Chereads / Bleak Knight / Chapter 26 - The End & The Start

Chapter 26 - The End & The Start

1Selama orang-orang dari pasukan koalisi dan Seragus sibuk tercengang. Haruki, Erwin dan dan sebagian anggota pleton nya sedang sibuk menyiapkan diri untuk misi mereka.Jika mereka punya waktu. Mereka benar-benar ingin hanya bersantai dan menikmati pemandangan dari udara. Mau bagaimana lagi? Mereka mungkin adalah orang pertama yang bisa terbang di udara. Teritori yang sejak bahkan sejarah belum ditulis hanya milik dari makhluk-makhluk yang punya sayap di punggungnya.Tapi sekarang mereka juga bisa terbang. Dan bukan hanya itu. Mereka terbang di atas benda yang merek bantu buat sendiri. Mereka tidak terbang setelah mendapatkan kekuatan dari dewa untuk terbang, artifak ajaib, atau memintanya dari jin. Meski yang membangunnya secara penuh adalah penduduk Amteric dan pengungsi dari Kroufer, mereka masih punya andil di dalamnya. Dan hal itu membuat mereka juga ikut punya kebanggan tersendiri."Semua yang tidak sedang bekerja, berkumpul atau dengarkan radio kalian"Kapal yang mereka tumpangi punya panjang 240m dengan 3 deck terpisah. Deck paling belakang berisi Haruki dan 20 anggota pletennonya yang sedang bersiap untuk terjun ke medan pertempuran. Secara literal.Deck kedua yang posisinya di tengah berisi mesin diesel yang berfungsi sebagai generator untuk menggerakan 4 motor elektrik di empat sisi Kapal. Selain itu, tempat itu juga adalah tempat di mana antena utama radio serta satu-satunya senjata mereka berada. Semua benda-benda besar yang massanya paling berat sengaja diletakan di sana untuk alasan keseimbangan.Lalu dek yang paling depan berisi Erwin, operator kontrol yang melakukan navigasi, lalu yang terakhir sebuah sirine mekanikal dan beberapa speaker besar."Aku paham kalau kalian semua masih ingin jalan-jalan, menikmati perjalanan kalian, dan mengagumi hasil usaha semua orang yang sedang kita naiki ini."Haruki bisa paham sebab dia juga merasakan hal yang sama.Benda yang sedang mereka naiki sekarang pada dasarnya adalah puncak dari perkembangan teknologi yang mereka sampai saat ini.Generator yang jadi jantung dari kapal udara itu adalah hasil dari usaha puluhan pandai besi yang bekerja siang malam untuk merealisasikan isi pikiran Erwin. Keempat motor listrik yang menggerakan kapal udara mereka, baru bisa dibuat setelah belasan peneliti saling membenturkan kepala mereka untuk mendapatkan konfigurasi paling efisien.Tubuh utama kapal udara yang mengangkat Deck mereka tercipta setelah Erwin mengerahkan semua pria dan wanita di Tagave untuk membangun rangka besinya serta menjahit kantong-kantong udara berlapis karetnya.Lalu yang terakhir. Apa yang diisikan ke dalam kapal udara mereka adalah hidrogen. Gas berbahaya yang kalau tidak ditangani dengan sangat hati-hati. Salah sedikit saja, kapal udara mereka akan terbakar dan jatuh bersama orang-orangnya.

Memaksa desainnya harus puluhan kali direvisi setelah Erwin berkali-kali melakukan test dan selalu menemukan ada yang salah. Pemuda itu sendiri sudah biasa jadi korban ledakan dari kesalahan-kesalahan itu. Jika dia tidak punya kekuatan spesial, dia sudah mati puluhan kali dalam sebulan ini saja.

"Tapi kita punya misi, dan misi ini bahkan jauh lebih penting dari benda ini!"Anggota peloton Haruki, bahkan yang tidak ada di depannyapun mengangguk. Mereka merasa kecewa sebab hari ini adalah kesempatan pertama, dan kemungkinan juga kesempatan terakhir mereka untuk bisa terbang. Tapi mereka paham kalau apa yang harus mereka lakukan jauh lebih penting. Takdir koalisi, dan secara tidak langsung takdir negara mereka ada di tangan mereka."Sebelumnya akan kujelaskan lagi situasinya"Stelian Alba menculik Fina dan Amelie untuk memaksa Koalisi menerimanya sebagai anggota. Jika hal itu sampai berhasil maka integrasi koalisi akan runtuh. Dan organisasi itu akan ikut runtuh meninggalkan negara-negara yang melawan Amteric tidak lagi punya pemimpin.Jika pasukan koalisi datang sampai duluan di kota Alba, maka Alba secara terpaksa harus diterima masuk. Tapi jika Seragus yang ingin memanfaatkan kematian saudaranya untuk memulai perang berhasil datang lebih dulu. Maka status quo antara koalisi dan Amteric akan hancur dan kedamaian rapuh yang mereka miliki akan langsung hilang.Karena itulah, mereka yang adalah pasukan independen di bawah bendera Erwin sebagai pengawal pribadi Amelie harus sampai duluan dan menyelamatkan keduanya."Kita tidak punya waktu banyak"Pasukan koalisi dan Seragus berada sekitar setengah jam dari Alba. Tapi dengan bantuan Takara dia yakin bisa mengulur waktu setidaknya setengah jam lagi. Jadi. . ."Kita harus menyelesaikan misi ini kurang dari satu jam sebab kita harus menyisakan hidrogen dan petrol untuk bagian akhir dari misi kita! Lalu untuk strateginya sendiri sederhana!"Pertama, mereka akan membuat keributan dan mengagetkan semua orang di Alba. Dan ketika semua orang memberikan mereka perhatian, Haruki dan beberapa anggota squadnya akan turun dan menyelinap. Sebagai bantuan Erwin juga akan ikut turun dengan terang-terangan untuk mengalihkan lebih banyak perhatian lain dari squadnya"Apa kalian paham?""Paham!""Bagus, sekarang bersiap!""Siap!"Setelah itu, Haruki dan semua anak buahnya mengambil dua tas besar dan memasangkannya pada tubuh mereka dengan erat. Setelah memastikan semuanya sudah aman, mereka membuka empat pintu besar lalu bersiap di ujung pintu bersiap untuk melompat.

"Erwin, kau bisa mulai! Ganti!"

Bzztt. ."Siap! Aku mulai"Erwin yang berada di deck paling depan mengubah sambungan micnya dari radio di sebuah amplifier di sampingnya sambil memastikan jarak mereka dengan kota Alba. Setelah itu dia memberikan tanda pada anak buah Haruki yang jadi operator untuk menjaga kecepatannya serta sedikit merendahkan ketinggian mereka.Lalu yang terakhir.Bep. .Dia menghidupkan micnya lalu bilang."Namaku adalah Erwin Frank! Pengawal pribadi Amelie Irmhilde! Tuan putri ketujuh kerajaan Amteric"Erwin berhenti bicara dan melihat ke bawah untuk memastikan kalau orang-orang di dalam kota itu mendengarnya. Dan begitu dia bisa melihat kalau mereka melihat ke atas, dia kembali berbicara."Aku datang untuk membawanya pulang! Mengambilnya dari pemimpin kalian, Stelian Alba yang sudah menculiknya!"Erwin mengatakan semua kalimat itu dengan nada rendah dan pelan untuk memastikan kalau semua orang yang mendengarnya paham apa yang dia ucapkan. Tapi meski suaranya tenang, kau bisa dengan jelas merasakan kemarahan yang terselip di dalamnya."Stelian Alba, segera kembali tuan putri Serafina dan Amelie"Jika kau tidak melawan dan mengembalikan mereka dengan patuh. Aku tidak akan melakukan apa-apa dan langsung pergi. Jika kau melawan, maka aku akan melawan balik.Dan hal itu juga berlaku pada semua orang yang ada di Alba. Jika mereka membiarkanku, aku berjanji tidak akan melakukan apapun. Tapi kalau mereka menghalangiku, maka aku tidak akan ragu akan menghabisi kalian.Jika mereka tidak ingin jadi korban. Akan lebih baik kalau semua orang pergi dari kota itu sampai dia selesai melakukan tugasnya."Aku akan ke tempatmu untuk menjemput mereka! Tolong buat keputusan yang baik sebelum aku sampai!"Sebab kalau sampai Erwin tiba di tempat Stelian dan orang tua itu masih belum memutuskan apapun, atau lebih buruknya. Masih mau melawan atau mencoba kabur maka. . . ..

"Aku akan menghancur leburkan kalian!!"

Klik.Erwin membalik sebuah saklar di sampingnya. Setelah itu motor sirine mekanikal di luar deck yang sedang dia tempati mulai berputar. Awalnya putarannya lambat dan hanya membuat suara angin, tapi lama kelamaan putaran motor sirine itu bertambah cepat dan cepat sampai akhirnya benda itu memproduksi suara serangan udara yang biasa kau dengar di dalam dokumentasi perang dunia kedua.Hanya saja, bagi orang yang tidak familiar dengan suara itu. Yang pada dasarnya semua orang kecuali Amelie dan Erwin. Suara itu lebih mirip dengan suara makhluk raksasa yang sedang meratap.Di saat yang sama sirine itu terus berbunyi dengan frekuensi yang semakin tinggi. Senjata dari kapal udara itu juga mulai bergerak. Operator yang ada di deck tengah akhirnya menemukan target dan tinggal menunggu instruksi sebelum menembakan senjatanya ke darat."Jangan anggap aku hanya menggertak! Jika namamu bukan Stelian Alba, aku sarankan agar kalian semua keluar dari kota sampai aku pulang."Bsssst. . .Erwin kembali mengubah sambungan micnya ke radio dan bertanya. ."Apa kau sudah mendapatkan targetnya?""Ya, ada sebuah tebing terjal di utara Alba yang kelihatan kosong""Kau sudah memeriksanya?"Pemuda di seberang itu mengangkat teropongnya lalu bilang."Ya, aku sudah memastikan tidak ada orang di sana!""Bagus, luncurkan bomnya!""Siap!"Dengan begitu, beberapa orang langsung menyiapkan diri.

Memastikan ulang lokasi yang mereka incar. Melakukan perhitungan balistik dan koreksi orientasi dari meriam yang jadi senjata utama mereka itu. Lalu memasukan amunisinya, yang bukan berbentuk bola dengan peledak di dalamnya. Melainkan sebuah bantalan metal dan juga sebuah tabung metal.

"Siap!"Erwin menarik nafas lalu dengan suara dingin bilang.

"Tembak!"

