Chereads / Bleak Knight / Chapter 28 - A Will & A Plan

Chapter 28 - A Will & A Plan

1

Hattori sudah berada di Ilargia selama beberapa bulan. Dan selama beberapa bulan itu, dia selalu dikejutkan dengan betapa makmurnya provinsi itu. Bahkan dibandingkan dengan Ibu kota Amteric dan provinsinya yang lain, taraf kehidupan orang-orang di Ilarga masih berada satu atau dua tingkat di atas mereka semua.

Sebagai mantan kaum yang dijajah oleh Amteric yang bahkan sampai sekarang masih dianggap sebagai "orang rendahan" oleh para bangsawannya. Warga Ilargia sama sekali tidak terlihat terbelakang, miskin, ataupun penuh kesulitan dalam menjalani hidupnya. Malah sebaliknya, orang-orangnya kelihatan lebih bahagia daripada rakyat Amteric pada umumnya.

Meskipun semua yang dia lihat ini perlu ditaruh dalam tanda petik sebab apa yang ada di depannya bukanlah Ilargia yang semua orang kenal. Sebab sampai saat ini, tidak ada orang luar yang tahu kalau Ilargia sebenarnya terbagi menjadi dua.

Ilargia luar adalah area di mana mereka melakukan bisnis dan interaksi umum dengan semua orang luar termasuk yang datang dari Amteric. Area ini terdiri lahan pertanian dan kota-kota kecil yang kesemuanya terlihat layaknya milik sebuah negara miskin pada umumnya. Jalan buruk, infrastruktur buruk, gedung pemerintahan bobrok, dan pemukiman kumuh.

Kemudian, Ilargia dalam adalah tempat pusat pemerintahan, pendidikan, riset, militer dan industri yang sesungguhnya berada. Area ini hanya bisa diakses oleh orang Ilargia, dan itupun hanya oleh penduduk yang identitasnya sudah diverifikasi oleh pemerintah.

Pembicaraan tentang tempat itu di depan umum dilarang oleh pemerintah bahkan dengan sesama penduduk Ilargia. Dan jika kau membocorkan keberadaannya kepada orang luar, kau dan juga lawan bicaramu akan dieksekusi saat itu juga. Dan misalkan kau kaburupun, seseorang akan datang untuk mencarimu dan membunuhmu.

Oleh sebab itulah, rahasia kekuatan mereka bisa dijaga dengan ketat bahkan sampai sekarang.

"Tapi tetap saja! Setiap tahun mereka harus menyerahkan upeti dalam jumlah besar ke Amteric"

Tapi mereka masih sekaya ini.

Ilargia diperlakukan layaknya negara koloni Amteric yang lain. Jadi, setiap penduduknya diwajibkan untuk menyerahkan sebagian besar hartanya sebagai pajak. Tapi meski begitu semua orang yang dia temui tidak ada yang terlihat seperti gelandangan.

Hattori sendiri sudah mendengar penjelasan kenapa semua ini bisa terjadi. Tapi melihatnya secara langsung punya sensasi yang lain. Berdasarkan informasi yang mereka berhasil kumpulkan. Mereka menyimpulkan kalau kemakmuran mengejutkan Ilargia adalah kombinasi dari beberapa hal.

Satu, riset pertanian mereka bahkan lebih maju daripada Yamato.

Dalam masalah ketahanan pangan, Yamato adalah sebuah superpower. Tapi negaranya lebih fokus dalam menaikan efisiensi produksi hasil pertaniannya sebab tanah mereka sudah subur. Sedangkan Ilargia, mereka fokus untuk memanipulasi agar tanaman-tanaman yang tidak cocok dengan tanah mereka agar bisa bisa tumbuh dengan baik.

Dua, populasi.

Di Ilargia, punya banyak istri dan punya lebih banyak anak adalah hal yang normal. Pemerintahnya bahkan memberikan dukungan dan merekomendasikan seseorang agar mereka punya keluarga besar. Semakin banyak anak yang kau punya, semakin banyak subsidi yang akan kau terima dari pemerintahnya.

Hal itu membuat populasi provinsi Ilargia hampir menyaingi teritori utama Amteric.

Lalu yang terakhir. Tingkat pendidikan.

Selama beberapa bulan di sana, Hattori melihat sendiri kalau semua anak kecil yang ditemuinya bisa membaca dan berhitung. Bisa dibilang, orang yang tidak bisa baca hitung adalah minoritas di tempat itu. Baru pertama kalinya dia menemukan pemandangan seperti itu di luar Yamato.

"Tidak heran ada banyak dari mereka yang jadi orang sukses"

Di dunia ini, tingkat literasi masyarakat umum sangatlah rendah. Bahkan di negara yang paling maju sekalipun seperti Albion, hanya sekitar tiga puluh persen penduduknya yang bisa membaca. Dan mungkin hanya setengahnya yang juga bisa menulis dan berhitung. Untuk negara lain kecuali Yamato, rata-rata orang yang bisa membaca, menulis dan berhitung bahkan tidak sampai lima persen.

Hanya bisa membaca dan menulis saja sudah membuatmu spesial. Dan Ilargia punya banyak stock orang-orang spesial itu. Tidak heran ketika mereka merantau jauh, mereka bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan bagus. Yang pada akhirnya membuat mereka bisa mengirim banyak uang ke negaranya sendiri.

"Ilargia bukan sekedar provinsi Amteric, mereka adalah negara tersembunyi"

Sudah lama Haruki dan Takara curiga kalau para pemberontak puya supporter kuat. Sebab tanpa dukungan yang solid, banyak organisasi pemberontak sudah hancur sendiri sejak lama karena kekurangan dana untuk beroperasi. Perang tidak bisa dilakukan hanya dengan modal semangat dan dendam. Sebesar apapun motivasi yang kau punya, kau tidak akan bisa bertahan hidup kalau tidak makan.

Tapi nyatanya yang terjadi adalah organisasi-organisasi itu bukan hanya bisa merekrut banyak anggota, tapi mereka juga punya stok pangan, perlengkapan, dan senjata yang cukup untuk menghentikan gempuran-gempuran dari pasukan resmi negara-negara koalisi.

Awalnya mereka sempat curiga kalau Albion dan Hispain menyabotase usaha mereka menstabilkan keadaan Amteric untuk mempertahankan bisnis mereka. Tapi quantity dari support yang diterima pemberontak terlalu besar untuk ukuran operasi sembunyi-sembunyi di belakang koalisi. Selain itu, kalau yang mereka inginkan adalah profit.

Berdagang dengan para pemberontak harusnya tidaklah begitu menguntungkan. Patriotisme tidak ada harganya untuk mereka.

Karena itulah, kecurigaan mereka akhirnya pada beralih kepada naga tidur yang berada di utara. Sebuah provinsi besar yang terus diam selama perang besar berlangsung, provinsi yang akan untuk kalau Amteric sibuk dengan pemberontak, dan provinsi yang sama-sama bencinya pada Amteric layaknya negara-negara lain yang mereka jajah.

Mereka sudah sembilan puluh persen yakin kalau Ilargia adalah dalang dibalik semua kesulitan yang mereka alami di medan perang. Tapi yang jadi masalah adalah. . .

"Aku masih belum menemukan bukti solid"

Hatori sudah menduga kalau mencari informasi internal tentang kegiatan Ilargia tidak akan mudah. Mengingat mereka bisa menyembunyikan sangat banyak informasi dari petugas inspeksi dan bahkan mungkin mata-mata yang dikirimkan oleh Amteric selama bertahun-tahun. Tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau penjagaan Ilargia sangat menyeluruh sampai-sampai di desa-desa kecil pun ada petugas patroli yang memeriksa keberadaan orang luar.

"Aku ingin buru-buru, tapi aku tidak bisa buru-buru"

Dengan bantuan rekannya di pasukan cadangan, Hattori bisa mencuri identitas seorang penduduk Ilargia. Saat ini, di mata orang lain wajahnya tidak terlihat seperti wajah Hattori. Melainkan wajah dari pria yang identitasnya dia curi. Karena itulah dia bisa masuk bahkan ke wilayah rahasia mereka.

Tapi meski dia sudah punya identitas solid, dia tidak bisa bergerak sembarangan. Berdasarkan pengalamannya di tempat itu selama beberapa bulan. Komunitas di Ilargia sangatlah erat. Jika bukan karena dia bersusah payah melucuti kepribadian dan pengetahuan subjek pencurian identitasnya. Sudah lama dia ditahan oleh petugas patroli.

Selain itu, layaknya dalam instansi militer. Semua orang menjaga peraturan dengan sangat ketat dia tidak bisa masuk ke fasilitas-fasilitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaanya secara langsung.

"Ughh . . . . . padahal aku punya deadline"

Jika ada hal yang menguntungkannya, hal itu adalah kebetulan kalau ternyata pekerjaannya adalah pembuat minuman keras yang mensupply fasilitas pemerintah.

"Aku harus menggunakan waktuku dengan efisien"

Lima bulan yang lalu, mereka mendapatkan ramalan kalau konflik besar yang mengubah dunia akan terjadi di musim panas. Sebuah ramalan yang familiar bagi para petinggi Yamato. Sebab terakhir kali mereka mendengar ramalan semacam itu, Amteric melancarkan invasi ke semua negara tetangganya.

Berdasarkan hal itu, semua orang berpikir kalau mungkin Ilargia sedang menyiapkan invasi. Dan kenyataannya, saat Hattori mencoba menyusup. Dia memang menemukan ada banyak orang keturunan Ilargia yang tiba-tiba memutuskan pulang kampung.

Tapi ketika mereka melaporkan hal itu ke Amteric, balasan yang mereka terima hanyalah surat yang pada dasarnya menyuruh aliansi untuk tidak ikut campur urusan internal mereka. Jawaban yang jujur saja membuat bahkan Hattori yang tidak terlalu paham politik berpikir "apa kau gila?".

Sebodoh itulah surat yang mereka terima.

Mengingat kalau mereka tidak bisa mengirim pasukan untuk mengecek keadaan mereka. Dan mereka juga tidak bisa melakukan persiapan tanpa bukti jelas, entah itu Amteric ataupun pasukan koalisi sama sekali tidak ada yang siap untuk menghadapi serangan dadakan yang mungkin saja akan dilancarkan Ilargia sebentar lagi.

2

Setelah kereta mereka berangkat. Tidak butuh waktu lama untuk suasana di sekitar mereka berubah jadi tenang. Pemandangan di luar kereta benar-benar gelap gulita. Hanya kereta mereka yang dengan lantangnya membelah kegelapan dan kesunyian malam layaknya meteor yang jatuh dari langit.

Awalnya Amelie ingin terus bekerja selama perjalanan. Tapi rasa sakit dan minimnya topik yang bisa dibicarakan dengan Erwin membuatnya mulai bosan dan ngantuk. Ditambahkan dengan suara mengingang kereta yang ditumpanginya, Amelie berakhir tertidur nyenyak layaknya penumpang bus malam.

