6
"Jadi apa keperluanmu tuan Barret?."
"Dipanggil tuan oleh seorang tuan putri kedengarannya agak tidak enak, jadi tolong panggil aku dengan nama saja."
"Memanggil seorang senior dalam umur dan juga pengalaman bisnis saat aku hanya seorang pemula rasanya juga agak tidak enak, jadi tolong biarkan aku menolak permintaan tuan Barret."
"Um. . . aku tidak akan memaksa jika kau tidak mau."
Seperti biasa Haruki berdiri di belakang Amelie begitu ada tamu dengan urusan resmi. Orang yang ada di depan mereka adalah salah satu anggota petinggi serikat, selain itu dia juga adalah anak dari Genno. Alasannya datang ke tempat itu belum jelas, tapi meski begitu kemungkinan besar kalau pemuda itu tidak mungkin hanya ingin melakukan jual beli biasa dengan mereka.
"Kembali ke topik sebelumnya, jadi apa keperluanmu tuan Barret?."
"Sepertinya tuan putri tidak suka basa-basi, kalau begitu aku akan langsung ke pokok pembicaraannya."
"Silahkan."
"Aku ingin membeli perusahaanmu."
"Aku akan menjualnya, tapi hanya jika serikat juga mau menjual fasilitas yang kuminta padaku."
"Maksud tuan putri?."
"Aku yakin kalau tuan Barret sudah mendengar semua hal yang kubicarapan pada tuan Genno beberapa hari sebelumnya."
Barret adalah anak dari Genno, dan dia juga adalah salah satu anggota serikat. Kemungkinan besar Barret sudah mendengar tentang apa yang dia bicarakan dengan Genno beberapa hari yang lalu.
Penawarannya pada serikat harusnya adalah sesuatu tang besar. Dan sebab serikat bukan sebuab perusahaan pribadi, harusnga setidaknya Genno melaporkan isi dari pembicaraannya denganku pada rekannya yang lain termasuk Barret. Jika hal itu tidam terjadi, berarti Genno tidak menganggap kalau pertemuan mereka itu penting.
Jika sampai hal itu yang benar-benar terjadi, Amelie benar-benar tidak tahu harus memasang wajah seperti apa sekarang.
"Jika kau bisa menuruti permintaan kecilku itu, maka aku akan dengan senang hati menyerahkan kepemilikian perusahaan ini pada serikat!."
"Permintaan tuan putri sulit untuk serikat berikan sebab ketiga fasilitas itu sangat penting untuk serikat."
"Aku juga bisa mengatakan hal yang sama, sebab perusahaan ini adalah sumber utama penghasilanku dari teritoriku."
"Sekalanya berbeda tuan putri, ketiga fasilitas itu adalah bagian vital untuk kehidupan orang di lebih dari empat kota."
Amelie memiringkan kepalanya lalu bertanya lagi.
"Meski padahal kau bisa membangun fasilitas lain dengan mudah menggunakan uang yang akan kalian dapat dariku?."
"Fasilitas yang kita bicarakan itu bukan hanya sekedar bangunan! aku mohon tuan putri Amelie untuk bisa paham."
"Hah. . . ."
Amelie menghela nafas seakan dia sudah lelah untuk mendengarkan Barret. Setelah menarik nafas panjang, dia melihat ke arah Haruki. Dan pemuda itu mengangguk, menandakan kalau dia sudah bisa maju untuk menyerang. Dia mengambil cangkir teh di depannya dan meminum isinya untuk lebih menenangkan dirinya lagi.
"Tuan Barret tadi bilang kalau kau tahu jika aku tidak suka basa-basi, jadi kenapa tuan Barret masih bicara basa-basi sampai sekarang?."
"Maaf?."
Amelie mengembalikan cangkir teh yang dipegangnya ke meja lalu menatap pemuda di depannya secara langsung dan bicara.
"Perusahaanmu itu membawa masalah, tapi kami tidak bisa menghancurkannya begitu saja, karena itulah aku perlu membelinya sambil mencegahnya membeli fasilitas kami diambil alih sebab tujuan gadis kecil itu juga sama mengancamnya."
Amelie mengatakan semua hal itu sambil mencoba menirukan gaya bicara Genno, tapi sebab suaranya tidak rendah yang terlihat hanyalah seperti anak kecil yang mencoba menirukan ayahnya. Suaranya sama sekali tidak mengintimidasi seperti Genno. Tapi. . .
"Aku paham. . ."
