9Akhir tahun adalah waktu yang spesial bagi Amelie. Sebab akhir tahun adalah waktu di mana dia lahir ke dunia. Jadi, meski ulang tahunnya tidak pernah dirayakan dengan besar. Setiap akhir tahun datang, dia selalu merasa bahagia. Setiap akhir tahun datang, dia bisa menghabiskan waktunya bersama dengan orang yang dia cintai tanpa harus memikirkan belajar, pekerjaan, atau tanggung jawabnya yang lain.Dia berpikir kalau hal itu akan bisa berlangsung selamanya. Kalau setiap tahun, dia akan bisa menikmati ulang tahunnya bersama dengan seseorang. Dengan ibunya, dengan Erwin, atau dengan Haruki. Entah dengan siapapun dia menghabiskan waktu ulang tahunnya. Dia akan merasa bahagia.Tapi sayangnya, tahun ini. Di hari ulang tahunnya yang ketiga belas. Dia menghabiskan waktunya untuk merasa takut, sakit, dan sedih.". . ."Hal pertama yang Amelie lihat ketika dia membuka matanya adalah atap yang dia tidak kenal. Tentu saja dia sedang tidak berada di dalam rumah sakit mengingat ruangan di mana dia berada hanyalah sebuah kamar kecil dengan tembok yang sudah kelihatan berumur. Dia tidak tahu rumah siapa yang sedang dia tumpangi, tapi dia berterima kasih pada orang itu."Hm. . . ."Lalu yang kedua adalah pandangan Haruki yang sedang tertidur dalam posisi duduk dengan tubuh bagian atasnya terbaring di sampingnya. Sebuah kasur keras yang kapas di dalamnya sudah terpampat sangat padat.Kemudian yang ketiga adalah udara dingin khas akhir tahun yang mulai membuatnya hanya ingin tetap di kasur dan bersembunyi di balik selimut tebal.Dan yang terakhir adalah...."Ugh. . ."Rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuhnya.Dia sudah bisa bergerak tapi badannya masih terasa sakit. Dan benar, saja ketika dia menyikap lengan bajunya bagian kanannya. Dia menemukan luka memar yang bisa kelihatan dengan jelas. Tapi daripada luka-luka luar semacam itu. Dia lebih khawatir tentang luka dalam yang tidak bisa dilihat. Seseorang benar-benar harus memeriksa tubuhnya secara penuh saat dia sudah sampai di rumah." . . . Amelie?""Ah. . . maafkan aku . . ."Setelah Haruki bangun dari tidurnya. Dia baru sadar kalau tangan kanannya sedang pemuda itu genggam dengan erat. Sepertinya gerakannya berhasil membuat pemuda cukup tidak nyaman sampai dia bangun dari tidurnya. Karena itulah, secara reflex Amelie langsung meminta maaf."Tidak, harusnya aku yang meminta maaf"Tanpa melepaskan tangan gadis itu, Haruki mulai mengangkat badannya dan menegakkan posisi duduknya. Setelah itu, dengan menggunakan tangan kanannya yang bebas, pemuda itu mulai membelai rambut Amelie. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Haruki tidak tersenyum saat melakukan kegiatan itu.Bukan karena rambut panjang Amelie tidak lagi lembut dan terasa kasar karena kurang perawatan. Bukan karena kecantikan gadis itu memudar setelah tidak bisa merawat dirinya selama hampir sebulan penuh. Dan tentu saja bukan karena perasaan Haruki terhadap teman masa kecilnya itu mulai luntur.Tapi karena. . ."Maafkan aku. . . . . maafkan aku Amelie"Ketika dia memindahkan telapak tangannya ke kening gadis itu dan menyingkap rambut di sekitarnya. Dia bisa melihat ada sebuah bekas luka besar di sana. Luka yang membuat ada beberapa senti dari keningnya memiliki bagian kulit yang terkelupas. Sebuah luka yang kemungkinan besar tidak akan bisa hilang seumur hidup kekasihnya itu.Hal itulah yang membuat Haruki bukannya tersenyum, malah kelihatan ingin menangis saat membelai kepala dari gadis yang dia cintai. Bukan hanya luka itu akan meninggalkan bekas yang harus Amelie bawa sampai mati, luka itu juga mengingatkan kalau dia sudah gagal melindunginya."Haru. . ki"Amelie ingin menghibur pemuda itu, tapi dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia bisa bilang kalau Haruki sudah berhasil menyelamatkannya dan hal itu adalah yang paling penting. Tapi dia tahu, pemuda itu tidak akan bisa melupakan penyesalannya yang gagal melindunginya. Selain itu Amelie sendiri tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri dan bilang kalau dia tidak apa-apa, dia tidak bisa berpikir kalau pengalamannya itu tidak buruk, dan dia juga tidak bisa menganggap kalau semuanya sudah baik-baik saja.Amelie memutuskan untuk menarik tubuh pemuda itu lalu menempatkan tubuhnya sendiri di dada pemuda itu. Lalu, dia menggunakan tangan kirinya untuk memeluk pemuda itu dengan seerat yang dia bisa."Amelie?. . . . ."Haruki mencoba melihat wajah gadis itu yang baru saja Amelie kuburkan di dadanya. Tapi sebelum usahanya berhasil, dia mendengar suara tangis kecil."Harukiii. . .hiks. . ."Amelie ingin menghibur Haruki. Tapi saat ini, dia sendiri butuh seseorang untuk menghiburnya.Sebab kenyataannya adalah, tidak ada yang baik-baik saja dari dirinya. Entah itu mental maupun fisiknya, keduanya sudah terluka parah."Maafkan aku Haruki. . . ."Dia tidak bisa mengurangi beban pemuda itu dan malah hanya bisa menambah bebannya dengan bertingkah lemah dan terluka seperti itu. Tapi sekali lagi, saat ini dia benar-benar merasa lemah, terluka, dan takut sampai sampai dia tidak bisa memikirkan apa-apa lagi kecuali tiga hal itu."Maafka. . . . Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. . . . "Semua perasaan itu akhirnya meluap dan Amelie tidak lagi bisa menahan diri. Gadis itu menangis dengan keras layaknya anak kecil yang orang tuanya baru meninggal. Tangisannya bahkan cukup keras sampai prajurit dan pengawal yang ada di balik pintu kamar itu bisa mendengarnya dengan jelas."Amelie. . ."Haruki membelalakan matanya. Setelah itu dia melepaskan tangan Amelie lalu balas memeluk gadis itu dengan erat seakan dia tidak ingin melepaskannya lagi. Dia ingin membuat Amelie merasa yakin kalau pemuda itu akan selalu ada untuknya.". . . "Kali ini Haruki yang tidak tahu harus berkata apa-apa. Dia merasa malu sudah bertingkah seakan dia adalah korban utama dari keadaan mereka sekarang. Dia mungkin terluka secara mental, tapi Amelielah yang benar-benar terluka. Hanya saja dalam kasusnya, gadis itu bukan hanya terluka secara mental tapi juga secara fisik.Amelie memang punya latihan bela diri. Tapi dia bukanlah benar-benar seorang prajurit. Dia hanyalah seorang gadis kecil lemah.Seorang gadis kecil yang baru saja diculik.Seorang gadis kecil yang baru saja ditaruh dalam tempat di mana semua orang pada dasarnya adalah musuhnya.Dan seorang gadis kecil yang baru saja hampir mati. Lagi.Bagaimana Haruki bisa bertingkah seakan dia adalah korban di depan korban yang sebenarnya?"Aaaaaaaaaaa. . .hiks. . . aku benar-benar takut"Dia takut pada pekerja-pekerja di kastil yang selalu mencoba membuat kehidupannya sulit. Dia takut Stelian akan menjualnya. Dia takut dibuang ke tempat yang sangat jauh. Dia takut Gavril akan melecehkannya. Dan dia sangat takut kalau seseorang akan datang membunuhnya.Selama di Alba, tidak pernah ada hari dia tidak merasa takut. Dia mungkin tidak menunjukan ketakutannya pada siapapun, bahkan pada Fina. Tapi dia hanya pura-pura baik-baik saja. Tidak ada hari di mana dia bisa tidur dengan tenang."Haruki. . .hiks. . .Harukiiii. . . ."Bukan hanya takut, tapi Amelie juga merasa sakit dan terluka.Fisiknya sudah jelas, dia secara literal sudah dihajar sampai babak belur oleh Gavril. Tapi secara mental dia juga tidak kalah sakit dan terlukanya.Hampir semua orang di sana merendahkannya, hampir semua orang ingin memanfaatkannya, dan bahkan beberapa orang hanya ingin agar dia mati saja. Sebagai anak dari raja Amteric, dia sudah biasa dibenci oleh orang lain bahkan sejak dia berada di Yamato. Tidak, sejak di akademi di Amtericpun, dia sudah biasa dibenci orang lain.Tapi kebencian orang-orang yang ada di Alba lain."Uwaaaaa. . . . ."Tidak jarang pegawai kastil menolak memberikan jatah makanannya. Seseorang mencoba mencuri atau meminta barang-barang sudah jadi hal biasa. Sering rekan kerjanya mengobrak-abrik pekerjaannya sambil menertawainya. Dan lebih sering lagi seseorang akan berkumpul, mengepungnya, menghinanya dan mengasarinya untuk bersenang-senang.Semua kenangan itu membuatnya ingin berteriak "SUDAH CUKUP" lalu menangis sekeras yang dia mungkin."Aaaaaa. . .aaaaaaa"Dan benar saja, gadis itu menangis dengan semakin keras. Orang-orang itu sudah tidak ada bersamanya, tapi luka yang mereka buat masih ada dan masih terasa sakit. Karena itulah, dalam suara tangisnya tersisip seluruh emosinya. Emosi seperti rasa takut, sakit, dan kepedihan. Lalu yang terakhir.Keinginan untuk menyerah.Ya.Saat ini, Amelie merasa kalau dia sudah berada dalam titik keputusasaannya di mana yang dia ingin lakukan hanyalah menyerah dan kabur dari keadaan.Jika saat itu juga Haruki mengajaknya untuk kabur bersamanya ke negara lain dan meninggalkan semuanya. Gadis itu akan dengan mudahnya setuju. Dia akan dengan mudahnya melupakan keluarganya, kewajibannya, dan tanggung jawabnya hanya untuk melarikan diri.Kenapa?Karena selama perang masih berlangsung. Kejadian yang seperti ini mungkin akan terjadi lagi dan lagi. Kali ini dia beruntung masih bisa selamat. Tapi bagaimana kalau di masa depan keberuntungannya habis?Tiga kali hampir mati dibunuh seseorang sudah lebih dari cukup baginya. Dia tidak ingin mengalami hal itu lagi.Dia ingin menyerah.Dia ingin berhenti.Dia ingin kabur.Tapi. . .Tapi kalau dia menyerah. . . bagaimana dengan Haruki?"Aaaaaaa. . . ."Air matanya mengalir deras."Aaaaaa. . .hiks. . maafkan aku Haruki. . . . aku. . . aku"Terlalu lemah.Bukan hanya tubuhnya sangat lemah sampai dia tidak bisa membela dirinya sendiri. Tapi tekadnya juga sangat lemah sampai di dengan mudahnya berpikir untuk menyerah untuk memperjuangkan masa depan yang mereka impikan."Tidak apa-apa Amelie"Jika Amelie benar-benar menyerah, Amelia tahu kalau Haruki tidak akan berhenti memperjuangkan janji mereka. Janji mereka untuk menghentikan perang dan mendapatkan restu dari semua orang. Pemuda itu tidak akan berhenti memperjuangkan masa depan yang lebih baik untuknya.Karena itulah. . ."Aaaaaa. . . . . ."
