1
Ada seorang gadis cantik sedang duduk di dalam ruangannya. Sinar matahari pagi menyentuh rambutnya yang berkilau, membuat penampilan gadis yang sudah cantik itu bukan hanya menawan tapi bahkan sudah ke level menakjubkan. Sama sekali tidak berlebihan kalau ada yang bilang jika dia adalah gadis paling cantik sedunia.
Sayangnya, kecantikannya harus diberi beberapa nilai minus sebab pertama. Matanya kelihatan seperti mata ikan mati, wajahnya kelihatan pucat layaknya orang yang tidak tidur selama berhari-hari, lalu yang terakhir. Ekspresi yang dia pasang persis seperti orang yang sudah menyerah menjalani hidup dan ingin mati saja.
Siapakah gadis malang itu?
"Ya, gadis itu adalah aku, Elain...Uhuk!!. Amelie!"
Yang tentu saja bukan seorang penyihir yang sedang melakukan perjalanan tanpa tujuan jelas sebagai hobi. Melainkan seorang tuan putri tidak berdaya, yang sampai empat bulan yang lalu hidup layaknya orang biasa. Tidak punya tanggung jawab untuk mengurus nasib banyak orang, tidak harus memikirkan masalah politik, dan bisa melakukan bisnis tanpa khawatir diawasi layakan kriminal.
Mari kita lupakan kalau orang biasa harusnya tidak masuk sekolah militer di negara asing untuk jadi sandera politik, ikut dalam perang, dan membangun perusahaan miliknya sendiri.
"Ahh.... kapan aku bisa tidur? aku ingin istirahat, aku lapar"
"Sebelum aku ingin menanyakan sesuatu dulu"
Amelie tentu saja tidak menyatakan apa yang dia ucapkan tadi dengan maksud agar seseorang mendengarnya. Akan gawat kalau seseorang mendengar keluhannya, bisa saja dia akan dipaksa untuk istirahat sebelum pekerjaannya selesai. Membuat jadwal dari proyeknya harus dihitung ulang. Sesuatu yang ujung-ujungnya hanya akan menambah hal yang perlu dia kerjakan.
Untung saja yang mendengarnya adalah Fina, tuan putri pertama Amteric yang saat ini menjabat sebagai asistennya. Sepertinya, sebab dan juga sering melakukan lembur gratis gadis itu paham kalau ada saat-saat dimana kau tidak punya pilihan kecuali memaksakan diri. persis seperti yang sedang Amelie lakukan sekarang.
"Apa?...."
"Apa-apaan monologmu tadi?"
"Eh? Jangan bilang kalau aku.."
"Mengucapkan isi pikiranmu? ya!.... dengan jelas"
"Ahahaha..."
"Aku tidak menyangka kalau adik perempuanku yang ini ternyata sangat narsistik"
Dua bulan sudah berlalu sejak Amelie berhasil memasukan Serafina ke dalam timnya.
Koreksi, sudah dua bulan sejak Amelie masuk dalam tim sukses Serafina dengan maksud, bukan hanya untuk melemparkan tanggung jawabnya menjadi ratu Americ. Tapi juga melimpahkan sebagian pekerjaanya pada kakak perempuan beda ibunya itu. Hanya saja, yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya berkurang, pekerjaannya malah bertambah banyak. Membuatnya akhirnya sadar kalau sepertinya dia sudah meremehkan kharisma gadis yang baru saja menyebutnya narsistik.
"Mau bagaimana lagi? aku memang cantik"
Dalam dua minggu itu, hubungan keduanya sudah berubah dari sekedar pemimpin dan pengikutnya menjadi benar-benar hubungan antara dua saudara. Karena itulah Amelie bisa memanggil tuan putri pertama Amteric itu dengan panggilan akrab Fina. Bukan hanya itu, dia juga sudah tidak segan mengatakan hal-hal ngawur pada kakaknya itu.
"Ugh. . . ."
Meski merasa agak kesal dengan kenarsisan Amelie, Fina sama sekali tidak bisa menyangkal kata-kata yang gadis kecil di depannya ucapkan. Sebab dilihat dari manapun, Amelie memang cantik. Meski sekarang mungkin kesan yang diberikannya lebih ke arah imut-imut, tapi dalam tiga atau empat tahun lagi bisa dipastikan kalau dia akan punya daya tarik yang tidak bisa ditahan oleh siapapun.
"Jadi ada urusan apa kak Fina kesini?"
Sebab Amelie sendiri merasa malu dengan apa yang baru dia katakan tadi, dia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Hannes ingin bicara denganmu, dia ingin jaminan dari kita berdua."
Hannes adalah walikota dari daerah tempat mereka berada. Ya, saat ini Fina dan Amelie sedang tidak berada di Amteric. Sekarang, mereka sedang berada di sebuah kota kecil bernama Kroufer yang jaraknya satu hari setengah hari perjalanan dari teritorinya via teritori Gerulf.
"Pagi-pagi begini? dia mau bicara apa lagi memangnya?
"Gampangnya, dia ingin mendengar kalau semuanya akan baik-baik saja"
"Kalau begitu beritahu dia kalau semuanya akan baik-baik saja!!!"
Amelie tahu kalau kenyataan jika Fina ada di tempatnya menunjukan jika gadis itu sudah mencoba dan gagal. Hanya saja, bagi Amelie yang fisik dan mentalnya benar-benar sedang kelelahan. Kabar yang dibawa kakak perempuannya itu sudah cukup untuk membuat keinginannya untuk komplain, marah pada seseorang dan melampiaskan kekesalannya meledak.
". . . . "
"A-apa. . ?"
Amelie sempat ingin meneriaki kakaknya lagi, tapi dia menahan diri, menelan kembali kekesalannya kemudian menarik nafas panjang.
". . . . . hufff. . . .maafkan aku"
Dan minta maaf.
"Kalau hanya sesekali, aku tidak keberatan mendengar keluhanmu"
Kehidupan sibuk sama sekali bukan sesuatu yang baru bagi Fina, sebagai seorang tuan putri dia punya banyak tugas yang perlu dia kerjakan, tanggung jawab yang perlu dia pikul, dan juga banyak hal yang perlu dia pelajari. Dan semua hal itu sering membuatnya lelah, kesal dan marah sama seperti Amelie. Atau lebih tepatnya, Amelie pasti jauh lebih tertekan daripada Fina mengingat umurnya yang lebih muda darinya.
Karena itulah Fina bisa memaafkan Amelie dengan mudah. Daripada balik marah pada adiknya, dia malah ingin memuji Amelie karena dia kagum pada adiknya yang sudah mampu bertahan sejauh ini.
"Ke sini, aku akan bantu kau bersiap! Minta orang lain untuk menyelesaikan sisa pekerjaanmu"
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian... kau perlu memberi anak buahmu lebih banyak tanggung jawab!"
Pekerjaan Amelie memang banyak, tapi sebenarnya pekerjaannya tidak akan sebanyak sekarang kalau dia tidak bersikeras untuk mengambil terlalu banyak tanggung jawab. Normalnya, seorang pemimpin hanya perlu mengambil keputusan besar dan menentukan arah dari organisasinya, tapi Amelie sering ikut membantu orang-orang di bawahnya untuk mengerjakan tugas mereka.
Revisi! terlalu sering malah.
"Kau tahu kalau memberikan mereka terlalu banyak bantuan bukan sesuatu yang bagus kan?"
"Mnh....."
Awalnya, Fina mengira kalau Amelie bisa melakukan apa saja. Dan mengingat semua pencapaiannya sampai saat ini, pandangan itu sama sekali bukan tanpa dasar. Tapi setelah bekerja bersama dengan adik perempuannya itu selama setengah bulan, dia menyadari kalau meski kemampuan manajemen gadis kecil itu kelas satu. Kemampuannya sebagai pemimpin masih perlu dipoles lagi.
Hal itu dibuktikan dengan situasinya saat ini, situasi dimana dia sangat sibuk sampai harus begadang.
Sebuah situasi yang bisa dibilang dibuat oleh dirinya sendiri.
Di dalam sebuah organisasi, tugas pemimpin adalah menentukan kemana semua orang akan berjalan dan memutuskan hal-hal yang punya pengaruh besar terhadap organisasi itu. Dan keberadaan bawahan adalah untuk membantu seorang pemimpin mengambil keputusan dan mengurus hal-hal kecil yang lingkup pengaruhnya terbatas.
Tapi untuk suatu alasan, Amelie yang notabene adalah bos besar berakhir membantu bawahannya mengerjakan tugas mereka.
Selama beberapa minggu ini, anak buah Amelie hanya mengerjakan tugas mereka sebisanya lalu menyerahkan sisanya pada Amelie untuk diselesaikan.
"Kenapa kau malah diperlakukan seperti junior mereka?"
"Tapi akan lebih efektif kalau aku yang..."
"Ok! berhenti di situ! Kau ingat siapa bosnya kan?"
Apa yang Fina keluhkan bukanlah masalah tentang seberapa besar efisiensi yang mereka dapatkan dari keterlibatan Amelie di dalam pekerjaan yang bahkam bukan jadi tanggung jawabnya.
"Ingat ini Amelie!"
Satu! Kau adalah bos mereka dan mereka adalah anak buahmu.
Dua! kau membayar mereka dan mereka menerima uangmu. Mereka bukan sukarelawan.
Dan tiga! sebab mereka menerima uangmu sebagai balasannya mereka juga punya kewajiban yang harus mereka tanggung terhadapmu.
"A-a....aku paham!"
Amelie bukanlah orang bodoh. Dia tahu kalau organisasinya punya masalah besar.
Awalnya Amelie berniat hanya membantu anak buahnya untuk sementara selama mereka masih belum terbiasa dengan pekerjaannya. Tapi tanpa sadar, semua orang termasuk dirinya sendiri mulai menganggap kalau workflow sementara itu adalah hal yang natural.
Dan sebab selama ini mereka belum membentur masalah dikarenakan hal itu. Mereka menjadi terbiasa, menjadi kebiasaan, lalu jadi susah dihilangkan.
Situasi di sekitarnya adalah bom yang menunggu untuk meledak. Amelie sama sekali tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi kalau tidak dia ada di ruangannya untuk memberi support pada semua orang.
Sebab secara literal, dia sudah jadi jantung dari organisasinya.
Bagi Amelie yang ingin organisasinya bisa berjalan tanpa keberadaannya. Hal itu adalah sebuah masalah besar. Sangat besar malah.
Bagi orang-orang yang dekat dengannya, sudah jadi rahasia umum kalau Amelie berencana untuk pergi dari Amteric mengikuti Haruki setelah perang berakhir. Kalau keberadaannya di dalam badan organisasinya jadi sangat vital sampai dia tidak boleh pergi, maka usahanya selama ini akan sia-sia. Mengingat kalau tujuan utamanya mendirikan organisasinya sekarang adalah memastikan kalau semua orang yang dekat dengannya tidak akan hidup susah lagi.
"Baguslah kalau begitu. . . kau paham apa yang harus kau lakukan selanjutnya kan?"
"Tapi. . . . ."
"Tapi apa?. . . ."
Ketika Fina melihat wajah Amelie, dia menemukan adik perempuannya itu memasang wajah penuh konflik. Membuat Fina langsung menghela nafas.
"Kalau kau tidak bisa melakukannya, aku bisa menggantikanmu"
Apa yang Fina implikasikan adalah agar Amelie bertindak tegas untuk meluruskan workflow dari organisasinya. Tindakan yang di dalamnya termasuk hal seperti memberi anak buahnya peringatan, memberikan pengawasan ketat pada bawahannya lalu yang terakhir. Menyingkirkan semua orang yang tidak bisa mengikuti arahannya.
Dengan kata lain memecat seseorang.
Sebuah ide yang sama sekali dia tidak ingin ambil.
Memecat atau mempertahankan seorang pekerja adalah hak dari seorang bos. Dia merasa sangat risih dengan ide untuk memecat seseorang dari pekerjaannya. Sebab dia paham, kalau masalah yang mereka hadapi sekarang adalah sebagian hasil dari kesalahannya dalam mengatur semua orang.
"Maafkan aku. . . kak Fina"
"Kenapa kau minta maaf?"
"Mmm. . . ."
Amelie tidak mengatakannya karena dia yakin jika Fina tahu apa yang dia bicarakan. Jika misalkan kakaknya itu benar-benar menggantikannya, maka dialah yang harus menanggung perasaan negatif dari bawahannya kalau-kalau dia terpaksa harus mengambil tindakan tegas.
"Jangan meremehkanku Amelie!"
Fina bukanlah orang bodoh, meski dia punya kekurangan dalam masalah rencana-merencanakan. Tapi dia adalah ahlinya bicara dan bermain-main dengan emosi seseorang. Pendidikan yang diterima sebagai seorang putri mahkota, pengalamannya berdebat dengan para bangsawan, dan kharismanya akan membuat mayoritas lawan bicaranya mengiyakan semua kata-katanya.
Selain itu, secara posisi Fina adalah orang yang punya paling banyak kuasa. Sudah saatnya memanfaatkannya untuk mendapatkan apa yang dia mau dan bukan hanya untuk menggertak penguasa tempatnya berada sekarang.
"Sekarang aku agak khawatir. . ."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Fokus saja pada tugasmu!"
Dengan begitu, Fina mendorong Amelie ke kamar mandi dan melepaskan pakaian mereka bersiap untuk membersihkan diri masing-masing. Menggunakan alasan kalau mereka ingin mendekatkan diri sebagai saudara, Fina menyuruh semua pelayannya untuk membiarkan mereka sendiri.
2
Besar.
Adalah kata pertama yang terlintas di pikiran Amelie ketika kakak perempuannya melepaskan pakaiannya.
Umur mereka tidak berbeda jauh. Amelie yang sekarang umurnya dua belas tahun hanyalah empat tahun lebih muda dari kakak perempuannya itu, tapi perbedaan pertumbuhan mereka berdua bisa dibilang sejauh bumi dan langit.
Dibandingkan dengan Fina, penampilan Amelie hampir sama sekali tidak ada bedanya dengan anak kecil seperti Miina yang sekarang baru berusia sembilan tahun. Garis tubuhnya yang seperti gitar spanyol, dadanya yang berisi dan dipenuhi aura keibuan, perut rata dan pinggang langsingnya yang seperti dibuat oleh seniman kelas dewa, Ialu lekukan yang dibuat dari bagian pantat sampai pahanya bisa dibilang adalah definisi dari kata "sexy ".