Isi dari kalimatnya adalah urusan lain.
"Sepertinya apa yang ayahku katakan tentangmu itu memang benar."
"Aku tidak tahu apa yang tuan Genno katakan tentangku, tapi aku tahu posisiku bagaimana! kenapa? karena aku memang sengaja melakukannya untuk menarik perhatian kalian."
"Kurasa bermain-main dengan api itu bukan hobi yang baik."
"Aku punya pendapat sama, tapi kalimat itu ingin kukembalikan padamu tuan Barret."
Barret mengreyitkan dahinya. Apa yang dikatakan Amelie konotasinya adalah kalau dia harus berhati-hati saat bicara dengan Amelie sebab posisinya ada di bawahnya.
"Jika tuan putri merasa kuat karena sudah berhasil mendapat sedikit ua. . ."
"Tidak, aku tidak sedang membicarakan masalah seperti itu."
Meski usaha Amelie sudah membuahkan banyak keuntungan, memiliki banyak pekerja, dan juga koneksi. Tapi levelnya masih jauh di bawah serikat. Aset yang dimilikinya sama sekali tidak bisa dibandingkan aset milik Serikat maupun Aliansi yang sudah jauh lebih lama berdiri.
Jika dilihat hanya dari kemampuan finansial dan ukuran perusahaan, Amelie sama sekali tidak ada dalam posisi di mana dia bertingkah sombong dan mengancam anggota serikat seenaknya.
Jika hanya dilihat dari kemampuan finansial dan ukuran perusahaan saja.
"Tuan putri, biar kuingatkan lagi seberapa besar apa serikat! kami ini sangat besar, kami bahkan cukup besar untuk bisa jadi tulang punggung negara ini! jika kami mau! kami bisa menghancurkan perusahaanmu dengan mudah."
Amelie tertawa kecil lalu tersenyum pada Barret.
"Ya, tentu saja serikat bisa melakukannya. . . tapi. . . Apa kalian akan melakukannya?"
Jika serikat memang ingin menghancurkan perusahaan Amelie, mereka bisa melakukannya dengan mudah. Jika mereka juga membuat pasar terbuka di hari pertama Amelie membuka usahanya, maka usaha Amelie akan langsung gagal karena tidak bisa mendapatkan cukup orang dan barang.
Tapi serikat membiarkannya. Sampai beberapa hari yang lalu bahkan serikat tidak menunjukan tanda-tanda ingin menghalangi Amelie untuk tumbuh. Hanya setelah mereka mendapatkan kontrak dengan para pedagang dari luar Serikat mulai memberikan mereka perhatian.
"Saat tuan Genno menolak penawaranku jujur aku benar-benar terkejut, aku selalu bertanya-tanya kenapa dia melakukannya, sebagai seorang pebisnis mencari keuntungan harusnya jadi tujuan utamanya."
Tapi dia menolak produknya setelah hanya mendengar informasi gratis yang dia berikan sebagai pancingan. Harga yang dipatoknya memang tinggi, tapi uang yang Amelie butuhkan bukanlah angka yang tidak masuk akal. Tidak seperti aliansi, serikat tidak akan punya masalah untuk membayarnya. Dan orang yang punya sedikit pengetahuan bisnis saja sudah paham kalau investasinya itu akan menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari modal awalnya.
"Hanya saja, setelah mengubah sudut pandangku akhirnya aku paham."
Tentu saja yang dilakukannya bukan hanya sekedar mengubah sudut pandang. Haruki dan Amelie bekerja keras mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi tentang Genno dan juga gerak-gerik serikat selama beberapa tahun ke belakang. Dan begitu keduanya menyatukan potongan-potongan informasi yang mereka dapatkan mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan.
"Tuan Genno bukanlah seorang pebisnis. . ."
Setelah memeriksa ulang dan melacak keputusan-keputsan yang diambil Oleh Genno, keduanya sepakat kalau pekerjaan utama Genno bukanlah pebisnis. Malah bisa dibilang menjadi pebisnis hanyalah sebuah kedok.
"Dia itu adalah pegawai pemerintah. . . . atau mungkin lebih tepat dibilang agen kerajaan. . ., dan tugasnya adalah mengontrol keadaan status quo internal Amteric agar negara ini tidak benar-benar runtuh."
". . . ."