Karena itulah Amelie tidak bisa mengucapkannya. Dia tidak bisa mengatakan kalau dia menyerah dengan mulutnya. Sebab jika dia mengatakannya, sama saja dengan Amelie bilang kalau dia ingin meninggalkan Haruki berjuang sendiri.
"Aaaaaaaaaaaaa. . . . . . ."Membuat Amelie pada akhirnya hanya bisa menangis.Tangisan yang terus berlanjut sampai gadis itu akhirnya kelelahan dan tertidur di pelukan Haruki.Hanya saja, meski tangisan Amelie sudah lama berhenti. Efeknya masih terasa sampai sore pagi datang. Semua orang bisa merasa kalau suasana di tempat itu sudah berubah jadi sedikit muram.Bagaimana tidak?Keputusasaan Amelie yang terselip di dalam tangisannya sangat kuat dan sangat jelas sampai semua orang yang mendengarnya bisa ikut merasakan emosi gadi kecil itu. Dan ketika kau terpapar kepada emosi yang sekuat itu, kau tidak punya pilihan kecuali ikut merasakan hal yang sama.Mendengar suara tangisan gadis itu membuat semua orang sekali lagi sadar. Kalau perang adalah sesuatu yang sangat-sangat-sangat buruk.Tidak ada yang namanya kemuliaan, kebanggan, ataupun kepahlawanan di dalamnya. Yang ada hanyalah kehancuran, kekacauan, dan kesedihan. Dalam sebuah perang, yang menang hanyalah para petinggi yang tidak bertarung di dalamnya. Sedangkan semua orang yang berpartisipasi di lapangan hanya berakhir jadi korban.Jika dilihat dari kasus ini. Stelian mungkin adalah seorang kriminal. Tapi diapun juga adalah seorang korban perang. Bersama dengan Gavril, para pengikut setianya dan rakyatnya. Dan tentu sja, mereka sebagai pasukan koalisi juga adalah korban perang.Realisasi itu membuat semua orang paham, jika mereka tidak ingin jadi korban selanjutnya. Jika mereka tidak ingin keluarga mereka jadi korban, dan jika ingin kehidupan mereka ikut dipenuhi penderitaan.Perang harus cepat diakhiri.
Sore harinya.Erwin, Takara, dan Haruki mengadakan pertemuan rahasia. Sesuatu yang akhirnya berhasil mereka lakukan setelah menyuruh hampir semua prajurit dalam pasukannya untuk pulang.Dengan alasan dia tidak butuh banyak orang dan pasukan besar akan memprovokasi Amteric, Takara memutuskan untuk hanya membawa sekelompok kecil dari pasukannya untuk mengawal Amelie dan Fina pulang.Karena hal itu jugalah mereka bisa beristirahat di jalan dan meminjam rumah warga umum untuk Fina dan Amelie ketika mereka perlu beristirahat.Setelah semua orang siap, akhirnya Takara membuka pembicaraan dengan."Ada banyak topik yang ingin kubicarakan, tapi aku haru membawa topik ini dulu! Haruki, jaga jarak dengan Amelie""Ahahaha. . . maafkan aku!"Peringatan ini datang dari sesuatu yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ketika Takaran dan Erwin datang untuk menjemput Haruki dan memeriksa keadaan Amelie yang katanya sudah bangun. Mereka menemukan kalau gadis itu masih menempel seperti koala pada Haruki.Hal itu membuat semua orang yang melihatnya langsung sadar kalau ada hubungan spesial antara Amelie dan Haruki."Kau beruntung yang melihatnya aku dan anak buahku"Takara bisa dengan mudah memerintahkan anak buahnya yang melihat hal itu untuk tutup mulut dan melupakannya. Tapi kalau yang melihatnya adalah orang lain. Tinggal menunggu waktu saja sampa ada rumor tentang hubungan haruki dan Amelie menyebar.Jika sampai hal itu terjadi. Bukan hanya integrasi Haruki akan dipertanyakan dan pemuda itu bisa dipulangkan. Seseorang juga bisa menggunakan hal itu untuk mencemarkan reputasi Amelie. Membuat usaha Fina untuk menang perebutan tahta akan semakin sulit."Aku tidak akan mengulanginya lagi"Dia sengaja tidak mengunci pintu agar tidak ada yang curiga dengannya. Haruki tidak mau ada yang berpikir kalau dia melakukan hal yang tidak-tidak pada putri tidur yang sedang dia tunggui. Tapi sepertinya keputusannya berhasil memberinya masalah yang lain."Bagus, aku harap tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini"
"Ahahahah. . . .""Apa-apaan tawamu itu. . .? jawab aku"Tapi daripada menjawab. Haruki malah mengalihkan pandangannya ke tempat lain."Aku bisa menjawab pertanyaan itu"Merasa kalau Haruki tidak akan menjawab, Erwin memutuskan angkat bicara."Di Tagave, dia tidak melamar Amelie di depan banyak orang"Hal itu membuat hubungan antara Amelie dan Haruki menjadi sebuah rahasia umum. Kalau ada sesuatu yang bisa disebut anugerah. Hal itu adalah fakta kalau tidak ada orang yang tahu kalau Haruki adalah prajurit dari negara lain."Hah. . . ."Takara menghela nafas panjang.Dan hal itu membuat Haruki merasa lega Erwin tidak tahu kalau dia sudah membongkar rahasianya di depan salah satu petinggi Amteric. Selain itu berdasarkan obrolannya dengan Amelie di Kroufer, sepertinya ayahnya. Dengan kata lain raja Amteric juga sudah tahu tentang hubungannya dengan putrinya itu."Su. . . sudahlah, sekarang ganti topik"Haruki segera buru-buru mengalihkan arah pembicaraan."Bagaimana denganmu Erwin? Apa semua terakhir kita sudah beres?""Tidak perlu khawatir!"Erwin tidak ingin mengulangi kesalahannya di masa lalu dengan meninggalkan benda ciptaannya untuk disalahgunakan orang lain. Karena itulah, dalam misi penyelamatan Amelie. Dia juga menambahkan beberapa rencana lain di dalamnya. Dan rencana itu adalah pemusnahan kapal udara, mesin, serta senjata-senjata barunya setelah mereka berhasil menyelamatkan anak perempuan yang sudah pemuda itu anggap sebagai adiknya.Ketika kapal udaranya pergi dan menghilang di balik bukti. Operatornya tidak sedang mencoba kabur melainkan mencari tempat untuk menjatuhkan kapal udara mereka. Dan sebab mereka perlu bahan bakar dan hidrogen untuk melakukan penghancuran total benda besar itu. Mereka tidak bisa terbang terlalu lama setelah misi penyelamatan berakhir.Hal itulah yang membuat semua orang harus buru-buru pada waktu itu.Erwin sendiri ikut turun tangan untuk memastikan semua penemuannya benar-benar hancur dan tidak bisa direkayasa ulang oleh siapapun."Hah. . . ."Takara kembali menghela nafas. Di satu sisi dia senang sebab dengan dihancurkannya semua benda ciptaan Erwin, dia tidak perlu khawatir musuh mereka membuat kapal udara serta senjata baru versi mereka sendiri. Tapi di sisi lain, dia merasa kecewa sebab dia juga tidak bisa mendapatkan hal yang sama.