Amelie sama sekali tidak pernah merasa rendah diri terhadap penampilannya, sebab dia yakin kalau DNA ibunya yang ada didalam tubuhnya sudah lebih cukup untuk membuat penampilannya lumayan atraktif. Tapi kali ini dia merasa baru saja dikalahkan telak dalam masalah daya tariknya sebagai seorang wanita,
"Ada apa Amelie?kenapa kau tiba-tiba diam begitu?"
"Tidak apa-apa, aku hanya menyesali kemisikinanku"
"Hah?..."
Meski keturunan punya pengaruh terhadap penampilan seseorang, ada satu hal lain pengaruhnya tidak kalah besarnya.
Nutrisi.
Kelihatan cantik dan punya tubuh yang bagus hanyalah salah satu tanda dari tubuh yang sehat. Tubuh yang tidak berpenyakit, yang dirawat dengan baik, dan tubuh yang mendapatkan cukup nutrisi.
Amelie mungkin tidak pernah kelaparan saat dia masih kecil. Tapi kalau ditanya apakah makanan sehari-harinya itu penuh nutrisi dan seimbang, Amelie sama sekali tidak bisa memberikan jawaban positif.
"....Hmm.."
Fina yang merasa bingung dengan tingkah Amelie memutuskan untuk mengikuti arah pandangan mata adik perempuannya itu mendarat. Dan begitu dia menemukan apa yang gadis kecil itu sedari tadi perhatikan, Fina langsung membuka kedua lengannya lalu bilang...
"Jangan khawatir..."
Sambil memeluk Amelie dari belakang.
"Kau masih dalam masa pertumbuhan..."
Ada banyak kasus dimana hormon pertumbuhan seseorang meledak dalam masa pubertasnya, dan saat hal itu terjadi. Seseorang yang kurus kering pun bisa jadi punya tubuh berisi dalam waktu yang cukup singkat. Salah satu teman Amelie 'jauh di sana' juga pernah mengalami hal yang sama.
Ketika dia baru masuk kelas tujuh, di masih kelihatan normal-normal saja. Tapi untuk suatu alasan, ketika mereka naik ke kelas delapan pertumbuhannya jadi sangat cepat. Membuatnya jadi kelihatan lebih seperti murid kelas sebelas daripada delapan.
"Aku tidak yakin..."
Kenapa?
Sebab meski ibunya itu memang cantik, tapi figurnya itu lebih ke arah . . . . mari kita bilang saja "langsing". Dan ayahnya pun juga bukan tipe orang yang punya banyak otot. Jika kau menggabungkan DNA keduanya, ada tujuh puluh lima persen kemungkinan kalau anaknya juga akan punya figur yang sama dengan mereka.
Mudahnya, harapan Amelie untuk punya tubuh montok sekelas gitar spanyol hanya bisa dia serahkan pada keajaiban.
"Jangan kecewa begitu...! meski pertumbuhanmu berhenti sekarangpun tidak ada masalah."
Bukan hanya tidak masalah, kalau pertumbuhan Amelie benar-benar berhenti di levelnya sekarang. Hal itu malah bisa dibilang sebuah berkah.
"Dengan begitu kau akan tetap imut selamanya."
"Jangan bercanda!!!"
"Aku serius..."
"Malah lebih buruk!!!"
Melihat reaksi marah Amelie, Fina hanya bisa tertawa.
Fina pertama melihat Amelie saat dia datang ke Istana untuk menghadiri perayaan ulang tahun Amteric beberapa bulan yang lalu. Setelah mendengar apa yang gadis itu sudah lakukan, tentu saja dia akan merasa penasaran dan ingin ngobrol dengannya. Hanya saja, sebab keadaan politik saat itu masih tidak menentu. Dia memutuskan untuk membatalkan niatnya.
Pada akhirnya Fina hanya bisa melihat gadis kecil itu dari jauh. Melihat dari jauh sambil mengaguminya lebih tepatnya.
"Jangan menertawaiku!!!"
Fina tentu saja tidak ingin kalau pertumbuhan adik perempuan nya benar-benar berhenti. Tapi misalkan Amelie tidak bisa tumbuh sampai badannya punya figur layaknya jam pasirpun, Fina masih yakin kalau gadis itu tidak akan punya masalah. Sebab Fina dengan serius percaya kalau keimutan Amelie punya kekuatan yang lebih dari cukup untuk menarik perhatian lawan jenis.
Ketika gadis itu berdiri sendirian di ruang dansa, semua orang secara literal melirik ke arahnya. Bedanya hanya hanya pada frekuensinya.
Hampir tidak ada orang yang tidak ingin memiliki seorang gadis manis yang penampilannya seperti karakter dari cerita fantasi. Jika kau ingin membandingkan penampilan Amelie dengan sesuatu. Satu-satunya makhluk yang bisa jadi tandingannya mungkin hanya seorang peri yang tercipta dari imajinasi seseorang.
"Maaf, maaf!"
Kesempatannya untuk bertemu dengan Amelie akhirnya datang dua minggu setelah acara istana selesai. Pertemuan pertama yang sama sekali dibilang ideal. Amelie mendatanginya tanpa informasi dulu, begitu sampai dia langsung komplain tentang ini dan itu, sebelum akhirnya mencecannya tentang betapa salah cara pikirnya.
Sejujurnya, meski akhirnya dia paham kenapa Amelie melakukan semua itu. Perasaan kesalnya pada adik perempuannya itu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Hanya saja, setelah melihat seberapa keras Amelie bekerja. Fina merasa kalah kalau dia tetap menyimpan rasa dendamnya pada adik perempuannya itu.
"Hmmm....."
Fina mengeratkan pelukannya pada Amelie, mengubur kepala gadis kecil itu di antara dua bukit subur di dadanya.
"Kau benar-benar im.... hmmm..?''
Ketika Fina mencoba untuk menempelkan pipinya pada pipi Amelie, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di leher adik perempuannya.
"Aku baru sadar kalau kau memakai kalung"
Amelie meraba lehernya dan menemukan ada sebuah tali yang terbuat dari rantai kecil yang melingkar di sana.
"Ah...aku lupa melepaskannya"
"Mata kalungnya cincin?"
Ya, dari kalung yang dikenakan Amelie adalah sebuah cincin emas kecil. Dari mana dia mendapatkannya tentu saja kau perlu tanyakan. Cincin itu adalah pemberian dari Haruki saat pemuda itu mengutarakan perasaanya pada Amelie. Karena banyak hal, Amelie tidak bisa menyematkannya di jarinya, oleh sebab itulah dia menjadikannya sebuah kalung yang bisa dengan mudah disembunyikan di balik pakaiannya.
"Cincin macam apa ini?"
Tentu saja Fina tidak menanyakan tentang material pembuatnya, mengingat dari warnanya sudah jelas kalau benda itu terbuat dari emas. Yang dia ingin tahu adalah simbol macam apa yang cincin itu miliki. Desainnya sama sekali tidak kelihatan seperti sesuatu yang orang tua berikan pada anaknya.
"Ah... aku belum memberi tahu kak Fina ya"
Amelie melepaskan cincin di kalungnya lalu memasangkannya pada jari manis di tangan kirinya.
"Cincin yang seperti ini..."
Dengan malu-malu Amelie menyangkut telapak tangannya dan memperlihatkan bagian atasnya pada Fina. Membuat gadis itu bisa melihat dengan jelas pada jari mana cincin milik adik perempuannya itu disematkan.
"K-k-k-kau sudah punya tunangan?
Di teritorinya, sudah hampir jadi rahasia umum kalau Amelie sudah ada yang memiliki. Satu-satunya orang luar yang tahu hanya ayahnya saja, jadi tidak heran kalau Fina juga tidak sadar kalau ternyata adik perempuannya juga sudah mengalahkannya dalam masalah percintaan.
"Daripada tunangan. . . kurasa kekasih lebih tepat"
"Eeee. . . . . ."
Pengakuan Amelie jauh lebih mengejutkan dari sekedar gadis itu punya seseorang. Sebab hal itu menunjukan, kalau Amelie sudah memutuskan untuk mencari jodohnya sendiri.
Sudah jadi pengetahuan umum kalau anggota keluarga bangsawan dan kerajaan punya hak yang sangat minim dalam menentukan jodohnya sendiri. Apalagi anggota perempuannya seperti Fina dan Amelie, biasanya jodoh mereka akan diatur oleh kepala keluarga mereka demi kepentingan politik. Hubungan yang mereka jalin akan punya pengaruh luas terhadap setiap anggota keluarga mereka yang lain, karena itulah dalam menentukan siapa yang nanti jadi partner mereka. Orang lain juga harus terlibat di dalamnya.
"Kau. . . tidak sedang bercanda kan Amelie?"
"Aku serius!"
"Apa kau yakin tidak sedang ditipu seseorang?"
"Tolong jangan meremehkanku"
"Bagaimana dengan Ayah?"
"Dia sudah tahu"
"Dia tahu dan membiarkanmu begitu saja?"
"Ayah kita itu ternyata orang yang lumayan pengertian. . . . "
"Ummngghh. . . ."
Fina merasa khawatir. Dia benar-benar merasa khawatir tentang Amelie. Semua orang ingin punya partner yang mereka pilih sendiri karena cinta, tapi dijodohkan dengan seseorang juga bukanlah sesuatu yang buruk. Dengan membuang haknya untuk memilih, seseorang bisa mendapatkan garansi.
Garansi kalau partnermu itu adalah orang baik-baik, setidaknya berdasarkan standard orang tua mereka.
Garansi kalau kehidupannya tidak akan sengsara, setidaknya secara finansial sebab tidak ada orang yang ingin menjalin hubungan politik dengan keluarga lemah atau miskin
Lalu garansi kalau dia tidak akan dibuang begitu saja saat partnernya sudah bosan.
"Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu"
"Hah..."
"Jadi kak Fina tidak menyadarinya ya...."
Saat ini Fina sedang melihat Amelie dengan tatapan yang familiar. Tatapan kawatir. Tatapan yang Ibunya entah itu yang baru atau yang lama selalu berikan ketika mereka melihat Amelie melakukan hal yang mereka anggap berbannya ataupun to resiko.
"Maaf.. aku tidak bermaksud bertingkah seperti ora..."
"Aku paham, kau tidak perlu menjelaskannya"
Dia sudah punya banyak pengalaman dalam membuat orang lain khawatir, oleh sebab itulah dia juga paham kalau mereka itu hanya menunjukan seberapa pedulinya mereka pada dirinya.
"Kalau ada seseorang yang perlu menjelaskan sesuatu, orang itu adalah aku"
Amelie bisa tidak mempedulikan apa yang Fina pikirkan lalu bilang kalau dengan siapapun dia bersama, hal itu adalah masalah pribadinya.
Tapi Fina dan Amelie bukanlah orang lain, mereka adalah keluarga. Selain itu, Fina juga adalah bagian penting dari rencananya. Akan lebih baik kalau dia membuka semua kartunya daripada nanti kakaknya tahu belakangan dan salah paham.
"Namanya adalah Haruki, dan dia adalah. . "
Guru yang pertama kali mengajarinya bagaimana dunia barunya bekerja, teman yang menemaninya melakukan hal bodoh, gila, dan menyenangkan, senior yang membimbingnya di tempat asing dan melindunginya dari balik layar, dan yang terakhir. Seorang pria yang ingin dia buat bahagia sampai akhir hidupnya.
". . . . . . ."
Dia tidak tahu seperti apa si Haruki yang Amelie bicarakan hanya dengan penjelasan di atas. Tapi ada satu hal yang bisa gadis tahu dengan pasti. Hal itu adalah seberapa besar cinta Amelie pada pemuda itu. Bahkan saat ini, adik perempuannya itu sedang memasang wajah yang bisa dibilang sebuah definisi dari "seorang gadis yang jatuh cinta".
Expresi yang gadis itu pasang di wajahnya untuk suatu alasan membuatnya dua kali lebih manis dari biasanya. Membuat Fina hanya bisa memegang pipinya karena merasa malu sambil mendengarnya.
Setelah itu, Amelie mulai menjelaskan lebih banyak detail tentang kehidupannya bersama Haruki. Mulai dari bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka berteman, bagaimana mereka berpisah, bagaimana mereka akhirnya bisa bertemu lagi. Kemudian bagaimana mereka bertemu banyak halangan dan rintangan yang mengancam nyawa mereka sebelum akhirnya sampai di rumahnya dan akhirnya harus berpisah lagi hampir setengah tahun lalu.
Awalnya, reaksi yang diberikan Fina cukup positif. Sebagai seorang remaja perempuan, mendengarkan tentang kisah cinta seseorang. Apalagi yang penuh drama seperti petualangan yang sudah dilalui oleh Amelie. Tapi ketika cerita adik perempuannya itu sampai bagian di mana Amelie bertemu dengan Ayahnya. Fina mulai merasa kalau ada sesuatu yang benar-benar salah.
"Tunggu dulu Amelie. . ."
"Apa?"
"Kau bilang kalau Ayah menawarkanmu tahta kan?"
"Ya, kenapa memangnya?"
Memilih seorang anak kecil untuk jadi pemegang mahkota bisa dibilang keputusan yang gila. Tapi setelah melihat kemampuan Amelie, Fina berpikir kalau hal itu tidak segila kelihatannya. Lalu dengan dukungan dari ayah mereka dari balik layar, mungkin kenaikan Amelie dalam tahta akan bisa efektif untuk memperbaiki Amteric.
Hal itu dia paham. Hanya saja ada satu hal yang mengganjal dari cerita Amelie.
"Cuma perasaanku saja atau kau hanya mendukungku karena kau ingin kabur dengan pacarmu dan menyerahkan semua masalah Amteric padaku nanti?"
Setelah mendengar hal itu, Amelie langsung berhenti bicara. Atau lebih tepatnya, dia terlalu takut untuk melanjutkan apa yang dia bicarakan. Dengan pelan, dia mulai menjauhkan tubuhnya dari Fina dan berjalan menuju di mana handuk yang disiapkan oleh pelayan mereka disiapkan.
" . . . . . . ."
"Kau mau ke mana Amelie?"