Mendengar hal itu Barret tidak bisa memasang ekspresi lain kecuali terkejut. Fakta kalau Genno sebenarnya adalah salah satu agen kerajaan hanya beberapa orang tertentu saja yang tahu. Hanya orang-orang terdekat raja saja seperti mentri, penasehat, dan agen-agen lain yang tahu akan hal itu. Bahkan tidak satupun dari anak-anaknya yang diberitahukan akan hal itu tanpa harus melewati banyak test dulu.
"Dari mana tuan putri mendapatkan informasi itu?."
"Um . . . kalau reaksimu sampai seperti itu, apa artinya yang kukatakan benar? "
"Tch. . . jawab saja pertanyaanku."
Barret terlalu panik sampai tanpa sadar dia baru saja mengkonfirmasi tuduhan Amelie. Mencoba pura-pura bodoh tidak akan lagi membantunya. Jika dia sudah tidak menipu gadis kecil di depannya, setidaknya dia perlu tahu dari mana Amelie mendapatkan inormasi itu.
Adalah apa yang dia pikirkan.
"Jika aku bilang kalau aku hanya asal menembak apa kau akan percaya?."
"Jangan main-main."
Amelie hanya menebak-nebak dan tanpa sengaja tebakannya adalah kenyataan sama sekali bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Membuat sebuah tebakan lalu membuat teori untuk mendukungnya bukanlah sesuatu yang sulit. Yang sulit adalah memasang wajah percaya diri di depan musuh lalu mengatakan sesuatu yang bahkan kau tidak yakin kebenarnnya.
Untuk mendapatkan kepercayaan diri semacam itu, dia harus punya bukti yang cukup kuat untuk mendukung teorinya.
"Kalau begitu, jika aku bilang kalau aku menemukan jawaban itu setelah memeriksa setiap tindakan serikat selama lima tahun ke belakang apa kau akan percaya?."
"Tidak mungkin!!!."
Amelie kembali menatap mata Barret secara langsung, kali ini dengan pandangan serius.
"Tapi begitulah kenyataannya."
Kata memeriksa mungkin akan membuat seseorang yang mendengarnya membayangkan sebuah tugas yang mudah. Tapi apa yang periksa adalah aktifitas dari serikat selama lima tahun ke belakang. Dengan kata lain koneksi, keputusan, lalu transaksi masuk dan keluar yang dilakukan oleh serikat. Yang bukan hanya dokumennya susah didapatkan tapi juga jumlahnya sangat banyak sampai kau tidak akan bisa selesai membacanya selama sebulan.
"Tentu saja aku tidak mendapatkan semuanya, dan informasi yang kami dapatkan tidak terlalu detail. . tapi semua itu sudah cukup untuk menyimpulkan siapa sebenarnya dia."
Semua hal yang dikatakan Amelie terlalu jauh dari akal sehat dan apapun yang dikatakannya akan banyak orang anggap sebagai bualan belaka. Tapi sayangnya, setidak masuk akal apapun kalimat yang dia dengar dari mulut gadis kecil di depannya itu. Dia tidak bisa bilang dengan percaya diri kalau Amelie itu berbohong.
"Jadi sebutan jenius yang kau miliki di Yamato bukan omong kosong, sekarang setelah kau mengetahui hal itu apa yang kau ingin lakukan?."
"Oo. . jadi tuan Barret juga mencari tahu informasi tentangku. . . yang kuinginkan itu sederhana. . ."
Tergantung dari jawabanya, Barret mungkin harus dipaksa untuk melakukan tindakan ekstrim. Informasi yang Amelie miliki adalah rahasia negara, dan untuk melindunginya dia bahkan diberikan ijin untuk menghilangkan seseorang. Termasuk anggota keluarga kerajaan ataupun bangsawan.
"Sebelum aku mengatakannya, aku ingin memberitahu kalau masalah yang kalian akan hadapi bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan hanya dengan membunuhku."
Barret tidak memberikan jawaban. Tapi di dalam hati, dia juga tidak ingin melakukannya jika tidak harus benar-benar melakukannya.
"Yang kuinginkan adalah membuat Gerulf bisa memberi makan orang-orangnya sendiri sehingga dia tidak lagi punya alasan untuk memakan teritoriku dan mencegah hal sejenis terjadi lagi di masa depan."
"Ha?. . . ."
Barret sudah mendengar kalau Amelie sedang ada dalam konflik dengan Gerulf, yang notabene adalah teman lama Genno. Alasannya ingin membeli fasilitas yang dimiliki serikat adalah agar dia bisa memaksa Gerulf mundur dengan paksa lewat jalur ekonomi. Dia sama sekali belum mendengar tentang rencana Amelie yang baru saja gadis kecil itu katakan.