Yang langsung dikonfirmasi oleh operator senjata."Tembak!Dengan begitu, ledakan dari meriam tadipun terdengar. Mendorong bantalan metal keluar dari mulutnya, yang juga mendorong tabung tadi untuk meluncur dalam kecepatan tinggi. Angin yang bertiup sempat membuat jalur balistik amunisinya sedikit berbelok, tapi secara umum arahnya masih masuk dalam sasaran.Dan begitu amunisi itu menyentuh tanah di targetnya.BOOOMMMM!!!!!Ledakan besar langsung terjadi. Tapi tidak seperti ledakan dari tembakan meriam standard. Suara yang ditimbulkan sudah seperti ada seribu meriam yang ditembakan secara bersamaan. Selain itu, begitu gelombang kejut yang ditimbulkannya selesai merobohkan semua pohon yang dan menghancurkan bebatuan ada di sana.BAAAMMMMMMMM!!!!Ledakan kedua terjadi, dan kali ini kehancuran itu disertai dengan raungan dari bola api raksasa yang membakar keseluruhan bagian dari 100m target yang mereka incar. Ledakan dan bola api itu bukan hanya menghancurkan apapun yang ada di dekatnya, tapi juga membakar semuanya jadi abu.2Bom yang mereka baru saja luncurkan adalah apa yang kau bisa sebut sebagai senjata Thermobaric. Tentu saja, dengan material yang terbatas Erwin tidak bisa membuatnya sesuai dengan versi aslinya. Untuk bomnya yang sekarang, dia menggunakan hidrogen sisa dari kapal udaranya dan juga petrol sebagai bahan utamanya.Dia menggunakan peledak konvesional sebagai pemicu untuk meledakan hidrogen yang dia simpan di dalam bom yang dia luncurkan tadi. Setelah hidrogen di dalamnya meledak, tempat lain di dalam benda itu yang berisi petrol juga akan ikut meledak dan menyebarkan semua isinya ke udara.Dan begitu semua bahan bakar itu terkena percikan api.Bammmmmmmm...Ledakan dan bola apipun akan tercipta. Melahirkan sebuah gelombang kejut yang kuat dan bola api yang bisa menghancurkan semua yang ada di sekitarnya. Sebelum akhirnya tempat ledakan itu kehabisan oksigen dari api yang menyala dan menimbulkan kemunculan ruang vakum di lokasi yang sama.Satu senjata itu sudah cukup untuk menghabisi seseorang beberapa kali dalam waktu satu detik.Kalau kau bisa bertahan dari gelombang kejut yang ditimbulkannya. Kau akan tetap terbakar tanpa meninggalkan bekas oleh bola api raksasa yang mengikutinya. Dan kalau secara ajaib kau masih bisa selamat. Ruang vakum yang tercipta akan menghabisimu dengan meledakan paru-parumu.Erwin paham kalau senjata yang dibuatnya sudah berlebihan. Selain itu, jika sampai senjata itu jatuh ke tangan yang salah seperti senapannya. Korban yang akan jatuh akan jatuh di dalam perang akan meningkat drastis. Kau hanya bisa membunuh satu orang dengan satu peluru. Tapi dengan satu bomnya, seseorang bisa membunuh ratusan atau ribuan orang dengan sekali serangan.Tapi justru karena hal itulah dia membutuhkannya. Karena itulah dia ingin menunjukan kekuatan berlebihannya itu.Dia ingin menyampaikan kepada semua yang melihat kalau dia sendiri sudah cukup untuk menghancur leburkan sebuah pasukan."Kelihatannya tahap ini berjalan lancar"Bilang Haruki. Yang saat ini sedang terjun menuju pinggir kota Alba.Haruki dan Skuadnya terjun bersamaan dengan ledakan dari bom yang mereka luncurkan untuk menghindari perhatian dari orang-orang yang ada di bawah. Setelah melakukan latihan intensif selama sebulan, Haruki dan kebanyakan dari anggota skuadnya sudah bisa terjun dengan tenang. Dia bahkan sangat tenang sampai bisa memperhatikan reaksi orang-orang di bawah sana sambil mengendalikan arah jatuhnya.Dan sesuai yang mereka duga. Reaksi yang dia bisa lihat pertama adalah. . . . .Tidak ada.Ketika kau dihadapkan pada sesuatu yang di luar nalar. Terkadang otak bahkan menolak untuk berpikir. Membuat pikiran yang melihat hal di luar nalar tadi berakhir hanya diisi oleh kekosongan.Setelah itu. Begitu ketakutan terhadap apa yang baru saja terjadi mulai meresap. Semua orang mulai panik. Orang-orang yang berada di kota langsung berteriak dan berlari kesana-kemari, sedangkan prajurit Seragus dan Takara menunjukan kepanikannya dengan membuat barisan rapi mereke jadi berantakan."Bagus!"Jika yang Erwin inginkan hanyalah menyelamatkan Amelie dan Fina. Dia hanya perlu membuat alat transportasi masal yang mudah dibuat, memberikan mereka senjata baru, lalu mengajak semua orang pergi ke teritori Stelia.Tapi dia tidak melakukan hal sederhana itu dan malah memutuskan untuk membuat banyak benda rumit yang memakan bukan hanya waktu, tapi juga tenaga dan juga uang diciptakan. Semua itu adalah demi membuat bukan hanya dia bisa menyelamatkan Amelie, tapi mencegah kejadian itu untuk terulang lagi.Dan metode yang dia pilih adalah, seperti yang sudah dia katakan sebelumnya. Dengan membuat semua orang takut padanya. Semua hal yang dia lakukan dan ciptakan dalam satu bulan ini adalah demi tujuan itu.Sebab ada tiga hal sederhana yang ditakuti oleh semua makhluk hidup secara alami.Pertama, hal yang jauh lebih besar darimu. Sesuatu yang sangat besar akan membuat seseorang yang melihatnya merasa kecil dan lemah.Kedua, suara keras. Sesuatu yang mengingatkan kalau mereka hanyalah mangsa dari makhluk yang lebih besar dan kuat dari mereka.Lalu yang ketiga. Api dan ledakan besar. Meski keduanya bisa membawa berkah, tapi api dan ledakan adalah sesuatu yang bisa dengan mudahnya membawa kehancuran.". . . . ."Tidak lama kemudian, Haruki dan skuadnya berhasil mendarat di tanah dengan selamat. Dan begitu Erwin memastikan mereka semua sudah berada di dalam posisinya. Akhirnya Erwinpun ikut menyiapkan diri. Hanya saja, tidak seperti yang lain dia tidak menyiapkan parasut."Tuan Erwin!"Seseorang membawakan peralatan khususnya."Terima kasih, bantu aku memasangkan semuanya""Siap!"Posisi Erwin masih adalah seorang warga sipil. Tapi sebagai pemimpin dari operasi mereka, semua anak buah Haruki juga memperlakukan pemuda itu seakan dia punya posisi yang lebih tinggi dari mereka.Pertama, mereka memasangkan chainmail di atas pakaian pertamanya. Setelah itu mereka memasangkan satu persatu bagian dari baju zirah khususnya. Baju zirah yang tidak seperti baju zirah pada umumnya, sama sekali tidak memikirkan tentang mobilitas penggunanya. Lalu, begitu baju zirahnya selesai terpasang. Mereka juga mulai memasangkan benda-benda lain yang akan pemuda itu jadikan sebagai senjatanya.Sebuah senapan jenis baru, puluhan kotak amunisi, sebuah tangki berisi petrol, pedang pendek, lalu pisau kecil dan yang terakhir. Flare gun.Dengan semua perlengkapan itu, Erwin tidak akan bisa bertempur dengan baik. Tidak, bukan hanya bertempur. Bergerak saja dia akan kesusahan. Hanya saja, dia memang tidak perlu bertempur dengan baik. Tugasnya adalah mengalihkan perhatian pasukan musuh, jadi yang jadi prioritas nomor satunya adalah ketahanan hidupnya. Asalkan dia bisa tetap hidup dan bergerak, hal itu sudah cukup."Tuan Erwin, semuanya sudah siap! kau bisa berangkat kapan saja""Kalau begitu aku berangkat! setelah Haruki berhasil, langsung jalankan rencana yang terakhir!""Siap!"Erwin mengangguk lalu berjalan ke pintu keluar dari decknya. Dia melihat ke bawah dan memastikan target jatuhnya, lalu dengan santainya dia melompat turun. Dan. .Bammmmm. . . . . . . . . .Erwin jatuh tepat di depan bagian dalam gerbang kota Alba. Sebab dia tidak menggunakan parasut, begitu tubuhnya menyentuh tanah. Area di mana dia jatuh langsung membuat suara ledakan dan gelombang kejut yang cukup kuat. Cukup kuat bahkan sampai membuat semua debu yang ada di sana berterbangan dan menghalangi pemandangan semua orang.Beberapa saat kemudian, Erwin berhasil membetulkan posisi berdirinya lalu dengan perlahan. Pemuda itu mulai berjalan menuju kastil Stelian tepat di tengah kota.Dan reaksi orang yang melihat hal itu?"Apa yang harus kami lakukan, tuan Stelian?"Mereka hanya bisa bertanya kepada tuan mereka. Dan hal itu bukan karena jendral pasukan Stelian itu tidak kompeten. Sebagian besar prajuritnya memang tidak punya pendidikan militer formal, tapi jendralnya lain. Dia punya pendidikan dan juga pengalaman.Hanya saja pendidikan dan pengalamannya sama sekali tidak ada gunanya saat ini.Selain itu anggota pasukan Seragus dan Takara juga memberikan reaksi yang sama. Sebab kau mau mencari di manapun, tidak ada manual yang bisa menunjukan apa yang harus mereka lakukan ketika mereka melihat semua hal yang baru saja terjadi.Stelian, Seragus, dan Takara.Mereka juga sebenarnya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Tapi tentu saja tidak ada satupun dari mereka yang bisa mengatakan hal itu. Mereka adalah seorang pemimpin, jika mereka ikut panik maka nasib dari pasukan mereka akan habis.Seragus dan Takara memutuskan untuk menenangkan pasukannya dan menyuruh mereka untuk siap siaga. Dengan kata lain, mereka menyuruh semua anak buahnya untuk diam dan melihat apa yang akan terjadi.Sedangkan Stelian?"Selama Fina dan Amelie masih berada di kota ini, pelayan itu tidak akan bisa menyerang"Kalau Erwin jujur memang hanya ingin menyelamatkan tuan putrinya. Dia tidak akan berani mengarahkan senjatanya ke kastilnya. Sebab jika dia meluncurkannya, kedua sandra yang mereka ingin selamatkan juga pasti akan ikut mati."Tapi dengan adanya benda itu, kita tidak akan bisa mendapatkan bantuan""Ya. . ."Stelian mungkin belum bisa melihat keberadaan pasukan koalisi. Tapi dia yakin, kalau mereka sudah sampai pun. Mereka tidak akan berani bergerak sembarangan. Demonstrasi yang ditunjukan oleh Erwin sudah sukses mengulur waktu untuk rencananya sendiri."Bagaimana kalau tuan Stelian kabur bersama dua putri Amteric! aku bersedia mengalihkan perhatian mereka""Jangan bodoh, apa yang akan terjadi kalau mereka sadar jika tuan putri mereka sudah tidak ada di kota ini?"Erwin bisa memberikan perintah untuk menghancurkan kota itu. Dari Pengumuman yang diberikan oleh pemuda itu, Stelian bisa merasakan kalau Erwin juga tidak ingin membunuh. Tapi dia tidak sebodoh itu untuk mempercayai semua kata-kata musuhnya. Dia tidak ingin mencoba melihat apa yang akan terjadi kalau pemuda itu merasa terpojok."Aku melakukan semua ini demi Alba, apa gunanya aku selamat kalau Alba tidak ada lagi!!??"Jendral Stelian membelalakan matanya lalu berlutut dan menunduk dalam."Maafkan aku tuan Stelian""Sudahlah! kita tidak punya pilihan lain! tangkap Erwin!"Jika dia bisa menangkap Erwin, maka semuanya akan baik-baik saja. Dengan pemuda itu ikut jadi sanderanya, sekuat apapun senjata yang dia miliki. Benda itu tidak akan bisa digunakan."Siap!"3Agar mereka bisa dengan mudah membaur. Haruki dan skuadnya tidak ada yang mengenakan seragamnya. Erwin sudah berhasil mengalihkan perhatian sebagian besar dari musuhnya. Tapi berhati-hati sama sekali tidak ada nilai minusnya. Dengan begitu, dia dan pasukannya berjalan sambil melawan arus penduduk Alba yang sedang panik untuk mengungsi keluar dari kota mereka.Dan untuk lebih amannya lagi. Dia menyuruh agar pasukannya menyebar dan menjaga jarak dengan satu sama lain. Tapi, meski harusnya mereka hanya fokus dengan tugasnya. Mau tidak mau perhatian mereka juga ikut tertarik ke arah Erwin. Mau tidak mau perhatian mereka harus terbagi jadi dua.

Pertama, sebab Erwin berjalan sambil mengenakan baju zirah yang benar-benar mencolok. Lalu, yang kedua adalah. . . .

"Aku sekarang agak merasa kasihan pada mereka"Anak buat Stelian adalah musuh mereka. Tapi melihat orang-orang itu melawan Erwin. Harki hanya bisa merasa kasihan pada mereka. Erwin mungkin tidak bisa bergerak cepat, dan sebab ukuran zirahnya yang besar dia juga mudah jadi sasaran serang seseorang. Hanya saja, serangan mereka sama sekali tidak ada gunanya di hadapan pemuda itu.Dipanah tidak mempan.Ditembak dengan senapan tidak ada pengaruhnya.Dan bahkan. . .BOOOOMMMM!!!!!!Tembakan meriam pun tidak mampu menghentikan laju pemuda itu. Asalkan Erwin punya cukup persiapan, dia akan baik-baik saja meski yang jadi lawannya adalah kapal perang.Melawan Erwin di dalam baju zirahnya sudah hampir sama dengan melawan sebuah gunung.Selain itu, jika kau berpikir kalau kau punya kesempatan kalau kau bisa melawannya dari jarak dekat. Kau salah besar. Mobilitas Erwin yang buruk karena baju zirahnya yang berat tidak membuatnya jadi lemah dalam pertarungan jarak dekat. Sebab pemuda itu sekali lagi, sudah menyiapkan diri.Erwin bisa menggunakan senjatanya untuk menghalangi seseorang untuk mendekat. Misalkan cara itu gagal, dia masih memiliki flame thrower yang bisa digunakan pertahanan selanjutnya. Lalu jika dia masih gagal juga, selain pisau kecil dia juga memiliki banyak benda tajam di berbagai bagian dari baju zirahnya yang tersembunyi untuk menyerang musuh."Tapi aku tidak bisa membiarkannya terlalu lama jadi bulan-bulanan semua orang"Saat ini mungkin Erwin sedang mendominasi pertempuran. Tapi hal itu tidak akan berlangsung selamanya. Ketika staminanya sudah menipis dan persenjataannya kehabisan amunisi serta bahan bakar. Pasukan Stelian akan bisa dengan mudah mengepung dan mengalahkannya dengan permainan angka.Haruki sudah menyuruh Erwin untuk meminta bantuan menggunakan flare gun-nya kalau Erwin sudah merasa tidak kuat lagi. Tapi kalau bisa, Haruki ingin menyelesaikan misi mereka sebelum temannya itu perlu bantuan.Dalam waktu sekitar dua puluh menit. Haruki dan skuadnya akhirnya sampai di komplek kastil dimana Stelian tinggal. Dan begitu sampai, mereka menemukan gerbangnya ditutup dengan rapat. Persis seperti yang sudah mereka duga.Tapi mereka juga menemukan kalau gerbang itu sedang dipenuhi oleh pekerja kastil yang sedang berusaha untuk keluar. Ada Yang mencoba menaikinya, mendorongya, dan juga banyak yang memohon-mohon untuk diizinkan keluar kepada dua penjaganya. Dengan jumlah mereka yang sekitar lima puluhan, tempat itu benar-benar kelihatan kacau.Melihat kekacauan itu, Haruki langsung tersenyum.Haruki memberi tanda pada beberapa rekannya untuk mengikutinya. Setelah itu mereka pura-pura jadi rakyat biasa yang kebetulan lewat di sana saat ingin kabur. Dan begitu orang-orang itu melihat mereka, langsung saja. . ."Tolong kami!!"Ada yang meminta tolong pada mereka.Haruki berpura-pura berpikir dua kali sebelum akhirnya memutuskan untuk menolong mereka. Setelah itu dia bilang. . ."Kalau kalian ingin keluar"Dengan keras. Memastikan kalau semua orang bisa mendengarnya."Dorong saja gerbang itu bersamaan!"