Tapi gerakannya terhenti ketika tangan Fina meraih pundaknya. Sebab Amelie menghadap ke arah lain, dia tidak bisa melihat ekspresi kakak perempuannya itu. Hanya saja, dari aura membuat merinding yang dipancarkan oleh Fina. Amelie yakin kalau sekarang dia sedang dipandang dengan tatapan yang sangat dingin.
"Amelie kita perlu ngobrol. . .ngobrol yang panjang"
"Ahahaha. . . . maafkan aku"
Pagi itu, keduanya memutuskan untuk menunda semua rencana awal mereka untuk ngobrol dengan satu sama lain sampai siang datang. Sebuah obrolan yang isinya pada dasarnya hanya omelan Fina yang berlangsung selama berjam-jam.
Bagaimana dengan rencananya menemui Hannes? Tidak penting.
3
Di benua utama, atau lebih tepatnya di benua di mana Amteric berada. Ada tiga fraksi yang pada dasarnya bermusuhan dengan satu sama lain.
Pihak pertama tentu saja adalah Amteric yang sebelumnya mencoba menguasai seluruh benua.
Pihak kedua adalah Koalisi dari negara dari luar benua yang membantu negara-negara kecil dan beberapa negara runtuh untuk menghentikan ambisi Amteric dan mengamankan posisi mereka di masa depan.
Lalu pihak yang ketiga adalah sisa-sisa dari negara yang sudah dikuasai Amteric dan mencoba merebutnya kembali dengan cara apapun. Sebuah fraksi yang awalnya adalah bagian dari pihak kedua tapi terpecah karena adanya perjanjian dengan Anteric yang dibuat lima tahun yang lalu.
Jadi? Bagaimana situasinya jadi serumit itu?
Amteric itu besar, mereka itu kuat, dan tentu saja mereka punya jauh lebih banyak sumber daya entah itu manusia ataupun alam yang jauh berada di atas negara manapun. Tapi meskipun begitu, mereka tidak punya kemampuan untuk menguasai seluruh benua. Apalagi dunia. Dan ketika kau pada dasarnya jadi musuh semua orang. Satu-satunya akhir yang bisa kau harapkan hanyalah kekalahan total.
Oleh sebab itulah, ketika Amteric tahu mereka akan kalah. Mereka menawarkan gencatan senjata. Membuat Yamato, Albion, dan Hispain yang jadi pusat pasukan koalisi berpikir dua kali untuk terus berpartisipasi di dalam perang melawan Amteric.
Perang adalah kegiatan ekonomi yang tidak menghasilkan apapun tapi memakan banyak sumber daya. Jika bisa dihindari, negara manapun akan memilih untuk tidak berpartisipasi di dalamnya. Dan untuk negara-negara di luar benua yang tidak diserang secara langsung oleh Amteric. Banyak yang merasa kalau Amteric tidak lagi secara agresif melakukan ekspansi, mereka tidak lagi punya alasan mengirim pasukan, menyuntikkan dana, dan mengorbankan kepentingan mereka demi membela negara milik orang lain.
Selain Itu, sentimen anti perang di rumah masing-masing juga mulai mendapatkan perhatian umum. Cuma masalah waktu saja sentimen itu mendapatkan dukungan penduduk mayoritas. Yang tentu saja sangat mudah dipahami sumbernya.
Tidak ada orang tua yang ingin mengirimkan anaknya untuk mati di medan perang demi orang-orang yang bahkan mereka tidak pernah temui atau kenal.
Hanya saja sebab tiga negara di atas adalah komponen utama terbentuknya pasukan koalisi, mereka tidak bisa begitu Saja mundur dari konflik di Amteric. Mereka ingin agar negara lain berhutang budi pada mereka, sebab jika mereka mengalami kesulitan entah itu dalam hal ekonomi atau militer. Mereka bisa menuntut agar hutang budi mereka dibayar.
Kemudian mereka juga tidak ingin dapat reputasi buruk sebagai negara yang tidak bisa dipercaya. Dalam hubungan internasional, kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Sama seperti sebuah perusahaan, tidak akan ada yang mau bekerjasama denganmu kalau tidak ada yang percaya padamu.
Hispain, Albion dan Yamato semuanya adalah negara kepulauan yang bergantung pada perdagangan internasional untuk membangun perekonomian domestik mereka. Mereka membutuhkan agar pasar yang bisa dijangkau agar sebesar mungkin. Dan tentu saja benua sebesar tempat di mana Amteric berada adalah pasar yang tidak bisa mereka biarkan begitu saja.
Semua hal itu akhirnya membuat ketiga negara tadi ada pada situasi di mana mereka harus memuaskan dua kubu berbeda yang saling bertentangan. Dan sudah jadi hukum alam kalau seorang pemburu mengejar dua target, mereka malah tidak akan menangkap satupun. Atau dalam kasus ini, mereka terpaksa melakukan dua hal itu setengah-setengah.
Albion masih mengirimkan pasukan, tapi sebagian besarnya adalah pelaut yang tidak bisa masuk jauh ke dalam daratan.
Hispain juga masih mengirim orang, tapi kebanyakan dari mereka hanya datang memberikan logistik berupa peralatan, senjata dan makanan.
Lalu yang terakhir, Yamato. Mereka mengirim anggota pasukan paling elit mereka, pasukan cadangan. Tapi selain mereka, yang dikirim dan Yamato hanyalah anak-anak dari akademi militer yang baru pertama kali menginjak medan perang. Sudah begitu, merekapun hanya ditugaskan di daerah yang relatif aman. Jauh dari garis depan di mana mereka harusnya membantu anggota pasukan koalisi lain 'menjaga kedamaian'.
Ya, tugas utama pasukan koalisi sudah berubah dari memerangi pasukan Amteric menjadi menjaga perdamaian. Oleh sebab itulah, siapa yang mereka lawan bergantung dari siapa yang mengganggu 'perdamaian' yang ada sekarang.
Sikap setengah-setengah mereka membuat sebagian anggota pasukan koalisi tidak lagi bisa mempercayai komitmen mereka. Ditambah, perjanjian perdamaian dengan Amteric yang mereka setujui tanpa memikirkan kepentingan semua orang juga membuat hubungan antara keduanya bukan hanya buruk tapi bahkan sudah ada pada level musuh bebuyutan.
Yang sekali lagi, sangat mudah dipahami mengingat perjanjian perdamaian yang mereka setujui punya bagian yang menyebutkan kalau perpindahan kepemilikan sebuah area melalui jalan militer adalah sesuatu yang ilegal. Membuat pemimpin dari negara-negara yang dicaplok oleh Amteric tidak bisa merebut kembali teritorinya.
Dalam pertemuan antara Amteric dan koalisi, mereka dengan kukuh tidak ingin mengembalikan teritori yang sudah mereka ambil. Mereka bahkan mengancam akun melancarkan agresi militer lagi kalau syarat yang mereka ajukan tidak disetujui.
Seperti pepatah, singa yang terluka itu jauh lebih berbahaya.
Memang benar kalau Amteric tidak punya kesempatan menang, tapi tetap saja mereka itu adalah negara besar yang kuat. Mereka adalah satu-satunya negara di dunia yang punya populasi lebih dari tujuh puluh juta orang. Mereka masih punya cukup kekuatan untuk memberikan banyak kerusakan pada pasukan koalisi. Oleh sebab itulah mayoritas anggota pasukan koalisi, terutama yang relatif jauh dari pusat konflik bisa dengan mudah menyetujui perjanjian itu. Tidak memikirkan masih orang-orang yang sudah tidak lagi punya negara sendiri.
Dalam dunia internasional, tidak ada yang namanya sekutu abadi. Satu-satunya yang abadi hanyalah kepentingan nasional masing-masing. Dan dalam kasus ini, kepentingan negara masing-masing jauh lebih penting daripada kepentingan bersama anggota koalisi.
Karena semua hal itulah keadaan di benua di mana Amteric berada jadi carut marut. Siapa yang musuh dan siapa yang teman tidak bisa lagi digeneralisasi.
Amteric yang mencoba mempertahankan daerah jajahannya, pasukan Koalisi yang terpaksa harus menjaga tanah milik Amteric karena perjanjian lima tahun yang lalu, dan pasukan pemberontak yang mencoba merebut kembali daerah atau negaranya dari tangan Amteric dengan cara apapun.
"Dengan semua masalah itu, kau pikir kau bisa mengakhiri perang ini dalam lima tahun?
Dengan wajah marah, Takara berteriak pada Haruki.
"Ya, kita bisa mengakhiri perang ini dalam waktu kurang lebih lima tahun. Setidaknya kalau semuanya berjalan lancar."
"Ok, jadi bagaimana caranya?"
"Kau sadar kalau perjanjian perdamaian dengan Amteric punya loophole kan?"
"Ahhh.. ujung-ujungnya ke sana juga? Kau kira belum ada yang memikirkannya? Kau kira aku belum memikirkan bagaimana cara untuk menggunakannya?"
Loophole yang keduanya maksud adalah celah dalam perjanjian dimana tidak ada pihak yang boleh mengubah batas negara mereka menggunakan kekuatan militer atau kekerasan. Dalam perjanjian itu, yang dibatasi hanyalah ekspansi militer. Dengan kata lain, ekspansi yang tidak menggunakan kekuatan militer tidak dilarang.
Untuk memanfaatkan loophole itu, kau hanya perlu mengambil hati dari rakyat umum. Jika kau bisa melakukannya, merebut atau mempertahankan teritori akan jadi sangat mudah. Dan hal itu kau bisa lakukan tanpa mengorbankan nyawa siapapun. Rakyat umum pada dasarnya tidak terlalu peduli dengan siapa yang memerintah mereka. Sebab menurut mereka, siapapun yang ada di atas. Tidak ada bedanya. Mereka masih akan tetap terkekang, tereksploitasi, atau yang lebih buruknya. Tertindas.
Karena itulah, jika seorang bangsawan sedikit saja memperhatikan kepentingan mereka dan memberi mereka kebebasan. Mereka bisa dengan mudah digiring untuk mengikutimu.
Jika semua orang mendukungmu, kau bisa dengan mudah menendang siapapun penguasa teritori itu sebelumnya. Kau juga tidak melanggar perjanjian, dan misalkan kau harus menggunakan kekerasan. Kau bisa membuat justifikasi kalau kau hanya ingin "membebaskan" mereka dari tirani penguasa yang jahat.
Takara dan banyak orang dari Yamato sudah mencoba mengajukan metode itu kepada pemberontak ataupun pihak Amteric. Metode yang dilihat dari manapun lebih efisien, lebih mudah, dan lebih cepat dalam menyelesaikan ketidakstabilan di benua yang sedang digerogoti perang itu.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Yamato sudah tidak ingin berpartisipasi dalam perang. Karena itulah mereka ingin agar keadaan cepat stabil dan buru-buru menarik personel dan support mereka dari benua. Takara dan teman-temannya sendiri sudah muak menjadi penengah di konflik yang sudah tidak jelas arahnya itu.
"Tapi entah itu Amteric ataupun pasukan pemberontak tidak ada yang mau mengambil rute itu!"
Para penguasa dari Amteric, seperti yang sudah Takara duga tidak mau melakukan hal seperti melayani keinginan atau kebutuhan orang yang mereka anggap dibawahnya. Mereka ada untuk dilayani, bukan sebaliknya. Orang rendahan ada untuk memenuhi kebutuhan mereka, bukan sebaliknya. Dan sebab semua orang di luar Amteric mereka anggap rendahan, hal itu membuat konsep memenangkan hati orang-orang itu jadi sesuatu yang mereka bahkan tidak ingin pikirkan.
Mereka ingin menunjukkan siapa yang berkuasa. Siapa yang jadi bosnya.
Sedangkan di sisi pemberontak. Tujuan mereka sudah beralih dari mempertahankan negara mereka atau melindungi rakyatnya menjadi "mengambil kembali hak mereka" dan "memenangkan perang".
Entah itu teritori ataupun rakyatnya, keduanya adalah milik mereka. Hak mereka. Jadi, dengan mudahnya mereka menganggap kalau orang-orang yang ada di tanahnya pasti ingin mereka yang berkuasa. Ingin berada di bawah perintah mereka dan ingin membela negaranya sendiri meski selama ini mereka hanya memanfaatkan orang-orang itu.
"Ahhh, kepalaku sakit! Tiba-tiba aku ingat negosiasi bulan lalu"
Bulan lalu, Takara mencoba menengahi konflik di antara kedua kubu di atas. Dan hasilnya adalah, dia menderita sakit kepala parah setelah dihadapkan pada dua orang yang sama keras kepalanya, sama idiot nya, dan sama-sama sempit pandangannya.
"Intinya, kalau kau ingin menggunakan loophole itu hasilnya sudah jelas. Kau akan gagal."
Selain itu, mungkin yang ingin agar keadaan cepat stabil dan perang cepat berhenti hanya Yamato saja. Semua orang punya agenda yang bertentangan dengan keinginan Yamato secara umum. Bahkan Albion dan Hispain saja kelihatannya tidak ingin agar konflik cepat berakhir.
Mereka berdua punya lebih banyak sumber daya dari Yamato. Jadi mereka punya kemampuan bahkan untuk melakukan bisnis di tengah perang. Dan dari yang Takara lihat, bisnis mereka sedang booming.
"Aku paham apa yang ingin kau coba katakan Takara, tapi kali ini situasinya berbeda"
Haruki mengeluarkan beberapa lembar surat dan menyodorkannya pada Takara.
"Sekarang kita punya dukungan orang dalam yang kuat."
Amteric mungkin terkenal dengan para bangsawannya yang punya elitisme keterlaluan tinggi. Tapi tentu saja selalu ada pengecualian. Dan beruntungnya, orang-orang yang jadi pengecualian itu punya posisi tinggi.
"Jadi bagaimana? kau mau mendengar rencanaku?"
Surat yang dia tunjukan adalah surat yang dia dapatkan dari Amelie. Di dalamnya terdapat detail dari langkah-langkah pertamanya untuk memanfaatkan loophole yang keduanya bicarakan sedari tadi.
"Baiklah, jelaskan semuanya padaku."
4
Boooommmmm!!!!
Sebuah ledakan besar terdengar.
Lima bulan sudah berlalu. Selama Amelie sibuk mengurus bisnisnya, menambah koneksi sosialnya, dan mulai memperluas pengaruhnya di antara para bangsawan Amteric. Sedangkan di dalam waktu yang sama, Haruki masih terperangkap di dalam gedung komando utama pasukan aliansi dan jadi kacung banyak orang di tempat itu.