Perjalanan membosankan mungkin kedengaran seperti sesuatu yang negatif. Tapi untuk Erwin dan Amelie, perjalanan membosankan adalah sesuatu yang mereka harapkan. Sebab perjalanan membosankan bisa disamakan dengan perjalanan yang lancar dan aman.

"Lihat mukamu. . ."

Erwin yang masih bangun memutuskan untuk menggantikan Amelie mengerjakan sebagian pekerjaannya. Kalau punya pilihan, dia lebih ingin menyelesaikan pekerjaan sendiri sebab manajemen organisasi bukanlah keahliannya. Tapi sayangnya, sebagai tindakan pengamanan dia tidak bisa membawa dokumen teknis keluar dari Tagave.

Selain itu, pekerjaan merepotkan itu juga terasa lebih ringan ketika dia melakukannya sambil melihat wajah tidur Amelie.

". . .Kau sampai ngiler begitu . . ."

Sebab Amelie tertidur dalam posisi setengah duduk jadi posisi tubuhnya menjadi agak miring. Gadis itu juga berakhir terlelap dengan mulut sedikit terbuka membuat setelah beberapa lama. Air liurnya mulai mengalir keluar.

"Aku yakin kalau Haruki belum pernah melihatmu seperti ini"

Berkat pendidikan Ibunya, Amelie tumbuh besar jadi seorang gadis yang selalu menjaga penampilannya. Meski saat dia tidak punya banyak waktupun, gadis itu selalu memastikan kalau penampilannya tidak berantakan. Jadi, bisa melihat Amelie ngiler bisa dibilang adalah sesuatu yang spesial dan langka.

"Kalau saja aku punya kamera. . "

Dia bisa mengabadikan momen itu.

Tentu saja dia tidak hanya ingin mengabadikan momen memalukannya. Tapi juga memomen imutnya, momen penuh kharismanya, dan juga momen bahagianya. Dia yakin kalau Haruki akan bisa mengapresiasi hasil dokumentasinya itu. Sebab dua tahun lebih mereka tidak pernah bertemu.

"Haruki, kekasihmu sudah menjadi gadis yang sangat cantik"

Sejak kecil, Amelie sudah cantik. Tapi tentu saja kecantikannya sekarang berbeda dengan kecantikannya dulu. Ketika kau menemukan Amelie kecil di alam liar, insting pertamamu adalah mencubit pipinya, membelai kepalanya, lalu memeluk badan kecil hangat lembutnya.

Sedangkan sekarang, ketika kau melihatnya. Apalagi kalau kau adalah seorang laki-laki. Insting pertamamu kemungkinan besar adalah memeluk pinggangnya lalu mengubur wajahmu di dadanya atau memeluknya dengan erat lalu menghirup wangi rambutnya lalu mendorongnya ke bawah tubuhmu.

Secara fisik, tubuhnya tidak sangat montok sampai kau bisa menyebutnya seksi. Malah sebaliknya, entah itu tingginya, ukuran dadanya, lekuk tubuhnya. Semua ada pada level "cukup" atau "pas". Kau bisa dengan mudah membayangkan tubuhnya akan pas nyaman di dalam pelukanmu.

Ditambah dengan wajah manisnya yang masih menyisakan sedikit kualitas kekanakannya yang polos. Penampilannya pada dasarnya adalah definisi dari kata "tuan putri" itu sendiri. Mengutip kalimat seorang alien genosidal, Amelie itu adalah definisi dari "Perfectly balanced"

Erwin bisa dengan mudah membayangkan kalau Amelie bukan tuan putri Amteric dan hanya anak dari raja sebuah negara kecil. Tetangganya tidak akan ragu menyerang hanya demi untuk mendapatkan gadis itu.

Karena itulah.

"Haruki, kau punya banyak hutang"

Sebagai anggota keluarga kerajaan yang naman, harta, dan koneksinya sedang naik daun. Ada banyak pengusaha kaya dan bangsawan kelas atas yang ingin menjadikannya menantu mereka, atau memperistrinya untuk diri mereka sendiri.

Meski banyak dari mereka hanya ingin memanfaatkannya untuk kepentingan politik. Tidak sedikit juga yang benar-benar jatuh cinta pada gadis yang Erwin anggap adik dan anak itu. Menolak lamaran-lamaran orang itu bukanlah hal sederhana. Apalagi ketika Amelie secara resmi belum punya tunangan.

"Sebentar lagi huh"

Jika perjalanan mereka kali ini membuahkan hasil. Maka tujuan mereka untuk mengangkat Serafina sebagai ratu dan menciptakan kedamaian akan jadi semakin dekat.

Saat Amelie dan Haruki berjanji akan mendamaikan dunia dalam jangka waktu lima tahun. Erwin berpikir kalau mereka terlalu optimis dan naif. Tapi kalau momentum ini bisa tetap dijaga, target mereka mulai kelihatan realistis.

Dan saat konflik yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade itu berakhir. Amelie dan Haruki tidak akan perlu lagi menyembunyikan hubungan mereka. Lalu ketika mereka menikah. Sudah hampir jadi garansi kalau Amelie akan mengikuti Haruki ke Yamato.

Teritorinya sudah maju, Ibunya sudah berkecukupan, dan semua orang yang jadi tanggung jawabnya sudah bebas. Dia tidak lagi punya beban. Saat itu, Amelie akan sudah bahagia. Di saat itu juga, fokus akan beralih untuk membuat orang yang dicintai bahagia.

Sedangkan tugas untuk membahagiakannya akan jatuh ke tangan Haruki.

Setelah itu.

"Apa yang harus kulakukan?"

Tidak mungkin dengan seenaknya dia mengikuti Amelie ke Yamato seperti saat dia ikut ke Tagave bertahun-tahun yang lalu. Dia hanya akan jadi pengganggu. Gadis itu sudah memilih jalan hidupnya sendiri. Erwin tidak lagi punya hak untuk terus ikut campur di dalam kehidupannya.

"Hah. . . ."

Dia mengikuti Amelie dan membantunya adalah bentuk penebusan dosanya terhadap anak perempuannya di kehidupannya yang lalu. Kalau gadis itu sudah tidak membutuhkan dan tidak menginginkan bantuannya. Secara literal, Erwin akan kehilangan tujuan hidupnya.

Helaan nafas dan dilemanya menemani pemuda itu sampai dia ikut tertidur.

3

Erwin yang ikut tertidur tiba-tiba bangun. Dia merasa kalau kereta yang dinaikinya mulai melambat.

". . . "

Dia memeriksa jam di kantongnya dan memastikan kalau mereka memang belum akan sampai ke tujuan mereka. Jamnya memang tidak akurat, tapi benda itu tidak sebegitu tidak akuratnya sampai bisa meleset hingga enam jam.

Dia melihat keluar dan menemukan ada banyak cahaya dari pemukiman.

"Irmond?"

Kalau perhitungannya tepat, mereka sedang ada di Irmond. Tapi mereka tidak punya ada rencana berhenti di tempat itu. Dan meskipun mereka mendapat masalah di tengah jalan, harusnya ada yang melapor padanya.

"Amelie! Bangun!"

". . . Mmmm. . . apa kita sudah sampai?"

"Belum"

Amelie yang mengantuk kelihatan tidak ingin membuka matanya dan masih dalam mood malas-malasan. Hanya saja, sebab Erwin merasa kalau ada terlalu banyak hal yang aneh. Dia menarik gadis itu dan memaksanya untuk berjalan. Dan benar saja, ketika dia sampai di pintu gerbong dia menemukan keanehan lain.

Gerbong yang mereka tumpangi kedengaran sepi. Sesuatu hal yang tidak mungkin mengingat mereka membawa lumayan banyak orang. Meski sebagian besar dari mereka tidurpun, harusnya ada beberapa yang masih bangun dan ngobrol sambil berjaga. Sebab itulah tugas mereka, menjaga keselamatan mereka selama di perjalanan.

"Apa yang terjadi?"

Merasa kalau Erwin sedang panik, Amelie ingin memastikan situasi mereka. Tapi yang dia dapatkan hanyalah.

"Aku tidak tahu, tapi tetap waspada"

"Baiklah"

Dengan begitu, Amelie memegang tangan Erwin dengan lebih erat. Kemudian, mereka berdua mulai memeriksa keadaan gerbong di depan mereka. Yang ternyata, tidak seperti gerbong dimana mereka berada. Suasana tempat itu masih sama sepinya, tapi setidaknya di sana ada dua orang prajurit yang yang sedang berjaga dengan siaga.

"Tuan Erwin? ada keperluan apa tuan ke sini?"

Keberadaan mereka harusnya membuat Amelie dan Erwin merasa lega dan aman. Tapi, Amelie yang tidak pekapun bisa merasa kalau mereka masih belum bisa bersantai. Dia bisa melihat kalau kedua prajurit di depannya merasa panik dan sedang menyembunyikan sesuatu.

Kalau yang mereka sembunyikan hanya hal kecil seperti mereka mengambil sedikit supply untuk dimakan sendiri saat berjaga atau membicarakan kami dari belakang. Keduanya sama sekali tidak keberatan membiarkan mereka. Tapi kalau...

"Di mana rekan kalian yang lain?"

Tanya Erwin.

"Mohon maaf tuan Erwin, mereka ketiduran"

"Di mana? aku tidak melihat mereka"

Jika kau ketiduran saat berjaga, kau tidak akan repot-repot pergi ke tempat tidur. Kalau begitu bukan ketiduran namanya. Karena itulah aneh kalau mereka tidak bisa kelihatan di gerbong ini bersama dengan kedua prajurit yang sedang berbicara dengan Erwin.

"Mereka di gerbong belakang."

"Hmm. . . kalau mereka sampai harus dibawa ke belakang, apa kalian minum tanpa izin?"

"Ahaha, maafkan aku tuan Erwin"

Amelie membelalakan matanya, dan pandangan Erwin berubah jadi serius.

Kenapa?

Karena di tempat itu tidak ada bau alkohol sama sekali. Tidak dari kedua prajurit di depan mereka, tidak ada ruangan itu, dan setiap sudut yang dia cek sama sekali terlihat ada botol yang tersisa. Dengan kata lain.

Mereka berbohong.

"..."

Setelah menyadari hal itu, Amelie memfokuskan pandangannya pada salah satu prajurit di depan mereka dari balik tubuh Erwin. Dan tidak sengaja, dia melihat ada sedikit bekas darah di bagian ujung lengan bajunya.

Melihat ekspresi Amelie dan Erwin yang berubah seratus delapan puluh derajat. Kedua prajurit tadi langsung menyadari kalau mereka baru saja salah bicara. Secara refleks, mereka langsung mundur dan menjaga jarak dengan Erwin.