"Aku tidak peduli apakah tuan Barret percaya padaku atau tidak, yang perlu tuan Barret pedulikan kenyataan kalau serikat. . . tidak, tuan Genno tidak mungkin bisa menolak tawaranku kali ini."
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?."
"Tuan Barret kira kenapa aku mencari tahu identitas tuan Genno yang sebenarnya? jawabannya adalah karena aku bisa menggunakannya untuk membuatnya mau menurutiku meski dia tidak mau."
"Apa yang kau ingin lakukan?."
Amelie bilang kalau masalah yang akan dia buat bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan hanya dengan membunuhnya. Dengan kata lain, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah seperti membeberkan identitas Genno pada seseorang. Tapi sesuatu yang lebih.
"Setelah mengetahui identitas Genno, aku paham kenapa dia menolak tawaranku."
Genno adalah agen kerajaan. Dengan kata lain, dia akan mendahulukan kepentingan kerajaan jauh di atas apapun. Dan dia menolak tawaran Amelie karena dia berpikir kalau hal itu akan membawa pengaruh buruk pada kerajaan.
Tujuan Genno menolak tawaran Amelie adalah agar dia bisa menahan serikat tidak jadi terlalu besar. Sebab tugasnya adalah mempertahankan status quo internal Amteric. Jika serikat mendapatkan produk yang Amelie tawarkan maka mereka bisa melakukan ekspansi dan jadi besar, selain itu serikat juga bisa menghancurkan aliansi dan punya monopoli atas ekonomi Amteric.
Jika sampai hal itu terjadi, bisa jadi perang yang sedang ada dalam posisi stalemate akan maju lagi karena mereka mendapatkan suntikan dana segar. Mengingat sponsor terbesar perang adalah serikat.
Lalu begitu pengaruh mereka terhadap militer semakin besar, mereka akan punya kekuatan yang cukup untuk menggulingkan kerajaan dan melakukan kudeta. Mengingat sebagian besar anggota serikat adalah bangasawan, hal yang seperti itu sama sekali bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Meskipun misalkan Genno bisa menahan semua orang untuk tidak melakukan tindakan ekstrim, monopoli serikat masih akan jadi masalah untuk ekonomi Amteric. Tanpa adanya saingan mereka akan bebas menentukan harga dari banyak produk yang mereka jual untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan sebab rakyat tidak punya pilihan, setinggi apapun harga yang dipatok serikat mereka harus tetap membeli dari sana.
"Sebab premitku diterbitkan oleh aliansi, jika misalkan aku tiba-tiba menghilang perusahaanku akan jatuh ke tangan Ibuku."
Tapi meski mungkin pemiliknya adalah Anneliese, yang akan mengatur urusannya adalah orang-orang aliansi. Dan orang-orang itu tidak akan berpikir dua kali untuk melakukan ekspansi.
Jika Aliansi melakukan ekspansi besar-besaran, maka kekuatan peta kekuatan ekonomi Amteric akan berubah. Di saat itu serikat jelas tidak akan tinggal diam. Prediksi paling optimis Amelie adalah serikat akan meningkatkan service mereka dan memotong harga untuk bisa bersaing dengan Aliansi. Tapi sayangnya, dia tidak yakin kalau hal itu yang akan terjadi sebab sebagian besar anggota serikat adalah bangsawan.
Dan bangsawan Amteric sudah terkenal di mana-mana sebagai orang yang bahkan susah diajak bicara. Jadi kemungkinan besar yang akan terjadi adalah konflik. Dan ketika konflik terjadi konflik antara kedua kubu itu maka yang sengsara adalah rakyat.
"Aku sangat yakin kalau tuan Genno tidak menginginkan hal itu sampai terjadi."
Genno sudah membatasi expenditure militer ke taraf minim di mana mereka masih bisa bertahan tapi tidak bisa menyerang. Hal itu membuat militer Amteric tidak lagi bisa memaksakan diri untuk maju ke garis depan dan fokus untuk bertahan. Hal inilah yang juga terjadi pada pasukan Gerulf.
Kekuatan mereka sudah berkurang tapi mereka masih cukup kuat untuk mengatasi serangan dari luar. Tapi pertahanan itu hanya bisa mengatasi masalah yang berasal dari luar. Jika konflik internal terjadi, bukan hanya keadaan ekonomi yang akan carut-marut, keamanan dalam negri juga akan jadi buruk.