Secara posisi, sebagai anggota pasukan cadangan dari Yamato. Sebuah pasukan elit rahasia yang skill setiap anggotanya secara literal bisa membalikan keadaan buruk dimanapun mereka diturunkan. Posisinya harusnya hampir ada di puncak komando militer. Hanya saja, keberadaan mereka yang tahu hanya para petinggi dari anggota negara koalisi. Untuk kebanyakan orang lapangan, Haruki hanyalah orang baru kebetulan punya kenalan di dalam sehingga dia mendapatkan posisi.
Oleh sebab itulah, Haruki perlu membuktikan skillnya supaya dia bisa mendapatkan lebih banyak kuasa di pasukan koalisi nantinya. Dan setelah mencari, meminta, dan menunggu selama empat bulan. Akhirnya dia berhasil mendapatkan kesempatannya.
Saat ini Haruki sedang berada di dekat kota bernama Legolis, sebuah kota kecil yang berada di perbatasan antara area kekuasaan koalisi dan Amteric. Menjalankan sebuah tugas yang harusnya sangat sederhana sampai orang barupun sepertinya bisa melakukannya dengan mudah.
Mengawal tim supply mengirim kebutuhan pasukan di garis depan.,
"Perintah selanjutnya Letnan!!"
"Keluarkan crossbow kalian, bersembunyi, dan bersiaplah menyerang tentara musuh yang datang."
Dari pembicaraan di atas harusnya sudah terlihat jelas kalau misi pengawalannya sama sekali tidak berjalan lancar.
Karena lokasinya yang jauh dari pusat pemerintahan kedua belah kubu, negara kota yang secara legal sudah jadi bagian dari Amteric itu masih punya cukup banyak otonomi. Cukup banyak otonomi untuk beberapa orang di sana bisa membangun kembali kekuatan militer mereka. Kekuatan militer yang sekarang sedang diarahkan pada pasukan Haruki yang datang untuk membantu Koalisi "menjaga perdamaian."
Tentu saja, orang-orang itu melihat dirinya sebagai pasukan pembebasan. Tapi sesuai penjelasan sebelumnya, sebab perjanjian perdamaian antara koalisi dari Amteric melarang adanya pengambilalihan tertitori dengan paksa. Koalisi tidak punya pilihan lain kecuali melabeli orang-orang itu dengan sebutan 'pemberontak'.
"Siap. . ."
Menuruti perintah Haruki pasukannya yang berjumlah hanya empat puluh orang menyiapkan crossbow mereka. Hanya saja, yang bersiap menyerang hanya dua puluh orang dengan dua puluh orang lain bersiap tepat di belakang mereka.
"Tunggu aba-abaku, siap?"
"Siap!"
Ketika Haruki dan yang lainnya datang ke tempat pasukan koalisi yang mereka harus supply kebutuhannya. Mereka menemukan kalau rekan seperjuangan mereka sedang dikepung oleh tentara pemberontak. Sama seperti yang terjadi saat terjadi ketika dia menemani Amelie dalam ujian lapangan.
Hanya saja, kali ini dia tidak merasa sial. Sebab dengan hal itu, dia punya kesempatan untuk menunjukan skillnya.
Setelah belajar betapa sulitnya jadi orang yang dikepung. Haruki memutuskan untuk tidak masuk ke dalam benteng pertahanan pasukan koalisi. Dia dan prajurit yang ada di bawahnya memutuskan untuk menunggu di luar dan sembunyi dari pasukan pemberontak.
Lalu, ketika pasukan pemberontak mulai melancarkan serangan penuh ke benteng di depan mereka. Haruki menyuruh pasukannya untuk mengikuti mereka dan menyelipkan diri di antara pasukan garis depan dan pusat komando jauh di belakang musuh.
Kemudian, begitu pertempuran berada di puncaknya. Dia meledakan bahan peledak yang mereka bawa.
Yang terjadi?
Ketika prajurit garis depan pasukan pemberontak mendengar ada ledakan dari arah markas komando mereka. Tentu saja mereka akan penasaran dengan apa yang terjadi.
Bagaimana kalau pusat komando lumpuh? apa yang harus mereka lakukan kalau mereka tidak bisa menerima perintah dari belakang? apa yang terjadi kalau supply mereka musnah?
Ledakan yang Haruki dan prajuritnya buat tentu saja sama sekali tidak memakan korban mengingat posisi mereka jauh dari markas komando ataupun prajurit di garis depan. Tapi hal itu sudah cukup untuk membuat prajurit pasukan pemberontak merasa ragu.
Dan benar saja, begitu mendengar ledakan itu. Koordinasi dari pasukan pemberontak jadi sedikit goyah. Ada yang ingin mengecek markas komando, ada yang ingin terus maju, dan ada yang sibuk bingung harus melakukan apa.
Divide and conquer.
Strategi dasar yang paling dasar.
"Mereka mulai datang, aku butuh pembawa pesan"
"Siap. . ."
Tiga prajurit dari tim supply memberi hormat pada Haruki dan siap menerima tugas.
"Masuk ke benteng dan berikan surat ini pada pemimpin di sana."
"Siap. ."
"Ah, dan jangan lupa ambil rute yang berbeda. Jika kalian bertemu musuh, fokus kabur dan pancing mereka ke tempat ini"
Dia tidak ingin pembawa pesannya memaksakan dirinya dan malah mati di tangan musuh sambil membawa pesannya. Selain itu, tanpa memaksakan diri pun. Harusnya salah satu dari mereka akan ada yang berhasil meski yang lainnya gagal.
"Apa tidak sebaiknya kalau pesannya kami sampaikan lewat lisan saja?"
"Isinya lumayan panjang, aku tidak ingin ada yang salah ingat, lupa, atau salah interpretasi"
"Membawa pesan adalah tugas kami, mengingat isinya bukan sesuatu yang su.. ."
"Aku paham, tapi kalau kau tidak perlu mengingat-ingat pesan kalian bisa lebih fokus saat kabur kan?"
". . . . . . Siap."
Dengan begitu, ketiga pembawa pesannya pun langsung melesat ke tiga arah berbeda. Dan begitu ketiganya sudah tidak terlihat lagi. Haruki dan prajuritnya mendapatkan tamu yang sudah mereka tunggu-tunggu. Dia meletakan tangannya di pundak prajurit yang ada di bagian paling kanan barisan.
"Jangan menembak di saat bersamaan, aku tidak ingin kalian ada yang mengincar satu musuh yang sama. Hanya menembak, saat orang yang ada di kananmu sudah menembak, Siap! Torfin! tembak!"
Begitu ada seorang prajurit yang terlihat sedang bergerak ke arah mereka. Torfin langsung menembakan bolt dari corssbownya. Dan begitu dia selesai menembak, prajurit di di belakangnya menggantikannya dengan crossbow yang sudah siap di tembakan bersamaan dengan menembaknya prajurit yang ada di kirinya.
Proses itu terus berulang dan berulang. Setiap prajurit musuh yang menginjak area di mana Haruki dan pasukannya berada akan langsung dijatuhkan dengan cepat dan efisien.
Dan sepuluh menit kemudian.
"Bolt yang kita bawa sudah hampir habis."
Haruki memilih membawa crossbow dengan tujuan agar mereka bisa membawa lebih banyak amunisi daripada panah konvensional. Tapi tetap saja apa yang bisa mereka bawa terbatas. Dari awal sudah tidak mungkin untuk mereka bisa mengalahkan musuh hanya dengan jumlah mereka yang sekarang.
"Saat bolt kalian tinggal dua atau tiga, berhenti menyerang! kita akan mundur, tugas kita di sini sudah selesai."
Dalam lima menit, cadangan bolt mereka pun akhirnya benar-benar menipis. Dan di saat yang sama pula, markas komando musuh akhirnya sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan operasi penyerangan mereka. Tidak jauh dari tempat mereka berada, Haruki bisa melihat ada beberapa prajurit yang sedang memeriksa keadaan.
"Semuanya, mundur!"
Haruki berjalan di barisan paling depan sambil mengawasi keadaan di sekitarnya.
"Tundukkan kepala kalian"
Rute yang dipilih Haruki bisa dibilang adalah semak-semak tinggi. Tapi kau tidak pernah bisa terlalu berhati-hati dalam medan perang.
"Oswald! menunduk!"
Sebuah anak panah meluncur melewati bagian belakang kepala dari salah satu prajuritnya. Dalam medan perang, seseorang tidak hanya mati karena mereka dibunuh seseorang. Kadang, mereka bisa dengan mudahnya mati karena sesuatu yang tidak disengaja. Panah yang salah sasaran, jatuh lalu diinjak-injak teman satu prajuritmu, atau penyakit.
Yang tadi terjadi adalah contoh dari panah liar yang entah siapa luncurkan tapi arahnya meleset jauh dari sasarannya.
"Terima kasih Letnan"
"Hm! fokus!!"
". . I-Iya, maksudku, siap!"
"Bagus!"
Sambil terus berjalan, Haruki juga terus memberikan perintah. Kadang dia menyuruh seseorang untuk menunduk, menyerang sebuah tempat yang ternyata ada prajurit musuhnya, menghindari tempat yang suatu alasan selalu akan didatangi banyak prajurit musuh, dan yang terakhir.
"Bughaa. . ."
Menyingkirkan musuh yang bahkan belum sempat melihat posisi mereka dengan senapan anginnya.
"Letnan, apa kau bisa melihat masa depan?"
"Kadang-kadang"
"Kau serius?"
"Kadang-kadang"
"Jadi yang mana? kadang-kadang kau bisa melihat masa depan? atau kadang-kadang kau serius?"
"Bagaimana kalau keduanya?"
"Kenapa tanda tanya?"
"Sudahlah, fokus!"
Setelah melihat bagaimana Haruki menyelamatkan mereka. Yaitu dengan menyingkirkan atau menghindari bahaya bahkan sebelum bahaya itu datang. Tidak heran kalau beberapa orang mulai berpikir kalau Haruki bisa melihat masa depan.
Hal yang secara teori memang benar, tapi secara teori juga salah dalam waktu yang bersamaan. Sebab apa yang dia lihat bukanlah masa depan itu sendiri, tapi hanya masa depan di mana orang yang dia kenal mati.
Ya, selama dalam pertempuran. Haruki secara aktif terus menggunakan kemampuannya untuk melihat kematian orang-orang yang dia kenal.
Sebelumnya, Haruki merasa kalau kemampuan spesialnya adalah sebuah kutukan setelah selalu gagal menyelamatkan mereka dari kematian mereka. Tapi setelah berhasil menyelamatkan Amelie dan Erwin dari takdir kematian mereka, dia sadar kalau takdir bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah.
Kalau dia tidak bisa lari dari bakatnya. Kalau dia! harus menggunakan apapun yang dia miliki untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Karena itulah, daripada menutup diri dan sengaja menghindari orang lain agar dia tidak bisa melihat kematian mereka. Haruki memutuskan untuk mendekatkan diri dengan pasukannya dan menaruh nyawa mereka di bawah payung kemampuan spesialnya.
Dalam sebuah pertempuran. Pertempuran yang berjalan sesuatu jadwal yang kau buat adalah sebuah pertempuran yang akan memberimu lebih banyak kesempatan untuk menang.
Daripada menunggu dan bereaksi. Dia akan lebih proaktif. Jika bahaya itu bisa dia lenyapkan, dia akan mendatangi bahaya itu sendiri lalu melenyapkannya duluan. Kalau bahaya itu tidak bisa dia enyahkan, dia akan memastikan kalau bahaya itu lewat bersembunyi di bawah hidung bahaya itu.
Strategi menggunakan kemampuan spesialnya itu memang beresiko. Tapi setelah mempelajari kembali apa yang ditunjukan kemampuan spesialnya. Dia menemukan kalau strategi itulah yang paling efektif untuk menghindari takdir kematian seseorang.
Hasil dari risetnya, dia menemukan kalau takdir kematian seseorang itu seperti ketika seseorang yang sedang ditodong oleh orang yang hanya membawa satu peluru. Dan jika peluru itu meleset, maka si pembunuh tidak lagi bisa menembak korbannya.
Contohnya, jika A ditakdirkan mati ditembak oleh B. Sampai B menembak A, si B masih akan tetap punya kesempatan untuk menembak A. Misalkan Haruki mencoba memindahkan A ke tempat yang jauh dari B. Maka B untuk suatu alasan akan juga ikut dipindahkan ke tempat A lagi. Membuat usaha kaburnya berakhir percuma.
Dalam kasus ini, cara menyelamatkan A adalah membiarkan B menembaknya dan menghindarinya di saat-saat terakhir atau membiarkannya menembak bagian yang tidak vital. Atau, ketika mereka bertemu mereka harus melenyapkan keberadaan B duluan sebelum dia sempat menyerang.
Sepertinya hal semacam itu akan membuat takdir jadi bingung menentukan apa yang harus dilakukannya.
A ditakdirkan mati oleh tembakan B. Jika B mati duluan maka yang punya tugas untuk menembak A sudah tidak ada lagi.
Atau.
A ditakdirkan mati karena ditembak B. Tapi tembakan B secara ajaib bisa dihindari dan A tidak mati. Maka tugas B untuk menembak mati A sudah lunas meski hasilnya tidak sesuai. Jadi, takdir B untuk membunuh A dengan pelurunya sudah tidak ada lagi di dunianya.
Hasil penelitian Haruki tentang kemampuannya mungkin kedengaran rumit. Tapi ada satu hal yang bisa dia simpulkan dengan jelas.
Cara terbaik untuk menghindari takdir kematianmu adalah menghindarinya setipis mungkin atau melenyapkan sumber masalahnya.
Jika Amelie mendengar hasil penelitian Haruki. Bisa dipastikan kalau dia akan bilang jika apa yang pemuda itu lakukan adalah 'mematahkan bendera' kematian seseorang layaknya pemain visual novel kelas dewa.
Perjalanan mereka akhirnya akan berakhir. Haruki dan prajuritnya berhasil mencapai area benteng pasukan koalisi. Dan begitu mereka sampai, Haruki dan anak buahnya melihat pasukan koalisi menyerang balik pasukan pemberontak. Serangan itu pun bukan serangan sporadis, tapi serangan terstruktur yang memanfaatkan keadaan carut-marut pasukan musuh.