"..."

Tapi salah satu dari mereka terlalu lambat dan Erwin dengan mudahnya memegang kerah bajunya sebelum mendorongnya ke lantai dengan keras dan memukul kepalanya sampai dia tidak sadarkan diri.

Melihat rekannya dilumpuhkan dengan mudahnya, prajurit yang masih berdiri tidak lagi memikirkan untuk menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya. Dia menarik senjatanya, tapi bukan untuk menghadapi Erwin melainkan memotong sebuah tali di bagian atas gerbong yang mereka tumpangi.

Slash.

Begitu tali itu terpotong, peluit dan lonceng di seluruh bagian kereta mulai berbunyi dengan keras bersamaan dengan melambatnya kendaraan itu. Tali tadi adalah mekanisme untuk memberikan tanda darurat dan memaksa kereta mereka berhenti ketika ada sesuatu yang salah.

"Erwin!"

Amelie mendengar banyak langkah kaki dari belakang.

"Aku tahu!"

Bisa saja mereka adalah prajurit yang datang untuk membantu mereka. Tapi dari situasinya, kesempatan kalau yang terjadi adalah sebaliknya jauh lebih besar. Dengan kata lain, kemungkinan besar mereka juga adalah pengkhianat yang ingin berbuat jahat.

Tidak ingin dikepung, Erwin dan Amelie langsung berlari menuju lokomotif dimana Chester berada. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, tapi mereka tahu kalau keduanya harus cepat pergi dari tempat itu.

Dalam masalah kekuatan tempur, Erwin tidak akan kalah dari semua prajurit yang ada di kereta itu. Tidak berlebihan kalau dibilang jika pemuda itu bisa melumpuhkan semua orang bahkan tanpa mengeluarkan keringat.

Tapi yang jadi masalah adalah, mereka sekarang ada di Irmond. Tempat yang statusnya masih belum jelas. Meski Irmond adalah bagian dari Amteric, hal itu tidak menjamin kalau tempat itu aman bagi Erwin dan Amelie. Sebab sudah jadi rahasia umum kalau di dalam negaranya sendiri pun ada banyak orang yang mengincar nyawa mereka.

Semua teritori yang belum punya kontrak dengan Serafina adalah sarang musuh.

Dan jika mereka ada di sarang musuh, kekuatan Erwin tidak akan membantu banyak. Asal kau bisa mengirim cukup banyak orang untuk melawannya, lama-kelamaan Erwinpun akan lengah, lemah, dan akhirnya kalah. Kekuatannya lebih cocok digunakan untuk mengatasi satu lawan yang kuat. Bukan satu batalion musuh yang lemah.

Selain itu, kenyataan kalau ada pengkhianat di dalam pasuskan Gerulf menunjukan kalau mereka sedang menghadapi masalah yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan. Jika mereka bisa menyusup ke pasukannya, mereka juga bisa dengan mudahnya menyusup ke organisasi lain.

Teritori Amelie, perusahaanya, dan bahkan grup riset Erwin. Keamanan keluarganya, rencana-rencana mereka, dan rahasia mereka. Semuanya ada dalam bahaya.

Karena itulah mereka ingin segera kabur.

"..."

Tentu saja niat mereka tidak akan dibiarkan terealisasi begitu saja.

Si prajurit berdiri di depan pintu gerbong dengan sebuah tombak di tangannya. Wajahnya dipenuhi keraguan dan rasa takut. Yang bisa dipahami dengan mudah sebab dia sendiri tahu, kalau dia tidak bisa mengalahkan Erwin sendirian. Meski begitu, tatapan matanya dipenuhi dengan keteguhan hati.

Saat ini, dia kelihatan seperti seorang prajurit yang diperintahkan untuk mempertahankan posisinya meski dia harus mati.

Hanya saja, keteguhan hati si prajurit hanya disambut dengan…

"Aku tidak punya waktu melayanimu!"

Oleh Erwin.

Pemuda itu melancarkan tinjuan cepat langsung ke arah wajah si prajurit. Dengan kekuatannya, dia bisa membuat kepala musuhnya melayang. Secara literal.

Tapi lawannya bukanlah orang amatir, dia adalah prajurit veteran. Secara refleks dia menggunakan tombaknya untuk menahan serangan Erwin. Dan begitu dia merasa kalau benda itu tidak akan bisa menyelamatkannya. Dia langsung menundukan badannya tepat sebelum kepalan tangan Erwin menyentuh hidungnya.

"Ha!"

Setelah itu, dia menggunakan salah satu patahan tombaknya untuk meraih Amelie. Tapi dengan cepat Erwin memukul benda itu dari tangan si pria. Lalu, dengan tangannya yang lain. Erwin mencoba meraih tubuh musuhnya.

"..."

Jika Erwin berhasil menyentuhmu, kau sudah kena skakmat. Dengan kekuatannya, dia bisa menghentikan semua gerakanmu layaknya patung sebelum menghajarmu sesuka hati.

"Ugh"

Karena itulah, si prajurit rela menjatuhkan diri untuk menghindari kontak langsung dengan pemuda itu. Tapi yang dia lakukan bukan hanya itu. Layaknya seorang pemain akrobat di sirkus, dia menggunakan satu tangannya untuk menahan berat tubuhnya lalu memutar bagian bawah tubuhnya dan…

"Haaaaaa!!!!"

Menendang dengan keras kepala Erwin.

"..."

Reaksi Erwin?

Dia hanya melihat si prajurit dengan sebuah tatapan yang jika diterjemahkan ke dalam kata-kata hanya punya satu arti.

APA KAU BODOH?

Seperti yang sudah kau duga, serangan itu sama sekali tidak ada efeknya. Bahkan dengan bantuan pisau yang tersembunyi di sepatunyapun, Erwin masih tidak baik-baik saja. Dia mungkin perlu mengontrol kemampuannya secara manual saat mengaplikasinya pada benda lain. Tapi jika yang jadi target adalah tubuhnya sendiri, dia tidak perlu secara aktif mengendalikannya.

Secara umum, kalau dia menyadari dia akan menerima serangan, tubuhnya menerima benturan, atau kulitnya merasakan sesuatu yang tidak normal. Kekuatannya akan secara otomatis melindunginya.

Membuat jika seorang gadis ingin menamparnya, Erwin perlu secara sengaja menonaktifkan kekuatannya agar tidak melukai yang bersangkutan.

Dalam posisinya yang sekarang, si prajurit tidak lagi bisa melarikan diri. Menyadari kalau dia akan menerima serangan balik, dia langsung menyilangkan kedua tangannya di depan wajahnya.

Bagh!!.

"..."

Pukulan Erwin langsung datang tepat pada kedua tangan si prajurit. Erwin bisa mengincar bagian lain atau memukulnya dengan lebih keras, tapi dengan keberadaan Amelie bersamanya. Dia tidak ingin memperlihatkan hal yang terlalu ekstrim seperti membuat kepala lawannya jadi noda merah di lantai.

"Agh…"

Oleh sebab itulah dia hanya meninjunya cukup keras sampai si prajurit tidak sadarkan diri.

"Amelie…"

Erwin kembali mengulurkan tangannya, tapi sebelum Amelie berhasil meraihnya. Tiba-tiba kereta mereka berhenti. Tapi sensasi yang mereka rasakan bukan seperti ketika kereta mereka menabrak sesuatu, tergelincir, atau roda gerbong mereka berhenti berputar secara mendadak. Melainkan seakan ada tangan raksasa yang dengan paksa menghentikan laju mereka.

"Apa kau tidak apa-apa Amelie"

"Tidak ada masalah"

"Syukurlah"

Setelah membantu Amelie yang tersungkur, Erwin langsung memeriksa keluar jendela. Tapi entah itu di depan, belakang, atas, bawah, kanan dan kiri. Dia tidak menemukan hal yang aneh di sekitar mereka. Kemudian, masih bingung dengan apa yang sedang terjadi, fenomena membingungkan lain kembali terjadi. Atap gerbong mereka mulai menggulung layaknya tutup kaleng sardines yang sedang dibuka.

BRAK!

"Erwin!!"

Chester membuka pintu gerbong mereka dengan buru-buru.

"Apa kau baik-baik saja Chester?"

"Ya, tapi kita perlu segera kabur!"

Sama seperti Amelie dan Erwin. Chester juga dihadang oleh prajurit pengkhianat ketika dia ingin memeriksa apa yang terjadi di gerbong belakangnya. Tapi tidak seperti Erwin, dia tidak langsung melawan balik.

Meski dia punya kekuatan spesial sama seperti Erwin dan Amelie, dia tidak punya pengalaman bertarung. Chester bisa dengan mudah membayangkan ketika dia menyerang seseorang, prajurit lain akan menyelinap dan menusuknya dari belakang. Dan dengan tiga orang prajurit profesional sebagai lawannya, dia tidak punya pilihan kecuali mengangkat tangan dan menunggu Erwin datang menyelamatkannya.

Hanya saja, setelah menunggu cukup lama. Tiba-tiba kesempatannya untuk melawan datang. Ketika keretanya melakukan pengereman mendadak, dia berhasil melumpuhkan seorang prajurit dengan sengaja menabrakkan tubuhnya ke tembok sebelum mengambil tombaknya.

Menggunakan kekuatannya, dia membuat sebuah tameng dari plat besi yang jadi bahan dasar tempat duduk di gerbong itu. Sambil menunggu kesempatan lain, dia memasang posisi di pojok agar tidak ada yang menyerangnya dari belakang.

Dan beruntungnya, kesempatan lain datang dengan cepat.

Begitu kereta berhenti dan semua orang tersungkur, dia memanfaatkan kemampuan fisiknya yang superior untuk segera berlari dan menabrakkan tamengnya pada kedua prajurit tadi. Lalu, sebelum mereka berdiri, dia mengambil sebuah pipa besi yang diperuntukan sebagai pegangan lalu memukul kepala keduanya sekuat yang dia bisa sampai dia bisa mendengar sesuatu yang pecah.

Setelah itu, dia menutup matanya dan berlari dengan cepat sampai dia menemui Erwin dan Amelie.

Chester mencoba mengatur nafasnya lalu bilang…

"Kurasa tinggal kita bertiga saja yang tersisa dari konvoi ini"

Jika ada masalah besar, prajurit yang ditugaskan mengawal mereka wajib melapor pada Erwin. Tapi meski sudah ada keributan yang sebesar ini, tidak ada satupun yang mendatanginya. Kalau sampai sekarang tidak ada orang yang menghadapnya, kemungkinannya cuma satu. Mereka juga adalah bagian dari komplotan pengkhianat, atau mereka sudah diatasi duluan.