Solusi yang Haruki berikan sangatlah sederhana. Gerbang kastil itu bukanlah pintu kuat besar layaknya gerbang yang ada di gerbang kota. Kastil itu fungsi utamanya adalah kantor administrasi. Jadi, gerbang metalnya dibuat dengan kemudahan akses sebagai prioritas utamanya. Dengan orang yang sebanyak itu mereka akan bisa dengan mudah merobohkan gerbang itu.

Kemungkinan besar, mereka tidak terpikir akan hal sederhana itu karena semua orang merasa panik dan hanya fokus pada keselamatan masing-masing. Tapi begitu mereka sadar kalau semua orang ada di dalam situasi yang sama. Menyatukan kekuatan adalah hal yang paling natural."Berhenti kalian semua!!!!""Diam kau!!"Dua prajurit penjaga gerbang yang sedari tadi hanya menggunakan kata-kata untuk menggiring mereka kembali ke dalam kastil akhirnya mengeluarkan senjatanya. Tapi sebab mereka kalah jumlah, kerumunan di depan mereka langsung menelan keduanya dan melumpuhkan mereka. Setelah itu, semua orang mulai mendorong gerbang kastil itu secara bersamaan dan benar saja."Aaaaaa. . . "

Gerbang itu roboh dan semua orang bisa keluar.

"Ayo kita pergi!"Haruki kembali berteriak, dan teriakannya jadi tanda untuk membludaknya semua orang dari dalam kastil. Bahkan orang-orang yang sebelumnya hanya melihat kerumunan itu dari jauh di dalam kastil ikut buru-buru keluar."Bagus, sekarang kita bisa fokus untuk melumpuhkan kastil ini"Melihat kalau gerbang di depannya hanya dijaga dua orang. Bisa dipastikan kalau sebagian besar pasukan mereka mungkin difokuskan untuk melawan Erwin. Dengan kata lain, penjagaan kastil Stelian sedang lemah-lemahnya.Dengan cepat, Haruki dan semua skuadnya menyelinap masuk ke dalam kastil dan mulai mengamankan tempat itu dengan melumpuhkan semua penjaga yang mereka temui di jalan sambil mencari hadiah mereka. Amelie dan Fina.4"Bajingan!!"Orang yang baru saja berteriak adalah Gavril."Apa-apaan situasi ini?"Pertama, ada kapal udara besar yang muncul di Alba dan sekarang sedang terbang di atas semua orang. Mengawasi pergerakan mereka dari ketinggian. Setelah itu dia melihat benda meluncurkan bom yang bisa menghancur leburkan kota itu sebagai tembakan peringatan. Lalu yang terakhir, ada petarung yang lajunya tidak bisa dihentikan sedang menuju ke tempatnya berada."Bagaimana semua ini bisa terjadi?"Gavril bergabung dengan pasukan Stelian hanya untuk mendapatkan uang dan hidup yang mudah. Dan sebab dia tidak punya cukup prajurit, orang tua itu tidak repot-repot memilih-milih calon prajuritnya dan pada dasarnya mau menerima siapapun asal mereka mau bertarung untuknya. Mantan bandit, prajurit bayaran, mantan kriminal semuanya diterima asal kau punya sedikit kemampuan. Kau bahkan bisa mendapatkan posisi yang tinggi dengan relatif mudah.Dan benar saja, Gavril yang punya banyak pengalaman sebagai prajurit bayaran diberikan posisi yang lumayan tinggi sebagai pengawal pribadi Stelian. Saat ini dia mungkin diberikan tugas untuk mengawal kedua gadis yang Stelian culik, tapi posisi resminya adalah pengawal pribadi Stelian bersama Hektor dan beberapa rekannya yang lain.Bayarannya sebagai pengawal pribadi orang tua itu sudah cukup tinggi. Selain itu, dengan posisinya dia juga bisa melakukan banyak hal lain untuk menghibur dirinya sendiri. Mulai dari hal kecil seperti makan dan minum gratis di restoran di dalam kota, memeras orang yang dia temui di jalan, meminta suap dari para pedagang yang ingin berbisnis dengan stelian, atau memaksa seorang wanita untuk jalan-jalan dengannya.Dia berencana untuk menikmati hidup mudahnya di sana sampai dia bosan.Tapi hari ini, semua rencananya itu sudah hancur total. Kedatangan Erwin sudah membuat rencana masa depan cerahnya berubah jadi petaka. Bukan hanya dia harus membuang gaya hidup barunya itu, dia juga bisa saja mati hari ini. Oleh karena itulah. . ."Tidak ada pilihan lain! Aku harus meninggalkan kota ini!"Di mata Gavril, Stelian nasibnya sudah tamat. Lawan mereka mungkin hanya satu orang, atau sekelompok orang. Tapi dia sama sekali tidak bisa membayangkan kalau mereka bisa mengalahkan musuh mereka. Dan meski dia punya kepercayaan diri terhadap kemampuan bertempurnya, dia tidak yakin kalau dia bisa menang melawan Erwin."Selain itu. . ."Pemuda itu melihat ke atas."Kota ini sudah tidak punya harapan"Gavril kembali berjalan dengan cepat, tapi bukan ke pintu keluar. Dia memang sudah memutuskan untuk kabur dari kota itu. Tapi dia tidak bisa kabur begitu saja. Kaburnya sendiri cukup mudah, hanya saja kehidupannya akan tetap berlanjut setelah dia berhasil kabur. Karena itulah dia perlu membawa modal yang cukup untuk perjalanannya ke tempat baru. Tempat baru di mana dia tidak lagi mempunyai posisi untuk menikmati semua keuntungan yang dia miliki di Alba.Biaya hidup dalam wilayah konflik berbeda jauh dari di negara damai. Karena sulitnya perdagangan, tidak jarang kalau harga-harga barang di tempat seperti itu melambung tinggi. Meski dia punya uang banyak, kalau dia tidak bisa cepat menemukan pekerjaan baru. Gavrilpun bisa bangkrut. Dan betapa beruntungnya dia, hampir semua daerah yang bisa dia capai di benua adalah daerah konflik.Dengan kemampuannya, dia tentu saja bisa menjadi prajurit bayaran individu bagi pasukan pemberontak. Tapi banyak dari mereka tidak punya kapital yang mencukupi. Membuat bekerja pada mereka hanya memberinya pemasukan yang kecil.Stelian bisa menawarkan dia dan rekan-rekannya yang lain gaji besar adalah pengecualian.Dia tidak tahu bagaimana caranya, tapi sepertinya Stelian mempunyai sekutu yang mau mengambil alih beban biaya operasi mereka. Dari apa yang dia dengar, sekutu itulah yang meminta mereka menculik Amelie dan memberikan gadis kecil itu pada mereka. Membuat Stelian yang berencana hanya menculik 1 orang berakhir menculik 2 orang.Secara fisik dia bisa pergi ke Amteric, tapi dia tidak ingin diperlakukan seperti sampah. Karena itulah, pilihannya hanya tinggal satu. Pergi ke negara anggota koalisi dan mencari pekerjaan yang aman sampai dia menemukan kesempatan lain untuk bisa mencari untung besar."Aku akan mulai dari sini. . ."Dengan begitu, Gavril mulai menggeledah ruangan-ruangan dari pekerja di tempat kastil tempatnya bekerja itu. Dia mencari benda-benda berharga yang mungkin tertinggal di saat pemiliknya pergi buru-buru.Tentu saja dia tidak bisa menggeledah semua ruangan yang ada di sana. Jumlah mereka terlalu banyak. Dia hanya memfokuskan pencariannya pada kamar-kamar pekerja yang punya jabatan yang agak tinggi di dalam kastil.Dan hasilnya?Seperti yang sudah dia duga. Dia tidak bisa menemukan banyak benda yang bisa dibawa dengan mudah karena ukurannya yang terlalu besar. Yang berhasil dia jarah hanyalah senjata cadangan dan hanya beberapa koin emas saja. Sepertinya semua orang yang mencoba kabur tidak sepanik yang Gavril kira sampai mereka lupa membawa benda-benda berharga mereka."Tidak ada pilihan lain"Stelian tentu saja adalah orang yang pasti punya banyak harta. Tapi harta orang itu disimpan di tempat lemari besi yang dijaga ketat. Jadi Gavril tidak bahkan tidak menganggapnya sebagai target. Karena itulah, dia buru-buru pergi menuju tempat di mana targetnya yang selanjutnya berada.Fina dan Amelie.Dia memeriksa keadaan dan menemukan kalau untuk suatu alasan. Hektor yang juga ditugaskan untuk mengawal keduanya sedang tidak ada di tempat. Kemungkinan pria itu, yang adalah bonafit orang Alba lebih mementingkan keselamatan Stelian daripada kedua sanderanya."Atau mungkin dia hanya bodoh"Stelian mungkin adalah target yang sedang dikejar oleh Erwin. Tapi pemuda itu sudah secara terang-terangan bilang kalau dia ingin menyelamatkan Amelie dan Fina. Dengan kata lain, sama sekali tidak terlalu jauh kalau kalau akan ada orang menyusup ke kastil untuk membebaskan keduanya.Meninggalkan keduanya di saat seperti ini adalah tindakan yang bodoh.Sebagai orang yang ingin memanfaatkan keadaan, Gavril hanya bisa berterima kasih pada Hektor. Merasa aman, Gavril langsung masuk ke ruangan Fina dan Amelie tanpa mengetuk pintu."Permisi tuan putri, aku perlu menggeledah kamarmu"Begitu masuk, Gavril menemukan kalau Fina dan Amelie baru saja selesai berganti pakaian. Amelie sudah membuang kain romben yang jadi pakaian kerjanya dan mengenakan pakaian lamanya. Sedangkan Fina sendiri memutuskan untuk tidak mengenakan pakaian penuh renda yang biasa dia kenakan keluar dan memilih untuk menggunakan pakaian salah satu pelayan di kastil itu."Ahh. . . jadi kalian sudah bersiap?"". . ."Fina mendorong Amelie ke belakang tubuhnya dan memasang pose melindungi."Jangan khawatir, aku tidak ingin mengganggu kalian"Kalau mereka adalah gadis biasa, mungkin Gavril akan tergoda untuk membawa salah satu dari mereka. Tapi sayangnya, keduanya hanyalah beban yang akan membuat bukan hanya niatnya untuk kabur akan susah. Tapi juga akan menjadikannya target utama siapapun yang sedang datang untuk menyelamatkan mereka. Dan tentu saja, Gavril tidak ingin mengambil resiko itu."Apa aku bisa memegang kata-katamu?"Tanya Fina."Aku tidak bohong, hanya saja kalau kalian ingin kabur! Tinggalkan harta kalian di sini"Jika Hektor yang ada di sana, mungkin pria paruh bayah itu akan mencoba untuk menghalangi keduanya yang akan kabur. Dia adalah anak buah setiap Stelian kepentingan pemimpinnya adalah kepentingannya sendiri. Tapi Gavril punya prioritas lain. Dan prioritas utamanya adalah tentu saja kepentingannya sendiri.Dia hanya butuh benda berharga milik kedua gadis itu. Dia tidak peduli kalau mereka ingin kabur.". . . ."Fina dan Amelie melihat pada satu sama lain, setelah itu keduanya mengangguk."Baiklah. . "Jawab Fina."Terima kasih atas kerjasamanya"Begitu keduanya mendengar ultimatum yang diberikan oleh Erwin. Keduanya langsung tahu kalau sudah saatnya seseorang untuk menjemput mereka. Oleh sebab itulah, mereka tidak ragu untuk menyiapkan diri.Kedatangan Gavril sempat membuat mereka panik. Tapi kalau pria itu hanya menginginkan harta benda mereka. Keduanya tidak keberatan mengorbankannya agar mereka bisa selamat. Pengorbanan mereka itu adalah harga yang murah untuk dibayar dibandingkan keselamatan mereka.Dengan izin pemiliknya, Gavril mulai menggeledah ruangan itu. Tapi. . ."Tidak ada apa-apa di sini. . ."Tentu saja di dalamnya ada banyak benda, terutama pakaian. Dan juga sebuah mahkota yang sengaja Stelian tinggalkan agar dia bisa menunjukan kalau Fina adalah benar-benar seorang tuan putri. Tapi Gavril tidak menyangka kalau isi lemari yang sedang dia geledah tidak terlalu berharga."Kau ingat kalau kami itu diculik kan?"Jawab Fina.Tentu saja mereka tidak membawa banyak bersama mereka. Yang mereka bawa ke kamar mereka hanyalah benda-benda yang mereka perlukan sehari-hari. Sedangkan uang maupun benda lain yang mereka simpan di kereta kuda masing-masing kemungkinan sudah disita oleh Stelian."Kalau begitu. . . ."Gavril mengalihkan pandangannya dari lemari kosong kedua tuan putri itu kepada yang bersangkutan. Setelah itu dia mulai memeriksa penampilan kedua gadis yang ada di depannya. Mulai dari kepala sampai kaki."Kau benar-benar serakah"Mahkota yang Gavril dapatkan saja harusnya sudah cukup untuk membuatnya hidup mewah selama berbulan-bulan kalau pemuda itu menjualnya. Benda itu secara literal adalah sebuah harta karun yang diberikan hanya pada orang-orang terpilih. Jadi entah itu material ataupun desainnya, semuanya punya nilai yang sangat tinggi."Kalau kau bisa dapat banyak, kenapa puas dengan yang sedikit?"". . . ."Sebab Fina tidak punya pilihan lain, dia hanya bisa menurut dan mulai melepaskan semua perhiasan yang dikenakannya. Dua antingnya, kalung yang ada di lehernya, cincin di jarinya lalu pin serta gelang yang baru selesai dia lepaskan saat berganti pakaian."Aku tidak serakah tuan putri, aku orang normal"Sudah jadi rahasia umum kalau orang miskin pasti ingin jadi kaya. Dan orang yang sudah kaya akan ingin jadi lebih kaya. Lalu orang yang sudah sangat kaya pun, masih akan ingin untuk jadi lebih dan lebih kaya lagi. Jika orang normal saja punya pikiran seperti itu, apalagi Gavril yang sudah jelas lebih dari normal."Kalau bicara tentang keserakahan, bukankah kau lebih serakah tuan putri?""Aku membutuhkan mereka untuk melakukan pekerjaanku"Sebagai seorang wanita, tentu saja Fina menyukai perhiasan yang berkilau. Hanya saja dalam kasus ini, sebagian besar perhiasan yang dia kenakan dia miliki untuk keperluan pekerjaannya sebagai seorang tuan putri. Bukan untuk kesenangannya sendiri.Seseorang yang punya kedudukan tinggi sepertinya tidak bisa berpenampilan terlalu sederhana. Memamerkan kecantikan dan hartanya juga adalah bagian dari pekerjaannya."Begitukah? Pantas saja kau menyerahkan mereka dengan mudah"Ya, sebab semua perhiasan itu hanya Fina anggap sebagai alat kerja. Dia sama sekali tidak memiliki ikatan dengannya. Membuatnya tidak merasa terlalu kehilangan setelah dipaksa untuk memberikannya pada Gavril."Terima kasih tuan putri"Begitu Gavril selesai mengumpulkan semua perhiasan Fina. Dia berjalan menyodorkan kantong kainnya kepada Amelie yang masih berada di belakang tubuh Fina."Aku hanya punya ini"Selama di Amteric, Amelie juga mengenakan beberapa perhiasan di tubuhnya. Tapi setelah dia memutuskan untuk jadi supporter Fina, gadis itu berpikir kalau dia tidak perlu lagi mengenakan mereka sebab pekerjaannya lebih fokus di balik layar. Membuat saat ini, dia tidak mengenakan perhiasan apapun kecuali dua pita di rambutnya.Baginya, pita yang ada di rambutnya memang berharga. Tapi nilai dari pitanya adalah lebih ke arah nilai emosional bukannya finansial. Jadi dia yakin kalau Gavril juga tidak akan menginginkannya.". . . ."Gavril menerima barang pemberian Amelie dan memeriksanya. Benda itu adalah sebuah cincin baja mulus yang punya desain rumit. Desainnya kelihatan indah, jadi harganya pasti tidak murah mengingat seberapa sulitnya benda itu dibuat. Tapi materialnya membuat nilai benda itu sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan perhiasan yang dia dapatkan dari Fina."Kau juga seorang tuan putri kan? Bocah""Aku hanya anak selir"Kalau nilai dari barang yang Gavril ambil dilihat dari kegunaanya. Barang yang nilainya paling tinggi kemungkinan besar adalah cincin yang baru saja Amelie berikan. Sebab cincin itu adalah cincin keanggotaannya dalam pasukan cadang. Jika kau menunjukan benda itu pada orang yang tepat, kau bisa menggerakan ribuan orang dari banyak negara untuk menuruti permintaanmu."Hmm. . . ."Gavril mengalihkan pandangannya ke wajah Amelie. Setelah itu dia memperhatikan ekspresi gadis itu dengan seksama. Gavril melakukan hal itu cukup lama sampai Amelie mulai merasa tidak nyaman dengan observasi pemuda itu."A-apa? . . .""Tidak ada apa-apa"Jawab Gavril."Ka-kalau begitu cepat pergi sana"Fina kembali maju dan menghalangi Gavril."Diam!"Amelie mundur dari tempatnya secara reflex."Pergi kau!"Setelah itu Gavril mendorong Fina dan menyuruhnya menjauh dari Amelie. Hal yang Fina coba lawan. Tapi Amelie memberi tanda agar kakaknya tidak melawan dan menurut saja. Meninggalkan Amelie berhadapan satu lawan satu dengan Gavril."Tolong jangan bohong padaku bocah"Amelie mencoba bertingkah bodoh tapi Gavril dengan mudah melihat celah di topen gadis kecil. Gavril tidak menyangka kalau gertaka kosongnya bisa seefektif itu. Membuat pemuda itu tersenyum lebar.". . . ."Amelie juga menyadari kalau dia baru saja melakukan sebuah kesalahan besar. Oleh sebab itulah, secara reflek dia langsung mencoba mundur dari tempatnya. Hanya saja, kali ini telapak tangan Gavril langsung bergerak dan meraih dada Amelie."Benda apa ini hahh. . .?"Atau lebih tepatnya, meraih benda yang Amelie sembunyikan di balik bajunya. Benda yang dia sangat ingin sembunyikan dari Gavril karena bagi gadis itu, benda itu tidak ternilai harganya. Dan benda itu adalah. . ."Cincin lagi hah. . ."Cincin hadiah dari Haruki.Menyadari apa yang terjadi. Wajah Amelie langsung dipenuhi ekspresi terkejut dan panik."Bocah bodoh!!!"Tangan Gavril yang lain mulai menarik kalung itu dari leher si gadis kecil."Ja-jangan. . . ."Prioritas Amelie adalah menyelamatkan dirinya sendiri. Dan agar dia bisa selamat. Harusnya dia rela memberikan sangat banyak hal termasuk cincin dari Haruki itu. Jika dia bisa selamat dengan hanya memberikan cincinnya, dialah pemenangnya. Amelie juga yakin kalau Haruki tidak marah padanya sudah mengorbankan cincin pemberiannya itu untuk menyelamatkan dirinya sendiri.Selain itu, cincin itu juga tidak sangat mahal sampai Haruki tidak bisa membeli penggantinya lagi.Logikanya menyuruhnya untuk memberikan cincin itu pada Gavril.Kepercayaannya pada Haruki meyakinkan dirinya kalau merelakan cincin itu adalah keputusan yang tepat.Dan ingatannya bisa memastikan kalau mencari penggantinya adalah sesuatu yang mudah.Tapi perasaannya?