"Ok, ganti topik lagi"Haruki mengalihkan pandangannya ke Takara yang diikuti Erwin."Aku sudah menyisir jalur perjalanan Amelie dan seperti yang kalian duga, aku menemukan tanda sabotase"
Sama seperti dalam kasus penculikan Fina. Takara juga menemukan tanda kalau ada pengawal gadis itu yang berkhianat. Mereka menemukan beberapa mayat pengawalanya, tapi jumlah mereka tidak sesuai dengan informasi yang Haruki berikan. Ditambah di sana tidak ada tanda-tanda pertempuran dan serangan bandit, Takara bisa memastikan kalau yang membunuh para penjaga itu adalah rekan mereka sendiri."Pertanyaannya adalah, siapa tuan mereka?"Erwin dan Haruki sudah membicarakan tentang hal itu dan mencoret nama Seragus dari daftar pelakunya. Kesimpulan yang Takara juga setujui. Kalau pangeran pertama adalah penalaran pertama Amteric, Amelie dan Fina pasti sudah mati."Tapi tidak mungkin juga Stelian pelakunya"Pertama, dia bukan orang Amteric. Jadi hampir tidak mungkin dia punya koneksi yang sedalam itu sampai bisa menggerakan pengawal pribadi keluarga kerajaan. Meskipun mereka pernah bertemu para pengawal itu merasa simpati pada si orang tua, tidak mungkin mereka akan mau mengambil resiko yang sebesar itu hanya demi orang yang baru mereka kenal."Jika mereka mau melakukan pekerjaan untuk Stelian, aku yakin kalau mereka tidak melakukannya demi orang itu tapi untuk tuan mereka yang sesungguhnya"Tebakan Takara membuat Erwin menyilangkan kedua tangannya di dadanya."Hmmm. . . . . jadi kau mau bilang kalau dalang dari semua ini adalah orang Amteric?"Takara dan Haruki menangguk lalu melihat satu sama lain. Tidak lama kemudian, Takara mendongakan kepalanya memberi tanda agar Haruki meneruskan pembicaraannya."Aku tidak tahu siapa orang itu, tapi yang jelas pertama! Dia punya pengaruh yang sangat besar"Sebagai seorang pengawal keluarga kerajaan, tentu saja mereka tidak bisa dipilih sembarangan. Selain kemampuan, mereka juga harus punya koneksi dan keturunan yang tepat untuk diberi izin bisa jadi orang yang terdekat dengan anggota keluarga kerajaan. Jika kau bisa memberi perintah pada orang-orang itu, orang yang bersangkutan juga harus punya kekuasaan atau pemilik loyalitas yang sangat kuat atas mereka.Dan untuk mempunyai hal itu kau pertama harus jadi orang Amteric."Kedua, dia pasti orang yang sangat kaya"Alaba adalah sebuah negara kota yang kecil. Kegiatan ekonominya sama sekali tidak bisa dibilang berkembang. Selain itu, setelah dikuasai oleh Amteric. Bukan hanya ekonominya tidak berkembang malah keadaan ekonominya jadi mundur mengingat mereka hanya jadi bahan eksploitasi.Jadi ketika Haruki menemukan kalau mereka bisa memberikan prajurit mereka persenjataan yang tidak terlalu buruk dan juga mampu menyewa prajurit bayaran. Pemuda itu langsung merasa ada yang aneh. Meski Stelian menggunakan semua harta simpanannya termasuk yang dia dapatkan dari tindakan ilegal, dia tidak akan bisa memelihara pasukannya dalam waktu lama. Mereka perlu makan, tempat tinggal, dan akomodasi lainnya.Dari mana dia mendapatkan uang untuk membayar semua biaya itu?Jawabannya adalah seseorang mensponsorinya dari belakang."Lalu yang ketiga, siapapun sponsor ini! Dia sama sekali tidak ingin perang segera berakhir"Haruki menunjukan tiga jarinya."Maksudmu?Tanya Erwin."Aku yakin kalau kalian sadar hal yang seperti ini tidak hanya terjadi di Alba"Sebab Haruki dan Takara sudah melihatnya sendiri. Kalau sesuatu yang mirip sudah terjadi berkali-kali. Kejadian dimana bandit, pasukan pemberontak, atau negara tidak yang miskin tiba-tiba memiliki dana untuk meluncurkan sebuah serangan.Hal itu terjadi ketika Haruki dan Amelie pertama datang ke garis depan dan malah diserang balik oleh pasukan pemberontak.Hal itu terjadi lagi ketika benteng di mana mereka mengungsi kembali diserang oleh pasukan pemberontak lain.Kemudian hal yang sama kembali terjadi ketika Haruki sedang melakukan tugasnya sebagai pengawal pasukan supply.Terlalu optimis kalau kau menganggap semua itu hanya sekedar kebetulan. Dan terlalu optimis kalau kau menganggap semua hal itu tidak ada hubungannya dengan satu sama lain. Kesimpulan paling normal ada bos besar yang jadi biang keladi dari semua yang terjadi."Hmm....."Erwin kembali berpikir keras. Sebagai satu-satunya orang Amteric yang hadir di dalam itu dia punya pengetahuan yang lebih dalam tentang negara itu dibandingkan dengan dua pemuda di depannya. Dan sebagai seorang mantan bangsawan, dia punya pengetahuan tentang lingkaran pemerintahan Amteric lebih jauh dari keduanya."Kurasa aku tahu siapa orang itu"Dia bukan bagian dari empat keluarga utama yang membangun Amteric dari nol sebab teritorinya baru masuk kurang dari satu generasi yang lalu. Tapi dalam masalah harta, orang itu tidak kalah kayanya dari Genno. Teritorinya yang luas memberinya akses terhadap lahan pertanian yang sangat masif. Membuatnya hampir punya monopoli terhadap ketersediaan bahan pangan di Amteric.Dan seperti semua monopoli, hal itu memberinya akses terhadap keuntungan perdagangan dan juga pengaruh politik yang tidak ada batasnya.Lalu, sebab orang itu punya reputasi sebagai pemimpin yang baik. Orang-orang di bawahnya terkenal punya loyalitas yang sangat tinggi. Saking besarnya loyalitas mereka, jika orang itu menyuruh mereka untuk melompat dari tebing. Anak buahnya hanya akan bertanya tebing mana yang harus mereka datangi."Gubernur dari teritori terbesar di Amteric, Edgar Ilargia"Pertemuan itu berakhir dengan semua orang setuju kalau Edgar Ilargia adalah tersangka utama dari semua masalah yang mereka alami.Erwin akan memeriksa latar belakang dari semua pengawal yang berkhianat, Takara siap mengerahkan anak buahnya dan teman-temannya dari pasukan cadangan untuk memeriksa perjalanan logistik musuh mereka. Dan Haruki akan memprioritaskan mencari informasi di dalam medan perang.Dengan rencana masa depan mereka sudah jelas. Perjalanan merekapun kembali dimulai. Lalu, dalam dua minggu mereka semua sampai di Tagave.Setelah hampir setengah tahun jauh dari rumah.Akhirnya Amelie bisa pulang.1Begitu Serafina dan Amelie kembali dari Alba dan semua orang mendengar kabar tentang penculikan yang menimpa keduanya. Tidak berlebihan jika dibilang kalau seluruh Amteric terguncang secara politik. Kejadian itu membuat semua orang sadar akan loophole dari perjanjian perdamaian di antara Amteric dan pasukan koalisi.Karena itulah, Amteric bertindak cepat dengan langsung mengumumkan eksekusi Stelian Alba dan seluruh keluarganya sebagai peringatan terhadap koloni-koloni mereka. Peringatan jika kalau mereka berani berkhianat, hukuman akan langsung datang tanpa peringatan.Seluruh keluarga langsung Stelian Alba akan dieksekusi sesuai dengan hukum Amteric. Dan ketika seseorang bilang "semua", dia sama sekali tidak bercanda. Orang tuanya, istrinya, orang tua istrinya, anaknya, cucunya, saudaranya, dan anak-anak saudaranya semuanya dipenggal tanpa pengadilan.Takara melemparkan protes lewat pasukan koalisi dengan alasan kalau mereka masih ingin mencari informasi tentang siapa backer mereka. Lalu Amelie serta Serafina juga mencoba memberikan komplain kalau hukuman yang keluarga Alba terlalu berlebihan. Tapi meski begitu, perintah eksekusi itu tetap dijalankan dengan cepat, tegas, dan tanpa kompromi.Suara mereka tenggelam dihantam oleh ombak yang dibawa perintah Seragus, dan dukungan dari mayoritas bangsawan Amteric. Bahkan ayah Amelia yang biasanya mendukungnya kali ini diam begitu saja.Hal yang bisa dipahami mengingat dari pandangannya. Membiarkan keluarga Alba tetap hidup hanyalah cara menanamkan bibit masalah untuk berbunga di masa depan. Karena itulah, mereka perlu mengeksekusi seluruh keluarga Alba tanpa sisa.Entah itu yang sudah tua, yang masih muda, laki-laki, perempuan bahkan anak kecilpun tidak ada yang boleh dibiarkan hidup. Dia tidak bisa membiarkan siapapun yang bisa menyimpan dendam untuk lolos.Sebagai seorang anggota keluarga kerajaan, Arthfael sudah berkali-kali melihat rasa kasihan berbalik jadi pisau yang menusuk seseorang dari belakang. Dia sendiri sudah terlalu sering merasakan efek dari dendam yang menggerogoti seseorang.Sebab sampai saat inipun. Racun masih sering menemukan cara untuk bersarang pada makanannya.Dengan satu perintah itu. Keluarga Albapun dihapus dari dunia.Secara logika, Amelie paham semua argumen yang dia dengar. Tapi entah itu logika ataupun perasaannya, tidak ada satupun yang setuju dengan hukuman kejam yang dunia ini anggap normal itu.Amelia tahu kalau perang yang keluarganya mulai sudah menimbulkan banyak kerusakan dan menjatuhkan banyak korban. Tapi secara langsung bertanggung jawab atas kematian, bukan hanya satu atau dua orang. Tapi puluhan orang adalah pengalaman yang berbeda jauh.Amelie mungkin tidak kenal dengan orang-orang itu ataupun melihat prosesi eksekusi mereka secara langsung. Tapi mendengar kabar kalau bahkan anak kecilpun tidak lolos dari hukuman massal itu langsung membuat keadaan mental Amelie runtuh. Dia tidak lagi kuat untuk menahan semua perasaan sedih, bersalah, penyesalan dan yang paling utama. Rasa takutnya, untuk tidak meluap.Amelie tidak bisa berhenti membayangkan kalau dia yang ada di posisi para anak kecil itu.Bayangkan, kau adalah seorang anak kecil yang sedang asik bermain. Kemudian tiba-tiba seseorang yang tidak kau kenal menarikmu ke tempat di mana seluruh keluargamu berkumpul dengan kepala semua orang sudah berada di alat penggal.Melihat mereka semua merasa ketakutan, kau berakhir ikut merasa sangat takut. Tapi ketika kau ingin lari, orang dibelakangmu mendorongmu dan meletakan lehermu di alat penggal yang sudah disiapkan untukmu. Layaknya binatang yang akan disembelih, orang itu menjagalmu untuk memastikan kau tidak bisa kabur.Kau merasa takut, merasa sedih, dan kau menangis. Tapi tidak satupun orang yang melihat ke arahmu mau memperdulikan permintaan tolongmu.Kau terus menangis dan menangis, melihat satu-persatu kepala keluargamu menggelinding ke tanah yang berlimang darah. Hal itu membuatmu menangis semakin keras dengan air mata yang semakin banyak sampai akhirnya.Kau tidak bisa menangis lagi.Sebab kali ini, kepalamulah yang menggelinding di tanah."Aaaaaaaaaaa. . . . ."Amelie bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal dan keringat dingin yang mengucur dari tubuhnya."Tuan Putri, aku masuk""Masuk saja Miina""Terima kasih"Dengan sigapnya, Miina langsung masuk ke dalam kamar tuannya dan melepaskan pakaian basah Amelie sebelum membasuh tubuh gadis itu dengan kain basah hangat."Mimpi buruk Tuan Putri?""Ya, aku tidak tahu kenapa belakangan ini aku sering mendapat mimpi buruk lagi""Kukira trauma Tuan Putri sudah sembuh""Aku tidak yakin kalau aku akan bisa sembuh""Padahal sudah dua tahun sejak kejadian itu""Kau salah Miina, kejadian itu baru dua tahun yang lalu"Ya, dua tahun sudah berlalu sejak Amelie mendapatkan kabar eksekusi keluarga Alba. Kabar yang memberinya mimpi buruk selama beberapa minggu berturut-turut. Dan seperti yang dia bilang sendiri, sampai saat inipun kadang mimpi buruk itu masih suka datang.Meskipun, mimpi buruknya kali ini agak terasa lain.Sejujurnya, kalau bukan karena bantuan orang-orang di sekitarnya. Keadaan mental Amelie mungkin tidak akan pulih dan gadis itu sudah jadi setengah gila. Mentalnya sama sekali tidak siap untuk menanggung beban semacam itu.Selain itu, mengingat kalau dia adalah bagian dari keluarga kerajaan. Rasa takut yang dia dapatkan dari mimpi-mimpi buruk itu sudah lebih dari cukup untuk membuat rasa takutnya tidak mau pergi dari pikirannya.Jika Amteric kalah dalam perang. Bukan tidak mungkin kalau nasib yang sama akan menimpanya, menimpa ayahnya, menimpa Ibunya dan semua saudaranya. Sebab di dunia ini, mereka adalah bagian dari keluarga jahat dari negara jahat yang semua orang benci.Secara literal, ada jutaan orang yang punya dendam kesumat padanya."Tuan putri, jangan khawatir"Setelah selesai membersihkan bagian atas tubuh Amelie, Miina berpindah tempat ke depan nona mudanya. Kemudian, dia menggenggam erat kedua tangan Amelie dan menatap gadis yang sedikit lebih tua di depannya itu langsung ke matanya sebelum akhirnya tersenyum dan bilang. . ."Tinggal sedikit lagi Tuan Putri"Mendengar hal itu, Amelie membelalakan matanya."Kau benar"Sejak hari itu, keinginan Amelie untuk menghentikan perang jadi semakin solid. Dia tidak ingin lagi ada yang mati sia-sia, dia tidak ingin lagi jadi penyebab orang lain mati sia-sia. Dan yang paling penting, dia tidak ingin dirinya sendiri dan juga orang-orang yang dicintainya ikut mati sia-sia.Oleh sebab itulah dia, Haruki, dan Erwin berusaha berusaha semakin keras untuk mengembalikan perdamaian di Amteric dengan bantuan semua orang. Dan setelah dua setengah tahun berlalu, akhirnya usaha mereka mulai membuahkan hasil.Seperti yang Miina katakan. Tinggal sedikit lagi dan dia akan punya cukup kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri Amteric secara masif."Terima kasih Miina, kau benar-benar pintar menghibur seseorang""Aku hanya mengatakan yang sebenarnya"Kali ini giliran Amelie yang tersenyum. Dan karena reflex, dia mencoba mengangkat tangannya untuk membelai kepala gadis kecil di depannya.Tapi dia tidak berhasil melakukannya.Dan kegagalan usahanya itu membuatnya sadar kalau gadis di depannya sudah bukan anak kecil lagi. Miina yang dulu sudah berubah jadi gadis manis yang bisa membuat laki-laki berpaling untuk melihatnya lagi dan lagi.Wajahnya masih kelihatan polos, tapi kecantikannya sebagai seorang perempuan sudah mulai terlihat. Tubuhnya masih kecil, tapi tubuhnya juga sudah mulai menunjukan lekukan-lekukan indah. Pertumbuhannya bahkan lebih baik daripada Amelie pada umur yang sama di masa lalu.