"Kita tidak sudah tidak punya sekutu di sini"

Tangan Chester masih bergetar dan jantungnya masih berdetak dengan kencang dari pengalaman pertamanya membunuh seseorang. Jujur saja dia merasa takut, panik dan sangat ingin berteriak untuk sedikit memperbaiki moodnya. Tapi dia tahu kalau sekarang bukan saatnya untuk melakukan hal bodoh semacam itu.

Karena itulah, setelah menarik nafas dalam. Chester memegang gagang pintu gerbong di belakangnya lalu membuat sebuah ikatan dengan pipa di tangannya layaknya benda itu bukan terbuat dari besi. Dia berlari ke pintu gerbang lainnya lalu melakukan hal yang sama.

Dengan begitu, kedua pintu itu tidak akan bisa dibuka lagi.

Kekuatan khususnya memberikan kemampuan untuk melunakan metal layaknya mereka hanya sebuah tanah liat. Oleh sebab itulah dia dengan mudah mengubah bentuk pipa dan plat besi di gerbong sebelumnya dan menggunakannya sebagai senjata.

"Chester, lebarkan jendela untuk kita kabur! Aku dan Amelie akan mencari supply di gerbong ini"

Mereka bisa melompat ke lubang di atap, tapi melihat apa yang baru saja terjadi. Erwin memutuskan hal itu terlalu berbahaya. Dia tidak ingin berjudi dengan nyawa mereka.

"Baiklah!"

Chester mengangguk lalu melakukan tugasnya, sedang Amelie dan Erwin mengumpulkan supply dalam bentuk bahan makanan dan kotak pertolongan pertama yang sudah mereka siapkan di setiap gerbong kalau-kalau ada bencana dengan perjalanan mereka.

Tidak ada satupun dari yang mengira kalau mereka harus menggunakannya dalam perjalanan perdana ini.

Beralih ke Chester lagi, dia sedang menggunakan kekuatannya untuk membuat jendela kereta yang mereka tumpangi lebih lebar. Demi keamanan, hanya ada dua pintu masuk ke dalam kereta itu. Di bagian paling depan di mana operator lokomotif dan di gerbong kedua dari belakang. Karena itulah Chester perlu membuat pintu baru. 

Untuk alasan yang sama pula jendela di kereta itu sangat kecil. Amelie sendiri mungkin bisa keluar dari jendela dengan mudah, tapi bagi Chester yang punya badan besar dan Erwin yang punya badan lebih besar lagi. Mereka tidak akan bisa menggunakannya.

Pekerjaannya sendiri sangat mudah sampai dia bisa melakukannya sambil melakukan hal lain. Tapi tugas mudah itu tiba-tiba berubah jadi sulit ketika dia menyadari kalau…

Dia tidak bisa menggerakan tangannya.

"..."

Tidak. Bukan hanya tangannya, tapi dia juga tidak bisa menggerakan badannya, kakinya, kepalanya dan bahkan mulutnya. Untungnya, dia masih bisa bernafas dan bola matanya masih bisa digerakkan jadi dia bisa melihat ke arah suara yang tiba-tiba menyambut mereka…

"Jangan buru-buru, bagaimana kalau kita ngobrol dulu"

Chester mengalihkan pandangannya ke atas dan menemukan dua orang pemuda dan seorang pria berumur empat puluhan sedang melayang turun ke arah mereka.

"Pas sekali malam ini bulan sangat indah"

Si pria tertua tersenyum, wajahnya bahkan penuh dengan kebaikan layaknya seorang kakek yang menyambut cucunya. Tapi melihatnya, Chester hanya bisa merasakan ketakutan. Sebab entah itu tubuhnya, otaknya ataupun jiwanya semuanya menyuruhnya untuk segera kabur.

"Tuan putri Amelie, Tuan Erwin, bagaimana kalau kalian menemani orang tua ini dulu sebentar"

Sirius Ilargia, salah satu musuh utama mereka baru saja datang menjemput keduanya.

4

Sebagai sebuah provinsi, umur Ilargia bisa dibilang masih relatif muda. Provinsi itu baru muncul sekitar empat puluh tahunan lalu. Hanya saja, sebagai sebuah negara mereka adalah salah satu peradaban tertua yang ada di benua Amteric. Hal ini bisa terjadi sebab meski keduanya punya nama yang sama, provinsi Ilargia dan negara Ilargia adalah dua entiti yang berbeda.

 

Setelah kebangkitan Amteric sebagai super power di area itu mereka sekitar lima puluh tahun yang lalu. Relevansi mereka sedikit demi sedikit mulai pudar. Dan setelah mereka kalah perang dari rival terbesarnya itu, Ilargia bahkan tidak bisa lagi mempertahankan tanah kelahirannya.

 

Pada awalnya Amteric berjanji kalau mereka akan membiarkan keluarga kerajaan Ilargia dan penduduk aslinya untuk terus menempati tanah mereka. Tapi tidak butuh waktu lama untuk Amteric mengingkari janji itu ketika kepentingan mereka sendiri mulai membalon.

Begitu perang berakhir dan populasi mereka meningkat cepat, bukannya membuka lahan baru yang belum disentuh. Amteric memutuskan dengan entengnya mengusir penduduk Ilargia dari rumahnya sendiri lalu mengambil lahan yang mereka sudah garap dari zaman nenek moyang mereka.

 

Tapi sebab populasi mereka yang telah berkurang drastis dan ekonomi mereka yang hancur karena perang. Ilargia tidak bisa melawan dan terpaksa menurut dan dipaksa melakukan migrasi besar-besaran ke utara di mana masih ada banyak tanah kosong yang bisa mereka klaim.

 

Tapi, setiap kali mereka mulai bisa membangun kembali kehidupannya. Amteric selalu datang layaknya bandit dan memaksa mereka menyerahkan tanah yang sudah susah payah mereka garap, rumah yang sudah mereka bangun, dan bahkan anak-anak mereka sayangi.

 

Bagi bangsawan Amteric, penduduk Ilargia bukanlah manusia yang sama levelnya dengan mereka. Keseluruhan dari keberadaan mereka hanya tenaga untuk dieksploitasi, sumber daya untuk dipanen, dan sapi yang selalu mereka bisa perah susunya kapanpun mereka mau.

 

Tapi, sentimen yang sama juga adalah sesuatu yang penduduk Ilargia miliki terhadap penduduk Amteric. Ya, semua penduduk Amteric. Bukan hanya bangsawannya saja. Bagi mereka, penduduk Amteric bukanlah manusia. Melainkan iblis.

Dan satu-satunya iblis yang baik adalah iblis yang tergeletak di tanah dan sudah mati.

 

Sama sekali tidak berlebihan kalau dibilang jika keingin terbesar Ilargia adalah kehancuran Amteric secara total. Bukan hanya hilangnya Amteric sebagai sebuah negara dari dunia, tapi juga seluruh penduduknya.

 

"Dan untuk mewujudkan cita-cita itu, hal pertama yang mereka lakukan adalah kabur ke bagian paling utara benua ini"

 

"Dan di tempat itu, mereka mulai membangun pondasi dari rencana balas dendam mereka"

 

Sambil membaca laporan yang Hattori kirimkan via mata-mata personal Yamato. Haruki dan Takara mulai membedah tujuan akhir dari campur tangan Ilargia dalam memperpanjang konflik dengan memberikan support dari balik layar kepada pasukan pemberontak.

 

"Sejujurnya, aku berharap aku hanya paranoid"

 

Ucap Takara.

 

Tidak seperti biasanya, mereka tidak melakukan diskusi di kantor utama pasukan koalisi. Melainkan di dalam sebuah kamar kecil yang ada di dalam sebuah penginapan yang juga kecil jauh di pinggir Ibu kota Xamara.

 

Meski sudah jadi pengetahuan umum kalau negara besar punya mata-mata dimana-mana, tapi hal semacam itu normalnya adalah bagian dari badan intelijen. Bukannya militer. Jika mereka ketahuan menggunakan service mereka untuk keperluan personal tanpa meminta izin anggota koalisi yang lain, mereka bisa ada dalam masalah.

 

"Aku juga tidak ingin melihat orang mati sia-sia!"

 

Takara ingin jadi jendral yang hanya duduk menikmati gaji tanpa harus bekerja. Kalau bisa dia ingin terus makan gaji buta sampai dia jadi gendut. Sebab kalau seorang jendral perlu bekerja keras, itu berarti negaranya atau bahkan dunia sedang ada dalam masalah besar.

 

Sedangkan untuk Haruki. Berkat kekuatan spesialnya, dia bukan hanya melihat tapi juga merasakan sendiri bagaimana kematian seseorang datang menjemputnya. Persis seperti yang terjadi saat dia melihat kematian Erwin dan Amelie dulu.

 

Pada saat itu, dia bukan hanya melihat layaknya penonton. Melainkan juga ikut merasakan bagaimana rasa takut mereka akan kematian mulai menjalar, bagaimana penyesalan hidup mereka meluap dan bagaimana rasa sedih mereka menguasai seluruh isi pikirannya.

 

Seseorang hanya bisa merasakan kematian satu kali. Tapi sayangnya, hal masuk akal itu tidak berlaku untuk Haruki.

 

Haruki melemparkan laporan di tangannya ke meja di depannya lalu bilang...

 

"Tapi laporan ini menunjukan kalau harapan kita cuma itu saja."

 

Sebuah harapan. Tidak lebih.

 

"Tidak mungkin mereka akan menerima perjanjian damai, ambisi balas dendam mereka terlalu besar!"

 

Setelah itu dia bersandar dan membiarkan berat tubuhnya memiringkan kursinya.

Normalnya, setelah puluhan tahun. Sebuah ambisi lama-lama akan mulai padam. Apalagi kalau sudah melewati beberapa generasi, dendam kesumat pun lama-lama akan luntur dan terlupakan. Tapi yang terjadi di Ilargia tidak seperti itu. Bukannya padam, dendam mereka terhadap Amteric malah membara semakin besar dan panas.

 

Di sisi lain, Takara membaca laporan di tangannya sekali lagi.

 

"Ariad, orang ini bukan orang sembarangan!"

 

Aria Ilargia, mantan pangeran mahkota dari kerajaan Ilargia. Setelah eksekusi kedua orang tuanya, dialah yang memimpin orang-orangnya untuk mencari tanah baru dimana mereka bisa menetap. Dan kepemimpinannya masih bertahan sampai sekarang.

 

"Bukan hanya umurnya panjang, dia juga pintar"

 

Setelah berhasil menempati area paling utara benua mereka akhirnya lolos dari penindasan Amteric. Bukan karena mereka tiba-tiba jadi baik. Tapi hanya karena tempat itu terlalu jauh sampai tidak ada yang mau repot-repot melakukan ekspedisi kesana untuk memeras orang-orang Ilargia.

Dan dengan begitu, terbentuklah provinsi Ilargia. Ratusan kilometer jauhnya dari tempat kelahiran mereka.