"KEMBALIKAAANN!!!!"

Sama sekali tidak mengizinkannya untuk melepaskannya.Amelie menyerobot tangan Gavril lalu menggenggamnya dengan seerat yang dia bisa dan menolak untuk melepaskannya.5"Lepaskan bocah bodoh!!""Kembalikan cincinku!!""Kubilang lepaskaannn!!!"Gavril menarik tubuh Amelie dengan kasar. Gadis itu tidak melepaskannya. Dia mendorongnya dengan kuat, gadis itu masih belum mau melepaskan tangannya. Gavril mencoba menghempaskan tubuh Amelie. Gadis itu masih juga menempel dengan erat di tangan kannya. Yang tidak mengherankan sebab dia punya pengetahuan khusus yang membiarkannya untuk mengunci telapak tangan Gavril dengan tangannya sendiri.Tubuh Amelia yang ringan membuatnya bisa dengan mudah diayunkan kesana-kemari. Tapi meski badannya diayunkan ke kanan, kiri, atas dan bawah Gavril sama sekali tidak merasa kalau gadis itu melonggarkan genggamannya di tangan pemuda itu."Sudah cukup!!!"Kalau bisa, Gavril tidak ingin memperlakukan Amelie terlalu kasar sampai meninggalkan luka. Tapi gadis itu sudah kelihatan jelas tidak punya keinginan untuk menyerahkan cincinnya. Dan sayangnya, dia tidak punya waktu untuk dibuang-buang. Entah itu Hektor atau penyusup dari luar, mereka bisa datang kapan saja."Haaa!!"

Merasa tidak punya pilihan. Akhirnya Gavril memutuskan untuk mendorong tubuh Amelie ke lantai dan membantingnya dengan keras. Dia dijatuhkan dengan sangat keras sampai. .

"Aghh. . ."Udara di paru-paru gadis itu dipaksa keluar dengan tiba-tiba."Kau masih mau lagi hah?"Tubuhnya terasa sakit, punggungnya terasa sakit, dan dadanya terasa seperti akan remuk. Tapi meski begitu, Amelie masih tidak mau melepaskan tangan pemuda itu."Ke-kembalikan!!""Kau tidak tahu kapan harus menyerah hah!!???"Gavril mengangkat tangannya, yang juga ikut mengangkat tubuh Amelie yang masih memegangnya. Setelah itu dia memutar badannya dan. . . .

Brag!!!!

Pemuda itu melemparkan tubuh ameli ke tembok yang ada di belakangnya dan menabrakkan kepala gadis itu ke tembok yang sama.

". . . "Dengan kerasnya kepala Amelie menabrak tembok di depannya. Dia langsung mengalirkan bukan hanya air mata, tapi juga darah dari kening dan hidungnya yang terluka. Kau bahkan bisa melihat secuil dari kulit di keningnya mengelupas karena gesekan dan tekanan dari tabrakannya tadi ke benda keras itu.

"Jangan membuat dirimu sendiri susah!"

Jika kamu menyerahkan cincinmu, maka kau akan berhenti merasa sakit!Sederhana!". . . ."Amelie tidak bisa menjawab lagi. Sebab kali ini bahkan untuk membukanya saja dia sudah merasa kesulitan. Jika dia kehilangan konsentrasi sedikit saja, bisa saja dia akan kehilangan kesadarannya. Tapi meski dalam keadaan yang sudah seperti itu. Keinginannya untuk mempertahankan cincin-nya sama sekali tidak meredup sedikitpun."Aku paham!!"Gavril yang melihat reaksi gadis itu akhirnya paham. Gadis itu tidak takut padanya, gadis itu tidak takut dengan ancamannya, dan keteguhan hati gadis itu tidak akan tergoyahkan oleh kekerasan yang dia lemparkan padanya.Dan Gavril sama sekali tidak menyukai hal itu."Berhenti!!!!"Fina yang sedari tadi sibuk terkejut dengan apa yang terjadi sampai kepalanya blank akhirnya sadar. Dan begitu sadar dia langsung memegang lengan bebas Gavril yang sudah siap untuk diayunkan ke tubuh adik perempuannya."Berhenti!! Kau sudah dapat banyak kan!!? Kau tidak perlu mengambil cincinnya juga!!"Fina mengingat betapa bahagianya Amelie saat dia menceritakan bagaimana dia mendapatkan cincin itu. Senyum gadis itu saat memegang benda kecil itu sudah cukup untuk memberi tahu seberapa pentingnya cincin di kalung adik perempuannya. Tidak seperti semua perhiasannya, cincin yang diberikan Haruki pada Amelie adalah sesuatu yang benar-benar penting dan berharga."Diam kau!!"Tangan Gavril sudah berhasil Fina genggam dengan erat. Tapi kekuatannya sama sekali tidak cukup untuk menahan laju dari tinjuan-tinjuan pemuda itu yang terus dilancarkan ke tubuh kecil Amelie. Hanya saja usahanya tidak sia-sia, sebab momentum dari serangan Gavril menjadi berkurang banyak. Membuat Amlie punya waktu untuk menggunakan tangan dan kakinya untuk melindungi tubuhnya sambil perlahan-lahan memanggil kesadarannya secara penuh.Sepertinya, semua emosi yang ditunjukan oleh Amelie berhasil memancing emosi Gavril ikut muncul ke permukaan. Membuat pada akhirnya, diapun ikut bertindak berdasarkan emosinya.Gavril memang kuat, tapi dia adalah tipe orang yang hanya akan bertarung kalau dia tahu musuhnya lebih lemah. Jika seseorang yang harus dia hadapi lebih kuat darinya, dia tidak akan ragu untuk kabur dan meminta ampun kalau perlu. Dia selalu melakukan hal itu, dan punya rencana untuk terus melakukan hal itu di masa depan.Sebab hal itu adalah hal yang logis.Begitulah caranya merasionalkan semua keputusannya setiap kali dia kabur dari tanggung jawabnya.Hanya saja di dalam hatinya dia tahu. Dia kabur hanya karena dia merasa ketakutan. Karena itulah dia selalu memilih musuh yang lebih lemah darinya. Dan ketika dia mendapatkan targetnya, dia selalu mencoba membuat mereka menyerah dan mengaku kalah. Sebab melihat mereka menyerah pada keadaan membuatnya bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau di masa lalu.Dia memang tidak bisa berbuat apa-apa saat dihadapkan dengan kekuatan yang lebih besar dari miliknya.Tapi sayangnya kegigihan Amelie membuatnya mulai meragukan dirinya sendiri. Mulai meragukan keputusannya sendiri. Dan mulai meragukan jalan hidup yang sudah diambilnya sendiri. Dan yang lebih buruknya adalah.Semangat pantang menyerah gadis itu memaksanya harus mengingat masa lalunya dan mulai membayangkan. . .

Kalau saja dulu dia lebih berani. . . . apa mungkin saudaranya masih bisa hidup?

Kalau saja dulu dia lebih berani. . . . apakah gadis yang disukainya masih bisa berada bersamanya?