Beberapa jam kemudian. Haruki mendengar kalau markas komando pasukan pemberontak berhasil ditalkukan. Kabar itu langsung membuat prajurit musuh kehilangan pemimpin dan bahkan tanpa usaha berarti. Pasukan musuh bubar tanpa disuruh siapapun.
Dia bersukur bisa memenangkan pertempuran itu tanpa mengorbankan satupun anggota skuadnya. Tapi, dia tidak bisa berhenti berpikir kalau ada sesuatu yang aneh dari pertempuran mereka.
Legolis adalah sebuah negara kota kecil yang jauh dari kaya. Dan setelah tempat itu dikuasai oleh Amteric, keadaan ekonominya jadi semakin anjlok. Bagaimana orang-orang di sana bisa melakukan mobilisiasi pasukan?. Dari mana mereka mendapatkan uang, supply makanan, dan peralatan untuk bisa melancarkan serangan ke pasukan koalisi?.
Ada yang tidak beres.
5
"Akhirnya."
Setelah selama beberapa minggu menunggu surat dari kekasihnya. Akhirnya Amelie mendapatkan update terbaru dari Haruki. Meski suratnya sendiri lebih mirip dengan laporan daripada surat dari seorang kekasih. Tapi Amelie tetap masih merasa bahagia.
Sebab laporan itu menunjukan seberapa kerasnya Haruki berusaha demi dirinya. Demi masa depan mereka. Oleh sebab itulah, meski di dalamnya tidak ada kata-kata manis untuknya. Cinta Haruki untuk gadis itu sudah terasa dengan jelas.
Selain itu, surat tadi juga bilang kalau akhirnya Haruki diberi izin untuk pergi ke tempatnya. Dengan kata lain, setelah sekian lama mereka akhirnya bisa bertemu lagi.
"Kalau begitu aku juga harus balik mengirim kabar baik."
Uang bisa membeli banyak hal. Termasuk kekuatan. Mungkin Amelie tidak punya bakat khusus dalam bertarung seperti Erwin, dia juga tidak punya skill spesial Haruki. Tapi dia punya sesuatu yang tidak keduanya miliki. Banyak uang, banyak sekali uang. Dan dengan menggunakan uang itu, dia bisa membeli kekuatan yang dia butuhkan.
Tidak, dia tidak ingin menggunakan uangnya untuk menyewa tentara bayaran. Yang akan Amelie coba lakukan adalah menyuap orang agar mau jadi temannya. Orang yang ada di teritorinya, orang yang bekerja atau berdagang di tempatnya dan Gerulf, lalu yang terakhir.
Orang-orang yang ada di koloni Amteric.
Untuk mengakhiri perang berkepanjangan yang sedang terjadi dengan cepat. Banyak yang berpikir kalau perlu ada beberapa skenario mustahil yang perlu terjadi. Pertama, Amteric perlu menang telak atau kedua. Pasukan pemberontak perlu menang telak. Atau, pasukan koalisi harus mundur dari konflik tanpa syarat.
Hanya saja. Seperti namanya, skenario-skenario itu pada dasarnya mustahil untuk bisa terjadi. Semua negara pasti akan selalu mementingkan urusannya sendiri. Dan kepentingan semua banyak negara itu tidak selalu sama dengan negara lain. Tidak mungkin koalisi dan pemberontak akan membiarkan Amteric begitu saja. Dan sisi lain, Amteric juga tidak punya kekuatan yang cukup untuk mengalahkan musuh mereka. Sedangkan pasukan pemberontak tidak punya kemampuan untuk mengambil alih mantan teritorinya.
Tapi Haruki dan Amelie tidak berpikir begitu. Dan seperti yang mereka duga, ada orang lain yang juga punya pikiran yang sama dengan mereka. Sesuatu yang tidak mengherankan mengingat kalau sumber dari ide yang mereka dapatkan adalah salah satu asas dasar dalam melakukan perang.
Infanteri memenangkan pertempuran, tapi supply memenangkan perang.
Yang bertarung dalam perang memang tentara. Tapi yang membuat senjata untuk mereka, yang memberi mereka makan, dan pada dasarnya membiayai kehidupan mereka adalah rakyat biasa. Tanpa dukungan mereka, tentara sekuat apapun tidak akan bisa berfungsi. Dengan kata lain, jika kau bisa membuat mereka menginginkanmu. Kau bahkan bisa mengalahkan musuh bahkan tanpa harus bertarung sendiri.
Kroufer adalah kota kecil tempat Amelie dan Serafina berapa sekarang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari teritori gerulf, membuatnya relatif aman meski tempat itu adalah salah satu koloni Amteric. Salah satu koloni pertama Amteric lebih tepatnya.
Kroufer adalah salah satu daerah pertama yang jatuh ke tangan Amteric ketika ekspansinya dimulai. Sebelumnya, daerah itu adalah bagian dari sebuah negara kecil bernama Olisburg. Tapi ketika pasukan Amteric datang, mereka memutuskan untuk mundur dan memfokuskan pertahanan mereka di Ibu kotanya.Membiarkan Kroufer diambil alih bahkan tanpa perlawanan.
Hal itu membuat perpindahan kekuasaan daerah itu kepada Amteric berlangsung cepat dan lancar. Hal yang juga membuat orang-orang lokalnya tidak punya dendam kesumat terhadap Amteric. Sebab invasi mereka tidak sempat berubah jadi konflik. Tidak ada korban yang jatuh.
Di tempat seperti itulah Amelie akan melakukan eksperimennya. Dan eksperimen yang dia ingin coba lakukan adalah mengubah perasaan orang lokal terhadap Amteric. Penjajah mereka, dan juga pandangan mereka terhadap mantan penguasa mereka di Olisburg.
Dengan dibantu kenyataan kalau daerah mereka pada dasarnya ditinggalkan dan dibuang oleh Negaranya sendiri. Sampai saat ini eksperimen gadis kecil menunjukan hasil yang lumayan positif.
"Ugh... aku paham kenapa Olisburg meninggalkan tempat ini tanpa perlawanan, tapi tetap saja. . ."
Kroufer bisa dibilang tidak punya apa-apa. Tidak ada yang bisa ditambang, tanahnya tidak begitu subur, dan industrinya tidak terlalu berkembang. Malah bisa dibilang. Daripada kota, Kroufer lebih cocok disebut sebagai sebuah desa yang terlalu besar.
Tidak heran Olisburg tidak repot-repot mencoba mempertahankannya. Malah area itu diambil Amteric bisa dilihat sebagai anugerah sebab mereka tidak perlu menopang kehidupan orang-orang dari daerah yang tidak terlalu produktif.
Amteric sendiri tidak terlalu memperdulikan Kroufer, membuatnya jadi seperti kota yang independen. Amteric juga tidak merasa perlu menjaga teritori itu sampai tidak ada pasukan formal yang berada di sana. Sampai saat ini, semua pasukan perbatasan tetap disiagakan di teritori Gerulf seakan bilang kalau Kroufer bukan bagian dari Amteric.
"Mereka berpikir terlalu pendek"
Kurangnya sumber daya alam di daerah itu mungkin kelihatan seperti nilai minus. Tapi bagi Amelie, hal itu adalah sebuah nilai plus. Nilai plus yang sangat besar malah. Dia tidak terlalu butuh sumber daya alam, tapi sebaliknya. Yang paling dia butuhkan adalah sumber daya manusianya.
"Amelie! Ekspresimu! Ekspresi itu bukan ekspresi yang seorang tuan putri pantas untuk tunjukan"
Selagi Amelie sibuk mereview kembali rencananya, orang yang sedari tadi berada di belakangnya tanpa dia sadari memutuskan untuk bicara. Dia memutuskan untuk menegur si gadis kecil yang sedang memasang wajah layaknya seorang anak kecil yang ingin berbuat jahil.
"Kak Fina, mengintip surat orang itu tidak tidak sopan"
"Surat? Surat yang mana? Yang kulihat hanya laporan"
Ketika Fina masuk ke ruangan Amelie, dia melihat gadis itu sedang sibuk membaca sebuah surat. Mengingat kalau Fina adalah seorang remaja, tidak mungkin kalau dia tidak merasa penasaran dengan isi surat Amlie. Yang dia duga, berasal dari Haruki. Kekasih Amelie.
Diam-diam, Fina mencoba mengintip isi dari surat yang Amelie sedang baca. Berharap kalau ada sesuatu yang berbau romantis di dalamnya.
Hanya saja, perasaan yang dia dapatkan hanyalah kekecewaan. Dia merasa benar-benar terkhianati. Begitu membaca isinya, semua bayangan romantis yang dia pikirkan langsung hancur lebur dan lenyap begitu saja.
Seperti yang sudah gadis itu bilang. Isi surat Haruki ke Amelie lebih tepat disebut sebagai laporan. Apa yang sedang pasukan koalisi lakukan dan rencanakan, keadaan konflik di garis depan, lalu situasi politik dari berbagai macam daerah termasuk kondisi di sekitar Kroufer.
Fina sama sekali tidak bisa paham bagaimana Amelie bisa bahagia menerima surat yang semacam itu. Dia sendiri tidak merasa kalau dia akan bisa bahagia ketika menerima surat semacam itu dari seseorang yang akan jadi calon suaminya di masa depan.
"Daripada itu, bagaimana hasil pertemuanmu dengan walikota?"
Setelah Amelie menemui Hannes di hari sebelumnya dan ikut memberikan jaminan kalau semuanya akan baik-baik saja. Orang itu terus saja masih khawatir dengan banyak hal. Oleh sebab itulah, Fina memutuskan untuk bicara lagi dengan si walikota. Tapi kali ini, dia akan mencoba lebih keras dan tegas seperti saat dia bicara dengan bawahan Amelie.
Dan setelah sesi ngobrol itu. Fina menemukan kalau. . .
"Pada dasarnya, dia hanya ingin memastikan kalau keselamatannya dijamin"
"Keselamatan?"
"Sepertinya dia takut kalau petinggi Olisburg akan mengincar nyawanya kalau dia mengijinkan kita mendirikan perusahaan tetap di sini"
"Ha? Mereka sudah membuangnya, kenapa Olisburg mau repot-repot mengurus nasibnya?"
"Kudengar dia terkenal sebagai orang yang paranoid"
Ketika Fina ngobrol dengan bawahan Amelie tentang performa kerja mereka yang mengecewakan. Dia juga mendengar banyak hal tentang walikota mereka seperti cerita tentang dia selalu menuruti perintah bangsawan lain, cerita bagaimana kepentingan teritorinya selalu dinomor duakan karena dia diancam teritori tetangganya, dan dia juga mendengar kalau dia langsung memohon agar nyawanya diampuni saat pasukan Amteric datang ke teritorinya.
"Sebagai orang yang sudah sering hampir mati, aku paham kalau seseorang itu tidak ingin mati"
Amelie paham kenapa seseorang tidak ingin mengambil resiko yang bisa mengancam nyawanya. Jika dia diberi pilihan untuk kembali ke masa lalu, dia juga akan menghindari rute pulangnya yang dulu sejauh yang dia bisa. Tapi dia juga tahu kalau kadang ada waktu di mana kau harus mengambil resiko. Seperti saat dia memutuskan untuk menghadapi Gerulf di markasnya sendiri.
Selain itu, ancaman yang diterima oleh walikota Kroufer hanyalah ancaman dari bangsawan lain yang secara peringkat dan kekuasaan, sama dengannya. Mengorbankan kepentingan teritorinya sendiri karena ada yang mengancamnya. Kedengaran seperti prioritas yang tempatnya ada di posisi yang salah.
Kalau kau ingin jadi lebih kuat, kau harus menegembangkan teritorimu lebih dari orang lain.
"Menurutku, akan lebih baik kalau walikota tempat ini diganti"
"Kau ingin memasang penguasa boneka di tempat ini?"
"Aku tidak akan bilang kalau kita perlu boneka, tapi kita memang perlu orang yang lebih mengakomodasi"
Dengan sifat paranoidnya, Fina tidak yakin kalau walikota yang sekarang bisa mereka andalkan untuk mengembangkan Kroufer. Dia akan terlalu takut untuk melakukan apapun atau memutuskan apapun. Keberadaannya hanya akan mengganggu proyek mereka.
"Kalai Olisburg memutuskan untuk mengambil kembali Kroufer, dia akan jadi ancaman"
Saat ini, Kroufer adalah bagian dari Amteric. Tapi meski begitu, walikota tempat ini masih memikirkan apa yang Olisburg inginkan dan takut pada kekuasaan mereka. Jika mantan pemiliknya memutuskan untuk datang mengetuk pintu Kroufer, bukan tidak mungkin kalau si walikota akan mengkhianati Amelie dan Fina tanpa berpikir dua kali.
"Aku paham"
Jika rencana Amelie berjalan lancar sampai akhir, Olisburg dipastikan akan menginginkan Kroufer untuk kembali kepadanya. Hal itu bukan tentang apakah mereka akan melakukannya atau tidak, tapi tentang kapan mereka akan melakukannya. Dan jika di saat kritis itu mereka mempunyai pengkhianat. Rencana Amelie akan hancur berantakan.
"Dari yang kulihat, dia tidak terlalu peduli dengan kekuasaan atau harta"
Fina malah merasakan kalau walikota yang ditemuinya sebenarnya tidak ingin jadi walikota dan hanya ada pada posisinya karena dia terpaksa. Jadi, mungkin kalau mereka bisa memberinya tempat aman dan cukup uang untuk hidup agak nyaman. Orang itu tidak akan menuntut hal-hal merepotkan dan tidak akan mengganggu mereka.
"Aku akan bicara pada Ibu, ada banyak posisi yang terbuka di teritoriku"
Sekarang Amelie punya backing dari banyak orang. Dalam urusan politik, dia punya tameng bernama Serafina. Tuan putri pertama kerajaan Amteric. Dalam masalah ekonomi, dia punya teman super kaya dan berpengaruh semacam Genno dan Arbe, dan yang terakhir. Dia bisa mengandalkan gerulf untuk menjaga teritorinya.
Amelie tidak hanya sibuk dengan eksperimennya di Kroufer. Dia juga sedang menjalankan project lain di teritorinya dalam waktu yang bersamaan. Setelah berhasil mengajak Gerulf bekerja sama dengannya, uang yang dikumpulkannya untuk mengalahkan orang tua itu jadi kehilangan tujuannya. Dan dengan uang yang sudah kelewat melimpah itu, dia memutuskan untuk menggunakannya sebagai modal project-projectnya.