 

Sebagai provinsi Amteric dan juga mantan orang jajahan. Mereka tentu saja masih diperlakukan dengan buruk dan diskriminasi serta dieksploitasi. Rasio pajak yang sangat tinggi, upeti tahunan yang nilainya besar, dan juga transaksi bisnis yang tidak adil adalah makanan harian mereka.

 

Tapi dengan posisi mereka yang sangat jauh dari pusat pemerintahan Amteric. Mereka memiliki lebih banyak kebebasan. Terutama karena mereka tidak lagi harus berurusan dengan pasukan bangsawan yang bisa dengan seenaknya merampok mereka.

 

"Memanfaatkan hal itu, Ariad mulai mengeksekusi rencana balas dendamnya"

 

Sahut Haruki yang memejamkan matanya sambil masih duduk di atas kursi.

 

Tidak pernah sekalipun Ariad melupakan dendamnya terhadap Amteric. Hal yang wajar mengingat bangsanya diperangi, dieksploitasi, dan dirampok lalu diusir oleh Amteric. Selain itu, kedua orang tuanya juga mati di tangan mereka lalu yang terakhir. Istrinya meninggal dalam migrasi karena kerasnya kehidupan dalam perjalanan mereka.

 

Malah lebih aneh kalau dia menerima keadaannya begitu saja dan melupakan dendamnya. Tapi meski wajar kalau orang yang ada di posisinya menyimpan dendam dalam, jarang ada yang membiarkannya mendorong mereka untuk menyusun rencana jangka panjang yang sekompleks ini.

 

Dan untuk memastikan kalau dendamnya bukan hanya miliknya sendiri, dia bahkan memberikan pendidikan propaganda pada rakyatnya sejak mereka bisa mengingat kata-kata. Sejak kecil mereka diberikan pengetahuan tentang seberapa buruknya orang-orang Amteric. Karena itulah, sampai hari ini pada dasarnya semua orang di Ilargia membenci Amteric.

 

"Kalau dilihat dari sisi positif, dia itu gigih"

 "Tapi kalau kau melihat dari sisi negatifnya, dia itu hanya orang yang obsesif"

 

Tapi yang jelas, dari manapun posisimu melihat Ariad. Ada satu hal yang sangat jelas, dia itu luar biasa.

 

Rencana utama Ariad adalah melemahkan Amteric dari dalam lalu menghantamnya dari luar dan menghancurkan mereka sekali untuk selamanya.

Dan untuk mengeksekusi rencana itu, mereka perlu membuat negara mereka kuat dulu. Memberikan insentif untuk membuat keluarga besar dan menaikkan populasi mereka, mendidik orang-orangnya untuk mencari uang dan dikirimkan ke seluruh penjuru benua, lalu menyusupkan sebanyak mungkin mata-mata ke dalam berbagai macam posisi strategis di Amteric.

 

Mulai dari budak rendahan, pekerja harian biasa, pedagang kecil dan besar, pelayan dan bahkan asisten para bangsawan. Mereka, secara literal ada dimana-mana.

 

"Aku tidak menyangka kalau mereka punya andil sebesar ini terhadap kebodohan para bangsawan Amteric"

 

Bangsawan mendiskriminasi orang biasa adalah hal yang terjadi dimana-mana. Tapi perlakuan diskriminatif kaum mereka jauh lebih ekstrim di Amteric.

 

Petani dianggap pekerja rendahan juga adalah hal normal bahkan di luar Amteric. Tapi hanya mereka saja yang secara aktif tidak menginginkan keberadaan mereka. Membuat negara itu harus bergantung pada impor bahan pangan dari luar.

 

Keangkuhan, narsisme, lalu elitisme para kaum bangsawan Amteric sangat over the top penjelasan paling masuk akalnya hanyalah ego mereka sudah dipoles sejak mereka kecil oleh orang-orang di sekitarnya. Dan mereka termasuk para penyusup dari Amteric.

 

"Dan melihat kalau Sirius, anak Ariad bisa jadi kesatria di istana dan bahkan diizinkan untuk mengawal tuan putrinya! Bukan tidak mungkin kalau pengaruh mereka jauh lebih dalam dari yang semua orang perkirakan"

Setelah Takara membuat kesimpulannya, kedua pemuda itu terdiam di tempat masing-masing. Semua informasi yang mereka terima sama sekali tidak ada yang bisa dibilang kabar baik mereka bahkan tidak bisa mencari sisi cerah dari situasi mereka. Dan itu adalah hal yang sangat buruk mengingat kalau bencana besar akan segera terjadi.

"Apa yang harus kita lakukan Takara?"

Takara menghela nafas lalu mereview kembali semua intel yang mereka berhasil dapatkan.

Setelah mendapatkan ramalan dari kampung halaman mereka, Hattori langsung ditugaskan ke Ilargia sebagai negara yang paling mencurigakan.

Di sana dia menemukan kabar buruk pertama. Ilargia bisa dipastikan memang benar-benar memberikan support pada pasukan pemberontak.

Lalu, kabar buruk kedua. Ilargia sudah merencanakan kejatuhan Amteric sejak puluhan tahun yang lalu. Dan keberadaan mereka di Amteric sudah mengakar sangat dalam kalau mereka semua dideportasi masal, ekonomi Amteric pada dasarnya akan runtuh saat itu juga.

Kemudian, kabar buruk terakhir. Ilargia sudah ada dalam tahap eksekusi bagian akhir dari rencana balas dendam mereka. Dengan kata lain, sekarang mereka sedang mempersiapkan mobilisasi massal bersama dengan para pemberontak di berbagai daerah.

"Hahhhhhh, pertama kita akan melaporkan semua ini ke rumah! Biar politikus dari rumah yang meyakinkan semua orang untuk bergerak"

Ilargia sangat ahli dalam menyembunyikan keadaan internal mereka sampai Amteric saja tidak tahu kalau ada musuh dalam selimut mereka selama puluhan tahun. Dan jujur saja, kalau Hattori tidak mendapatkan info kalau Ilargia adalah sumber masalah yang akan datang. Diapun mungkin bisa ditipu dengan mudah.

"Setelah itu, kau tulis surat pada sekutu kita di Amteric!"

Berkat petualangannya di Amteric bersama Amelie, Haruki berhasil mendapatkan sekutu yang bisa diandalkan akan percaya dengan kata-katanya. Genno, Barret, Arbe, dan Gerulf. Mereka semua orang itu bisa dia andalkan untuk menyampaikan pesannya kepada petinggi Amteric yang lain. Dia juga bisa menggunakan koneksinya dengan Amelie untuk menginformasikan semua intel yang dimilikinya pada raya Amteric.

"Baiklah, aku yakin kalau semua orang pasti akan terkejut"

"Aku akan memanggil Kisaki dan beberapa pasukan pribadiku untuk menjemput Hattori"

Sebagai informasi tambahan, saat ini Hattori Pun sedang berusaha kabur dari pembunuh dari Ilargia. Dengan deadline yang semakin dekat, mereka perlu menjemput Hattori dan melindunginya. Dan karena bahayanya misi itu, dia mengikut sertakan salah satu anggota pasukan cadangan di dalam tim itu.

Kisaki, rekan mereka yang satu itu punya kemampuan untuk menyembuhkan seseorang. Selama seseorang belum benar-benar mati, wanita itu memulihkan siapapun bahkan misalkan kau kehilangan beberapa organ sekalipun.

"Setelah itu apalagi Takara?"

Anggota pasukan cadangan seperti Takara dan Haruki mungkin punya kuasa untuk membuat rencana dan strategi sendiri tanpa harus meminta izin pada atas mereka, tapi hal itu pada dasarnya hanyalah pilihan terakhir saat keadaan darurat. Dalam keadaan yang relatif damai seperti sekarang, mereka harus tetap mematuhi protokol yang ada.

Mengumpulkan semua pemimpin militer anggota pasukan koalisi, melakukan pertemuan untuk membicarakan temuan mereka, lalu memutuskan gerakan mereka yang selanjutnya. Semua hal itu bisa memakan waktu paling optimis satu sampai dua bulan.

"Aku akan mencari alasan untuk mencari stock supply! Kemudian aku punya tugas khusus untukmu!"

Hanya saja, kalau mereka menunggu sampai keadaan jadi darurat.

"Tugas khusus?"

"Ya, tidak ada gunanya memikirkan cara untuk menghentikan pasukan Ilargia! Kita tidak punya waktu!"

Ketika pergerakan mereka mulai bisa dilihat oleh semua orang, semuanya sudah terlambat. Pasukan koalisi tidak akan bisa berkumpul dengan cepat untuk menghadang mereka di utara benua. Perbatasan dengan Ilargia bukan hanya sangat jauh, tapi prajurit pasukan koalisi juga tersebar di berbagai tempat. Selain itu, di saat yang sama mereka juga harus menghadapi pasukan pemberontak yang pasti akan ikut menyerang.

"Haruki! Jangan gagal!!"

Sore itu, Haruki dan beberapa anak buahnya berangkat ke Olisburg untuk menjalankan salah satu misi paling penting dalam perang besar kali ini.

5

Meski memiliki banyak anak dari banyak pasangan. Satu-satunya anak yang Duke Ariad beri paling banyak perhatian adalah Sirius. Anak dari istri pertamanya. Jadi, secara status, dia adalah pangeran Ilargia yang punya kesempatan paling tinggi untuk menggantikan kepemimpinan Ariad di masa depan.

Hanya saja, yang membuat namanya terkenal bukanlah posisinya sebagai pengawal pribadi Serafina ataupun statusnya sebagai anak duke Ariad. Melainkan kekuatannya.

Di luar sana, pria itu lebih dikenal dengan julukannya yang lain. Dan julukan itu adalah ksatria terkuat Amteric.

"..."

Dan duduk di depannya. Chester bisa merasakan aura Sirius terus menekannya, membuat tangannya tidak berhenti bergetar. Erwin memang kuat, tapi meski begitu. Chester merasa kalau saat ini, pemuda itu masih dua atau tiga langkah di belakang Sirius.

"Jangan tegang begitu, aku hanya ingin menyambut kalian"

Meski tidak separah Chester, Amelie dan Erwin juga merasa tegang dan takut. Tapi pengalaman mereka menghadapi bahaya membuat keduanya bisa lebih tenang bahkan dalam situasi genting itu.

"Ngomong-ngomong tuan putri, perkenalkan kedua putraku"

Sirius mengangkat tangan kanannya.

"Yang ini adalah Rigel, putra pertamaku! Dia membaca pikiran orang lain untukku"

Kemudian Sirius mengangkat tangan kirinya.

"Lalu yang ini adalah Shen, dia membunuh orang yang tidak kusukai! Dia tidak bisa melihat, tapi kemampuannya tidak bisa kau remehkan"

Setelah itu, dia meletakan kedua tangannya di atas meja dan lanjut bicara tentang keluarganya. 