Lalu kalau saja dia sedikit lebih berani. . . apa mungkin dia bisa menyelamatkan teman terbaiknya?Semua pertanyaan-pertanyaan itu membuat rasa bersalah, rasa berdosa, dan semua penyesalannya yang dia simpan dalam-dalam meluap keluar. Membuat hatinya merasa sangat sakit dan menderita.Dan dia sama sekali tidak menyukai semua hal itu."Haaaa!!!!"Karena itulah!Dia harus membuat gadis kecil itu menyerah, kehilangan harapan dan hanya bisa memohon ampun padanya. Sebab dengan begitu, dia bisa membuktikan kalau dialah yang benar. Kalau dunialah yang salah dan bukannya dirinya. Kalau bukannya dia yang terlalu pengecut, tapi dunialah yang terlalu kejam. Kalau dia adalah korban, dan bukanlah penyebab dari semua penderitaan yang terjadi di sekitarnya."Berhenti menggangguku!!"Gavril menstabilkan kuda-kudanya. Setelah itu dia menarik kedua tangannya dan mendekatkannya ke badannya. Membuat kedua bersaudara yang sedang memegang tangannya ikut terbawa ke arahnya. Dengan mudahnya, Gavril mengalahkan perlawanan dari kedua gadis itu murni hanya menggunakan kekuatan fisiknya. Bahkan gabungan dari berat tubuh mereka tidak bisa menghentikan pemuda itu.Dan begitu kedua tangannya sudah berada di posisi yang dia mau. Dia memutar badannya lalu memfokuskan sebagian besar kekuatannya pada tangan yang Fina pegang lalu mencoba melemparkan kedua gadis itu dari tubuhnya."Gaaahhhh. . ."Amelie yang kesadarannya mulai pulih sudah bersiap untuk mengeratkan kunciannya pada lengan Gavril. Tapi seperti yang kau duga. Fina yang bahkan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang bela diri, tubuhnya langsung terlempar dengan mudahnya. Dan sebab Gavril sengaja mengarahkan lengannya ke bawah saat dia melakukan lemparan. Fina berakhir tersungkur pada lantai di bawahnya."Aku tidak punya urusan denganmu!!!"Gavril mengangkat tangannya yang sudah bebas lalu."Aghhh. . . ."Langsung menggunakannya untuk menghantam perut Fina dengan keras. Membuat gadis itu langsung kehilangan kesadaran.Tapi tunggu dulu!! Bukannya ada yang aneh di sini? Kalau Fina yang lebih dewasa dan lebih kuat saja bisa dilumpuhkan dengan satu serangan. Bagaimana bisa Amelie yang lebih muda dan juga lebih lemah masih sadar?. Dalam masalah keseriusan. Siksaan yang Gavril berikan pada tubuh Amelie bahkan lebih banyak daripada serangannya pada Fina.Tapi bagaimana bisa Amelie bukan hanya masih bertahan menempel pada pemuda itu tapi juga masih bisa melawan. Dan tidak hanya itu sekarang dia bahkan. . ."Sekarang tinggal giliran. . aahhkkk. . . ."Berhasil mengambil kesempatan dari kelengahan Gavril setelah dia melumpuhkan Fina lalu membalas balik dengan memelintir lengan pemuda itu."Jangan meremehkanku!!!!"Amelie mengubah posisi tubuhnya dengan cepat lalu memberikan kuncian lain pada pergelangan dan siku pemuda itu."Kau. . ."Menyadari apa yang Amelie sedang coba lakukan. Gavril langsung menggunakan tangannya yang bebas untuk kembali menyerang gadis itu. Hanya saja, karena posisinya yang sulit serangannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Dan jika dia memaksa untuk menggerakan tangannya yang sedang Amelie kunci, dia bisa berakhir membuatnya terpelintir lebih jauh."Bajingan!! Bagaimana bocah sepertimu aaaaghhh. . . .!!!!"Menggunakan seluruh berat dari tubuh kecilnya. Amelie terus mencoba mendorong tangan kanan Gavril untuk melewati batas kemampuan sendinya. Dengan kata lain, apa yang sedang gadis kecil muda itu lakukan adalah mematahkan tangan Gavril."Mungkin kau tidak tahu! Tapi aku sudah lama berada di sekolah militer!!"Ya. Perbedaan terbesar antara Amelie dan Fina selain umur adalah fakta kalau Amelie juga adalah seorang prajurit. Meski hanya secara tertulis. Tidak seperti Fina yang belajar dengan asumsi kalau dia akan selalu dilindungi. Amelie belajar di sekolahnya dengan asumsi kalau dia juga akan ikut dikirim ke garis depan.Sebagai seorang sandera politik. Tentu saja Amelie tidak pernah serius dituntut untuk melakukan tugasnya sebagai seorang murid militer di Yamato. Tapi sayangnya, atau beruntungnya. Gadis itu bukanlah seseorang yang bisa tidak serius saat sudah memiliki tujuan.Tujuannya untuk menyusul lalu membantu Haruki membuatnya selalu serius dalam mengikuti semua pelajaran yang diterimanya. Tentu saja, pelajaran-pelajaran itu juga termasuk menyangkut bela diri. Dan di dalam pelajaran bela dirinya. Dia diberitahukan banyak bagaimana cara untuk jatuh dengan aman, cara melindungi kepalamu dan menghindari kehilangan kesadaran, dan cara untuk melindungi semua bagian vitalnya.Dia juga sudah belajar tentang seberapa anehnya tubuh manusia. Mereka bisa menerima siksaan seberat apapun tapi, asal organ vital mereka aman. Seseorang isa tetap bertahan hidup. Tapi di saat yang sama. Satu pukulan bisa menghabisi seseorang kalau mendarat di tempat yang salah.Karena semua pengetahuan itulah Amelie masih bisa bertahan sampai sekarang dan bahkan melawan balik."Bajingan!!"Gavril kembali mencoba memukul Amelie. Tapi gadis itu selalu berhasil melindungi tubuhnya dengan membungkukan badannya, atau menggunakan kakinya, atau menghindari serangan yang datang sebisanya. Lalu kalau dia tidak bisa menangkis atau menghindar, dia akan membiarkan serangan pemuda itu untuk mendarat di tempat yang gadis itu anggap tidak terlalu fatal.Dia tentu saja merasa sakit. Tapi gadis itu sudah tidak ada dalam posisi di mana dia bisa menyerah dan mengajak Gavril bernegosiasi. Amelie sendiri bisa melihat dengan jelas kalau pemuda itu ingin menggilas mentalnya sampai hancur. Di antara mereka sudah tidak ada lagi jalan damai."Aagghhh. . .. ."Frustasi serangannya tidak efektif. Gavril mengganti target serangannya ke arah kepala Amelie. Tapi untungnya gadis itu masih bisa menghindari serangan pemuda itu dengan relatif mudah. Terima kasih pada posisinya yang lebih menguntungkan yaitu tepat di belakang tubuh pemuda itu."Ugh. . ."Tapi posisi menguntungkannya itu tidak akan bertahan lama. Kalau Gavril memutuskan untuk menabrakan dirinya ke tembok atau menjatuhkan diri. Maka habislah sudah perlawanan Amelie. Tidak punya pilihan lain, Amelie memutuskan untuk menuntaskan serangan baliknya dengan. . ."Aaaaaaa!!!!"Amelie mengeratakan kuncian tangannya pada tangan Gavril. Lalu dia sedikit melompat dan menjatuhkan diri sambil sedikit memutar badannya. Dengan begitu. Amelie bisa memanfaatkan momentum gerakannya, gravitasi dan juga berat badannya untuk mengungkit pergelangan dan juga siku tangan Gavril.Dan benar saja. ."Graaaahhhh!!!!"Tangan Gavril akhirnya patah. Membuat jari-jarinya tidak lagi punya tenaga untuk memegang cincinnya. Menjatuhkan benda itu ke lantai.". . . ."Amelie buru-buru mengambil cincinnya dan menggenggamnya dengan erat.Badannya terasa sakit, kepalanya sakit, dan pikirannya terasa lesu dan berat. Tapi hatinya, dipenuhi dengan kebahagiaan yang terasa seperti akan meluap.Sayangnya, kebahagiaan itu membuatnya melupakan sebuah hal fundamental dari dalam sebuah pertarungan. Dan hal itu adalah kenyataan kalau seseorang selalu paling lengah ketika dia sudah merasa menang.6"Aku akan membunuhmu."Tangan kanan Gavril mungkin patah. Tapi bagian tubuhnya yang lain masih baik baik saja. Karena itulah. Setelah dijatuhkan oleh Amelie, dia bisa langsung bangun dan menendang gadis itu dengan keras tepat di lokasi paru-parunya berada.Gawat!!Adalah kata yang langsung terlintas di kepalanya gadis kecil itu. Amelie sama sekali tidak siap untuk menerima serangan tadi. Membuatnya gagal untuk melindungi dirinya dan memaksanya harus menerima kekuatan dari serangan Gavril secara penuh. Hal yang pada akhirnya membuat tubuhnya tidak bisa dia gerakkan lagi. Amelie mungkin belum kehilangan kesadaran. Tapi pada dasarnya dia sudah berhasil dilumpuhkan.Sepertinya, tubuhnya memutuskan untuk menyerah lebih dahulu daripada mentalnya.Saat ini yang dia bisa lakukan hanyalah tergeletak di lantai dan menunggu nasibnya. Kalau bisa dia ingin berteriak dan meminta tolong, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Bahkan bernafas saja sudah terasa sakit.Di sisi lain.Gavril memasang wajah serius sambil mengeluarkan pedangnya dan mendekati Amelie yang masih tersungkur di lantai. Tangan kanannya yang menggantung dengan lemas terasa sakit setiap kali dia menggerakkan tubuhnya. Tapi adrenalinnya membantu Gavril menahan semua rasa sakit itu demi tujuannya. Dan tujuannya adalah. . ."Mati kau!!!!"Melenyapkan Amelie.". . . ."Amelie sendiri tidak ingin jadi korban pelampiasan kemarahan pria itu begitu saja. Tapi sayangnya, yang sekarang dia bisa lakukan hanyalah menggeliat di lantai. Dan begitu si pemuda sudah tepat berada di depannya. Tanpa ragu Gavril langsung mengayunkan pedangnya. . .Klank. . ."APA YANG KAU LAKUKAAAANNN!!!!"Seseorang dengan dramatisnya datang menyelamatkan Amelie. Orang itu bukan Haruki ataupun Erwin yang ingin mengajaknya pulang. Melainkan Hektor yang ingin membawanya ke Stelian untuk dijadikan sandera. Tapi untuk saat ini Amelie tidak bisa pilih-pilih dan hanya perlu bersyukur."Jangan menggangguku Hektor!""Apa kau sudah gila Gavril?"Sebab hanya orang gila saja yang punya pikiran untuk membunuh sandera mereka di situasi mereka yang terpojok. Sandra hanya ada gunanya kalau mereka masih hidup, kalau mereka mati sama saja mereka tidak punya apa-apa."Ya! Aku sudah gila! Karena itulah menyingkir dari hadapanku kalau kau tidak ingin mati!"Mendengar jawaban itu, Hektor langsung mengubah posisi tubuhnya dan menyiapkan kuda-kudanya.". . . ."Awalnya Hektor meninggalkan Fina dan Amelie untuk memeriksa apa yang sedang terjadi di luar. Tapi begitu dia melihat ledakan besar yang dibuat oleh kapal udara di atas mereka serta turunnya seseorang di gerbang. Dia langsung buru-buru menemui Stelian meminta instruksi lanjutan.Sekali lagi, dia mungkin diberi tugas untuk mengawal kedua tuan putri yang jadi sandera mereka. Tapi posisi originalnya adalah pengawal pribadi Stelian sama seperti Gavril. Jadi dalam pikirannya, keselamatan tuannya masih jadi hal nomor satu.

Perjalanannya sempat terhalang oleh orang-orang yang panik ingin segera kabur dari kastil. Tapi pada akhirnya dia berhasil menemui dengan Stelian yang sedang membuat strategi untuk menghadapi musuh mereka. Dia sendiri mencoba menawarkan diri untuk membantu, hanya saja Stelian langsung menyuruhnya segera kembali ke tempat Fina.