Dia tentu saja bisa menyimpannya. Tapi uang yang berhenti bergerak adalah uang yang tidak ada gunanya. Keadaan Amteric yang sekarang membuat menyimpan uang dalam jumlah besar hanya akan memperparah keadaan. Selain itu, dia juga tidak bisa menggunakannya untuk memanjakan dirinya dan membeli apapun yang dia mau.
Sebab tidak ada yang bisa dibeli. Ya, keadaan industri Amteric sedang seburuk itu.
Karena itulah, mengikuti kata-kata bijak dari presiden di dunia lain yang bunyinya "saat krisis, bangun infrastruktur". Amelie memutuskan untuk menggunakan uangnya untuk membangun infrastruktur di tempatnya dan juga teritori Gerulf serta sekitarnya. Sebuah hal yang Amelie lihat dari manapun adalah sebuah win-win.
Daerah sekitarnya mendapatkan infrastruktur, orang-orang di sana dapat pekerjaan, dan keduanya bisa berkembang bersama.
Kalau bisa, dia ingin agar si walikota menggantikan Erwin yang terpaksa harus berpisah dengannya karena dia harus mengurusi proyek di rumah. Amelie yang teritorinya sudah kekurangan orang sama sekali tidak punya banyak pilihan saat harus memilih seseorang untuk memegang tanggung jawab projectnya.
Ibunya mengurus produksi dari produk andalan mereka yaitu mie instan hasil kreasi Erwin. Dan sebab perusahaannya pada dasarnya masih hanya satu-satunya yang bisa membuat produk itu. Dia memerlukan banyak orang. Untuk produksinya, ada sekitar lima ratus orang yang terdiri dari wanita-wanita lokal, dari teritori dan Gerulf, dan juga daerah sekitarnya. Dan kesemua orang itu perlu diawasi.
Saking sibuknya, Ibunya bahkan tidak lagi punya waktu untuk mengurus laporan teritorinya sendiri yang sekarang dipegang oleh kepala pelayan di rumahnya.
Erwin juga tidak kalah sibuknya. Dia diberikan tugas untuk mengurusi manufaktur dari alat-alat industri mereka. Selain itu, dia juga bertanggung jawab untuk mengurus ekspansi kapasitas produksi dan mendesain apapun yang mereka butuhkan.
Selain Ibunya dan Erwin, Miina juga terpaksa ikut mengurusi banyak hal. Meski tidak secara langsung, Miina turut membantu Jonas dan Herman yang Amelie tugasi untuk mengawasi pendirian banyak fasilitas dan juga infrastruktur yang mereka butuhkan untuk menopang kehidupan banyak orang yang datang ke sana setiap harinya.
Perbaikan jalan agar distribusi barang jadi lebih lancar, penambahan fasilitas kebersihan seperti sumur, toilet, kamar mandi, dan saluran pembuangan. Rumah tinggal sementara bagi orang yang kediamannya jauh, gudang untuk menyimpan produk yang dibuat di sana, dan tentu saja bangunan utama yang berfungsi sebagai pabrik juga harus diperbesar.
Semua pembangunan fasilitas itu membuat bukan hanya para wanita dari daerah sekitarnya, tapi juga banyak pria-pria yang tidak ikut perang berbondong-bondong mencari pekerjaan di tempatnya. Pedagang juga jadi lebih sering ke sana, membuang semakin banyak orang mengunjungi tempat itu.
Terakhir kali Amelie mengecek ke gerbang, petugas di sana bilang kalau ada sekitar seribu orang keluar masuk ke teritorinya setiap harinya. Sepertinya, teritorinya yang selama ini sering hanya dianggap sebagai desa kecil. Akhirnya berubah jadi pusat industri.
Amelie bisa membayangkan seberapa capeknya mereka semua. Tapi sekali lagi, dia tidak punya pilihan lain. Dia tidak bisa mempercayakan tanggung jawab-tanggung jawab itu pada orang yang dia tidak percaya. Amelie benar-benar membutuhkan sumber daya manusia tambahan, dengan cepat.
"Ah. . . . aku juga perlu menyiapkan lokasi pengungsian"
Kalau bisa, dia tidak ingin menambah beban semua orang. Tapi sayangnya, berdasarkan laporan yang diberikan Haruki. Olisburg sudah mulai mengawasi apa yang terjadi di Kroufer. Seperti yang sudah dia bilang sebelumnya, tinggal menunggu waktu saja sampai Olisburg akan menginginkan mantan teritorinya kembali.
"Padahal aku tidak ingin menambah bebannya lagi, tapi Erwin! Aku akan perlu bantuanmu lagi"
Hanabi memang perlu khawatir tentang Erwin Tapi, dia perlu khawatir dengan keadaan tubuh pemuda itu. Melainkan dia harus khawatir dengan apa yang sedang pemuda itu lakukan tanpa laporan. Jauh di sana, tanpa sepengetahuan Amelie. Pemuda itu sudah mengubah teritorinya jadi seperti daerah yang berada di era yang salah.
6
Sebulan kembali berlalu dan akhirnya Amelie dan Serafina memutuskan untuk mengganti pemimpin dari kota itu.
"Dengarkan aku Reynard, mulai hari ini aku berhenti jadi walikota Kroufer"
"Hah? Apa yang kau katakan?"
"Mulai hari ini aku bukan lagi walikota tempat ini, setelah itu aku akan pindah ke Amteric dan mengurus proyek tuan putri Amelie di teritorinya"
"Apa mereka memaksamu untuk. . ."
"Tidak! Mereka memang menawariku untuk ke Amteric tapi aku mundur atas keputusanku sendiri"
Sudah jadi tradisi kalau penguasa lama akan digulingkan ketika penjajah mendapatkan sebuah teritori. Dengan begitu, tidak akan ada yang meramu plot di belakangmu, mengganggu apa yang kau rencanakan, dan mengumpulkan orang untuk melawanmu. Karena itulah, orang seperti Hannes Nechtan biasanya akan diganti oleh penguasa lain yang pada dasarnya hanya seorang boneka dari si penjajah.
"Kau tahu orang seperti apa ayahmu ini kan? Reynard"
Ya, kasus Hannes bukanlah sesuatu yang biasa. Sebab dia tidak dipaksa untuk turun dari posisinya. Setelah invasi Amteric dan posisinya sebagai bangsawan dilucuti, normalnya seseorang akan merasa marah. Tapi sebaliknya, Hannes malah merasa lega.
Dia tidak ingin kekuasan, dia tidak ingin. Memikul tanggung jawab. Oleh sebab itulah, ketika tanggung kekuasaan dan tanggung jawabnya disusutkan. Dia menyambutnya dengan senang hati.
"Ugh . . ."
Hannes Nechtan adalah pengecut, Hannes Nechtan adalah penakut, Hannes Nechat adalah pecundang. Semua orang di teritorinya. . tidak! Bahkan semua orang di Olisburg tahu kalau ayahnya adalah ketiga hal itu. Bahkan dia yang anaknya saja tidak bisa menyangkal hal itu.
Tapi justru karena itulah. Reynard jadi punya tujuan jelas yang sangat kuat di dalam hatinya. Tujuannya agar tidak jadi seperti ayahnya. Dia ingin berani, dia ingin kuat, dia ingin pintar, dan dia ingin jadi orang berpengaruh. Dan yang terakhir, dia tidak ingin lagi kampung halamannya dianggap tempat rendahan oleh orang lain.
"Reynard, tidak sepertiku, kau itu hebat dan berbakat"
Atau lebih tepatnya. Tidak seperti ayahnya, Reynard punya mental yang lebih kuat.
Hannes jadi pemimpin kota itu bukan karena dia ingin ataupun karena dia punya bakat. Dia mendapatkan posisinya hanya karena dia lahir dari istri ayahnya. Dengan kata lain, dia tidak pernah berusaha untuk mendapatkannya dan kekuasaan yang sampai sekarang dia miliki hanyalah sesuatu yang jatuh ke pangkuannya begitu saja.
Sejujurnya, jika boleh memilih. Dia sama sekali tidak ingin memikul tanggung jawab yang sebesar itu.
Meski dia tidak bodoh. Hannes juga tidak brilian. Dan bagi kota kecil seperti Kroufer yang tidak punya apa-apa dan keadaannya sama sekali tidak bisa dibilang baik. Pemimpin yang biasa-biasa saja sepertinya sama sekali jauh dari cukup.
Ditambah sifat dasarnya yang penakut. Ujung-ujungnya dia sering jadi bulan-bulan bukan hanya anggota keluarga kerajaan, tapi juga bangsawan lain. Dan sebagai pemimpin kota itu, jika dia jadi bulan-bulanan orang lain. Teritorinya juga jadi bulan-bulanan daerah lain di Kroufer.
Oleh sebab itulah.
Ketika Serafina menawarinya untuk turun dari posisinya dan pindah ke Amteric. Dia menerimanya dengan mudah. Baginya, tawaran itu adalah kesepakatan win-win. Pria itu bisa melepas tanggung jawabnya, dan Kroufer bisa mendapatkan pemimpin baru. Yang harapannya akan jauh lebih baik dari dirinya.
"Sebenarnya aku menemuimu untuk mengajakmu ikut bersamaku, tapi. . ."
Dia Amteric dia tidak perlu takut terhadap campur tangan dan tekanan Olisburg. Di sana dia juga bisa memulai hidup baru tanpa harus memaksakan diri melakukan pekerjaan yang berada di luar kemampuannya.
Tentu saja Hannes tahu kalau perjalanannya tidak akan mulus. Tapi mengingat kalau perjalanannya selama jadi penguasa tidak pernah berjalan mulus. Dia tidak akan merasa terkejut.
"Aku ingin tetap di sini!"
"Yah, sudah kuduga"
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Raynard ingin membesarkan Kroufer, kota tempat dia lahir dan dibesarkan. Dia ingin membuat teritorinya maju. Dan tidak seperti ayahnya, dia tidak ingin kabur.
Dia sudah bekerja keras untuk bisa mewarisi posisi itu. Pengetahuannya, skill yang didapatkannya, dan juga koneksi yang dengan susah payah dia jalin. Dia tidak ingin membuang semua hasil jerih payahnya itu.
"Aku bangga padamu Reynard!"
Hannes tahu kalau dia itu menyedihkan. Karena itulah dia merasa bangga saat anaknya tidak mengikuti jejaknya.
"Aku akan mendukungmu!"
Tapi sebab dia sendiri akan pergi ke Amteric. Secara realita, dukungan yang bisa diberikan oleh Hannes hanyalah dukungan moral dan rekomendasi. Hanya saja, meski kecil. Sebuah dukungan tetaplah sebuah dukungan.
"Dan kalau kau serius ingin memajukan Kroufer, jangan lupa eratkan hubunganmu dengan kedua tuan putri Amteric"
"Ya, aku paham"
Sudah hampir dua bulan kedua tuan putri Amteric datang ke tempat itu. Dan dalam dua bulan itu saja, Reynard bisa melihat perubahan yang terjadi di Kroufer.
Keadaan Kroufer di bawah kekuasaan Olisburg sama sekali tidak bisa dibilang makmur. Selain karena kepemimpinan ayahnya yang kurang dan sumber daya alamnya yang tipis. Secara umum, Olisburg juga tidak terlalu peduli terhadap Kroufer.
Menjadikan pembangunan infrastruktur ke tempat itu terbengkalai begitu saja. Membuat pedagang yang ingin ke sana, harus berpikir berulang kali kalau ingin melakukan perjalanan ke kota kecil itu. Hal itu membuat kegiatan ekonomi tersendat yang pada akhirnya membuat taraf kehidupan penduduknya tetap rendah. Hal yang sebaliknya lagi, membuat peluang usaha di sana kelihatan tidak menarik dan beresiko.
Masalah ayam dan telur itu sudah berlangsung sangat lama sampai tidak ada lagi yang ingat asal usulnya. Yang semua orang ingat dengan jelas hanyalah fakta kalau dari saat mereka lahir, Kroufer tetap begitu-begitu saja.
Salah, bukan tidak berubah. Tapi malah semakin mundur.
Tapi semua itu berubah ketika dua tuan putri dari Amteric datang. Amelie dan Serafina. Bukan karena Amteric, tapi karena dua tuan putri itu. Sebab Amteric juga sama seperti Olisburg, tidak menganggap kalau Kroufer itu penting.
Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, daerah yang aktivitas ekonominya sudah stagnan selama bertahun-tahun itu mulai berjalan. Dan bukan hanya berjalan, tapi berlari. Membuat taraf kehidupan penduduknya, meski tidak berubah drastis berhasil membuat banyak dari penduduknya berhasil kabur dari cengkraman kemiskinan.
Yang mereka lakukan?
Sederhana, mereka membawa lapangan pekerjaan ke tempat itu.
Dan yang Reynard maksud dengan lapangan kerja adalah lapangan kerja yang sesungguhnya. Mereka tidak datang ke Kroufer dan memaksa orang-orang kota itu untuk bekerja layaknya budak. Tapi mempekerjakan semua yang mau bergabung layaknya karyawan dari perusahaan normal. Mereka tidak datang dengan pola pikir layaknya penjajah yang ingin mengambil hak rampasan perang mereka. Tapi mereka datang dengan pola pikir layaknya pengusaha yang ingin membesarkan bisnisnya.
Sebab fokus Amteric sedang ada pada gerakan militernya. Ada banyak industri yang saat ini kekurangan pekerja. Membuat produksi dari banyak kebutuhan negara itu turun drastis. Amelie dan Fina datang ke Kroufer adalah untuk mengatasi beberapa masalah yang Amteric sedang alami.
Industri yang mereka coba bangun adalah industri tekstil. Setelah melihat keadaan internal Amteric, Amelie memutuskan untuk memfokuskan orang-orangnya sendiri untuk memproduksi hal-hal yang lebih vital. Bahan makanan, infrastruktur dan yang terakhir. Sesuatu yang sejak dulu sudah jadi spesialisasi Amteric, peralatan metal.