Dan jika hal itu terjadi, masalah kekurangan pekerja domestik yang sekarang dimiliki Amteric akan jadi semakin buruk. Mungkin cukup buruk sampai ketika prajurit di garis pertahanan pulang, sudah tidak ada lagi orang di desa asal mereka.
"Inilah kartu asku tuan Barret, kau tidak punya pilihan kecuali menuruti apa yang kumau."
Jika Barret membunuh Amelie maka keadaan internal Amteric akan jadi carut marut. Jika dia menghancurkan perusahaan Amelie, memburkannya atau mengambilnya secara paksa, orang-orangnya akan akan lari ke segala arah dan mengubah peta keseimbangan ekonomi Amteric. Tapi kalau Amelie dibiarkan saja, kemungkinan besar dia akan jadi kekuatan ketiga di masa depan. Dan dengan koneksinya yang baik dengan perusahan di luar negara, bukan tidak mungkin kalau mereka akan jadi besar dengan sangat cepat.
"Aku menyerah. . "
Yang dia bisa lakukan hanya satu.
"Aku menuruti permintaanmu."
Barret ingin memancing Amelie dengan uang tapi usaha itu gagal sebab gadis kecil itu sudah punya tujuan yang jelas. Ancamannya juga sama sekali tidak mempan sebab dia sudah punya banyak kartu untuk memaksa Barret dan Genno tidak bisa bergerak sembarangan. Dan yang terakhir. . .
Ketika Amelie membuat keamanan negara, peta politik, dan kekuatan ekonomi sebagai sanderanya membayar tebusan dengan hanya memberikan tiga fasilitas distribusi yang mereka miliki jadi terasa bukan hal yang sulit.
Bayaran itu malah kelihatan sangat murah dibandingkan dengan masalah yang akan terjadi jika mereka masih tetap keras kepala dan memaksa melawan Amelie.
"Tapi meski serikat menyutujuinya kami masih akan memberikan syarat tambahan, seperti yang kau bilang dulu kami tidak ingin kau membawa-bawa rakyat biasa dalam masalahmu karena itulah kau harus menyetujui perjanjian untuk tidak menyalahgunakan ketiga fasilitas itu."
"Tentu saja, dari awal kepemilakanku terhadap fasilitas itu pada dasarnya hanya ingin kugunakan sebagai material untuk menggertak seseorang ."
"Baguslah kalau kau paham."
Genno adalah orang yang mendahulukan kepentingan negara di atas segalanya. Dan sebuah negara ada karena ada rakyatnya. Dengan kata lain, tulang punggung sebuah negara adalah rakyatnya. Dan jika mereka menderita maka negara itu tidaklah sehat.
"Ayahku adalah orang yang berani mengkebiri kekuatan militer Amteric, melawan bangsawan besar, dan bahkan membantah raja hanya demi rakyat yang bahkan tidak dia kenal bisa hidup lebih baik. . . . dan tentu saja dia bisa melakukan hal yang jauh lebih ekstrim untuk tujuan yang sama. . . jadi kumohon tuan putri tidak melakukan tindakan yang aneh-aneh."
"Terima kasih atas sarannya. . aku akan mengingatnya."
"Aku harap kita bisa bertemu lagi besok di kantorku untuk membicarakan detail dari negosiasi ini, kau tidak keberatan kan tuan putri?."
"Tentu saja tidak."
"Kalau begitu topik ini selesai."
Barret menghela nafas. Dia tidak diberikan kuasa untuk mengambil keputusan, tapi jika dia memberitahukan apa yang terjadi di sini pada ayahnya. Genno juga pasti akan mengambil keputusan yang sama.
Sekali lagi dia diingatkan kalau gadis kecil yang di depannya itu hanya kecil penampilan luarnya saja. Sedangkan pikirannya jauh lebih luas dari siapapun yang pernah dia temui sebelumnya.
"Jika tuan putri punya masih punya waktu, apakah kau bisa menemaniku ngobrol dulu?."
Urusan utamanya sudah selesai, dan sekarang dia sudah tidak ada lagi keperluan dengan Amelie. Tapi meski begitu dia masih ingin bicara dengan gadis kecil di depannya, dia ingin lebih paham tentang gadis itu.
"Kebetulan aku menyisihkan cukup banyak waktu untuk pertemuan ini, jadi aku masih bisa menemani tuan Barret untuk ngobrol."