"Aku tidak menyangka kau bahkan lebih bodoh dari yang kukira"Pertama dia disuruh untuk membawa mereka ke hadapan Stelian untuk dijadikan sandra dan bahan negosiasi dengan musuh mereka. Lalu yang kedua, dia ingin agar dia menjauhkan kedua tuan putri itu dari Gavril.Stelian membutuhkan pemuda itu, karena itulah dia bisa mentolerir kelakuannya selama ini. Tapi dia sendiri tidak pernah percaya sepenuhnya pada orang, yang dia sendiri anggap sudah seperti bandit itu. Oleh karena itulah, dia tidak ingin meninggalkan satu-satunya senjata politiknya hanya bersama Gavril. Dia tidak ingin kalau di saat-saat terakhir pemuda itu mengkhianatinya lalu menyerahkan Amelie dan Fina pada musuh mereka.Sayang sekali, ternyata Gavril lebih gila dari yang mereka kira. Siapa yang mengira kalau pemuda itu malah mencoba membunuh Amelie."Jangan meremehkanku ksatria kampungan!!"Gavril langsung maju dan menyerang Hektor dengan sabetan dari arah kirinya. Hektor sendiri langsung menangkisnya dengan pedangnya sendiri, tapi begitu tangkisannya terhubung. Gavril langsung menghubungkan gerakannya pada serangan selanjutnya. Memanfaatkan momentumnya, dia memutar badannya lalu sebelum Hektor sempat bereaksi. Pemuda itu langsung menendang kepala pria paruh baya di depannya."Ugh. . ."Hektor tidak ingin mengakuinya. Tapi apa yang Gavril katakan tadi memang benar. Dia memang hanyalah seorang ksatria kampungan.Bukan hanya dia tidak punya pengalaman, dia juga tidak punya pendidikan dan dia hanya mendapatkan posisinya karena tidak ada orang lain lagi.Tapi. . ."Kau juga jangan meremehkanku!!!"Dengan bersusah payah, Hektor mencoba mengimbangi gerakan Gavril. Dia tidak bisa membiarkan pemuda itu melakukan apa yang dia mau. Dan untuk merealisasikan niatnya itu, dia sama sekali tidak ragu untuk melakukan apapun. Jika dia harus mati untuk bisa melindungi Amelie, maka dia akan bersedia mati dengan senang hati."Seberapa besar kau dibayar si tua bangka itu memangnya?""Aku tidak melakukan semua ini demi uang!!"Posisinya memang memberinya kehidupan yang lebih mudah. Tapi Hektor sama sekali tidak bisa disebut kaya. Dia bekerja kepada Stelian adalah demi tujuan mereka membebaskan Alba dan rakyatnya dari tirani Amteric. Dia tidak lagi ingin ada orang lain yang harus menanggung nasib yang sama dengannya. Dia tidak ingin lagi ada orang yang harus kehilangan istrinya, putrinya, atau siapapun yang mereka sayangi.Sama sepertinya.Dan kali ini". . . ."Hektor melihat ke arah Amlie yang masih terkapar di lantai."Dan aku ingin melindunginya!!"Hektor ingin akhirnya bisa melindungi seseorang. Bukan hanya jadi pecundang yang hanya bisa melihat ketika istrinya dibunuh dan anak perempuannya dibawa oleh seseorang. Amelie dan putrinya sama sekali tidak mirip. Tapi kalau dia bisa memanggil keberanian untuk melindungi gadis itu.Mungkin saja.

Mungkin saja dia akan punya kekuatan untuk akhirnya bisa membuang jiwa pecundangnya dan jadi lebih berani di masa depan.

"Kalian semuaaaaaaa!!!!!"Sama seperti saat melihat Amelie yang lemah tidak mau menyerah. Melihat Hektor ingin berubah dan berani mengambil langkah maju sepertinya juga punya efek yang sama buruknya terhadap keadaan mental Gavril. Dia sama sekali tidak bisa menerima fakta kalau di tempat itu. Dia merasa kalau dialah pecundang yang paling besar."Aku akan membunuh kalian semua!!"Gavril kembali meyabetkan pedangnya. Kali ini lebih keras, lebih kuat, dan lebih cepat dari sebelumnya. Tapi sebab secara fisik Hektor lebih kuat, pria paruh baya itu masih bisa bertahan. Sayangnya, kemampuan fisiknya tidak akan cukup untuk menghadapi serangan gencar Gavril dalam waktu lama.Meski keadaan mentalnya tidak stabil, pengalamannya sama sekali tidak mengkhianatinya. Dengan mudahnya, Gavril mengubah caranya menyerang musuhnya. Sebab dia tidak bisa mengalahkan Hektor dengan cara ortodoks. Pemuda itu mulai cara untuk mengganggu keseimbangan pria di depannya.Dan setelah berkali-kali mencoba akhirnya.

"Agh. . ."

Gavril mencoba mengincar pergelangan tangan Hektor. Sebagai reaksinya, Hektor mencoba menurunkan tangannya. Hanya saja, dari bawah kaki Gavril langsung bergerak dan menendang balik kedua tangan si pria paruh baya. Membuat sabetan pedang Gavril, berhasil terhubung ke telapak tangan musuhnya.Plank. . .Pedang Hektor terjatuh, lalu dengan cepat Gavril menurunkan kakinya, maju lalu menabrak tubuh Hektor dengan keras sebelum akhirnya kembali menyapu kaki pria itu. Membuatnya langsung terjatuh ke lantai.Dan begitu musuhnya sudah terbaring di lantai. Gavril kembali mengangkat kakinya dan. . ."Berhenti!!"

Brak. . .

Gavril menginjak kepala Hektor."Menggangguku!!!"Brak. .Setelah itu, dia melakukannya lagi.

"Orang tua!!"

Brak.Dan lagi!.Dan lagi!Dan lagi!Dan lagi!!"Berhenti di situ!"Begitu Gavril selesai. Wajah dan kepala bagian belakang Hektor sudah bersimbah darah. Yang beruntungnya, atau sayangnya? Masih belum cukup untuk membunuh pria itu. Sebab kalau dia masih hidup, sekali lagi dia harus dipaksa untuk melihat seseorang di depannya mati tanpa bisa melakukan apa-apa.". . . ."Hektor mencoba menggerakkan tubuhnya. Tapi meski tubuhnya tidak terluka, sepertinya kepalanya sudah menerima terlalu banyak siksaan sampai otaknya seakan lupa bagaimana cara memberi perintah pada tubuhnya.Sepertinya, kali inipun dia akan gagal melindungi seseorang."Ini adalah akibat kau melawanku!"Gavril yang sudah ada di depan Amelie mengangkat pedangnya lalu. . . .7"Stelian Alba, diam di tempat dan menyerahlah""Aku menolak!"Dengan mudah, skuad Haruki bisa melumpuhkan pasukan Stelian yang kebanyakan hanyalah mantan petani. Ketika mereka di serang oleh Amteric. Kebanyakan prajurit profesional mereka sudah gugur. Menyisakan prajurit yang masih dan prajurit konskrip sebagai mayoritasnya.Beberapa prajurit profesional yang masih tersisa Stelian bagi dua menjadi tim yang menyerang Erwin dan beberapa yang mengawalnya. Tapi sayangnya. Begitu tim yang Haruki sudah sampai di tempatnya. Stelian sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi.Meski dia dikelilingi tembok prajurit profesional. Haruki sudah mengepung mereka dengan pasukannya sendiri yang kesemuannya dibekali dengan senapan. Jika dia mau, Haruki bisa membunuh Stelian dan semua anak buahnya saat itu juga.Tapi dia tidak melakukannya. Sebab dia memutuskan kalau Stelian lebih berharga saat dia hidup daripada mati."Tuan Stelian, kau tahu kalau kau sudah kalah kan?""Hm. . . kenapa memangnya?"Ya. Stelian tahu kalau dia sudah kalah. Amteric tidak akan membantunya, pasukan koalisi tidak akan menolongnya, dan sekutunya bahkan mungkin tidak tahu kalau rencananya sudah hancur total."Aku menyerahpun semua orang akan tetap mati kan?"Haruki memang tidak ingin membunuh Stelian. Tapi meski dia mengampuni orang tua itu. Dia tidak tahu apa yang akan Amteric dan koalisi lakukan padanya. Tindakan kriminalnya terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Kemungkinan besar, Stelian dan anak buahnya akan mendapatkan hukuman mati."Daripada mati jadi kriminal, aku lebih memilih mati jadi pejuang!!!"Teriakan Stelian langsung disahut oleh anak buahnya. Sebab tidak seperti Gavril, mereka punya kesetiaan terhadap Stelian. Jadi, jika tuan mereka ingin mati maka merekapun tidak akan takut untuk mengikutinya."Aku tidak punya waktu untuk melayani kalian!"Semua pengawal Stelian mengluarkan senjatanya dan bersiap untuk menyerang Haruki dan skuadnya."Lumpuhkan mereka!"Dengan perintah itu. Squad Haruki langsung menembak Stelian dan pengawalnya. Lalu, setelah mereka tersungkur dengan luka pada paha dan pundak mereka."Ba-bagaimana bisa?"Senapan angin terlalu mahal untuk Stelian bisa persenjataan pada pasukannya. Tapi dia sudah mempersiapkan pasukannya untuk menghadapinya dengan memberikan mereka baju zirah yang cukup kuat untuk menghadang peluru dari senjata itu. Jadi kenyataan kalau pengawalnya bisa dengan mudah dilumpuhkan dengan senapan yang mereka bawa membuatnya bukan hanya kaget tapi takut."Kau menantang musuh yang salah tuan Stelian!"Hampir semua senjata angin yang saat ini diproduksi adalah senjata yang dibuat berdasarkan prototype yang dicuri dari Erwin bertahun-tahun yang lalu. Dan yang namanya prototype pada dasarnya adalah sesuatu yang belum selesai dikembangkan. Dengan kata lain, senjata yang ada di peredaran adalah sesuatu yang masih belum sempurna.Dan senjata yang mereka bawa bukanlah senapan yang ada di pasar umum. Melainkan senjata yang dibuat berdasarkan desain yang sudah Erwin revisi. Membuatnya memiliki kekuatan yang lebih besar."Aaa. . . . ."Melihat semua orang di sekitarnya terluka dan tidak berdaya. Akhirnya Stelianpun menerima kenyataan kalau semua usahanya memang sudah sia-sia. Dan bukan hanya itu saja, tapi semua keyakinannya ketika membuat rencana pembebasannya hanya berakhir menjadi penyesalan.Membunuh orang-orang tidak bersalah, melakukan bisnis ilegal, lalu menelantarkan nasib rakyatnya dan membiarkan anak buahnya berbuat seenaknya pada mereka. Dia bisa melakukan semua itu dengan justifikasi kalau kebebasan Alba yang dia perjuangkan membutuhkan pengorbanan.Tapi ketika semua pengorbanan yang sudah dia buat itu tidak berhasil membuahkan hasil apapun. Yang tersisa hanyalah serentetan keputusan buruk yang bukan hanya mempengaruhinya tapi juga orang-orang di sekitarnya dan juga rakyatnya.Orang-orang yang dia bilang ingin dia bebaskan.". . . "Stelian tidak terluka, tapi akhirnya diapun ikut tersungkur ke lantai setelah kakinya tiba-tiba terasa lemas."Kau bisa menyesali keputusanmu nanti! Skarang aku perlu kau pergi dari kastil ini!"Haruki mengambil flare gun lalu bergerak ke beranda yang Stelian gunakan untuk mengawasi pergerakan Erwin tadi. Setelah itu dia mengarahkan tangannya ke langit dan. . .Fuiiiizz. . Bam. . .Haruki membalik badannya lalu melihat ke dua pemimpin skuadnya. Torfin dan Oswald."Torfin! Kau kawal Stelian ke lokasi aman dan bawa semua orang yang masih hidup keluar dari tempat ini!"Bagi Haruki dan Erwin. Semua orang yang bekerja pada Stelian punya dosa yang sama. Mereka sama-sama membantu Stelian untuk menculik Amelie dan mengancam perdamaian. Tapi mereka juga tahu kalau tidak semua orang bisa mereka sebut sebagai penjahat. Merekapun hanya ingin bertahan hidup."Siap!"Jawab Torfin."Bagus, ambil beberapa prajurit Oswald untuk membantumu! Sisanya ikut denganku!""Siap!"Sahut Oswald setelah memilih beberapa anak buahnya untuk pergi bersama Haruki dan dirinya."Sekarang tinggal mencari Amelie"Haruki kembali masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Stelian."Di mana Amelie?"". . ."Stelian tidak menjawab. Dan hal itu langsung membuat Haruki menghela nafas."Hah. . . kau sadar kalau melawan sudah tidak ada gunanya kan?"Situasi Stelian sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Posisinya sudah ada dalam check mate. Menolak bekerjasama dengan Haruki di akhir permainan seperti ini sama sekali tidak ada gunanya. Tapi di saat yang sama dia juga tidak punya alasan untuk menolongnya. Kejahatannya tidak ada dalam level di mana kau bisa meminta keringanan kalau kau bekerjasama dengan orang yang menangkapmu."Kau benar-benar keras kepala""Hah. . . . memangnya kenapa? Kau mau membunuhku? Aku tidak peduli! Dan tentu saja kau tidak akan berani melakukan yang lebih kan!"Setelah melihat semua hal yang terjadi. Stelian yakin kalau bukan hanya Haruki dan Erwin tidak mau mengambil resiko dengan menyerang kastilnya dengan senjata besar mereka. Keduanya juga tidak akan berani benar-benar menghancurkan kotanya untuk mengancamnya. Jika mereka bisa melakukannya, mereka pasti sudah melakukannya.

Kenyataan kalau mereka rela menggunakan strategi yang berbelit-belit menunjukan kalau tidak sepertinya. Mereka masih belum rela mengorbankan semuanya untuk tujuan mereka.