Tekstil adalah industri tersier relatif memerlukan banyak modal sumber daya manusia. Sebuah industri yang tidak cocok untuk keadaan Amteric yang saat ini tapi sangat cocok untuk Kroufer yang kelebihan utamanya. Atau lebih tepatnya, satu-satunya kelebihannya adalah mereka punya banyak sumber daya manusia.
Transport, pembuatan benang, kain, pakaian, dan pewarnaannya semua adalah proses yang memerlukan banyak tenaga. Dan jika kau berencana untuk membuat pakaian murah untuk dijual ke seluruh Amteric dan juga negara sekitarnya. Kau akan membutuhkan orang yang sangat banyak.
Dari luar, mungkin Amelie dan Fina hanya datang untuk memanfaatkan kesulitan orang-orang Kroufer. Tapi memanfaatkan satu sama lain adalah basis dari hubungan ekonomi dan politik.
Sebuah negara memanfaatkan rakyatnya untuk memberikannya kekuasaan, dan rakyatnya memanfaatkan sebuah negara untuk memberi mereka perlindungan. Seorang pedagang memanfaatkan pembeli untuk mendapatkan profit sebanyak mungkin, dan pembeli juga memanfaatkan pedagang untuk mencarikan barang yang mereka butuhkan atau inginkan dan sebagainya dan sebagainya.
Dalam kasus ini, Amelie dan Fina memanfaatkan kesusahan orang-orang Kroufer untuk membantu negaranya. Tapi sebaliknya, orang-orang Kroufer juga memanfaatkan kesempatan yang keduanya berikan untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Reynard tidak peduli kalau Kroufer sedang dimanfaatkan. Yang paling penting adalah, mereka juga harus ikut mendapatkan manfaat balik. Malah dia senang dengan hal itu. Sebab dia jadi tahu dengan jelas apa yang Amelie dan Fina inginkan. Membuat ketika dia ingin melakukan negosiasi atas sesuatu, dia tahu apa yang harus digunakan.
"Hanya saja ayah!, aku tidak ingin hanya bergantung pada mereka! Aku ingin bisa memajukan router dengan tanganku sendiri!"
Sama seperti hubungan antar negara, hubungan bisnis dan politik tidak ada yang abadi. Amteric sekarang mungkin adalah sekutu mereka. Tapi hal itu bisa berubah jika kepentingan mereka berubah. Tidak lagi dia ingin ditusuk dari belakang seperti saat Olisburg meninggalkan Kroufer begitu saja.
"Kalau begitu kau harus segera mengamankan posisimu!"
"Hah? Posisi?"
"Ya, tuan putri Fina bilang kalau dia akan memilih walikota bukan hanya dari kalangan bangsawan tapi juga dari orang umum"
"Orang umum?"
Memang benar kalau menjadi bangsawan tidak menjamin kalau mereka itu lebih baik dari orang biasa. Kasus yang dialami ayahnya sendiri sudah cukup untuk membuktikan hal itu. Ada banyak orang biasa kaya yang lebih kompeten darinya.
Tapi hal semacam itu adalah pengecualian, bukan sesuatu yang normal. Sebab bangsawan memiliki kekuasaan dan harta, secara natural mereka juga punya lebih banyak akses terhadap pendidikan. Menjadikan mereka punya banyak kelebihan dibanding orang biasa yang pendidikannya terbatas.
Setelah ayahnya mundur, dia berharap kalau dia akan ditunjuk sebagai penggantinya secara otomatis. Meskipun tidak, jika keda tuan putri itu memilih (mantan) banswan lain dari sana. Dia juga masih punya cara agar dia tetap memiliki kekuasaan.
Tapi kalau yang jadi walikota adalah orang biasa yang tidak punya hubungan dengannya. Rencananya akan jadi kacau.
"Aku sudah mencoba bilang kalau rencana mereka terlalu beresiko, tapi mereka tetap kukuh untuk melakukannya"
"Ugh. . ."
Amelie dan Fina merasa kalau keadaan Kroufer sudah sangat jatuh sampai mereka sudah tidak punya kesempatan untuk jatuh lebih dalam lagi. Sebab dari apa yang mereka lihat, posisi mereka sudah ada di paling dasar. Jadi tidak ada resiko yang terlalu besar untuk mereka bisa ambil.
Malah jika mereka mengambil resiko dan berhasil, mereka akan mendapat orang kompeten yang tidak terikat dengan normal para bangsawan. Dan misalkan mereka gagal pun dan siapapun yang mereka pilih berakhir tidak terlalu kompeten. Mereka masih akan tetap berada di sana dan mengawasi jalannya pemerintahan baru dan mengganti orang itu saat diperlukan.
"Kalau kau ingin bernegosiasi, sebaiknya kau buru-buru menemui mereka"
Keduanya berencana untuk memberikan test pada orang-orang yang ingin jadi walikota baru seminggu dari sekarang.
"Aku pergi dulu"
Dengan begitu, Reynard langsung buru-buru menuju kantor Amelie dan Fina. Dia ingin protes tentang keputusan mereka. Hanya saja, apa yang bisa dia bawa pulang hanyalah tantangan dari Amelie yang pada dasarnya berbunyi. . .
"Ha? Jadi kau takut kalah ya?"
Reynard mencoba memberitahukan sudut pandanganya kalau apa yang mereka lakukan hanya membuang waktu. Tapi Amelie tidak membeli argumennya dan berakhir memberikan tantangan tadi.
Dengan semangat untuk membuktikan kalau Amelie itu salah dan dia itu benar-benar kompeten. Reynardpun, akhirnya memutuskan untuk mempersiapkan diri untuk test yang akan diadakan minggu depan.
7
Seminggu berlalu dan akhirnya hari penentuan walikota pun datang. Dengan perasaan agak rumit yang dia dapatkan karena dia mengingat hari-harinya di sekolah dulu. Reynard berjalan menuju aula kota bersama dengan beberapa laki-laki dan perempuan lain yang kelihatannya punya tujuan yang sama dengannya.
Jumlah mereka ada lima belas. Jarak umur mereka antara lima belas sampai empat puluhan. Selain umur, latar belakang mereka juga beragam.
Ada wajah familiar an berasal dari salah satu cabang keluarganya. Ada pria paruh baya yang kelihatan penuh wibawa. Ada gadis berumur dua puluhan, sama sepertinya yang kelihatan penuh determinasi, dan juga ada pemuda yang kelihatan seperti kutu buku dan sebagainya dan sebagainya.
Begitu masuk, mereka langsung disambut Fina yang memberitahukan apa yang harus mereka perhatikan.
Waktu yang diberikan untuk ujian tertulis adalah dua jam dan siapapun yang ketahuan curang akan langsung di diskualifikasi. Hasil dari ujian itu akan diumumkan di hari selanjutnya.
Tidak lama kemudian, ujianpun dimulai.
Reaksi dari pesertanya bermacam-macam. Ada yang kelihatan tenang, ada yang dengan jelas sedang panik, ada yang fokus dan ada juga yang sama sekali tidak bisa fokus.
Bagaimana dengan Reynard?
Sesuai yang dia duga, semua soal-soal yang berhubungan dengan management teritorinya bisa dia jawab dengan relatif mudah. Masalah-masalah yang disodorkan padanya juga bisa diselesaikan dengan penuh percaya diri.
Tami semakin ke sana, soal yang dia temui kelihatan semakin sulit. Sulit bukan dalam arti soalnya rumit, tapi pengetahuannya sama sekali tidak ada yang menyentuh subjek itu. Soal seperti siapa orang yang terkemuka di daerah A dan B. Rute mana yang paling cepat antara tempat C dan D, siapa yang yang harus didatangi kalau ada konflik di antara E dan F. Dan tempat apa yang harus kau datangi saat kau butuh G dan H.
Semua soal-soal tentang hal-hal lokal hampir semuanya dia tidak ketahui.
"Ugh. . "
Dia mengira kalau semua usahanya sudah cukup untuk menjadikannya pemimpin yang jauh lebih baik dari ayahnya. Tapi setelah melihat soal di depannya, dia sadar kalau dia masih perlu banyak belajar lagi. Bukan hanya itu, dia juga akhirnya paham kalau dia sudah terlalu meremehkan ayahnya. Selain itu dia juga sadar kalau dia sudah terlalu fokus melihat keluar dan lupa untuk melihat ke dalam.
"Um. . . kalau tidak salah. . ."
Ayahnya mungkin biasa-biasa saja, tapi pengetahuannya sebagai pemimpin lebih banyak dari Reynard. Bahkan saat ini Reynard harus bersandar pada pengetahuan yang dia dapatkan saat bersama ayahnya. Dia sedang mencoba mengingat-ingat apa saja yang dia lihat saat dia pergi bersama ayahnya saat dia masih kecil. Pengetahuan yang tidak bisa dia dapatkan di dalam sekolah.
Reynard terus berkonsentrasi sampai akhirnya. Sesuai yang sudah diberitahukan, tes pun berakhir dalam dua jam. Setelah itu, semua peserta tes dipersilahkan untuk pulang dan menunggu panggilannya.
Jika mereka tidak dipanggil besok, itu berarti mereka gagal.
Reynard agak was-was kalau dia tidak berhasil mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik, tapi dia masih yakin kalau dia masih akan dipilih untuk jadi walikota. Kenapa? Karena kalau dia saja yang sudah belajar banyak hal masih merasa kesulitan. Orang lain harusnya punya hasil yang lebih buruk darinya sebab mereka bahkan tidak punya kesempatan belajar sepertinya.
Dengan kata lain, dia merasa bisa menang bukan karena dia yakin dia itu sukses mengerjakan ujiannya tapi karena dia yakin yang lain gagal mengerjakan tugas mereka.
Dan benar saja, paginya. Dia mendapatkan pesan kalau dia dipanggil ke kantor Fina. Tapi tidak seperti yang dia duga. Yang dipanggil ke sana bukan hanya dia sendiri. Begitu masuk ke ruangan tuan putri itu, di dalam sudah ada orang lain yang menunggunya.
Salah satu peserta yang ikut ujian bersamanya kemarin.
Melihat wajah bingung Reynard, Fina langsung bilang. . .
"Namanya adalah Syla, anak dari salah satu kepala desa di utara Kroufer"
"Aku paham, jadi? Siapa yang menang? Aku atau dia?"
"Bagaimana kalau kalian duduk dulu"
Setelah kedua tamunya duduk dan diberikan teh dan makanan kecil. Fina menjelaskan kalau yang lulus jadi walikota adalah Reynard. Tapi pemuda itu dipilih bukan karena nilainya jauh lebih tinggi dari Syla. Sebab secara nilai, keduanya pada dasarnya ada di taraf yang sama meski spesialisasi keduanya berbeda jauh.
Ketika Reynard terlalu fokus keluar, Syla melakukan yang sebaliknya. Gadis itu terlalu fokus ke dalam.
Berpikir kalau keduanya akan bisa melengkapi satu-sama lain. Fina dan Amelie memutuskan untuk menawarkan mereka untuk memimpin Kroufer bersama dengan Reynard sebagai walikota dan Syla sebagai wakilnya.
"Jadi aku menang hanya karena ayahku hah. . ."
Mendengar pertanyaan itu, Fina hanya tersenyum. Mengkonfirmasi kecurigaan Reynard.
Kalau nilainya dengan gadis yang ada di sebelahnya sama. Itu berarti ada hal lain yang jadi bahan pertimbangan untuk memenangkannya. Dan pertimbangan itu kemungkinan besar adalah kalau dia itu anak dari walikota sebelumnya.
Sebuah perubahan memang penting, tapi perubahan yang terlalu mendadak dan asing hanya akan membuat kekacauan. Oleh sebab itulah dia dipilih sebagai kandidat utama untuk memimpin kota itu.
Semua orang familiar dengannya, dan semua orang menganggap kalau kekuasan ayahnya turun padanya adalah hal yang normal dan sesuatu yang memang sesuatu yang harusnya terjadi.
"Jangan memasang wajah kecewa begitu, keturunan juga bentuk dari bakat"
Fina tidak hanya mencoba membuat Reynard merasa lebih baik. Sebagai seorang tuan putri, dia sadar akan seberapa pentingnya garis keturunan seseorang. Jika dia bukan anak dari ayahnya, Finapun tidak akan bisa berbuat apa-apa. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga orang lain.
"Ya, kau harus mensyukurinya sebab orang sepertiku bahkan tidak punya pilihan"
Syla yang sedari tadi hanya diam akhirnya memutuskan untuk bicara. Awalnya dia hanya ingin diam dan menerima posisinya. Tapi begitu masalah keturunan dibawa-bawa, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengutarakan perasaannya.
"Karena kami bukan siapa-siapa, yang bisa kami lakukan hanyalah melihat ayahmu menggiling ekonomi Kroufer jadi debu"
Tapi meski dia membenci apa yang ayah Reynard lakukan, atau dalam kasusnya. Apa yang orang tua itu tidak lakukan. Dia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemimpin mereka. Sebab meski mereka selalu mengeluh, tanpa mereka sadari mereka juga sudah jadi orang yang penakut.
Mereka tidak berani untuk mengatakan apapun. Bahkan sampai beberapa bulan yang lalu, mereka tidak berani melakukan apapun dan menerima apapun yang diputuskan pemimpin mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang mencoba merubah keadaan. Mereka menganggap, sebab mereka itu bukan siapa-siapa. Mereka tidak punya hak untuk menagih apa-apa.
"Tapi kali ini, aku bukan lagi 'bukan siapa-siapa""
Dengan kesempatan yang didapatkannya itu, dia akan akan merubah bukan hanya keadaannya dan keluarganya. Tapi juga keadaan semua orang yang ada di sana.
"Aku tidak ingin lagi hidup sengsara"
Tidak lagi dia ingin bingung besok harus makan apa. Tidak lagi dia ingin tidak bisa membeli obat saat seseorang jatuh sakit. Dan tidak lagi dia ingin harus menahan diri dihina oleh orang lain karena penampilannya.
"Karena itulah, jika kau tidak serius aku akan melakukan apapun untuk menggulingkanmu!"
Dengan wajah penuh keseriusan. Syla mendeklarasikan niatnya pada semua orang yang ada di sana. Terutama pada Reynard. Tapi pemuda itu hanya tersenyum dan bilang.
"Siapa takut!"
Apa yang diucapkan oleh Syla bisa dianggap sebagai deklarasi perang dan niat untuk jadi pengkhianat. Tapi di telinga Reynard hal itu adalah jaminan kalau gadis yang ada sampingnya sama seriusnya dengannya dalam membangun Kroufer.