Penampilan Miina saat ini bisa dibandingkan dengan bunga yang akan merekah."Kau beruntung aku bukan laki-laki Miina""Kenapa?"Miina memasang wajah bingung."Sebab kalau aku laki-laki"Kali ini Amelie menarik tubuh Miina padanya. Lalu dengan suara lirih, Amelie bilang. . ."Aku sudah mendorongmu ke ranjang"Tepat di telinga gadis kecil di depannya.Tidak butuh waktu lama untuk Miina memahami apa yang Amelie maksud. Dan tidak butuh waktu lama juga untuk wajah Miina menjadi memerah.Sebagai gadis muda yang ada dalam masa pubertasnya. Tentu saja Miina merasa penasaran dengan hal-hal yang berbau sex. Dan mendengar topik semacam itu dari gadis yang sudah jadi teman sekaligus bosnya itu membuatnya merasa sangat malu.". . . . .""Eheheh. . . wajah itu! Kau baru membayangkan seseorang ya!""Ti. . . tidak!"Tapi hal yang membuatnya paling malu adalah kenyataan kalau. Seperti yang Amelie katakan, dia memang membayangkan wajah seseorang di dalam skenario itu. Skenario di mana tubuhnya didorong ke ranjang dan dia sama sekali tidak mencoba melawan."Siapa yang kau bayangkan?""Aku tidak membayangkan siapa-siapa!""Ok, baiklah kalau kau tidak mau memberi tahu. . ."Dalam masalah umur mental, Amelie jauh lebih dewasa dari Miina yang sekarang baru dua belas tahun. Karena itulah, dia paham bagaimana perasaan Miina sekarang. Dia sudah pernah ada dalam masa itu, dua kali malah. Jadi sebagai sosok yang lebih dewasa, logika Amelie menyuruhnya untuk membuat Miina lebih malu.Tapi. . ."Bagaimana kalau aku menebak sendiri orangnya. . .""Tuan putri. . . ."Tapi moodnya sekarang menyuruhnya untuk menjadi remaja yang ingin menggoda temannya. Saat ini, dia bukan sosok kakak ataupun Tuan Putri. Melainkan hanya seorang gadis biasa."Orang itu adalah Er. . .""Aaaaaaaa!!!!!!!....."
Dengan panik, Miina menarik tangannya lalu membungkam mulut Amelie. Tapi karena dia mendorong dengan kuat, dia berakhir mendorong gadis di depannya sampai jatuh ke kasur di belakangnya."Kalau Tuan Putri melanjutkannya, aku akan benar-benar marah""Ahahah. . . maaf, maaf, aku tidak akan mengatakannya"Menebak siapa orang yang wajahnya muncul di dalam bayangan mesum Miina tidaklah sulit. Tidak banyak laki-laki yang cukup dekat dengannya sampai bisa jadi bahan imajinasi gadis itu. Amelie tahu, Ibunya tahu, semua orang tahu. Mungkin, yang tidak tahu kalau semua orang tahu hanyalah Miina sendiri dan pemuda yang dia akan sebut namanya tadi."Tapi aku tidak menyangka kalau kau semesum ini""Tuan putriiii!!!!!...."Kalau Amelie terus menggoda Amelie bisa jadi gadis itu akan menangis. Karena itulah dia memutuskan kalau kali ini dia akan benar-benar berhenti. Lalu, tepat saat Amelie mengangkat tangan tanda menyerah. Tiba-tiba pintu kamarnya kembali terbuka, dan dari dari baliknya terdengar suara helaan nafas panjang yang diikuti oleh. . ."Jadi, apa yang sedang kalian lakukan gadis-gadis mesum?"Miina langsung berhenti bergelut dan memeriksa posisi mereka. Amelie sedang terlentang di kasur tanpa pakaian bagian atasnya, sedangkan Miina sedang menindih Tuan Putrinya sambil memasang wajah malu yang membara.Dilihat dari manapun, mereka sedang ada dalam posisi yang bisa memancing skandal."Ahahaha. . .""Maafkan aku"Amelia hanya tertawa sedangkan Miina langsung berdiri dan meminta maaf pada orang tua nona mudanya. Sebab yang datang adalah Ibu Amelie, tidak ada kesempatan untuk kejadian tadi menjadi skandal. Tapi kedua masih merasa malu, terutama Miina yang merasa ketahuan sedang bermain-main di jam kerjanya."Aku buru-buru ke sini setelah mendengar pelayan bilang kalau Amelie mengigau keras tapi yang kutemukan malah ini"Sekali lagi, Ibu Amelie menghela nafas. Tapi kali ini, helaan nafasnya itu adalah helaan nafas lega.Sama seperti Miina, Anneliese juga mengetahui kalau putrinya sedang diranda mimpi buruk dari pelayan yang melewati kamarnya dan mendengar gadis itu mengigau dan merintih ketakutan. Untungnya, begitu dia sampai Amelie sudah kelihatan cerita. Tidak diragukan karena Miina berhasil menghibur putrinya."Terima kasih Miina""Aku tidak melakukan apa-apa Yang Mulia""Di saat seperti ini, kau harusnya bilang sama-sama""A. . .. Sama-sama Yang Mulia"Anneliese tersenyum lalu menutup pintu di belakangnya kemudi mendekati kedua gadis muda di depannya."Biar kubantu""Mama. . .""Hari ini kau akan pergi lagi kan? Biarkan aku membantumu"Dengan begitu, Miina dan Anneliese bersama membersihkan tubuh Amelie, memilihkan pakaiannya, menata rambutnya dan memberinya make up.Amelie sendiri merasa kalau penampilannya terlalu berlebihan sebab rencananya hanya terdiri dari mengunjungi budak-budaknya dan melakukan pemeriksaan rutin untuk pabrik-pabrik di teritorinya. Dia tidak akan berangkat sampai malam harinya. Tapi paham kalau Ibunya ingin mencari waktu untuk bersamanya sebelum dia kembali pergi jauh, Amelie pasrah saja jadi boneka Ibunya.Setengah jam kemudian. Amelie sudah berpenampilan layaknya Tuan Putri yang sedang menunggu pangeran berkuda putih untuk membawanya ke istana. Meski sekali lagi, dia hanya ingin berkeliling di teritorinya."Sudah kuduga, anak gadisku memang cantik"Anneliese memeluk anak gadisnya dengan gemas. Tapi berhubung anak gadisnya itu sudah cukup besar. Mereka berakhir terlihat bukan seperti Ibu dan anak melainkan saudara yang umurnya sedikit jauh.Miina yang melihat hal itu tersenyum, tidak sadar kalau kedua anak dan Ibu itu sekarang mengalihkan perhatian mereka pada dirinya."Sekarang giliranmu Miina""Ha?"