Barret tersenyum. Meski dia adalah seorang pebisnis, tapi dia memiliki tubuh besar kekar yang tidak kalah dari seorang prajurit. Normalnya, penampilannya itu akan membuat lawan bicaranya jadi tertekan. Tapi ketika orangnya sendiri tidak memasang wajah serius dan tersenyum dengan natural, efek yang timbul malah jadi terbalik. Seseorang yang ada di dekatnya jadi merasa aman.
"Mengesampingkan posisi kita, sejujurnya aku merasa kagum dengan tuan putri."
Meski secara umur Amelie lima atau enam tahun di bawahnya, tapi dia tidak bisa bilang kalau kemampuan gadis kecil itu juga ada di bawahnya. Bahkan, dari pembicaraan yang mereka lakukan tadi dia yakin kalau kemampuan gadis kecil itu masih belum sepenuhnya ditunjukan.
Di masa ini, wanita dilihat tidak lebih dari seseorang yang bertugas mengurus rumah dan anak ataupun hiasan dan juga alat politik. Yang mereka perlukan hanyalah penampilan menarik dan sedikit pengetahuan agar tidak mempermalukan suaminya. Karena itulah pendidikan yang mereka terima biasanya hanya ada pada taraf dasar saja.
Bahkan anak-anak bangsawan yang bersekolah di sekolah kerajaan pada dasarnya hanya diajari politik dan ekonomi hanya agar mereka bisa membangun koneksi dengan komunitas bangsawan dan kerajaan.
Jadi menemukan seorang wanita yang benar-benar cerdas pada dasarnya adalah sesuatu yang sangat sulit. Apalagi seseorang yang levelnya setinggi Amelie. Mungkin dia hanya akan menemukan satu orang di Amteric.
Tentu saja ada pengecualian, tapi yang namanya pengecualian itu jumlahnya pasti sedikit. Dan di antara pengecualian-pengecualian itu, kemampuan Amelie masih sangat mencolok.
"Terima kasih atas pujiannya, aku juga merasakan hal yang sama tentang tuan Barret."
Barret sendiri adalah orang yang bisa dibilang sukses. Sebelum umurnya mencapai angka dua puluh, dia sudah berada pada posisi yang cukup tinggi dan harta yang tidak kalah dari para bangsawan yang umurnya lebih dari dua kali lipat miliknya.
Sama seperti Haruki, dia juga adalah seorang jenius. Hanya saja dalam bidang bisnis dan bukannya strategi perang.
"Hahaha. . . dulu aku pernah punya julukan memalukan seperti anak ajaib. . tapi setelah bertemu dengan tuan putri aku merasa kalau yang harus kupelajari masih sangat banyak. "
Selain itu, sehebat apapun dia di masa lalu dia tidak akan bisa melakukan apa yang Amelie lakukan sekarang. Dia tidak cukup berani untuk menantang seorang jendral veteran dalam konflik, menghadapi organisasi besar dengan hanya modal ide, maupun mau menjadikan kestabilan negara tempatnya tinggal sebagai sandera hanya demi Ibunya.
"Eheheh. . . entah kenapa aku kedengaran seperti orang jahat, selain itu sepertinya tuan Barret tahu lumayan banyak tentangku."
"Itu sama sekali bukan maksudku. . . malah sebaliknya. . aku berpikir kalau tuan putri itu menakjubkan."
"Tuan Barret terlalu berlebihan memujiku, semua orang bisa melakukan apa yang kulakukan jika mereka belajar cukup keras."
Mendengar jawaban itu, Haruki dan Barret menjawab 'tidak mungkin' di dalam hati masing-masing. Meski memang Amelie bisa jadi seperti sekarang karena dia belajar dengan sangat keras, bukan berarti semua orang bisa jadi sepertinya. Karena apakah ada orang lain yang bisa belajar sekerasnya adalah sesuatu yang jadi tanda tanya besar.
"Meski aku memang kagum dengan kemampuan dan kecantikan tuan putri, tapi bukan hanya itu yang membuatku kagum denganmu. . "
"Can-can-cantik. . . aku cantik?. . ."
Barret memasang wajah bingung begitu melihat reaksi Amelie atas pujiannya terhadap penampilan gadis itu. Meski memang Amelie masih sangat muda, tapi penampilannya tidak diragukan lagi sangat menawan. Dan kecantikannya hanya akan bertambah di masa depan. Setiap orang yang ditemuinya pasti menyadari hal itu.