"Putra ketigaku sedang sibuk jadi aku tidak bisa membawanya, namanya adalah Arthur! Dia sedang memimpin pasukan Ilargia yang bersiap menyerang Amteric!"

Erwin dan Amelie secara reflex ingin berdiri mendengar berita itu. Tapi mereka berhasil menahan diri. Jika apa yang Sirius katakan itu benar, maka mereka perlu menguras semua informasi yang ada untuk dibawa pulang.

"Saat ini, pasukan Ilargia sedang melakukan mobilisasi masal! Bersama dengan pasukan pemberontak dari negara lain! serangan besar-besaran akan terjadi dalam beberapa hari"

Yang melanjutkan pembicaraan bukanlah Sirius. Melainkan putra pertamanya, Rigel. Dengan blak-blakan, dia membeberkan berita yang Amelie dan Erwin ingin ketahui. Menunjukan dengan jelas kalau bukan hanya pemuda itu bisa membaca pikiran seseorang, tapi juga kenyataan kalau mereka sangat percaya diri jika informasi bocorpun rencana mereka akan baik-baik saja. 

"Apa yang tuan Sirius inginkan dari kami?"

Amelie kembali mengalihkan perhatiannya pada Sirius.

"Aku hanya ingin memberikan undangan pada kalian berdua"

Kenyataan kalau Amelie dan Erwin, dua orang yang punya hubungan erat dengan organisasi militer Amteric dan juga pasukan koalisi. Tidak menyadari ada rencana serangan besar-besaran menunjukan kalau posisi mereka sudah di checkmate. Dan dengan koordinasi bersama pasukan-pasukan pemberontak di seluruh perbatasan negara itu, kali ini. Pasukan koalisipun tidak akan bisa membantu mereka.

Malah sebaliknya, dengan tekanan dari segala arah yang Amteric terima. Bukan tidak mungkin anggota pasukan koalisi akan ada yang memutuskan untuk ikut menyerang dan mengambil wilayahnya untuk diri mereka sendiri.

Jika hal itu sampai terjadi, pasukan koalisi tidak akan lagi berfungsi dan secara praktis. Organisasi itu akan terbubarkan.

"Apa yang membuatmu berpikir kami akan menerima undanganmu"

Jawab Erwin.

"Aku ingin menghancurkan Amteric!"

"Dan?..."

Kali ini Amelie yang menjawab.

"Coba ingat tuan putri, apa kau pernah berpikir ingin menghancurkan negara itu?"

"Tentu saja!"

Bukan hanya para bangsawannya sombong, mereka juga tidak ragu untuk menggunakan kekuasan, uang dan kekuatan mereka untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Yang jadi bahan tindasan mereka bukan hanya orang luar yang mereka anggap rendahan, tapi juga rakyat mereka sendiri yang mereka anggap hanya ada untuk mereka peras.

Semua kekorupan, kelicikan dan kekejaman mereka cukup untuk membuat Amelie untuk berpikir kalau negara itu lebih baik hancur saja.

"Tapi kau tidak berpikir kalau itu saja cukup untuk membujukku berpindah pihak kan?"

Sebab di negara itu juga ada Ibunya yang dia sayangi, ayah yang dia hormati, kakak serta rekan-rekannya yang memiliki visi yang sama dengannya. Lalu disana juga ada teman dan kenalan yang ingin dia lindungi.

Tentu saja hal ini juga berlaku pada Erwin. Dia masih punya keluarga di sana, dan dia tidak membenci mereka. Selain itu Ibunya juga masih di Amteric. Kau bisa menawarinya apapun. Harta, thata, wanita. Semua itu tidak akan bisa membuatnya mengkhianati Amelie ataupun membiarkan seseorang menyakiti Amelie dan Ibunya.

Sirius tidak punya apapun yang bisa menggoda keduanya untuk berpindah haluan.

"Tuan Sirius, kita semua tahu kalau negosiasi ini tidak ada gunanya"

Sirius tidak bisa membujuk Amelie dan Erwin untuk bergabung ke pihaknya. Dan mereka juga tidak mungkin bisa membuat Sirius membatalkan rencana serangannya. Kau tidak perlu pintar untuk mengetahui kalau pembicaraan di antara mereka sama sekali tidak punya merit.

Kemudian, dalam kasus ini keduanya bahkan tidak bisa pura-pura menyetujui tawaran Sirius sebab…

"Keputusan yang bijak."

Sebab Rigel bisa membaca pikiran mereka.

Amelie menatap Rigel dengan pandangan kesal.

"Ahahahahahaha! Kau benar! Kalau begitu aku akan langsung ke intinya!"

BAM!!

Sirius menggebrak meja di depannya lalu dengan wajah serius dia mengatakan…

"Aku akan membiarkan kalian berdua hidup jika kalian bergabung denganku"

Kali ini yang dia katakan bukanlah tawaran atau bujukan, melainkan perintah. Dan jika kau menentang perintahnya maka kau akan kehilangan nyawamu. Benar-benar sederhana dan langsung ke intinya.

"Akhirnya kau jujur juga orang tua!"

Erwin balik menggebrak meja, tapi dia memasang senyum dan juga ekspresi puas layaknya orang yang baru saja berhasil membuat seorang pencuri mengaku.

"Aku tidak tahu kenapa kau repot-repot bicara panjang lebar tadi!"

Sebab apapun yang Sirius katakan, dari awal Erwin sama sekali tidak punya niat untuk benar-benar memikirkannya. Bukan hanya karena orang tua itu tidak bisa memberikan apa yang benar-benar mereka inginkan. Tapi juga karena keduanya yakin, apapun yang Sirius katakan adalah kebohongan.

Bagaimana mereka bisa tahu?

"Lalu, meski hanya basa-basi, Kalau kau ingin mengajak negosiasi! Jangan pasang wajah seperti itu!!"

Erwin menyentuh wajahnya sendiri dengan jari telunjuknya untuk mengajak Sirius melakukan hal yang sama. Tapi reaksi Sirius hanyalah bingung, tidak paham apa yang coba Erwin lakukan.

"Hahaha . . . jadi kau tidak sadar huh."

Tidak sadar kalau sejak mereka bertatap muka. Sirius selalu memasang wajah seakan dia ingin mematahkan leher semua orang di depannya. Membuat apapun yang dia katakan sama sekali tidak ada gunanya untuk didengarkan.

"Selain itu, setidaknya bilang kalau kami semua akan dibiarkan hidup"

Bukan hanya Erwin dan Amelie. Tapi juga Chester.

"Meskipun aku masih tidak akan mempercayai kata-katamu"

Untuk beberapa saat, tidak ada yang mengatakan apapun ataupun bergerak. Sirius kelihatan sedang berpikir keras, tapi pada akhirnya. Orang tua itu kelihatan menyerah setelah memegang-megang wajahnya dengan telapak tangannya.

Lalu…

"Jadi, bagaimana tuan putri?"

"Sebelum aku memutuskan, aku ingin tanya sesuatu"

Pertemuannya dengan Sirius kali ini bukanlah pengalaman pertamanya berbicara panjang lebar dengan pria itu. Ketika dia mengawalnya dan Serafina dari dan ke Kroufer. Mereka juga sempat ngobrol panjang lebar, membuatnya bisa menilai kepribadian Sirius. Dan saat itu, dia menilai kalau Sirius adalah orang yang bisa dipercaya.

Tapi dalam pertemuannya kali ini, Amelie menemukan kalau aura pria itu sangat berbeda. Jadi, apakah kemampuan aktingnya sangat hebat sampai dia bisa menutupi semua kebenciannya pada Amteric yang meluap-meluap.

Atau?

"Apa kau benar-benar Sirius?"

Mendengar pertanyaan itu, kedua anak Sirius melebarkan mata mereka. Termasuk Shen, yang bahkan tidak bisa melihat. Lalu, untuk Sirius sendiri…

"...."

Dia hanya tersenyum. Tapi sekali lagi, senyumannya tidak mencapai matanya. Membuat semua orang yang melihat bukannya merasa tenang, melainkan merasa kalau kau mengalihkan pandanganmu darinya. Kau akan akan langsung ditusuk dari belakang.

Dengan begitu…

BAMM!!!

Erwin menendang meja di depan mereka dengan keras. Hanya saja, di saat yang sama. Rigel memukul benda itu tepat pada titik yang sama. Menggagalkan usaha Erwin menghalangi pandangan ketiga musuhnya.

"Bodoh!"

Sambil mengucapkan kata itu, Sirius mengangkat dagunya dan…

"Agghh.."

"Kyaaa.."

Melemparkan Chester dan Amelie sampai mereka menabrak tembok gerbong di belakang mereka.

"Jadi aku tidak salah lihat huh!"

Tidak seperti kedua rekannya, Erwin masih berdiri di tempatnya dan sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan telekinetik Sirius. Yang dia rasakan hanyalah seperti angin sepoi-sepoi mengenai tubuhnya. Tidak lebih.

Melihat kemampuan ayahnya tidak mempan terhadap Erwin, Rigel langsung maju dan melepaskan serangan tepat ke arah Wajahnya.

"Haa!!"

Serangan yang tentu saja tidak Erwin indahkan. Erwin tetap bergerak menuju target utamanya yaitu Sirius. Di depan kekuatannya, Rigel hanyalah pin bowling. Dia hanya perlu menabraknya untuk menyingkirkan pemuda itu.

"..."

Rigel tidak mengatakan apapun. Tapi Erwin bisa melihat ekspresi pemuda itu yang berubah. Wajahnya terlihat seperti seseorang yang baru saja dibisiki sesuatu. Yang kemungkinan adalah memang apa yang terjadi. Bisa dipastikan kalau Rigel baru saja membaca pikirannya dan memutuskan untuk mengganti strategi.

"..."

Dan benar saja. Rigel mengubah posisi badannya, menarik kepalan tangannya, lalu yang terakhir membuka kedua tangannya. Menunggu Erwin terbang sendiri ke pelukannya. Tapi sayang sekali..

"Dejavu macam apa ini!!"

Rigel melakukan hal yang sama dengan Haruki saat mereka berduel saat kecil. Jika dia tidak mengaktifkan kekuatannya, maka Rigel akan menangkap tubuhnya sebelum membantingnya ke lantai. Kalau dia mengeraskan tubuhnya, maka gerakannya akan terhenti. Membuat Shen dan Sirius bisa mengepungnya.

"..."

Untuk menghindari kedua kemungkinan buruk itu. Erwin menurunkan badannya dan mencoba meraih kaki Rigel. Jika dia bisa menyentuhnya, maka dia menggunakan kekuatannya sebelum melemparkannya keluar gerbong. Tapi…

"Benar-benar merepotkan."

Tentu saja Rigel sudah membaca rencananya. Dengan gesit, dia menarik kakinya. Memutar badannya lalu menendang kepala Erwin.