Di saat itulah, Reynard merasa kalau dia baru saja mendapatkan teman satu perjuangan yang sesungguhnya.
Sayangnya, di saat mood di ruangan itu mulai jadi lebih baik dan hangat. Tiba-tiba pintu kantor Fina diketuk dengan keras, dan sebelum gadis itu sempat menjawab.
"Kak Fina. . ."
Amelie dan seorang pemuda berpakaian militer masuk dengan buru-buru. Sebab dia sudah mendengar cerita Amelie tentang kekasihnya, dia sudah bisa menebak siapa pemuda yang bersama adik perempuannya itu.
Selain itu dia juga bisa menebak kabar apa yang mereka bawa.
"Pasukan Olisburg sedang menuju ke sini, kemungkinan mereka akan sampai besok siang"
8
Merasa kalau mereka tidak bisa bicara di depan umum. Haruki, Amelie, dan Fina Memutuskan untuk melanjutkan diskusi di ruang kerja Amelie yang dibilang tempat paling privat di sana. Sebab isi dari ruangan itu adalah banyak dokumen penting, ruangannya dibangun dengan keamanan sebagai prioritas nomor satu.
Jendela diganti dengan beberapa ubin kaca transparan di atap sebagai sumber penerangan. Saluran udara digunakan juga dibuat untuk menggantikan ventilasi langsung dari luar. Tembok tempat itu lebih tepat dari ruangan-ruangan lain, lalu yang terakhir semua celah yang bisa membiarkan kelembaban masuk juga ditutup. Membuat ruangan itu hampir kedap suara.
Dan di ruang seperti itulah. . .
"Amelie, aku tidak pernah tahu kalau kau itu gadis yang seperti ini?"
Begitu Fina dan Haruki selesai basa dan memperkenalkan diri. Amelie tanpa malu menempel pada Haruki seperti koala.
Setelah Fina berhasil meyakinkan pengawalnya untuk menunggu di luar dan membiarkannya berdiskusi dengan Haruki di ruangan itu. Amelie langsung berhenti memasang kedok tuan putrinya, memeluk Haruki dengan seerat yang dia bisa, lalu dengan naturalnya duduk di pangkuan pemuda itu layaknya seorang anak kecil manja yang ingin minta perhatian pada ayahnya.
Tingkah gadis kecil bukan hanya berhasil membuat Fina kaget, tapi juga Haruki. Seseorang yang notabene sudah kenal dengannya sangat lama.
"Kau tidak menyukainya?"
Mendengar pertanyaan Haruki, Amelie langsung berbalik dan melihat ke arah pemuda itu dengan wajah yang hanya bisa dideskripsikan dengan ekspresi campuran antara kecewa dan berharap. Ditambah dengan matanya yang sedikit basah, satu-satunya reaksi yang bisa Haruki berikan hanya satu.
"Mnngghhh . . . ."
Dia harus menenangkan jantungnya.
"Tentu saja tidak! Aku benar-benar merindukanmuuuuu!! Amelie!"
Sedari tadi, Haruki terus mencoba untuk bertingkah setenang mungkin di depan Amelie karena tidak ingin membuat gadis kecil itu merasa risih. Tapi setelah melihat ekspresi super imutnya tadi, pemuda itu tidak bisa lagi menahan diri.
Haruki memeluk tubuh mungil Amelie dengan erat. Sangat erat bahkan sampai gadis itu merasa agak sakit. Tapi meski begitu, Amelie tetap memasang senyum sambil balik memeluk pemuda itu.
Sama seperti Haruki, Amelie juga sangat merindukan pemuda itu. Mereka mungkin sering bertukar surat, tapi hal itu tidak bisa mengobati rasa rindu mereka. Sesuatu yang normal mengingat mereka tidak bisa melihat satu sama lain selama hampir setengah tahun. Mungkin, karena rasa rindu yang meluap-luap itulah. Amelie tidak segan untuk menempel pada Haruki.
Dia ingin menyentuh pemuda itu, dia ingin merasakan hangat tubuh pemuda itu, dia ingin menguburkan wajahnya di dada pemuda itu.
"Aku juga! Aku juga sama!"
Selama beberapa saat, mereka berdua terus berpelukan seakan dunia hanya milik mereka berdua. Tidak mempedulikan kalau bukan hanya dunia, tapi ruangan itu bahkan bukan milik mereka saja. Di sana, ada orang ketiga yang sedari tadi mereka tidak indahkan keberadaannya.
Perkenalkan, tuan putri pertama Amteric. Serafina Irmhilde. Seorang gadis yang saat ini juga punya tugas tambahan sebagai hiasan ruangan yang menjadi saksi dari percumbuan adik perempuannya yang masih muda dengan kekasihnya dengan mata penuh kegelapan.
"Apa kalian sudah selesai?"
". . . . ."
". . . . ."
Dengan suara dingin, Fina bertanya pada dua orang di depannya. Dan berkat suara dingin itu, akhirnya Amelia dan Haruki sadar dengan apa yang sudah mereka lakukan.
Mengabaikan lawan bicara mereka.
"Maafkan aku tuan putri"
"Maafkan aku kan kak Fina"
"Aaghhh. . . sudahlah....."
Dia paham kalau mereka pasti memang benar-benar merindukan satu sama lain. Tapi dia tidak bisa berhenti marah pada keduanya. Bukan karena dia tersinggung wewenangnya sebagai tuan putri tidak dihargai, tapi karena mau tidak mau. Dia harus mengakui kalau dia sedikit iri pada mereka.
"Tolong jelaskan apa yang terjadi"
"Amelie, Kau bisa turun sekarang"
"Mmm. . ."
Bukannya turun, permintaan Haruki malah ditanggapi dengan gadis itu mendorong punggungnya ke dada pemuda itu sambil memasang wajah jengkel. Memberitahukan kalau dia tidak ingin pergi dan masih ingin berada di pangkuan pemuda itu layaknya anak kecil yang tidak mau ditinggal ayahnya. Atau kucing yang sudah terlalu nyaman di pangkuan tuannya dan tidak mau turn.
"Mnnngghhhhh. . . ."
Mengingat kalau Amelie hampir selalu bertingkah dewasa. Melihat gadis itu tiba-tiba menunjukan sisi kekanan manjanya membuat Haruki secara insting langsung ingin memeluknya. Dan sebab sekali lagi, di sana tidak ada orang asing. Haruki bahkan tidak mencoba melawan dan langsung menyerah. Sambil menjelaskan apa yang terjadi, pemuda itu terus memeluk Amelie dari belakang.
"Singkatnya produk dari Kroufer sudah menyebar ke banyak tempat, dan perubahan kota ini sudah diketahui semua orang"
Dan orang-orang itu tentu saja termasuk Olisburg. Setelah mengetahui kalau Kroufer, kota yang serahkan pada Amteric dengan mudahnya sudah berubah jadi tempat yang makmur. Mereka ingin mengambil alihnya lagi.
"Akhirnya hah. . ."
Amelie yang masih berada di pangkuan Haruki ikut bicara.
Sejak awal, Amelie sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. Begitu eksperimennya sukses pasti Olisburg akan mencoba untuk memakan Kroufer dan menjadikannya milik mereka lagi. Karena itulah, dia tidak merasa terkejut.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
Fina, sama seperti Amelia juga tidak merasa terkejut. Dan sebab keduanya sudah memikirkan hal itu, mereka juga sudah menyiapkan solusi-solusi dari masalah yang akan timbul. Saat ini, yang perlu mereka lakukan adalah memilih solusi mana yang cocok untuk digunakan dalam situasi saat ini.
"Berhubung Amteric juga tidak terlalu peduli dengan tempat ini, di sini tidak ada tentara yang melindunginya"
Haruki sempat mengawasi pergerakan pasukan Olisburg ketika mereka menuju ke Kroufer, dan dari apa yang dia lihat. Mereka kelihatan serius. Berdasarkan dari observasinya, Olisburg menyiapkan setidaknya tiga ribu tentara untuk mengambil alih kota tempat mereka berada sekarang.
Meski Haruki menggabungkan kekuatan peloton nya, penjaga di kota itu dan pengawal kedua putri Amteric. Jumlah mereka masih kurang dari 100 orang. Melawan pasukan Olisburg dengan jumlah itu sama saja dengan bunuh diri. Mereka bahkan tidak akan bisa mengulur waktu menunggu pasukan dari Amteric datang mengingat kota itu bahkan tidak punya satu benteng pun.
Tentu saja Fina dan Amelie bisa memaksa penduduk Kroufer untuk jadi prajurit konskrip dan menyuruh mereka untuk menghadang pasukan musuh. Tapi mereka repot-repot ke Kroufer karena membutuhkan orang-orangnya, mengorbankan mereka untuk mempertahankan daerah itu sama saja dengan membuang usaha keras mereka.
"Aku tidak menyangka mereka akan benar-benar melakukannya, apa Olisburg tidak takut dianggap pemberontak?"
Fina bertanya.
Perjanjian perdamaian antara Amteric dan pasukan koalisi menyebutkan kalau perebutan kekuasaan atas sebuah daerah yang menggunakan kekerasan tidak akan diakui legalitasnya. Jika kau melakukannya, maka siapapun itu mereka akan dicap sebagai pasukan pemberontak yang ingin mengganggu kedamaian.
"Dalam perjanjian besar seperti itu, selalu ada loophole yang bisa dikesploitasi"
Sambil meletakkan dagunya di puncak kepala Amelia. Haruki menjawab.
"Bagaimana bisa?"
"Karena yang dari awal perjanjian seperti itu memang dibuat agar bisa dieksploitasi dan diinterpretasikan dengan liberal oleh orang-orang yang punya kepentingan"
Pasukan yang Olisbur kerahkan tidak datang dari perintah rajanya, melainkan para bangsawan-bangsawan yang berada di bawahnya. Dengan begitu, pemerintah utama Olisburg bisa bilang kalau mereka tidak punya hubungan dengan mereka misalkan invasi mereka gagal dan pemimpin serangan itu dicap sebagai pemberontak.
"Jadi kau bilang para bangsawan itu Olisburg kambing hitamkan?"
Kali ini Amelie yang bertanya.
"Sudah pasti"
Haruki kembali menjelaskan.
Dia tidak tahu metode apa yang Olisburg gunakan untuk mengerahkan para bangsawan itu. Bisa saja mereka dipaksa, bisa saja mereka dipancing keserakahannya dan dijanjikan hal yang muluk-muluk, atau bisa saja mereka ditipu. Tapi yang jelas adalah, pada akhirnya pemerintah utama Olisburg. Dengan kata lain, keluarga kerajaan tidak akan menderita apapun walau invasinya gagal.
"Tunggu dulu, tapi bukannya penaklukan Kroufer pada akhirnya tidak akan diakui oleh pasukan Koalisi?"
Fina kembali bertanya pada Haruki, dan pemuda itu hanya tersenyum lalu bilang.
"Kalau yang seperti itu. . ."
Yang kemudian disaut oleh Amelie.
". . . Mudah mengakalinya"
Yang paling penting dalam aku-mengakui kekuasaan seseorang atas sebuah daerah sekarang ini adalah pengakuan masyarakatnya. Jika misalkan Olisburg berhasil menyantap Kroufer dan orang-orang di dalamnya menerima mereka. Olisburg cukup bilang kalau penduduk Kroufer dari dulu tidak pernah jadi anggota negara Amteric, meski daerahnya dikuasai Amteric tapi jiwa mereka masih tetap menganggap kalau Olisburg adalah negara mereka.
Dengan begitu, meski mereka merebutnya dengan kekerasan pun. Yang terjadi bukanlah mereka merebut daerah milik orang lain, tapi hanya mendatangi bagian dari negaranya sendiri.
"Tapi, kau sendiri sudah lihat kan Amelie. Orang-orang di sini tidak ada yang suka dengan pemerintahan Olisburg"
Menghadapi pertanyaan dari kakaknya, Amelie melihat ke atas, ke wajah Haruki.
"Tentu saja kau tinggal memaksa mereka"
Ancam anggota keluarga mereka, ancam keselamatan mereka, dan ancam cara hidup mereka. Dengan begitu, kau bisa memaksa semua orang untuk mengatakan apapun yang mereka mau.
". . . . ."
Ujung-ujungnya selalu seperti itu. Fina tahu kalau pada akhirnya kekerasanlah yang akan bicara. Tapi dia berharap kalau ada cara lain, jalan lain, dan jawaban lain yang bisa dia dapatkan dari Haruki. Seseorang yang adik perempuannya anggap tidak punya tandingan dalam strategi.
"Hah. . . . ."
Jujur saja, Fina dan Amelie tidak terlalu peduli pada tanah Kroufer. Kalau mereka harus mengorbankannya untuk menyelamatkan penduduknya, mereka tidak akan ragu melakukannya. Sebab mereka bahkan tidak membutuhkan lokasi fisik dimana tanah Kroufer berada.
Amelie mendongakan kepalanya dan melihat ke wajah Haruki yang ada di atas kepalanya. Setelah itu, keduanya mengalihkan pandangan mereka ke Fina. Meminta pendapat gadis itu.
Tidak lama kemudian, Fina menarik nafas dan bilang. . .
"Tidak ada pilihan lain, kurasa kita semua harus kabur"
Dengan kata lain, mereka akan mengevakuasi semua orang dari Kroufer.
Jika di Kroufer tidak ada orang, maka tidak akan ada yang bisa dipaksa untuk mengakui kekuasaan Olisburg di sana. Dan dengan begitu, pasukan koalisi dan pasukan Amteric di perbatasan juga jadi punya justifikasi untuk menyerang balik pasukan Olisburg.
"Amelie, apa kau siap menerima mereka?"
"Erwin dan Gerulf sudah menyiapkan tempat untuk menampung semua orang"
"Haruki"
"Asal kau mengizinkanku untuk menggunakan kota ini sepenuhnya, aku bisa menahan progress mereka setidaknya selama setengah hari"
"Bagus, sekarang tinggal bagaimana caranya meminta semua orang agar mau pergi dari sini"
Mendengar pertanyaan Fina itu, Amelie tersenyum.
"Bukannya ini saat yang tepat untuk melihat kemampuan mereka"
Penguasa baru Kroufer, Reynard dan Syla.