesukamu"

"Terima kasih"

"Lalu, untuk urusan akomodasi? apa kau sudah menyiapkan sesuatu sendiri? jika belum aku akan menyiapkannya untukmu"

"Paman tidak perlu khawatir, aku sudah membawa gaun dan pakaian ganti sendiri"

"Begitu ya. . ."

Amelie merasa kalau Arthur baru saja mengeluarkan suara kecewa, tapi dia mencoba tidak terlalu memikirkannya. Sebab jika dia memikirkannya, dia akan merasa bersalah.

Jika Amelie bilang dia tidak membawa sesuatu, dia yakin kalau Arthur akan menyiapkan gaun dan aksesoris paling wah yang bisa dia temukan untuknya. Tapi sayangnya, dia tidak bisa menerima pemberian semacam itu dari ayah Eric. Jika dia melakukannya, akan ada anggapan kalau orang tua itu punya hubungan spesial dengan Amelie. Dan sebagai pasukan pribadi raja, dia tidak bisa menunjukan dukungannya terhadap salah satu kandidat secara terang-terangan.

"Tapi aku masih butuh kendaraan untuk pergi ke istana, jadi mohon bantuannya paman"

"Dengan senang hati"

Hanya saja kalau sekedar kereta kuda harusnya tidak ada masalah. Arthur bisa menggunakan alasan 'menyediakan perlindungan' untuk keluarga raja untuk memberikan fasilitas itu.

"Sekali lagi, terima kasih banyak:"

Keduanya meminum teh masing-masing lalu berdiam diri untuk sesaat. Setelah itu, Arthur kembali membuka topik. Tapi kali ini dengan nada yang lebih kasual.

"Apa saja yang Erwin lakukan belakangan ini?"

"Belakangan ini Erwin suka sekali menggodaku sampai kadang aku ingin meninju wajahnya"

Setelah lamaran Haruki padanya, hampir setiap hari Erwin menggodanya. Sesekali dia ingin sekali memukul wajah pemuda itu, tapi sayangnya kemampuan fisik mereka terlalu jauh sehingga keinginan balas dendamnya belum pernah terlaksana.

"Maafkan kelakuan putraku tuan putri"

"Paman tidak perlu minta maaf, dia memang sering menyebalkan! tapi aku sangat bersukur dia ada di dekatku"

"Terima kasih tuan putri"

"Sebaliknya! jika ada orang yang harus minta maaf, orang itu adalah aku"

"Tuan putri?"

"Karena aku dia harus meninggalkan rumah dan membuang masa depannya di sini, gara-gara terluka dan membahayakan diri, lalu yang terakhir karena ingin melindungiku Erwin hampir mati! A-aku benar-benar minta maaf"

Jika bukan karena dia, mungkin Erwin akan punya masa depan yang berbeda jauh dari keadaannya sekarang. Masa depan yang mungkin lebih cerah.

Amelie menutup matanya lalu menunduk dalam ke arah Arthur.

"Ame. . .tuan putri"

Wajah menyesal gadis kecil di depannya itu membuatnya merasa sakit. Selain itu, sebab dia tahu kalau Amelie sudah mengalami hal yang tidak kalah menyakitkannya. Secara reflex dia langsung ingin mengusap kepala gadis itu dan menghiburnya.

"Tolong angkat kepalamu"

Tapi sebelum sempat menyentuh rambut lembut gadis di depannya, dia menghentikan telapak tangannya. Dia merasa tidak pantas untuk melakukannya mengingat dia sendiri tidak pernah membantu gadis itu saat dia benar-benar membutuhkan dan hanya bisa melihat dari jauh.

"Kau tidak perlu minta maaf, malah sebaliknya! aku harus berterima kasih padamu!"

"Kenapa? bukankah ak. . ."

"Eric itu adalah anak yang aneh. . ."

Dia punya sudut pandang lain terhadap dunia dibanding teman-teman maupun saudaranya. Dan hal itu membuatnya kesulitan berkomunikasi, membangun koneksi, maupun sekedar mendapatkan teman bicara yang cocok dengannya. Meskipun dia punya bakat, tapi tanpa supporter bakatnya hanya akan jadi sumber bahan rasa iri, kesal, dan dengki orang lain terhadapnya.

"Aku sendiri tidak yakin apakah masa depannya bisa cerah kalau dia tetap berada di sini"

Karena itulah Arthur merasa senang ketika akhirnya putranya itu berhasil menemukan seseorang yang bisa melihat dunia dari lensa yang sama dengannya. Dia merasa senang ketika ada seseorang yang bisa memahami anaknya dan mampu menjadi supporternya dalam kehidupannya di luar sana.

"Terima kasih sudah jadi penopang kehidupannya, di masa depan aku harap tuan putri akan tetap memberinya dukungan sebisa mungkin"

"Tentu saja! kebaradaannya benar-benar membantuku, jadi sampai ada seseorang yang mau menggantikanku mengurusnya aku akan menggantikanmu mengurusnya"

Amelie tersenyum dengan cerah lalu menyodorkan tangan kanannya pada Arthur. Bukan untuk mengajak bersalaman, tapi untuk memperlihatkan jari kelingkingnya yang dia arahkan ke orang tua di depannya.

"Ini?"

"Ini adalah caraku, Erwin dan Haruki untuk mengikat janji di antara kami"

"Begitukah"

"Kaitkan jari kelingkingmu ke jari kelingkingku"

"Begini?"

Arthur mengarahkan jari kelingkingnya pada Amelie, setelah itu keduanya mengaitkan jari kelingking mereka kemudian menggerakkannya bersama-sama.

"Dengan begini, janji di antara kita sudah sah"

Keduanya tersenyum pada satu sama lain, dan pertemuan merekapun berakhir.

Sorenya, ketika mereka bertemu kembali untuk mengecek keadaan Erwin di tempat latihan, dia menemukan kalau pemuda itu sudah mengalahkan semua anggota pasukan elit ayahnya dengan tangan yang sudah bebas dari borgol.

Ketika ditanya bagaimana dia bisa melakukannya, dia hanya menjawab

"Mereka hanya terlalu lemah"

Sebagai catatan Amelie mencoba tidak berkomentar tentang pakaiannya yang tidak karuan, luka kecil di badannya, dan tentu saja kotoran serta keringat yang menyelimuti badannya. Dia ingin menggodanya di waktu yang lebih tepat nanti.