"Sesekali kau juga perlu berdandan Mina, kau tidak mau Erwin direbut orang lain kan?""Haaa?. . . Ke-ke-kenapa tiba-tiba Yang Mulia membahas Erwin?"Anneliese melihat ke arah anaknya dengan tatapan "apa dia serius" yang hanya bisa dijawab dengan anggukan oleh Amelie. Setelah beberapa saat menatap dalam diam, mereka kembali mengangguk lalu. ."Amelie, pegang dia!""Maafkan aku Miina"Dengan sigap, Amelie menangkap pelayan pribadi kecilnya dari belakang. Lalu sebab Amelie adalah pemegang kekuatan spesial. Dia memiliki kekuatan fisik yang setara dengan pria dewasa pada umumnya. Membuat Miina pada akhirnya tidak bisa melawan dan hanya pasrah menjadi boneka Anneliese yang kedua."Dengarkan aku Miina, kau memang cantik! Tapi kau tidak bisa hanya membiarkannya begitu saja"Kecantikan adalah anugerah, tapi anugerah itu akan jadi hal percuma kalau kau tidak merawatnya. Kau harus mengasah dan memolesnya. Sebab kalau tidak, cuma masalah waktu saja kau akan kehilangan anugerah itu."Di sekitar Erwin ada banyak gadis cantik lain, dan mereka semua berusaha keras untuk menarik perhatian anak itu! Kau tidak boleh kalah dari mereka"Kalau ada dua gadis yang sama-sama cantiknya, tentu saja seseorang yang berusaha untuk membuat penampilannya lebih menonjollah yang akan lebih menarik perhatian. Dan jika seseorang sudah berhasil menarik perhatian dari orang yang mereka suka, dia sudah satu langkah di depan semua pesaingnya.Pada saat itu, yang dia perlu lakukan selanjutnya hanyalah menjaga jaraknya dan mempertahankan kemenangannya dengan terus mengalihkan pandangan targetnya pada dirinya sendiri."Selain itu, kalau kau tidak berubah! Dia akan terus menganggapmu sebagai anak kecil"Sambung Amelie.Sebagai teman masa kecil Erwin yang sudah tahu banyak tentang pemuda itu sampai bahkan ke rahasia-rahasia besarnya. Amelie paham kalau Miina tidak agresif, Erwin tidak akan berhenti melihat temannya itu tidak lebih dari anak perempuan kecil yang dia ingin selalu manjakan."Tapi umur kami . . .""Jangan kalah sebelum bertempur Miina! Aku dan Haruki juga beda jauh""Aku dan Arthfael lebih jauh lagi, dan kami tidak ragu untuk menikah"Amelie dan Haruki punya jarak umur enam tahun. Lalu Anneliese dan suaminya sendiri punya jarak umur tujuh tahun. Dunia ini bukanlah dunia lama Amelie, di sini tidak ada stigma buruk tentang hubungan antara dua pasangan yang jarak umurnya lumayan jauh. Malah sebaliknya, di dalam era di mana harapan hidup seseorang hanya tiga puluh sampai empat puluh tahun. Menikah muda adalah hal yang normal, bukan pengecualian."Me-me-me-menikah??. . . .."Miina ingin menutup wajahnya, tapi sebab badan sekaligus lengannya dipeluk erat dari belakang oleh Amelie. Dia tidak bisa melakukannya. Membuatnya hanya bisa menggeliat layaknya ulat."Mama. . . kejauhan! Jangan bicara kejauhan dulu!""Ahahahaha. . . ."Anneliese mulai melucuti seragam Miina satu persatu. Membersihkan badan gadis yang sedang merasa malu itu secara menyeluruh sambil menggosok-gosokan berbagai cairan hasil resep keluarga kerajaan ke kulit muda mulus anak perempuan di depannya itu. Setelah itu, Amelie mencari pakaian lamanya yang masih kelihatan muat untuk Miina kenakan.Badan Miina sedikit lebih tinggi dan berisi daripada Amelie di umur yang sama dulu. Jadi pakaiannya tidak ada yang benar-benar pas. Tapi hal itu bukanlah masalah besar, malah sebaliknya. Hal itu membuat figur feminim Miina jadi lebih menonjol.Kontur dadanya yang mulai tumbuh kelihatan indah. Lekukan di pinggul yang menyambung sampai pahanya kelihatan menggoda. Perut ratanya kelihatan sexy. Entah dipandang dari depan, belakang, kanan ataupun kiri penampilan Miina kelihatan menarik.Terutama jika kau adalah laki-laki.Semua bagian dari penampilannya berteriak "gadis muda". Bukannya anak perempuan kecil."Lalu yang terakhir adalah ini"Anneliese menata rambut Miina dan menghiasinya dengan aksesoris berbentuk bunga."Kau benar-benar manis Miina"Miina berbalik dan menghadap ke cermin lalu memutar tubuhnya beberapa kali seakan mencoba memastikan kalau gadis yang ada di dalam cermin adalah bayangan dirinya. Setelah puas melihat penampilannya lagi dan lagi, dia tersenyum lalu bilang. . ."Terima kasih"Pada Annelise dan Amelie.2"Mulai hari ini, kalian adalah orang bebas"Sepuluh tahun sudah berlalu sejak Amelie membeli budak-budaknya. Banyak dari mereka yang sudah memiliki cukup harta untuk membeli kebebasannya. Tapi sampai saat ini, hanya beberapa yang memutuskan untuk melakukan hal itu. Membebaskan diri dari ikatan perbudakan.Karena itulah hari ini, tepat sepuluh tahun setelah dia membawa mereka ke teritorinya. Amelie akhirnya memutuskan untuk menuntaskan beban yang selama ini dia anggap sebagai hutang. Memberikan budaknya kebebasan."Aku mohon pertimbangkan keputusan Tuan Putri""Salah Herman! kau yang harusnya mempertimbangkan permintaanmu!"Normalnya, seorang budak yang diberi janji sebuah kebebasan akan merasa senang. Tapi ekspresi yang ditunjukkan Herman dan banyak budaknya yang lain malah kebingungan, kekhawatiran dan juga ketakutan."Herman! kalian semua juga! berhenti hanya memikirkan dirimu sendiri!"Di Amteric. Seorang budak tidak memiliki hak asasi manusia. Kehidupan damai mereka sebagai budak adalah pengecualian, bukannya hal yang umum. Di luar sana tidak banyak orang yang bisa dan mau memperlakukan budaknya seperti Amelie."Apa kau mau anakmu tumbuh jadi seorang budak!"Status budak bukanlah sesuatu yang kau sandang sendiri. Jika kau punya anak, maka anakmu secara otomatis juga adalah seorang budak.Budak-budaknya mungkin banyak yang sudah merasa aman dan nyaman berada di bawah naungannya. Saking nyamannya mereka lupa kalau semua hal itu bisa mereka dapatkan hanya karena mereka itu beruntung. Mereka tidak mau pergi dari bawah payung Tuan Putri yang sekarang berumur lima belas tahun itu."Bagaimana kalau tiba-tiba aku mati?"Sudah hampir tiga tahun sejak Amelie kembali ke Amteric. Dan selama itu pula sudah berkali-kali dia merasa kalau nyawanya ada dalam bahaya. Mulai dari hampir dibunuh pembunuh bayaran, diserang oleh prajurit Gerulf, diancam oleh kakaknya sendiri dan diculik oleh pemberontak. Dia sudah berkali-kali merasa melihat perjalanan kehidupannya berkedip di depan matanya.Ditambah lagi sekarang keadaan ayahnya sudah semakin buruk. Bisa dijamin kalau bahaya yang dihadapinya akan jadi lebih banyak. Meski dia sendiri sudah mundur dari perebutan tahta, dia adalah supporter penting dari kakak perempuan pertamanya Serafina yang ingin jadi ratu. Bisa dijamin kalau orang yang ingin dia hilang dari muka bumi akan bertambah semakin bertambah."Dan jika aku tidak ada, jangan berharap kalau Erwin atau Ibuku akan mengurus kalian!"Jika sampai Erwin kehilangan Amelie, Pemuda itu tidak akan punya waktu untuk mengurus nasib siapapun. Sebab dia akan sibuk menyusun rencana untuk balas dendam dan menghancurkan siapapun yang bertanggung jawab.Dan Ibunya? dia akan terlalu sedih bahkan untuk mengurus teritori dan rakyatnya."Bayangkan kalau kalian berakhir jadi budak orang yang buruk? Sudah saatnya kalian berhenti bergantung padaku! Berhenti menggantungkan nasib kalian pada orang lain!"Jika kau beruntung mungkin saja kau bisa dapat tuan yang sama baiknya dengan Amelie. Tapi seperti yang sudah disebutkan tadi, mereka mendapatkan tuan sebaik Amelie adalah keajaiban. Dan keajaiban sudah terkenal tidak suka datang dua kali."Tuan putri. . . maafkan aku"Herman menundukan kepalanya lalu minta maaf.Dia merasa malu."Sudah saatnya aku membalas kebaikan Tuan Putri""Ha?. . . ."Dia sudah terlalu banyak menerima bantuan dari Amelie. Yang menyelamatkannya dari hukuman setara hukuman mati adalah dia, yang memberitnya tempat untuk pulang adalah dia, yang memberinya pekerjaan, kehidupan yang nyaman, dan masa depan. Semuanya adalah gadis muda di depannya. Bagaimana setelah semua itu dia masih berani bertingkah manja dan minta terus dikasihani?Sudah saatnya dia membalas balik semua perbuatan baik Tuan Putrinya."Saudara-saudaraku!"Herman berdiri tegak lalu menghadap rekan-rekan sesama budaknya."Sudah saatnya kita berhenti meminta belas kasihan Tuan Putri! sudah saatnya kita berhenti merepotkan penyelamat kita! sudah saatnya Kita berhenti menganggap bantuannya adalah sesuatu yang normal! Sudah saatnya kita membalas budi!"Awalnya