Reaksi Amelie bisa seperti itu karena pada dasarnya dia jarang berkomunikasi dengan orang di luar lingkaran kenalan kecilnya. Pujian dari Ibunya dia anggap normal sebab dia merasa, semua ibu pasti akan memuji anaknya sendiri. Pujian dari Erwin dia tidak anggap penting sebab setiap gadis kecil yang ditemuinya pasti akan mendapatkan pujian yang sama.
Selain mereka hanya ada orang-orang tua yang dia anggap seperti kakek dan neneknya sendiri, sehingga dia tidak merasakan apa-apa. Bisa dibilang, pujian dari Barret adalah pujian pertamanya yang bisa dia anggap sebagai pujian dari lawan jenis.
"Eheheh. . . . ternyata tuan putri juga punya kelemahan. . . dan kelemahanmu kelihatannya sangat manis."
Haruki mengangguk dan mengiyakan kata-kata Barret, dia juga merasa kalau ekspresi malu Amelie kelihatan sangat manis.
"Tolong jangan menggodaku tuan Barret."
Dan ekspresi cemberutnya juga kelihatan lucu dan polos. Hal itu sempat membuat Barret ingin terus menggoda Amelie agar bisa melihat ekspresi-ekspresi gadis itu yang lain. Tapi dia berhasil menahan diri.
"Kembali ke topik sebelumnya. . . hal yang paling membuatku kagum darimu adalah bukan kecantikan maupun bakatmu, tapi pandanganmu."
Demi orang yang dicintainya Amelie berani melakukan hal-hal berbahaya. Dan demi orang-orang di teritorinya dia mampu bekerja dengan sangat keras.
"Negara ada karena ada rakyat, raja ada karena dia memiliki negara, bangsawan ada karena mereka punya tugas dari raja, dengan kata lain dalam sebuah negara elemen terpentingnya adalah rakyat."
Uang yang dimiliki negara diberikan oleh rakyat, harta yang dimiliki bangsawan juga adalah hasil jerih payah rakyat. Kekuasaan dan yang kekuatan yang dimiliki para pengatur negara hanyalah sebuah barang pinjaman dari rakyat.
"Tapi kebanyakan orang-orang yang duduk di atas lupa akan hal itu dan malah menganggap kalau rakyat itu ada untuk mereka dan bukan sebaliknya."
"Eh? bukankah hal seperti penguasa ada untuk melayani itu normal?."
"Kenyataan kalau kau berpikir hal itu normal adalah sesuatu yang mengagumkan."
Dan negara ini membutuhkan lebih banyak orang-orang yang mengagumkan seperti itu.
"Ada sekumpulan orang yang merasa kalau negara ini perlu berubah, dan aku merasa kalau pandangan tuan putri sejalan dengan tujuan kami."
"Jadi begitu. ."
Dari investigasi yang Amelie dan Haruki lakukan, dia bisa memastikan kalau Genno adalah tipe orang yang sepertinya. Dia punya pandangan yang sama seperti Amelie dan tidak terlalu peduli dengan harta dan jabatan. Dan sebab dia itu punya rasa nasionalisme yang tinggi, dia berakhir selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan negaranya.
Tapi sekuat apapun Genno, dan sekaya apapun dia, atau seberpengaruh apapun orang tua itu. Tidak mungkin dia bisa mewujudkan semua keinginannya sendiri. Dengan kata lain, di balik layar masih ada banyak orang yang punya pikiran yang sama dengannya dan bekerja sama dengannya.
Dari arah pembicaraannya, Amelie menebak kalau mungkin Barret akan mencoba merekrutnya untuk masuk ke dalam kelompok itu.
Amelie mengangguk kecil dan meyakinkan diri untuk menjawab iya. Koneksi dengan orang lain tidak pernah jadi aset yang buruk, dan jika dia bisa mendapatkan lebih banyak backing maka posisinya akan jadi semakin aman saat melawan Gerulf.
"Kami membutuhkan bakat dan kemampuanmu tuan putri. . karena itulah menikahlah denganku."
"Bai. . Eh? ah?."
"Menikahlah denganku."
"Eh? Eeeeeeeee? me-me-me-me-menikah? ku-ku-kukira tuan Barret hanya ingin merekrutku."
"Jika aku hanya merekrutmu, gerakanmu akan terbatasi."