BAM.

Tendangan dari seseorang yang memiliki kekuatan khusus punya tenaga yang cukup untuk memenggal kepala seseorang. Tapi hal itu hanya berlaku dalam pertarungan melawan orang biasa. Dan untungnya, Erwin bukanlah orang biasa. Bukan hanya dia memiliki kemampuan dan ketahanan fisik jauh di atas orang normal, kemampuan khususnya juga melindunginya secara otomatis bahkan saat dia lengah.

"Hahh…."

Rigel langsung mundur dari posisinya. Dia mungkin bisa membaca pikiran Erwin dan menghindari semua serangannya. Hanya saja pemuda itu adalah lawan yang tidak cocok untuknya. Dia tidak bisa membayangkan skenario dimana dia bisa mengalahkan Erwin. Bukan karena dia kalah teknik, tenaga, ataupun stamina. Tapi karena satu hal sederhana.

Kau tidak bisa membunuh sebuah gunung.

Untuk Rigel, Erwin adalah gunung itu.

Tapi hanya karena dia tidak bisa mengalahkan Erwin, bukan berarti tidak ada yang bisa mengalahkannya. 

"Shen!"

Sebelum Erwin sempat menghela nafas, Shen langsung berganti posisi dengan Rigel. Lalu tanpa keraguan sedikitpun, dia meluncurkan sebuah pukulan lurus tepat ke arah wajahnya. Persis seperti yang saudara laki-lakinya lakukan sebelumnya.

Untuk menyambutnya, Erwin ikut meluncurkan tangannya. Tapi bukan tangan yang terkepal, melainkan terbuka dan bersiap menangkap serangan lawannya. Sama seperti sebelumnya, dia ingin menggunakan kekuatannya pada Shen dan melemparkannya keluar dan mengurangi lawan yang harus dihadapi.

Tapi sekali lagi.

BAM!

Apa yang terjadi tidak menyetujui rencananya.

Sebelum Erwin menyentuh kulit Shen, dia bisa merasakan kalau ada ledakan yang terjadi di antara kedua tangan mereka. Melemparkannya dengan keras tepat tempat dimana Chester dan Amelie berada.

"Apa kau tidak apa-apa Erwin?"

"Tidak apa-apa, tapi kita benar-benar terpojok ahahah… secara tersirat dan tersurat"

Amelie memberikan pandangan mehakimi. Bagaimana bagaimana dia masih bisa bercanda di situasi seperti ini? Apakah dia bisa bercanda di saat seperti ini karena dia itu kuat? Atau dia itu kuat karena bisa bercanda di dalam situasi seperti ini?

Lawan mereka bukanlah orang sembarangan. Satu bisa membaca pikiranmu, satu punya telekinesis, dan satunya lagi punya kekuatan misterius yang bisa melemparkan Erwin dengan mudah. Satu lawan satu, Erwin yakin dia bisa mencari cara mengalahkan mereka. Tapi tiga lawan satu? Masa depan yang bisa dia lihat hanyalah…

"Aku tidak ingin jadi 'mantan pengguna kutukan terkuat'."

Badannya terpotong jadi dua setelah mendapatkan serangan yang tidak bisa dia antisipasi.

"Erwin! Kau ingin aku marah?"

Erwin segera bangun dan memperbaiki posisi duduknya, setelah itu dia memegang tangan Amelie dan menaruh tangannya yang lain pada pundak Chester.

"Maaf, maaf, aku hanya ingin membuat kalian lebih relax! Terutama kau! Chester!"

Erwin bisa merasakan kalau tubuh Chester bergetar dengan hebat.

"Tidak seperti kalian! Aku ini orang normal! Dan aku ini penakut"

Amelie yang seorang perempuan dan juga paling muda di antara mereka sudah pernah bertempur di garis depan, hampir mati di tangan pembunuh bayaran, dan diculik serta berkelahi dengan lawan yang melebihi kemampuannya. Sedangkan sendiri Erwin punya pengalaman dengan kekerasan yang jumlahnya dua kali lipat dari siapapun di tempat itu.

Di sisi lain, Chester adalah seseorang yang seumur hidupnya selalu mencoba menghindari konflik. Bahkan, dia bisa berada di Tagave karena dia ingin menghindari konflik dengan semua orang dan hanya fokus pada hobinya sebagai mekanik.

Sejujurnya, dia tidak panik saat diserang oleh prajurit pengkhianat saja sudah keajaiban.

"Jangan khawatir! Aku akan melindungimu!"

Chester menghentikan gerakan tangannya sibuk melakukan sesuatu di belakang badannya. Setelah itu, dia tersenyum.

"Benar-benar teman yang bisa diandalkan"

Dia ingat kenapa dia berani pergi bersama mereka berdua. Dia bersama Erwin. Orang terkuat yang dia pernah kenal.

"Lindungi aku!"

"Serahkan padaku!"

Erwin tidak tahu logika macam apa yang bekerja pada kemampuan telekinesis Sirius. Tapi satu hal yang dia tahu, kekuatan orang tua itu tidak berfungsi padanya. Dan dengan mengaplikasikan kekuatannya sendiri pada Amelie dan Chester ketika dia merasakan ada yang aneh. Sirius tidak lagi bisa memanipulasi tubuh mereka.

Dan benar saja!

"Menyerahlah!!"

Sedari tadi, Sirius mencoba mengangkat ketiganya ke arahnya. Tapi tidak satupun dari mereka yang berhasil dia gerakan. Bahkan tembok serta lantai di pojok mereka berada sama sekali tidak merespon kekuatannya.

"Rigel! Shen! Lumpuhkan mereka!"

Kedua anaknya segera berjalan menuju Erwin dan kelompoknya.

Sejak awal, tawarannya kepada Amelie hanyalah sebuah simbol. Dia sama sekali tidak peduli kalau mereka setuju ataupun menolak. Sebab tanpa persetujuan pun, dia bisa mengekstrak informasi yang dia butuhkan dari kepala mereka. Jadi, meski mereka sekaratpun dia tidak peduli.

"Chester!"

Teriak Erwin!

"Sebentar lagi!"

Mendengar pembicaraan kedua pemuda itu, Rigel mencoba membaca pikiran Chester. Dan begitu dia mengetahui isi pikirannya, bukannya berlari ke arah pemuda itu. Dia malah langsung berlari balik kepada Ayahnya.

"Sia..!!!"

"Aya!!!"

Teriakan Chester dan Rigel langsung ditenggelamkan oleh suara yang jauh lebih keras.

BOOOOM!!!!!

BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! BOOM!!! 

Suara ledakan besar dan ledakan-ledakan lain yang lebih kecil langsung menyelimuti mereka. Ledakan pada lokomotif depan sangat besar sampai benda itu hampir terbang dan menyeret gerbong di mana mereka berada. Membuat benda itu terguling dari relnya.

Sirius, Rigel, dan Chester langsung diserang oleh bukan hanya suara yang memekkikan telinga, tapi juga gelombang kejut yang menggetarkan semua organ mereka, panas, asap tebal, dan juga serpihan metal yang melesat layaknya peluru ke segala arah.

Setelah tubuh mereka berhenti terlempar kesana-kemari.

"Agh…"

Seseorang langsung menyuarakan rasa sakitnya.

"Shen!!"

Teriakan Sirius langsung disambut oleh sebuah ledakan lain. Tapi kali ini lebih kecil. Gelombang kejut dan angin yang ditimbulkannya langsung membuat asap tebal di sekitar mereka terhempas keluar. Membuat keduanya bisa melihat Rigel yang tubuhnya mengeluarkan darah dari berbagai tempat.

"Maafkan aku Ayah!"

Dengan banyaknya yang berterbangan, tidak heran kalau ada yang berakhir bersarang pada tubuh seseorang.

Rigel berhasil melindungi leher dan kepalanya, tapi semua jarinya penuh luka. Selain itu, di pundak, kaki dan pinggangnya juga ada serpihan besi yang mencap cukup dalam yang kesemuanya mengalirkan darah segar layaknya mata air.

"Siapa yang menyuruhmu melindungiku"

"Maafkan aku… Jendral"

Sirus mengalihkan pandangannya pada anak keduanya, Shen. Sekilas dia kelihatan baik-baik saja, tapi meski di tubuhnya tidak ada luka yang kelihatan berarti. Satu telinganya mengeluarkan darah sama seperti Rigel.

Dari pengamatannya tidak ada serpihan yang mengenainya, jadi mungkin yang terjadi adalah gendang telinganya terluka oleh suara dan gelombang kejut dari ledakan tadi.

"Apa aku perlu mengejar mereka ayah?"

Tanya Shen.

Begitu mereka selesai memulihkan diri. Amlie, Chester, dan Erwin sudah tidak terlihat lagi. Mereka pasti kabur ketika ledakan terjadi. Dengan kekuatan Erwin, ledakan sebesar apapun tidak akan melukai mereka.

"Lupakan saja!"

Sebab Shen tidak bisa melihat, dia sangat mengandalkan pendengarannya untuk melakukan navigasi. Tapi sayangnya, telinganya sekarang sedang terluka. Meski dia masih bisa mendengar pun, menyuruhnya pergi sendiri hanya akan membuatnya jadi target yang mudah untuk lawan mereka.

Dan Sirius tidak ingin kehilangan bidak berharganya.

"Selain itu kita perlu memperbaikinya!"

Sirius mengembalikan pandangannya ke arah Rigel. Dengan luka yang seberat itu, dia tidak akan bertahan lama. Kemampuan spesial mungkin bisa meningkatkan kemampuan fisik seseorang, tapi hal itu tidak termasuk akselerasi penyembuhan dari penyakit ataupun luka. Keadaan Rigel saat ini bukanlah sesuatu yang diberpbaiki hanya dengan perban dan alkohol.

Bukan hanya pendarahan, tapi organnya mungkin juga ada yang kena.

"Kita akan mundur!"

Sirius melihat keluar lalu mengacungkan tangannya pada lokomotif yang terletak beberapa meter dari rel. Setelah itu, menghempaskan tangannya ke arah hutan di mana dia pikir Erwin dan grupnya berada. Melemparkan lokomotif berbobot sekitar 50 ton itu layaknya mainan kayu.

"Shen, berikan mereka hadiah perpisahan!"

"Siap!"

Setelah itu, Sirius melepaskan gerbong lain dari gerbong yang dinaikinya dan mendorongnya dengan kekuatannya menuju pusat kota Irmond.

6

Untuk mencegah teknologinya kembali dicuri oleh musuh. Erwin selalu menyiapkan mekanisme untuk penghancuran diri sebagai asuransi. Sama seperti kapal terbangnya, dia juga memasangkan bahan peledak pada keretanya.