kata-kata Herman agak susah dicerna oleh rekan-rekannya. Tapi semakin mereka mendengarnya, semakin mereka sadar dengan apa yang coba pria paruh baya itu katakan. Dan mereka setuju dengan apa yang pria itu katakan.Sudah saatnya mereka berhenti jadi beban untuk Amelie.Mereka melihat ke arah satu sama lain yang kemudian diikuti anggukan-anggukan kepahaman."Terima kasih Tuan Putri! kami akan mendedikasikan kebebasan yang kau berikan untukmu!""Tunggu dulu! sepertinya ada yang salah di sini!"Amelie memberikan budak-budaknya kebebasan adalah supaya mereka bisa menggunakannya untuk dirinya sendiri. Untuk melakukan apa yang mereka mau, untuk mengejar mimpi mereka. Tapi kenapa ujung-ujungnya mereka malah balik melemparkan kehidupannya demi dirinya lagi?"Tenang saja Tuan Putri, kesetiaan kami masih hanya untukmu!""Herman, kau tidak sengaja mengompori semua orang kan?""Aku tidak paham apa yang Tuan Putri maksud"Amelie menatap Herman dengan tajam. Tapi pria itu hanya tersenyum."Hahh . . . sudahlah, pastikan saja kalau ada yang ingin pergi kau tidak menghalanginya""Tentu saja"Sekali lagi, Amelie melihat budaknya satu-persatu. Setelah itu di bilang."Kalian bisa mengurus lanjutannya dengan Miina, sekarang bubar"Degan begitupun, semua budaknya bubar. Lalu Miina yang sedari tadi menjaga jarak langsung mendekati Amelie."Kerja bagus Tuan Putri"Mereka berdua berjalan bersama seakan tidak ada perbedaan strata sosial di antara keduanya. Bahkan sebab sekarang Miina berpenampilan layaknya anak dari bangsawan kaya, orang yang tidak tahu tidak akan mengira kalau mereka adalah sepasang tuan dan budaknya.Setidaknya sampai beberapa menit yang lalu. Sebab saat ini, Miina sudah bukan lagi budak siapapun. Saat ini, dia secara resmi sudah jadi rekan kerja Amelie dan juga teman dekatnya."Aku tidak yakin. ."Dia ingin agar budak-budaknya bebas, tapi pada akhirnya mereka tetap akan mengikutinya. Jadi apa hal itu bisa disebut kerja bagus?"Tuan putri sudah memberikan kebebasan, dan mereka sudah memilih jalannya! kurasa tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi"Malah kalau semua orang yang dibebaskan Amelie benar-benar memilih pergi. Maka mereka sendirilah yang akan repot. Sebagai orang-orang yang sudah bersama Amelie dan Erwin dari awal. Mereka melihat langsung bagaimana teritori mereka tumbuh dari desa kecil yang tidak memiliki apa-apa menjadi kota yang sudah jadi pusat industri area di sekitarnya.Dengan kata lain, mereka tahu hampir semua hal tentang tertitori dan segala rahasia-rahasianya. Rahasia yang bisa dibawa pergi lalu dijual ke musuh atau saingan mereka. Menurut Miina, hasil keputusan semua orang adalah hal yang bagus. Untuk mereka dan teritori secara keseluruhan.Dia harus berterima kasih ada pamannya nanti."Daripada itu, akan lebih baik kalau Tuan Putri beristirahat! kau harus melakukan kunjungan ke pabrik nanti siang dan bersiap untuk melakukan perjalanan nanti malam""Baiklah, terima kasih""Tuan putri juga sudah tidak perlu pura-pura baik-baik saja, di sini hanya ada kau dan aku"Amelie melihat ke kanan dan kirinya, kemudian. Setelah memastikan tidak ada orang lain. Dia memegang perut bagian bawahnya lalu. . ."Ugh. . . ."Mengerang dengan suara kasihan."Mari kuantar ke kemar""Terima kasih"Dengan pelan, Miina mengantar Amelie ke kamarnya. Dan begitu Tuan Putrinya sudah di dalam, gadis kecil itu langsung menyiapkan obat untuk nona mudanya minum. Semua hal itu dia lakukan dengan cekatan dan efisien.Hal itu sudah jadi tugasnya selama hampir tiga tahun. Malah aneh kalau dia tidak bisa menyiapkan semua itu dengan cepat."Ahhh. . . . Aku benar-benar bersyukur memilikimu sebagai asisten Miina""Tuwan putri berlebihan""Sama sekali tidak, kalau kau tidak aku sudah tidak tahu jadi apa"Populasi umum Tagave sudah bertambah banyak, Tapi dalam urusan pemerintahan, banyak hal masih bergantung pada Amelie, Erwin, dan Ibunya. Dengan kata lain, dalam masalah personil eksekutif. Mereka masih kekurangan personil.Sebagian besar penduduk Tagave tidak punya pendidikan yang cukup. Dan meski mereka punya banyak orang pintarpun. Ada banyak hal yang tidak bisa diserahkan pada orang luar karena sifatnya yang rahasia. Oleh sebab itulah kehadiran Miina yang bisa punya banyak skill sangat berharga bukan cuma untuk Amelie. Tapi untuk teritorinya."Hanya kau yang bisa kuandalkan"Meskipun, hal yang saat ini Amelie maksud tidak ada hubungannya dengan tugas Miina sebagai asistennya.Dia hanya bersyukur karena Miina adalah anak perempuan yang seumuran dengannya.Kenapa?Karena hanya Miina yang bisa dia ajak bicara tentang rasa sakit haidnya. Ya, Amelie tidak sedang terkena penyakit mematikan ataupun terluka karena luka fisik dari seseorang. Dia sedang merasakan apa yang biasa kau sebut sakit haid.Sejak sarapan tadi pagi, Miina melihat nona mudanya sering memegangi perut bagian bawahnya sambil memasang wajah tidak nyaman. Hal itu membuatnya sadar kalau "saat itu" sudah datang pada Amelie."Nona Amelie . . . apa aku boleh tanya sesuatu?"Dengan ragu, Miina bertanya menggunakan suara kecil."Apa . . . apa aku juga akan sakit seperti nona Amelie nanti?"Belum lama sejak Miina menginjak usia ke dua belas tahun. Pada umurnya, haid bisa datang secara literal kapan saja. Dan setelah melihat Amelie yang setiap bulannya merasa kesakitan akibat hal itu. Miina tiba-tiba jadi merasa takut."Jangan khawatir, normalnya rasa sakit yang kau rasakan tidak separah ini"Amelie yakin kalau rasa sakit yang dialaminya adalah pengecualian, bukan hal yang normal. Ibunya sendiri tidak punya masalah sepertinya. Hanya sebagian kecil wanita yang punya rasa sakit berlebihan setiap bulannya.Hanya saja, dalam kasus Amelie. Dia punya hipotesis lain.Dari dulu Amelie sudah merasa kalau dia punya kelainan. Warna mata dan rambutnya sudah jelas menunjukkan akan hal itu.Mungkin di masa lalu, di keluarga mereka ada yang punya keturunan dengan anggota keluarga yang terlalu dekat. Menjadikan anak mereka punya kelainan genetik. Kelainan genetik yang kini muncul pada Amelie.Kalau dipikir-pikir, ayahnya harusnya masih ada di usia yang produktif. Tapi sekarang dia malah sudah sakit-sakitan layaknya kakek tua. Melihat hal itu, Amelie jadi berpikir. Kalau dia tidak punya kekuatan spesial, mungkin saja dia sendiri akan tumbuh jadi gadis lemah yang sakit-sakitan."Apa kau yakin?""Aku yakin. . . lihat saja wanita yang lain! kau tidak pernah melihat ada wanita lain kesakitan setiap bulannya kan?"Kapan-kapan dia ingin tanya apa saudara-saudaranya yang lain juga ada yang punya kondisi kesehatan spesial atau tidak."Tapi bisa saja mereka pura-pura tidak sakit seperti Tuan Putri""Tidak, tidak! kalau kau masih tidak yakin tanya saja pada Ibumu!""Kalau aku bisa tanya Ibu aku tidak akan tanya Tuan Putri""Ahahaha. . . tanya teman-temanmu""Aku tidak punya teman. . . kecuali Tuan Putri"Sekarang ada banyak gadis-gadis seumurannya yang tinggal di Tagave. Tapi sama seperti Amelie di sekolah dulu, kebanyakan dari mereka memutuskan untuk menjaga jarak dengan Miina. Tentu saja bukan karena merendahkan gadis itu seperti kasus Amelie di sekolah bangsawan. Tapi sebaliknya.Banyak yang melihat Miina sebagai orang yang punya posisi lebih tinggi. Dan kalau kau melihat posisinya yang sudah seperti tangan kiri Amelie, penilaian yang tidak bisa dibilang jauh dari kenyataan. Oleh sebab itulah, anak-anak seumurannya lebih sering memperlakukannya layaknya bangsawan yang jadi atasan mereka."Ack . . . ."Amelie yang sama-sama tidak punya teman seumuran merasa baru saja terkena serangan tidak langsung."Sudahlah! aku yakin kalau kau baik-baik saja! kalaupun tidak, aku akan gantian mengurusmu"'"Aku tidak bisa meminta Tuan Putri melakukan hal seperti itu""Kalau begitu aku akan menyuruh Erwin menggantikanku""Aku akan mati malu duluan""Ahahahaha. . . .""Tuan putri, hal itu tidak lucu"
"Maaf, maaf. . . mari kita pikirkan yang nanti untuk nanti!""Um. . .""Ahhh. . . Penampilanku jadi berantakan""Aku yakin Yang Mulia akan dengan senang hati membantu lagi nanti""Kau benar"Miina mengangguk lalu pamit pergi agar Amelie bisa beristirahat. Setelah itu dia langsung berjalan keluar sambil memeriksa catatannya. Dan didalamnya terdapat rencana perjalanan Amelie hari ini. Perjalanan untuk merealisasikan tujuan mereka mengakhiri perang.