"Hmm. . . ."Haruki tidak suka dengan kenyataan kalau Stelian menemukan kelemahan mereka. Tapi jika seseorang berpikir sedikit saja, hal itu adalah sesuatu yang dengan mudah ditebak. Dan jika semua orang bisa mengetahui hal itu. Tentu saja Haruki juga pasti tahu akan hal yang sama. Dengan kata lain, dia sudah bersiap kalau-kalau seseorang mencoba mengeksploitasi kelemahannya.Bahkan untuk memastikan kalau semua orang yang melihat serangan mereka ikut mengambil kesimpulan yang sama. Dia dan Erwin sudah menyiapkan sesuatu untuk menunjukan kalau mereka tidak main-main nanti."Baiklah kalau begitu"Dan berdasarkan observasinya. Stelian juga punya sebuah kelemahan besar yang bisa dengan mudah dia eksploitasi."Kalau kau bekerjasama, aku akan memastikan semua pengawalmu punya kesempatan hidup bebas lagi"Kelemahan itu adalah fakta kalau semua hal yang Stelian lakukan. Orang tua itu lakukan demi rakyat dan orang-orang terdekatnya. Dengan informasi itu, Haruki tahu kalau dia punya bahan untuk melakukan negosiasi. Dia tahu kalau dia sudah berbuat licik, tapi menjadi licik adalah kewajiban bagi seorang strategist.Dan benar saja, mendengar tawaran itu. Mata Stelian langsung terbuka lebar."Bagaimana?"Stelian menatap Haruki dengan pandangan tajam lalu bilang. ."Apa kau benar-benar bisa melakukannya?""Aku bisa melakukannya!!"Dengan yakin Haruki menjawab pertanyaan orang tua tadi.Haruki bisa menggunakan kekuasaannya sebagai anggota pasukan cadangan untuk membebaskan beberapa orang dari hukuman mereka. Sebab bukan hanya dia dan Erwin sudah memberikan pasukan koalisi bayaran yang lebih dari cukup, kemenangan mereka di Alba juga akan memastikan kalau tidak akan ada orang lain yang akan sembarangan mencoba metode yang Stelian gunakan lagi di masa depan.Kalau mereka hanya perlu membayar semua itu dengan melepaskan beberapa orang ke alam liar. Mereka masih mendapatkan diskon yang sangat besar.". . . ."Stelian masih ragu. Yang tentu saja normal mengingat dia tidak tahu siapa Haruki. Mereka baru bertemu, dia tidak tahu apakah pemuda itu bisa dipercaya atau tidak, apakah dia punya posisi yang cukup tinggi untuk membuat keputusan semacam itu."Jangan berpikir terlalu lama! Kau tidak punya pilihan kecuali mempercayaiku!""Ugh. . ."Stelian tidak punya asuransi Haruki akan memegang janjinya. Tapi seperti yang sudah pemuda itu katakan. Dia tidak punya pilihan."Baiklah!"Mendengar jawaban itu, semua pengawalnya langsung berteriak."Tuan Stelian!!""Kau tidak perlu. . "

"Kami akan mengikuti. . ."

Tapi semua teriakan-teriakan mereka langsung dihentikan oleh teriakan Stelian yang tidak kalah kerasnya."Diam kalian semua!!"

Stelian sudah terlalu banyak mengambil keputusan yang salah. Dan kesalahan-kesalahan itu sudah membuat kehidupan semua orang jadi lebih buruk. Hanya saja, meski dosanya tidak bisa dimaafkan. Setidaknya dia ingin memberikan kesempatan pada para pengawal setianya untuk bisa memulai hidup baru.

"Bagus!"

Haruki tersenyum, dan Stelianpun akhirnya memberitahukan lokasi Amelie. Membuatnya bisa dengan cepat menemukan gadis itu tanpa harus menggeledah semua tempat di kompleks kastil besar itu.

Sementara Haruki sedang buru-buru menuju ke tempat Amelie. Di sisi lain, Erwin yang melihat tanda dari teman masa kecilnya itu akhirnya memutuskan untuk berhenti bergerak. Jika Stelian sudah berhasil dibekukan, dia tidak perlu lagi bekerja sebagai pengalih perhatian. Dia tinggal perlu menunggu satu tanda lagi dan misi merekapun akan selesai.Dia melihat ke sekitarnya lalu berteriak"Stelian sudah jatuh! Kalau kalian menyerah aku berjanji tidak akan menyerang!"Dengan keras kepada semua musuhnya yang sedang mengepungnya dari berbagai arah.Kabar itu tentu saja tidak bisa mereka terima begitu saja kebenarannya. Hanya saja, mereka sendiri sudah punya firasat kalau memang hal itulah yang terjadi. Ketika mereka menghadapi Erwin mereka mulai menyadari kalau pemuda itu tidak pernah fokus untuk mengalahkan mereka melainkan mementingkan untuk mengulur waktu pertempuran mereka selama mungkin.Jika apa yang pemuda itu katakan memang benar. Semua orang akhirnya bisa memahami apa yang sedang terjadi.". . . ."Erwin kembali melihat ke sekitarnya dan memeriksa reaksi dari semua orang. Dia ingin memastikan kalau semua orang yang ada di sekitarnya paham dengan implikasi dari apa yang dia katakan. Jika mereka tidak menunjukan tanda kalau mereka paham, Erwin berniat dengan terang-terangan bilang kalau mereka sudah 'boleh kabur'."Hmm. . . ."Dia melihat beberapa orang mulai mundur dan meninggalkan posnya, tapi dia juga melihat lebih banyak orang yang hanya melihat satu sama lain lalu tersenyum dengan tidak jelas pada satu sama lain. Dan Erwin tidak menyukai hal itu sama sekali. Wajah yang dia lihat adalah wajah dari orang-orang yang sudah menyerah untuk hidup.Kemungkinan yang dengan mudah pergi adalah prajurit bayaran, menyisakan hanya orang-orang asli Alba.

"Jangan membuang nyawa kalian! Pikirkan juga nasib orang-orang di dekat dengan kalian semua!"

Ketika seseorang mati, bukan hanya kehidupan mereka saja yang terpengaruh. Tapi juga kehidupan orang lain di sekitar mereka. Terutama orang-orang terdekat mereka."Ahahaha. . ."Hanya saja, kata-kata Erwin hanya disambut beberapa tawa kosong."Orang lain siapa?"Tanya satu orang."Kalau aku punya orang seperti itu aku tidak akan ada di sini! Melawan monster sepertimu!"Lalu teriak orang lain.Setelah itu, orang-orang lainpun mulai ikut mulai ikut berbicara kalau mereka sudah tidak punya orang tua untuk pulang, tidak punya keluarga untuk dilindungi atau saudara yang mereka ingin bantu. Mereka bahkan tidak punya harta untuk dijaga. Mereka tidak punya apa-apa.Karena semua itulah mereka jadi tentara sukarela untuk Stelian. Dan karena itulah mereka tidak takut untuk menghadapi Erwin. Karena itulah mereka tidak peduli kalau Stelian ditangkap dan rencana mereka gagal. Dan karena itulah mereka tidak takut untuk menghadapi mereka yang pada dasarnya hitam kelam.Sebab. ."Aku paham, jadi kalian ingin mati hah"Mereka tidak ingin lagi melanjutkan kehidupan mereka yang mereka anggap sudah tidak ada lagi nilainya."Kalau begitu. ."Klank. . klank. . klankErwin mulai melepaskan satu-persatu bagian dari baju zirahnya. Dia sudah tidak membutuhkannya lagi, dan sekarang staminanya sudah berkurang banyak. Benda itu hanya akan mengganggunya. Selain itu, sebab bahan bakar flame throwernya serta semua amunisi dan gas senjatanya juga sudah habis. Dia hanya bisa melakukan pertarungan jarak dekat.Untungnya lawannya juga dalam keadaan yang sama. Sama seperti dirinya, musuhnya juga kebanyakan sudah kehabisan amunisi dan panah untuk dilemparkan kepadanya. Saat ini, kedua pihak hanya bisa mengandalkan senjata jarak dekat dan tubuh mereka sendiri.Erwin mengambil pedang pendeknya dan menghunuskannya ke depan lalu bilang."MAJU KALIAN SEMUA!!"Erwin tidak ingin ada yang mengganggu perjalanannya, dan musuhnya ingin segera beristirahat di alam selanjutnya. Dengan kata lain, keinginan mereka sudah satu arah. Jadi, jika dia menghabisi semua orang itu. Semua orang untung. Semua orang mendapatkan apa yang mereka inginkan.Dengan begitu, semua orang maju dan mulai menyerang Erwin. Tapi tidak seperti dalam cerita super hero, mereka tidak menyerang satu persatu. Mereka mengepung pemuda itu lalu menyerangnya dari berbagai arah dalam satu waktu.Ketika Erwin memutuskan untuk menghabisi semua lawannya. Di saat yang sama Haruki juga baru sama memutuskan untuk menghabisi seseorang. Sebab begitu dia dan skuadnya sampai di ruangan di mana Amelie berada.". . . ."Dia menemukan pemandangan Fina yang tergeletak tidak sadarkan diri. Seorang prajurit yang kepalanya penuh darah tersungkur di lantai. Setelah itu dia juga melihat Amelie yang kelihatan terluka parah sampai tidak bisa bergerak tidak jauh dari prajurit tadi. Lalu yang terakhir dia menemukan seorang prajurit lain yang dengan wajah layaknya orang yang dirasuki setan sedang bersiap untuk menyerang kekasihnya."BUNUH DIA!!"Melihat apa yang sedang terjadi. Tidak heran Haruki langsung memberikan perintah semua skuadnya untuk membunuh seseorang. Dalam sekejap, semua prajuritnya langsung menyiapkan senjata mereka dan menembak mati Gavril. Dan dengan begitu, cerita pemuda itu sudah tamat.8"Maafkan aku Amelie"Begitu Gavril jatuh ke lantai, Haruki langsung mengangkat tubuh Amelie dan memeluknya dengan erat. Melihat gadis itu terluka dan tidak berdaya bahkan membuatnya sempat hampir ingin menangis saat mengutarakan permintaan maafnya. Jika di sekitarnya tidak ada orang lain kemungkinan besar air matanya akan keluar begitu saja. Sebab melihat orang yang kau cintai terluka terasa lebih sakit daripada kalau kau terluka sendiri.". . . . . ."Setelah wajah Haruki yang dipenuhi dengan rasa bersalah, penyesalan, kesedihan dan entah emosi macam apa saja. Amelie mencoba balas memeluk pemuda itu, tapi tubuhnya masih tidak bisa digerakan. Mulutnya tidak bisa gunakan untuk bilang kalau dia "tidak apa-apa". Tangannya tidak bisa dia gunakan untuk menepuk punggung kekasihnya itu dan memberitahukan kalau semuanya "sudah baik-baik" saja. Dan tubuhnya yang sudah seperti boneka yang talinya putus, tidak bisa digunakan untuk menunjukan kalau Haruki "sudah berhasil menyelamatkannya"Menyadari kalau dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk Haruki. Kali ini ganti Amelie yang merasa ingin menangis. Tapi tidak seperti pemuda yang sedang memeluknya, dia tidak peduli dengan keberadaan semua orang dan membiarkan air matanya mengalir dan membasah pipinya, wajahnya, lalu pakaian di dada pemuda itu yang sedang menempel ke wajahnya.". . . ."Haruki melihat ke dadanya di mana kepala Amelie berada dan menemukan gadis itu sedang menangis dalam diam. Pemandangan yang sama sekali tidak ingin dia lihat."Oswald, bawa Fin. . . tuan putri Fina keluar! Misi kita sudah selesai!""Siap!"Mereka tidak waktu banyak. Haruki bahkan tidak punya waktu untuk menyalahkan dirinya sendiri, berandai-andai tentang apa saja yang bisa dia lakukan di masa lalu agar Amelie tidak diculik. Dia harus menelan semua rasa penyesalan, bersalah, dan juga kesedihannya untuk saat ini. Sebab saat ini, mereka harus segera keluar dari Alba.Haruki memeluk tubuh Amelie lebih erat untuk sesaat. Lalu dia berdiri dan menggendong gadis kecil itu di depan tubuhnya bersiap untuk segera pergi. Torfin mengikuti apa yang dilakukan Haruki dengan gerakan canggung."Kenapa Oswald? Apa kau terluka"Karena Fina tidak sadarkan diri, Oswald tidak punya pilihan lain kecuali ikut menggendong tuan putri itu dengan cara yang sama seperti Haruki menggendong Amelie. Tapi tidak seperti Amelie dan Haruki yang punya hubungan sangat dekat. Oswald dan dan Fina tidak punya ikatan yang sama. Bukan hanya mereka adalah orang asing terhadap satu sama lain. Fina adalah seperti panggilannya. . .Seorang tuan putri.Seseorang yang pangkatnya jauh di atasnya. Seseorang yang tidak merasa pantas untuk dia sentuh."A.. . aku tidak apa-apa""Kalau begitu cepat bergerak!""Ba-baik"Tapi daripada pangkat dan pikiran tentang pantas atau tidak pantasnya Oswald menyentuh seorang tuan putri. Hal paling besar yang membuatnya merasa canggung dan gugup hanyalah kenyataan sederhana kalau Fina adalah seorang gadis cantik. Dan ketika dia diperintahkan untuk menggendongnya. Pemuda itu tidak bisa menghindar untuk menyadari seberapa cantiknya gadis itu, seberapa lembutnya tubuh tuan putri itu, dan seberapa wanginya rambut dan tubuh kakak perempuan Amelie itu.Sebagai seorang pemuda sehat yang bahkan belum berumur dua puluh tahun. Oswald tidak bisa tidak memikirkan hal yang aneh-aneh saat dia memegang tubuh Fina."Yang lain! Tetap waspada"Pasukan Stelian mungkin sudah dilumpuhkan. Tapi sejak awal yang paling mereka waspadai bukanlah pasukan orang tua itu. Mengingat kalau dia juga tidak ingin agar sanderanya mati. Mereka tidak mau ada orang Seragus yang mungkin menyelinap dan mencoba membunuh Fina dan Amelie. Oleh sebab itulah, sampai mereka bertemu dan berkumpul dengan keseluruhan kelompok mereka dan berhasil mengungsi ke tengah kamp pasukan koalisi. Semua orang masih perlu waspada."Baiklah, ayo kita per. . ."Tiba-tiba, Haruki merasakan kalau tangannya ditarik oleh Amelie. Ditarik mungkin sedikit melebih-lebihkan mengingat apa yang dia rasakan lebih tepat disebut sentuhan. Tapi yang jelas, dia merasakan Amelie menginginkan perhatiannya."Ada apa?"" . . . ."Amelie mencoba menggerakan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke sebuah tempat. Dan di tempat itu adalah tubuh Hektor."Aku paham"Haruki bisa melihat kalau pria itu masih hidup, tapi dengan lukanya yang kelihatan sangat parah. Haruki berpikir kalau hanya menunggu waktu saja sampai Hektor mati dengan dengan sendirinya. Membuatnya hanya jadi beban kalau mereka harus membawanya. Dan baginya yang tidak ingin membuang-buang waktu, menyelamatkan Hektor kedengaran seperti hal yang sia-sia.Hanya saja, kalau Amelie ingin menyelamatkan pria itu. Maka dia akan coba melakukannya."Bawa orang itu juga""Siap!"Dengan begitu mereka merekapun akhirnya pergi meninggalkan kota itu setelah sekali lagi meluncurkan flare ke udara untuk memberi tahu Erwin jika mereka sudah berhasil mengamankan Amelie. Sekitar setengah jam kemudian, Erwin balas meluncurkan flarenya memberitahukan kalau dia juga sudah ada di tempat yang aman.Dengan begitu, bagian akhir dari misi mereka pun dimulai.Kapal udara yang mereka bawa mulai menggerakan senjatanya,mengacungkan muzzlenya tepat ke kastil dan. . .BAAMMMMMMMM

Meluncurkan amunisinya pada bangunan yang menjadi simbol dari negara kota itu. Menghancurkannya sampai kau tidak bisa mengenalinya lagi. Mengirimkan sinyal pada semua orang yang melihat. Kalau siapapun yang berani mencoba melakukan hal yang sama seperti Stelian akan mendapatkan nasib yang sama juga dengannya.