Mulai dari lokomotif sampai semua gerbongnya, mereka menyimpan bahan peledak yang bisa dia picu dengan sebuah mekanisme sederhana yang terdiri dari sebuah kunci khusus dan satu kunci kombinasi.

Tentu saja, keberadaan mekanisme bom bunuh diri itu adalah rahasia tingkat tinggi. Jadi yang tahu kalau kereta itu bisa meledak hanya mereka bertiga. Dan tentu saja, yang bisa mengaktifkan mekanisme itu juga hanya mereka bertiga.

"Sudah kubilang idemu untuk membuat mekanisme kunci itu akan membuat repot"

Bukan hanya Chester perlu membuka kunci, dia juga perlu memasukan nomor pin dengan memutar-mutar roda gerigi yang ada di dalamnya. Membuatnya harus menghabiskan waktu untuk mengaktifkan bom bunuh diri mereka.

"Bodoh! Bagaimana kalau ada orang yang tidak sengaja memicunya!"

Tidak seperti barang buatannya yang lain, kereta itu adalah kendaraan yang mereka perlu tumpangi. Jadi prioritas utamanya adalah keselamatan. Tidak lucu kalau kereta mereka tiba-tiba meledak di tengah jalan hanya karena ada orang yang tidak sengaja menyentuhnya.

"Bodoh! Kita hanya perlu menyembunyikannya dengan baik!"

"Kau yang bodoh! Setelah melihat ada pengkhianat kau masih bilang begitu?"

Di Tagave ada mata-mata dari pihak entah itu dari dalam atau luar Amteric, menyembunyikan sesuatu dari mereka bukanlah hal mudah.

"Sudah!! Fokus lari!! Kalian juga ingin segera menjauh dari Sirius kan? Tutup mulut dan awww. ."

Kaki Amelie tersandung dan dia hampir jatuh.

"Sepertinya kau yang harus fokus nona Amelie"

Chester langsung menolongnya, tapi dia juga tidak lupa memberikan komentar yang tidak perlu.

"Tutup mulutmu!!"

Kemudian, Erwin juga ikut menambahkan.

"Aku hanya mencoba membuat kalian relax"

"Cuma pikiranku saja atau kau selalu ingin membuat semua orang relax? Kurasa saat ini yang kita butuhkan itu PANIK! Bukan relax"

Mereka semua punya kemampuan khusus, jadi mempertahankan kecepatan lari mereka sambil banyak bicara tidak terlalu sulit. Meski kalau dilihat lebih detail, Amelie kelihatan ngos-ngosan.

"Kalau kalian ingin membicarakan sesuatu, bagaimana kalau membicarakan cara memberikan semua orang tempat istirahat yang pantas"

"Ugh. . . Amelie, kalau kau tidak sadar! Akan kuberitahu! Aku tidak ingin memikirkannya, setidaknya untuk sekarang! Kau membuatku jadi merasa berdosa!"

Yang terkena efek bom bunuh diri mereka tentu saja bukan hanya mereka dan kelompok Sirius, tapi juga semua operator dan prajurit yang ikut bersama mereka. Pengkhianat dan juga anak buah mereka yang setia. Dengan ledakan yang sebesar dan sebanyak itu, Erwin bahkan tidak yakin kalau tubuh mereka masih bisa tetap utuh.

"A…. maafkan aku! Aku hanya…."

Membayangkan apa yang terjadi pada para prajurit Gerulf. Tiba-tiba Amelie merasa pusing dan perutnya seperti mencoba mendorong isinya untuk keluar dari mulutnya. Dan membayangkan hal itu membuatnya juga mengingat mimpi-mimpi buruknya.

"Amelie!"

Erwin menepuk punggung Amelie.

"Maafkan aku!"

Amelie menelan ludahnya sendiri lalu kembali fokus berlari.

"Ok ganti topik! Kalau Sirius mengejar kita! Kalian terus kabur! Aku akan menghadangnya!"

"Ditolak! Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi mereka sendirian!"

Amelie berlari dengan kecepatan yang sama dengan kedua rekannya, tapi dengan dua kaki yang lebih pendek. Dia perlu mengeluarkan lebih banyak energi, membuatnya merasa lelah dalam waktu yang lebih cepat.

Wajahnya mulai biru, nafasnya tersengal, dan jantungnya berdegup sangat kencang. Tapi meski dia sudah kelihatan seperti orang yang akan pingsan, dia masih memaksakan diri untuk menyuarkan keberatannya pada Erwin.

"Jangan khawatir! Aku sudah melihat batas kemampuan mereka"

Rigel tidak menyadari kalau Chester merencanakan sesuatu. Dengan kata lain, dia hanya bisa membaca pikiran satu orang dalam satu waktu. Selain itu, dia juga tidak punya cara untuk menembus pertahanannya.

Untuk Sirius, kekuatannya sepertinya tidak berjalan secara otomatis dan dia harus secara aktif melihat objek yang ingin dia manipulasi. Kalau tidak, Rigel tidak perlu melindunginya saat bom bunuh diri mereka meledak.

Serangan mendadak kemungkinan bisa menembus kekuatannya.

"Untuk Shen, aku tidak tahu kekuatannya, tapi aku bisa menahan serangannya tanpa masalah"

"Tidak! Kita tidak akan menggunakan rencana bod…hahhh, ughh…."

Amelie ingat kalau di perbatasan ada sebuah desa yang dia gunakan untuk mensupply pekerjanya saat membangun rel kereta.

"Di sana ada sungai besar yang terhubung ke Punto, kita ak . . .aaaa. .ugghh"

Nafas Amelie benar-benar sudah mulai habis dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Tapi hal itu sudah cukup untuk memberitahukan rencananya pada Erwin dah Chester. Dan keduanya setuju dengan rencana itu. Mereka juga tidak ingin bertarung kalau tidak terpaksa.

"Chester!"

Chester mengangguk lalu menempatkan dirinya di belakang Amelie. Setelah itu, dia mengangkat tubuh si gadis layaknya seekor kucing lalu menempatkannya di punggung Erwin. Amelie sendiri hanya menerima perlakuan itu begitu saja, saat ini bukan waktunya untuk komplain.

"Di mana lokasi desa itu?"

"...."

Amelie hanya mengangkat tangannya dan mengacungkan jarinya.

"Baiklah!"

Keduanya kembali berlari, tapi kali ini. Mereka mendapatkan teman baru dalam bentuk api yang terbang ke arah mereka layaknya meteor. Dan dari arah datangnya yang dekat dengan kereta yang mereka tinggalkan, bisa dijamin kalau itu adalah sebuah serangan yang ditujukan untuk mereka.

Dengan kecepatannya yang hampir menyamai peluru, tidak butuh lama untuk serangan itu mencapai mereka dan...

BOOOOOM!!!!!

7

Di saat Amelie dan kelompok kecilnya sedang menghadapi musuh kuat yang tidak bisa mereka hadapi. Annelise dan Miina juga sedang menghadapi musuh yang memaksa mereka menunduk dengan wajah grogi, takut dan yang paling utama.

"Miina, kau itu pintar! Aku tahu kau bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk Tagave"

Bingung.

Di depan gerbang Tagave, tentara bersenjata lengkap yang membawa bendera Olisburg sedang berbaris dengan rapi. Panah, tombak, dan bahkan meriam sedang diarahkan ke pemukiman penduduknya. Jika pemimpin mereka, Lars Heiner yang sedang tersenyum lebar, memberikan perintah. Maka dalam sekejap Tagave akan dihancurkan dan penghuninya dibunuh.

Bagaimana bisa ada pasukan sebesar itu yang lolos dari patroli pasukan Gerulf? Kenapa tidak ada yang datang menolong mereka? Apakah Gerulf berkhianat? Semua hal itu sangat membingungkan. Tapi ada satu hal yang jauh lebih membingungkan dari semua itu.

"Yang mulia! Miina! Tolong menyerahlah! Aku tidak ingin ada pertumpahan darah di tempat ini"

Kenapa Haruki ada di pihak musuh dan meminta mereka untuk menyerahkan Tagave?

"Miina. . ."

Nafas gadis itu jadi semakin cepat, jantung gadis itu berdegup semakin kencang, matanya tidak lagi fokus dan keringat dingin mulai mengucur dari wajahnya. Dia sudah bersiap kalau-kalau musuh mereka berencana menggunakan kekerasan. Tapi dia tidak siap menghadapi situasi ini.

Apa yang sedang terjadi?

Apa yang harus dia lakukan?

Apa mereka harus kabur? Atau menyerah? Atau melawan?

Keputusan mereka di tempat ini akan mengubah nasib semua orang di belakang mereka. Keputusan mereka menentukan apakah orang-orang di belakang gerbang akan hidup atau mati.

"MIINA!!!. . ."

"..."

Setelah beberapa kali memanggil nama gadis di sampingnya, Akhirnya Anneliese bisa mendapatkan perhatian Miina.

"Miina, kita akan menyerah!"

Mata miina melebar…

"Tapi yang mulia?"

"Jangan khawatir! Percaya padaku!"

"Ba-baiklah"

Miina maju dan menarik nafas panjang untuk mencoba menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, dengan lantang dia menyuarakan…

"Yang mulia Anneliese bersedia menyerah dengan damai! Mohon untuk pasukan Olisburg menurukan senjatanya"

Mendengar permintaanya terkabul, Haruki melihat ke arah Lars dan mengangguk. Setelah itu, Lars maju dan balas menyuarakan…

"Dengan izin yang mulia ANNELIESE IRMHILDE VON AMTERIC! Mulai hari ini, Tagave menjadi bagian dari Olisburg! Aku, Lars Heiner menjamin keselamatan kalian semua!"

Dengan volume yang jauh lebih lantang. Memastikan semua orang, bahkan yang jauh dari gerbang bisa mendengar suaranya.

"Terima kasih yang mulia"

Lars memberikan hormat. Kemudian. . . .

Suasana di tempat itu langsung jadi ramai. Ada yang merasa putus asa, ada yang takut, ada yang menangis, ada yang marah pada Anneliese dan ada yang mengajak teman-temannya untuk segera kabur dari tempat itu.

"Sama-sama tuan Lars"

Tapi ketika Anneliese menunduk dan memberikan hormat pada Lars. Menunjukan siapa yang berkuasa sekarang. Semua orang langsung terdiam. Tidak lama kemudian, Miina mengikutinya. Setelah itu, mantan budak-budaknya, penghuni original Tagave, lalu para karyawan yang bekerja di sana, kemudian yang terakhir pengungsi dari Kroufer yang dibawa Amelie beberapa tahun yang lalu.

Dan begitu semua orang itu menunjukan kesediaan mereka untuk menyerah. Sisanya berakhir mengikuti apa yang mereka lakukan. Menyadarkan semua orang kalau mau tidak mau.

Mulai hari ini, mereka bukan lagi warga Amteric. Melainkan rakyat Olisburg.