"Permisi Tuan Putri"3Mengakhiri perang adalah sesuatu yang semua orang ingin lakukan. Tapi semua orang punya angan-angan yang berbeda tentang bagaimana cara merealisasikannya.Seragus berpikir kalau kedamaian permanen hanya bisa dicapai dengan kekuasaan total. Dengan kata lain, mengalahkan semua orang sampai tidak ada yang bisa melawanmu. Sedangkan perdamaian yang pasukan koalisi bayangkan adalah situasi di mana semua negara yang terlibat dalam konflik menyerah dan menerima peta baru yang mereka buat.Sedangkan perdamaian yang Amelie dan Serafina bayangkan adalah ketika kekuasaan di sebuah tempat stabil sampai mereka tidak bisa atau tidak merasa perlu untuk membuat konflik.Selama tiga tahun ini, hal itulah yang coba Fina dan Amelie lakukan.Mereka mencoba merealisasikan perdamaian dengan menstabilkan situasi internal Amteric.Setelah turun ke dalam kalangan rakyat biasa. Fina sadar kalau sebagian besar orang hanya ingin bertahan hidup. Tidak ada yang berperang karena setia dan cinta pada Amteric atau penguasanya.Dan pandangan itu bukan hanya milik rakyat jelata saja. Tapi juga para bangsawanannya. Meski ada yang benar-benar percaya dengan visi dari raja sebelumnya. Sebagian besar tidak segila itu sampai benar-benar percaya dengan doktrin superioritas yang mereka gunakan untuk menjajah tetangganya.Kebanyakan dari mereka hanya berpartisipasi karena mereka melihat kesempatan untuk menambah harta dan kekuasaan masing-masing. Dengan kata lain, ujung-ujungnya mereka berperang karena uang.Sayangnya, atau beruntungnya? Tidak semua orang yang berinvestasi dalam perang bisa mendapatkan profit dari usahanya. Ada yang pengeluarannya sangat banyak sampai profit yang mereka dapatkan tidak bisa membayar investasi mereka. Ada yang daerah jajahannya tidak menghasilkan apa-apa dan malah hanya menambah pekerjaan. Ada juga yang pasukannya dikalahkan dan harus kembali dengan kerugian dan tangan kosong.Orang-orang tidak beruntung inilah yang jadi sasaran Fina. Jika dia bisa membujuk mereka untuk menghentikan konflik. Maka api perang yang sekarang masih membara bisa dia perlambat dan pelan-pelan dibunuh. Membuat perdamaian permanen bisa dicapai dengan lebih mudah.Di sinilah kerja sama antara Fina dan Amelie dibutuhkan.Fina dengan kharisma, koneksi dan kekuatan politiknya akan mencoba memancing para bangsawan yang sudah tidak ingin berperang ini kubunya. Setelah itu dia akan menjanjikan pengembangan teritori dan potensi profit bagi yang bisa mendapatkan kepercayaannya.Caranya?Semua janji monetari dan pengembangan ekonomi darinya akan jatuh ke tangan Amelie untuk direalisasikan.Asal kau berseda mendantangani perjanjian dengan Fina. Mereka akan mendapatkan bantuan pengembangan ekonomi dari Amelie. Dan bantuan itu bukan hanya berupa uang. Tapi segalanya.Pengembangan produk dan industri, pembangunan infrastruktur, dan juga pelatihan. Sebagian besar bebannya akan ditanggung Amelie dan timnya. Dia bersedia menanggung resiko finansial asalkan Fina bisa memperkuat posisinya.Demi tujuan mereka untuk menghentikan perang secepat yang mereka bisa.Plot mereka sudah berjalan selama hampir tiga tahun. Dan selama waktu itu Amelie sudah berhasil membangkitkan ekonomi dari belasan teritori. Membuat posisinya sebagai pebisnis dan posisi Fina sebagai calon ratu Amteric semakin kuat setiap harinya.Selain itu, stabilitas regional dari setiap teritori yang dia berhasilkan kembangkan ekonominya juga menjadi solid. Dalam tiga tahun ini, tidak pernah ada lagi kabar tentang perang atau konflik yang melibatkan kekerasan pada bagian barat daya Amteric di mana sebagian anggota kubu Fina berada.Tentu dalam tiga tahun itu tidak semuanya berjalan lancar. Tidak satu atau dua kali seseorang memutuskan untuk mencoba menusuknya dari belakang dan melanggar perjanjian mereka. Tapi kewaspadaan atas hal itulah alasan kenapa mereka selalu membuat perjanjian hitam di atas putih.Asalkan kau punya justifikasi yang kuat. Fina bisa meminta pasukan kerajaan untuk bertindak.Selain masalah politik. Masalah ekonomi juga tidak jarang menimpa usaha mereka. Hal yang tidak mengherankan mengingat Amelie mengambil terlalu banyak resiko. Jika perusahaannya tidak berkali-kali di bailout oleh asosiasi dan aliansi. Entah sudah berapa kali dia sudah bangkrut.Atas hal itu. Dia benar-benar berterima kasih pada Genno, Barret, Arbe dan juga ayahnya. Tanpa mereka usahanya dan Fina tidak akan berjalan kemana-mana.Hanya saja.Seberapa keraspun usaha mereka, seberapa banyakpun pertolongan yang mereka dapat, dan sebanyak apapun support yang mereka berikan. Tidak mungkin mereka bisa menyatukan semua bangsawan di Amteric di bawah bendera Fina.Tapi kalau setidaknya dua puluh persen saja dari total bangsawan di negara itu bisa ditarik ke kubu mereka. Maka mereka pada dasarnya sudah menang. Di saat itu, mereka bisa benar-benar menghentikan konflik yang sudah berjalan selama satu dekade itu"Demi semua itu aku juga harus berusaha keras"Secara umum, Miina tidak terlibat dalam proyek besar itu. Tapi secara praktis, keberadaannya punya andil besar terhadap keberhasilan usaha-usaha Amelie dan Fina. Sebab keberadaannyalah yang membuat Amelie bisa fokus dan tenang meninggalkan teritorinya.Amelie harus selalu berhasil dalam usahanya menaikkan kekuatan ekonomi sebuah teritori. Sebab keberhasilannya adalah satu-satunya metrik yang akan membuat semua orang paham kalau mengikuti Fina adalah pilihan yang paling benar, yang paling tepat."Nona Amlie benar-benar hebat"Miina menutup catatannya."Padahal umur kami tidak berbeda jauh."Tapi Amelie sudah mengambil tanggung jawab yang secara literal punya pengaruh terhadap perdamaian dunia. Miina tidak bisa membayangkan seberapa berat beban yang Amelie pikul sebab selama ini tanggung jawab yang dititipkan kepadanya hanya sebagian kecilnya saja.Jika Miina ada pada posisi Amelie. Dia yakin kalau dia akan memilih untuk kabur saja."Tapi aku tidak akan kabur sekarang"Sebab dia tidak ada dalam posis Amelie. Dan dia punya terlalu banyak hutang budi terhadap gadis itu. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Malah sebaliknya, dia akan mencoba melakukan apapun untuk mengurangi beban Amelie.Dalam hal ini, dia tidak berbeda jauh dari paman, ayah dan budak-budak Amelie yang lain."Saatnya mencari Erwin"Jika Miina adalah tangan kiri yang membantu Amelie di dalam teritorinya. Erwin adalah tangan kanan yang Amelie andalkan untuk memproyeksikan kekuatannya keluar.Erwin adalah pusat dari setiap rencana yang Amelie buat. Karena itulah dia perlu mengkonfirmasi beberapa hal sebelum mereka berangkat."Tch. . . ."Setelah berjalan-jalan selama beberapa menit. Akhirnya Miina menemukan Erwin. Tapi begitu melihat apa yang sedang terjadi, Miina malah merasa kesal. Sangat kesal sampai dia menceplakkan mulutnya.Kenapa?"Erwin, aku perlu bicara denganmu"Karena saat ini. Erwin sedang dikerumuni oleh pelayan-pelayan muda yang kelihatan jelas sedang meminta perhatiannya. Dan ketika Miina bilang muda, yang dia maksud bukan wanita muda. Tapi gadis muda.Sebab gadis-gadis, atau mungkin. Lebih pantas kalau disebut anak-anak perempuan yang sedang mengerumuni Erwin punya umur antara sepuluh sampai empat belas tahun.Pemandangan yang jarang kau temui di tempat bangsawan lain."Maaf semuanya, aku ada urusan lain"Ucapan Erwin disambung dengan bukan jawaban profesional melainkan suara-suara manja seperti "eee. . " dan permohonan agar Erwin tidak pergi. Kelakukan yang sangat jauh dari profesionalisme dan harusnya tidak ditunjukkan pada tuan mereka."Berhenti mengganggunya! Kembali ke pekerjaan kalian"Melihat anak-anak perempuan itu tidak mau pergi. Miina memutuskan untuk menaikan suaranya. Dan sekedar untuk membuat perintahnya kedengaran lebih tegas, dia juga. . . ."Atau kalian sudah bosan bekerja di sini?"Menambahkan sedikit ancaman di dalamnya. Dan benar saja. Kata-katanya kali ini berhasil membuat semua pelayan itu langsung meminta maaf, menunduk, dan meminta izin untuk kembali ke pekerjaannya."Terima kasih Miina""Sama-sama, tapi kau harus lebih tegas! Kalau tidak mereka akan terus melunjak"Ada beberapa alasan kenapa mereka menerima anak yang semuda itu untuk bekerja sebagai pelayan di sana.Mereka kekurangan orang. Meski ada banyak wanita di Tagave, kebanyakan dari mereka tidak punya pendidikan yang cukup untuk bekerja di sebagai pelayan dan dengan beberapa pengecualian lebih memilih bekerja di pabrik yang tugasnya lebih mudah dan sederhana.Kedua anak-anak yang masih muda lebih muda dididik sehingga masalah pendidikan bisa dipikirkan belakangan. Selain itu mereka juga lebih murah daripada pelayan yang sudah punya pengalaman. Perusahaan Amelie punya banyak uang, tapi jika mereka bisa berhemat. Mereka akan berhemat.Lalu yang terakhir. . ."Ahahah. . . jangan berlebihan"Erwin."Jangan meremehkan anak perempuan! Mereka itu licik"Adalah Erwin itu sendiri.Pemuda itu adalah seseorang yang punya hobi memanjakan anak kecil. Sesuatu yang normalnya jadi hobi orang-orang yang lebih tua. Tapi sebab Erwin adalah . . Erwin. Hobi itu jadi sedikit bermasalah.Ketika yang jadi targetnya adalah Amelie, semua orang menganggapnya biasa saja. Setiap penduduk yang tinggal di Tagave sudah paham kalau Erwin menganggap kalau Amelie adalah adik perempuannya.Dan jika yang jadi target perhatiannya adalah anak laki-laki. Paling jauh mereka akan ingin jadi muridnya.Tapi ketika yang jadi bahan perhatian nya adalah anak perempuan lain. Situasinya jadi sedikit lebih rumit. Tidak jarang hal ini membuat siapapun yang jadi target perhatiannya salah paham. Banyak dari mereka yang berpikir kalau Erwin menyukai mereka, dan kalau tidak merekalah yang berakhir menyukai pemuda yang lebih dewasa itu. Sesuatu yang Miina sendiri merasa familiar.Hal itu mendorong banyak dari mereka untuk menjadi pelayan dengan tujuan untuk mendekati Erwin. Yang kemudian membuat orang yang tidak paham dengan situasinya mengira kalau untuk mendekati Erwin yang pamor, kekuasaan, serta hartanya sedang naik daun, kau bisa mengirim putrimu untuk merebut hatinya dan menjalin koneksi dengan si pemuda."Tolong hati-hati saat berbicara dengan mereka! Jangan sekalipun memberi janji apapun pada mereka! Serius maupun bercanda! Remeh atau tidak!"Karena hal itulah Miina selalu mengingatkan Erwin untuk tidak menjanjikan apapun pada para pelayan-pelayan muda itu. Sudah jadi rahasia umum kalau secara mental, anak perempuan lebih cepat dewasa. Jika Erwin memberikan janji pada mereka, bukan