Dan pesan itu, bisa sangat mudah ditangkap oleh Seragus dan Takara yang hanya bisa melihat apa yang sedang terjadi dari jauh. Membuat dalam waktu yang sama, keduanya berpikir kalau Erwin memiliki kekuatan yang terlalu besar untuk dimiliki oleh satu orang.Siapapun yang bisa menarik Erwin ke pihaknya akan bisa mengubah situasi perang. Kali ini, dua orang itu memberikan reaksi yang berbeda. Seragus harus menghela nafas sedangkan Takara?"Aku menang!"Tersenyum dengan lebar.Haruki tidak hanya meminta Takara datang untuk jadi saksi dan mengawasi pasukan Seragus agar pangeran itu tidak bisa mengganggu misi rekannya. Dia juga ke sana untuk memberikan tempat berlindung terhadap Erwin dan Amelie. Dengan kata lain dalam hal membuat koneksi, Takara satu langkah lebih jauh daripada Seragus."Denis, kita akan mundur"

"Siap!"

Dengan banyaknya hal tidak terduga yang terjadi, Denis sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Karena itulah dia langsung menurut saja ketika perintah dari Takara datang.Bersama dengan kapal udara Erwin yang mulai bergerak menjauh dari Alba dan menghilang di balik bukit. Pasukan koalisi akhirnya mundur dan perlahan-lahan menjauh dari lokasi pasukan Seragus berada. Mereka perlu menjemput Amelie dan Haruki serta menenangkan penduduk Alba yang mencoba kabur.Melihat kalau calon musuhnya sudah mundur, Seragus dan strateginya akhirnya bisa relax. Dan begitu tubuh serta pikirannya relax. . . ."Ahahahahahahahah. . .hahahaha. . . . .hahahahaha. . ."Seragus mulai tertawa."Pa-pangeran. . . .""Perintahkan seluruh untuk bersiap pulang, urusan kita sudah selesa di sinii!""Tapi tuan putri Amelie dan Serafina masih. . . .""Hey Tristan, kau adalah strategistku kan?""Benar yang mulia""Kalau begitu, dalam urusan perang harusnya kau lebih baik dariku kan?""Tugasku adalah meringankan beban yang mulia""Kalau begitu beri tahu aku. . . . bagaimana kau akan mengalahkan pelayan adikku itu? sekarang!"Biasanya, ketika tuannya meminta bantuan, dia akan dengan senang hati memberikan petunjuk, nasehat, atau panduan padanya. Sebab alasannya berada di medan perang bersama pangeran adalah hal itu. Menjadi seseorang yang pendapatnya bisa dijadikan petunjuk untuk memutuskan sesuatu.Tapi kali ini, yang bisa dia lakukan hanyalah menunduk. Melihat ke tanah, dan. . . .". . . . . . "Tidak mengatakan apapun."Tepat sekali."Sama seperti Seragus, Tristan juga tidak bisa memikirkan solusi apapun. Dan sama seperti Seragus, strategisnya juga tidak bisa berkata apa-apa saat ditugaskan untuk menjatuhkan Erwin dan benteng terbangnya.Benda itu terlalu tinggi untuk ditembak dengan senapan atau meriam, terlalu jauh untuk dipanah, dan tentu saja tidak ada orang yang bisa memanjatnya. Dengan kata lain, mereka tidak bisa melakukan apa-apa terhadap benda itu. Tapi sebaliknya, Erwin bisa menghabisi mereka dari jarak jauh dengan mudah. Dan bahkan tanpa harus membahayakan diri."Jangan memasang wajah seperti itu!"Mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Dan satu-satunya hal yang harus mereka lakukan adalah menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Sebab jika mereka tidak mengakui hal itu, mereka sendiri yang akan merasa frustasi, marah dan yang terakhir. Takut."Aku sudah tahu kalau dia itu spesial, tapi aku tidak menyangka kalau dia se-sepesial ini"Perbedaan umur antara Erwin dan Seragus hanya empat tahun. Jadi, ketika dia bersekolah di akademi. Mereka punya waktu untuk berada di satu tempat selama dua tahun dari enam tahun pendidikan umum.Mengingat Erwin adalah putra dari orang paling penting di Amteric. Seraguspun tidak ragu untuk berinteraksi dengannya dengan niat untuk melihat apakah anak itu punya punya bakat atau tidak. Apakah anak itu bisa dimanfaatkan atau tidak. Dan apakah anak itu pantas untuk jadi anak buahnya atau tidak.Dan benar saja. Seperti yang sudah dia duga bukan hanya dia punya magic. Anak itu juga punya kemampuan bertarung yang tinggi. Itupun bukan hanya dibanding dengan teman-teman seumurannya, tapi juga murid-murid yang lebih tua.Dengan semua kualitas itu, Erwin bukan hanya sudah lulus seleksi pribadi Seragus. Tapi juga sudah mengokohkan posisinya sebagai orang penting di sisinya. Keturunan, bakat dan skill. Dia memiliki semuanya."Kalau saja aku lebih serius merekrutnya, mungkin saja kita tidak akan ada dalam situasi seperti ini"Sama seperti dengan Tristan. Tidak butuh waktu lama untuk Seragus mencoba merekrut Erwin menjadi anak buahnya. Tapi dia melakukan sebuah kesalahan besar besar dalam prosesnya melakukan hal itu. Dia mencoba menawarkan harta, tahta, dan kekuasaan sambil mencoba mendorong patriotismenya pada anak laki-laki itu. Sayangnya, Erwin sama sekali tidak tertarik dengan semua hal itu. Membuatnya malah berakhir menjauhi Seragus.Seragus tentu saja bisa memaksa Erwin dengan kekuasaannya. Tapi melihat reaksi anak itu, Seraguspun kehilangan minat terhadap Erwin. Dia berpikir, orang yang tidak punya ambisi tidak akan bisa berguna baginya. Seberapapun besar bakat yang mereka miliki.Oleh sebab itulah, ketika Erwin memutuskan untuk keluar sekolah, kehilangan hak waris dari keluarganya, lalu pergi ke kampung terpencil dengan adik perempuannya. Dia mengira kalau keputusannya untuk tidak mengejar pemuda itu adalah sesuatu yang benar.Tidak disangka kalau keputusan itu akan balik mengigitnya sekarang.Peringatan yang diberikan Erwin dengan meledakkan kastil Stelian mungkin ditujukan untuk semua orang. Tapi sudah jelas kalau target utama peringatan itu adalah dirinya. Orang yang ingin menyingkirkan tuannya."Kalau dia ada di pihakku! Orang lainlah yang akan menerima kemarahannya"Tapi sayang sebab dia adalah musuh dari tuan putri pemuda itu dan malah sekarang jadi target kemarahannya."Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk menyesali keputusan bodohku""Yang mulia . . ."Tristan memasang wajah menyesal karena sudah tidak berguna bagi tuannya."Sudah kubilang jangan memasang wajah seperti itu"Kali ini dia memang sudah kalah. Misinya gagal total, ekspedisinya sia-sia, dan rencananya tidak berhasil kemana-mana. Tapi dia sama sekali tidak punya niat untuk menyerah. Saat ini mungkin mereka tidak bisa menghadapi Erwin, tapi orang yang pintar bukan hanya dia saja. Orang yang kuat bukan hanya dia saja. Dan orang yang punya pikiran di luar nalar pasti bukan hanya dia saja.

Amteric punya penduduk lebih dari tujuh puluh juta. Di antara mereka pasti ada bisa menandingi Erwin. Dan meskipun Seragus tidak bisa menemukan orang yang sehebat Erwin. Dia masih bisa mengumpulkan orang yang bisa menandinginya sebagai sebuah kelompok.

"Yang mulia, apa aku perlu menyingkirkannya?"Atau dia juga bisa membunuhnya secara diam-diam."Jangan repot-repot!"Jika Seragus ingin membunuh Erwin, dia yakin kalau pada akhirnya dia akan berhasil. Meski Erwin bisa membela dirinya sendiri, jika dia terus mengirimkan pembunuh bayaran tanpa henti ke pemuda itu. Sekuat apapun dia, pada akhirnya pasti Erwin akan lengah dan seseorang pada akhirnya akan berhasil membunuhnya.Selain itu dia juga bisa menggunakan cara lain seperti racun, jebakan, atau cara-cara licik lainnya untuk mengakhiri kehidupan pemuda itu.Tapi. . ."Menjadikannya musuh itu bodoh"Mungkin Erwin bisa membunuh Erwin. Tapi apa yang harus jadi bayarannya? Dengan kemampuannya bukan tidak mungkin sebelum dia berhasil membunuh pemuda itu. Erwin sudah membuat benda gila lain dan menghancurkan bukan hanya kastil utama Amteric, tapi juga seluruh isi dari Ibu kota di mana dia berada."Aku sudah pernah memojokkannya, dan dia adalah tipe orang yang akan melakukan tindakan ekstrim saat sudah terpojok"Jika Erwin adalah orang biasa tindakan ekstrimnya akan terbatas. Tapi dengan Erwin sebagai subjeknya, Seragus bahkan tidak tahu batas pemuda itu."Selain itu, dia masih berguna untuk kita"Dengan adanya Erwin. Tidak ada orang yang akan berani sembarangan menyerang teritori di mana dia berada. Entah itu kelompok bandit, pasukan pemberontak, ataupun negara lain. Setelah mengetahui apa yang bisa Erwin lakukan, mereka akan berpikir ribuan kali sebelum memutuskan untuk menyerang perbatasan di mana dia tinggal.Dengan adanya pemuda itu, dia juga bisa mengalihkan sebagian pasukannya ke tempat lain untuk membantunya menstabilkan situasi di area lain."Lalu yang terakhir, menjinakannya itu mudah"Yang perlu Seragus lakukan hanyalah tidak menyentuh Amelie. Asalkan dia tidak mengganggu sarang lebah itu. Dia akan baik-baik saja."Tapi yang mulai, kita tidak tahu apa yang Fina pikirkan"Fina adalah musuh Seragus, dan Amelie adalah sekutu Fina. Sedangkan Erwin sendiri adalah anak buah Amelie. Jadi, meski pemuda itu tidak punya alasanpun. Jika Fina berpikir untuk melenyapkan Seragus, secara teori dia bisa memerintahkan Erwin untuk melakukannya."Kau mungkin tidak tahu, tapi aku tahu! Fina tidak akan pernah berpikir untuk membunuhku"Orang-orang di fraksi Fina mungkin punya pikiran untuk menyingkirkannya. Tapi Fina sendiri tidak akan pernah berpikir untuk membunuh saudaranya sendiri. Dia kenal baik dengan kepribadian adik perempuannya itu. Dan kalau yang jadi musuhnya hanyalah para bangsawan di bawah gadis itu, dia sama sekali tidak perlu khawatir.Jaringan mata-matanya di dalam lingkaran sosial para bangsawan tidak ada tandingannya."Fina, Amelie, dan Erwin mungkin berbahaya"

Tapi kalau kau bisa menggunakan kekuatan mereka dengan baik. Mereka adalah sebuah aset besar. Sama seperti racun yang kalau digunakan dengan hati-hati bisa menjadi sebuah obat. Reputasi bersih Fina, kemampuan manajemen Amelie, dan inovasi yang diciptakan Erwin. Semua hal itu adalah apa yang Amteric butuhkan untuk bisa keluar dari krisisnya.

Ketiga orang itu adalah lawan politiknya, tapi pada akhirnya mereka semua tetaplah penduduk Amteric. Seragus yakin kalau mereka setidaknya tidak akan membuat keputusan yang membahayakan negaranya sendiri."Apa kau paham Tristan?""Aku paham yang mulia"

"Bagus"

Seragus mengangguk."Jangan berpikir bertindak di belakangku"Tapi dia tidak lupa untuk memberikan peringatan kepada strategisnya. Tristan punya kesetiaan yang terlalu besar padanya, jadi bukan tidak mungkin kalau dia akan melakukan sesuatu di belakangnya dengan pembenaran kalau apa yang dia rencanakan adalah demi dirinya."Tentu saja"