tidak mungkin kalau gadis-gadis muda itu akan menganggap janji itu sesuatu yang serius meski Erwin sendiri hanya bercanda.Dan yang lebih berbahayanya lagi. Jika orang tua mereka licik, bisa-bisa janji itu akan jadi senjata bagi orang lain untuk melakukan hal yang lebih serius."Aku paham, aku paham! Jangan marah begitu""Aku tidak marah!""Tentu saja kau tidak marah. . "Dilihat dari manapun, jelas kalau Miina sedang marah. Tapi kemarahannya adalah karena dia peduli dengan Erwin. Ketika kau melihat hal semacam itu, bukannya marah. Erwin malah merasa senang.Rasa senang yang dirasakannya sudah persisi seperti seorang kakek yang diberi perhatian oleh cucunya.Oleh sebab itulah. Dengan mulusnya, Erwin mulai membelai kepala Miina."Terima kasih.. ""Um. . .""Jangan cemberut, nanti wajahmu jadi tidak imut lagi"Erwin ingin mencubit pipi Miina seperti dia biasa mencubit pipi Amelie. Tapi ketika dia melihat gadis di depannya lebih dekat, dia menyadari kalau penampilan Miina lain dari biasanya.Normalnya, Miina selalu mengenakan seragam pelayan sama dengan rekan-rekannya yang lain. Tapi kali ini, dia mengenakan baju semi formal yang dia rasa familiar."Apa kau punya acara spesial hari ini, tumben kau berdandan?"Sama seperti Amelie dan Haruki, Miina juga termasuk teman masa kecilnya. Keduanya bukanlah orang asing terhadap satu sama lain. Dan Erwin tahu kalau Miina itu termasuk gadis pemalu, jadi dia tidak biasa sengaja menarik perhatian pada dirinya sendiri. Malah sebaliknya, dia lebih sering membaur ke latar belakang agar bisa fokus pada pekerjaannya."Jangan bilang kau punya rencana. . . kencan?"Berdasarkan pengalamannya entah itu dari hidupnya sekarang atau yang sebelumnya lagi. Ketika seorang gadis tiba-tiba peduli dengan penampilannya, hal itu adalah tanda kalau mereka menemukan laki-laki yang mereka sukai. Hal itu terjadi pada putrinya di kehidupannya yang sebelumnya, dan hal itu juga terjadi pada Amelie saat dia sadar dia menyukai Haruki.Penampilan Miina saat ini sudah seperti gadis yang ingin kelihatan cantik di depan laki-laki yang dia suka sebelum pergi jalan-jalan seharian."Ka-kau salah, Yang Mulia menjadikanku bonekanya tadi pagi""Ahhh. . . jadi begitu"Meski kesalah pahamannya sudah terselesaikan, Erwin tetap menghentikan niatnya untuk menyentuh gadis di depannya. Dia menyadari seberapa banyak gadis di depannya sudah bertumbuh. Erwin tidak lagi bisa memperlakukannya layaknya anak kecil.Erwin menurunkan tangannya dari kepala gadis itu. Sebagai mantan pria tua yang bahkan sudah punya anak gadis sendiri. Dia paham kalau pada umurnya, anak perempuan seumuran Miina sudah mulai merasa risih dipegang-pegang oleh lawan jenis. Meski secara mental Erwin mungkin sudah tua, tapi secara fisik dia adalah seorang pemuda.Kalau yang di hadapannya adalah adalah Amelie, dia tidak akan ragu untuk terus membelai kepalanya. Tapi untuk anak lain, dia perlu berpikir banyak sebelum melakukannya. Contohnya tadi, meski dia kerumuni oleh banyak gadis muda. Tidak sekalipun dia mencoba menyentuh mereka sembarangan.Sampai beberapa saat yang lalu, Miina adalah pengecualian sebab dia adalah bagian dari teman masa kecil Erwin."Kau benar-benar manis Miina"Miina agak kecewa Erwin berhenti mengelus kepalanya, tapi di saat yang sama. Dia juga merasa senang sebab hal itu adalah tanda kalau Erwin mengakui jika dia sudah bukan anak kecil lagi."Terima kasih. . ."Dan dengan begitu, Miinapun lupa kalau dia sedang marah."Istri pertama memang lain daripada yang lain"Atau begitulah yang akan terjadi kalau seseorang tidak datang dan kembali menyulut api kemarahan si gadis muda."Erwin, tolong setujui permohonanku untuk memecat orang ini!""Ahahaha. . . Aku membutuhkannya, jadi tidak!""Hahhh. . ."Miina menghela nafas dan melihat ke arah pemuda yang sedang berjalan menghampiri mereka. Namanya adalah Chester, asisten teknis Erwin yang datang dari Albion setelah mendengar apa yang Erwin buat untuk menyelamatkan Amelie.Dalam masalah kepribadian, pemuda berumur delapan belas tahun itu sama sekali tidak cocok dengan Miina yang serius. Tapi dalam masalah teknik, hanya dia yang bisa menyaingi Erwin. Ketika Erwin bilang dia membutuhkan pemuda itu, dia serius. Apalagi ketika sekarang dia tidak lagi bisa fokus pada pekerjaan lapangannya."Apa semuanya sudah siap?""Semua operator kereta dan personilnya sudah siap berangkat""Bagaimana dengan keamanan?""Prajurit Gerulf sudah berada di gerbang, tapi sayangnya kita masih perlu berhenti di tengah perjalanan nanti untuk resupply"Sebab mereka membawa banyak orang, mereka tidak bisa membawa cukup supply untuk semua orang. Belum lagi motor listrik yang mereka andalkan untuk menarik kereta mereka juga tidak begitu efisien mereka hanya membawa empat gerbong. Lalu yang terakhir, sebab generator dari kereta yang mereka buat belum optimal, banyak tempat yang tersedia harus dipakai untuk menyimpan bahan bakar."Di mana kita harus berhenti?""Irmond""Sedikit lagi sampai ke Granfeed huh"Erwin berpikir selama beberapa saat sambil menutup matanya. Dan begitu dia membuka matanya, dia langsung memutuskan untuk. . ."Aku tidak ingin berhenti di Irmond, kalau perlu kita bisa mengurangi personil dalam perjalanan ini""Apa kau yakin?"Tanya Chester.Berkat bantuan politik dan finansial Seragus yang ingin memudahkan logistik pasukannya, mereka punya izin untuk membangun rel di Irmond bahkan sampai Granfeed. Tapi secara politik. Tempat itu masih belum kondusif. Pertempuran antara pasukan Amteric dan pemberontak masih sering terjadi. Kalau bisa dia tidak ingin mengambil resiko berhenti di sana, sebab bisa saja mereka terseret dalam pertempuran."Kalau masalah resiko Granfeed juga sama-sama besar resikonya"Bilang Chester.Granfeed adalah provinsi Amteric yang langsung bersentuhan dengan dua perbatasan bermasalah. Satu dengan negara lain, dan dua. Dengan provinsi Ilargia. Secara umum keduanya bukanlah musuh sebab Granfeed sendiri hanya mengambil sedikit teritori tetangganya, dan Ilargia adalah bagian dari Amteric.Tapi sudah jadi rahasia umum kalau negara tetangga mereka aktif dalam membantu pemberontak melawan Amteric. Sedangkan Ilargia sendiri terkenal tidak punya hubungan baik dengan bangsawan dan juga keluarga kerajaan. Fakta kalau Ilargia tidak ikut menyerang saat pasukan koalisi mengepung Amteric bisa dibilang adalah keajaiban.Dan masalah terbesar dari sebuah keajaiban adalah, kau tidak tahu apakah dia akan datang lagi atau tidak."Selain itu, bukankah Granfeed adalah provinsi lawan kalian dalam merebut tahta? Apa kau yakin kalau ini bukan jebakan?"Ya, Granfeed adalah provinsi dari salah satu istri Arthfael. Lebih spesifiknya, istrinya yang ketiga, Maria Granfeed. Selain pernikahannya dengan Anneliese, pada dasarnya semua hubungannya dengan istrinya yang lain punya agenda politik di dalamnya.Perasaan mereka yang sebenarnya tentu saja tidak ada yang tahu. Tapi semua orang tahu kalau fungsi utama pernikahan pertamanya adalah untuk menguatkan posisinya militernya. Lalu pernikahan keduanya adalah untuk mengamankan dukungan dari para bangsawan sentral, sedangkan pernikahan ketiganya punya tujuan menunjukkan bahwa Arthfael peduli pada bangsawan yang hidup di perbatasan.Dalam pertemuan terakhir mereka di istana, Kedua anak Maria yaitu Aveline dan Evaline masih tidak ada yang menyatakan mengundurkan diri dari perebutan tahta. Jadi, bukan tidak mungkin kalau mereka mengundang Amelie ke sana punya maksud terselubung.Tapi."Apapun rencana mereka, mau tidak mau kita harus tetap pergi ke sana"Sebab kepala keluarga Granfeed sudah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Fina, mau tidak mau Amelie harus melakukan tugasnya. Kalau memang mereka punya niat buruk, mereka sudah bersiap. Semua prajurit yang mereka bawa adalah persiapan untuk hal itu.Tapi kalau mereka benar-benar ingin berpindah haluan, maka hal itu akan jadi bantuan yang sangat besar bagi rencana mereka. Usaha mereka kali ini dibilang adalah misi dengan resiko tinggi tapi dengan hadiah besar.". . . . . ."Di saat Erwin sedang berbicara dengan penuh keyakinan. Tiba-tiba dia merasakan ada yang menarik lengan bajunya. Kau tidak perlu menebak siapa yang melakukan hal itu, sebab di sana hanya ada Miina yang sedang memasang wajah cemas."Jangan khawatir Miina, aku akan baik-baik sa. . ."Secara reflex, Erwin kembali ingin membelai rambut gadis muda di depannya. Tapi di saat-saat terakhir, dia berhasil menghentikan dirinya. Hanya saja, tetap berakhir bergerak menuju si gadis.Sebab. . ."Miina.. . "Gadis itu menangkap telapak tangan Erwin lalu meletakkannya bukan diatas kepalanya. Melainkan di pipinya.". . . ."Merasa kalau dia sudah mendapatkan izin untuk menyentuhnya. Erwin mulai membelai pipi Miina dengan lembut layaknya ayah yang mencoba menghibur anaknya yang ketakutan. Dia tidak ingin memperlakukan Miina seperti anak kecil, tapi kalau gadis kecil di depannya menunjukan wajah seperti itu. Dia harus bertingkah bagaimana lagi?"Kau tahu kalau aku itu kuat kan?""Um. . ."Miina mengangguk kecil.Tangan Erwin hampir dua kali lebih besar dari tangannya, beberapa level lebih kasar dari tangannya, dan entah berapa kali lipat lebih kuat dari miliknya. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali tangan itu sudah membantu, melindungi, dan menghiburnya. Jadi, Miina tahu kalau tangan itu sangat bisa diandalkan.Tapi tetap saja, kalau kau khawatir. Kau tetap saja khawatir."Pastikan kau pulang dengan selamat"Tentu saja.Selama Erwin dan Miina sibuk di dalam dunianya sendiri, Chester yang sangat merasa jadi roda ketika bingung harus memberikan reaksi seperti apa. Seberapapun tidak seriusnya pemuda itu, dia tahu cara membaca suasana dan menentukan kapan dia harus tutup mulut.Melihat Miina yang bertingkah layaknya istri yang mengantar suaminya untuk perang itu, sebenarnya dia sangat ingin berteriak "meledak saja kalian". Tapi dia berhasil menahan diri dan memutuskan untuk menyingkir dan memberi keduanya waktu sampai keduanya sadar kalau apa yang sedang mereka lakukan itu membuat semua orang merasa malu.Tidak butuh waktu lama untuk atmosfir di antara mereka untuk melelah. Dan begitu sadar dengan apa yang baru saja dia perbuat, Miina langsung kabur dengan wajah merah sambil memegangi dadanya. Sebab jantungnya berdetak sangat kencang seakan organnya itu ingin melompat dari dalam dadanya.Sorenya, Annelise kembali mendandani Amelie sampai ke bulan. Lalu begitu malam tiba, akhirnya merekapun pergi menuju Granfeed.