Amelie adalah putri ke tujuh, dia tidak punya kekuatan politik maupun kekuasaan. Dan sebab posisinya ada di bagian bawah, kesempatannya untuk bisa menang perebutan tahta juga hampir tidak ada. Ketika umurnya sudah lima belas tahun, kemungkinan besar dia akan dinikahkan dengan bangsawan ternama untuk kepentingan politik.
"Aku sama sekali tidak ingin tuan putri hanya berakhir jadi hiasan, aku tidak ingin melihat bakatmu terbuang percuma, selain itu aku yakin dengan bantuanmu kami bisa mengubah negara ini dan aku tidak ingin membuang kesempatan itu."
"Ak-aku paham alasannya."
Jika dia menikah dengan Barret kemungkinan besar ayahnya tidak akan banyak bicara dan membiarkannya saja. Sebab Barret adalah anggota keluarga dari salah satu bangsawan besar di Amteric.
"Kurasa tawaranku cukup bagus."
Keinginan utamanya adalah membuat Ibunya bahagia dan tidak harus hidup susah. Jika dia menikah dengan Barret maka keinginan itu bisa dia kabulkan dengan mudah. Selain itu dengan bantuan serikat, membuat teritorinya lebih makmur juga akan jadi lebih mudah. Dan yang terakhir, jika dia masuk dalam keluarga Barret maka tidak akan ada lagi yang bermain-main dengannya sehingga kasus seperti serangan Gerulf tidak akan pernah terulang lagi.
Dengan kata lain, dengan menikahi Barret semua masalahnya akan terselesaikan.
". . . ."
Semua perhitungan yang dia lakukan memberitahukannya untuk menerima lamaran pemuda di depannya. Semua keuntungan yang dia dapatkan membuatnya harusnya tidak perlu berpikir panjang untuk menerima ajakan Barret. Tapi dia tidak bisa memberi jawaban dengan yakin.
Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Nona Amelie. . . aku minta ijin untuk bicara."
Ketika Amelie terlihat tidak lagi bisa berpikir, Haruki memutuskan untuk bicara. Dan Amelie hanya mengangguk untuk menjawab.
"Tuan Barret, apa kau mencintai nona Amelie."
"Tidak juga. . . tapi aku tidak membencinya, dan menikah dengannya adalah keputusan yang kurasa paling tepat."
Haruki memalingkan wajahnya pada Amelie.
"Dan Nona Amelie?."
"Pada dasarnya sama. . . tapi. . "
Keduanya tidak mencintai satu sama lain, tapi keduanya juga berpikir kalau menikah dengan satu sama lain adalah keputusan yang paling tepat. Dari pembicaraan yang sudah terjadi, tidak ada kebencian yang terselip di antara kata-kata yang mereka gunakan.
"Masalah cinta itu bisa diurus belakangan, asalkan kami bisa menghormati satu sama lain dan sedikit paham tentang kepribadian masing-masing rumah tangga yang damai itu bukan sesuatu yang sulit untuk didapatkan."
Benar, cinta itu bisa diasah nanti. Selain itu, jika kau hidup bersama dengan seseorang selama puluhan tahu, mau tidak mau lama-lama kau juga akan menyukai mereka. Kemudian, kasus di mana pernikahan tanpa cinta berakhir bahagia juga tidak sedikit.
Impresi keduanya tentang satu sama lain juga lumayan baik.
Harusnya tidak ada masalah.
"Aku paham."
Haruki mengangguk.
Keinginan Barret untuk menikahi Amelie mungkin memang bukan cinta. Tapi bukan berarti pemuda itu punya keinginan buruk. Dia hanya mengambil keputusan yang dia anggap adalah hal yang terbaik. Secara garis besar dia mirip dengan Amelie yang selalu mendahulukan logika saat mengambil keputusan.
"Maafkan aku tuan Barret, tapi sepertinya kau harus mundur sebab nona Amelie kelihatannya tidak benar-benar ingin menikah denganmu."
"Kurasa kau tidak punya tempat untuk berbicara di sini, selain itu aku yakin kalau tuan putri masih belum punya pasangan jadi sama sekali tidak ada masalah."
"Hah. . . ."
Haruki menghela nafas lalu memasukan telapak tangannya ke dalam saku celananya. Setelah beberapa saat mencari sesuatu di dalamnya, dia mengeluarkan sesuatu dan menunjukannya pada Barret.
"Sebab kalian berdua sudah saling buka rahasia, aku juga akan ikut membuka rahasiaku."
Dan begitu melihat benda kecil yang Haruki tunjukan padanya, Barret langsung memasang wajah serius.
"Kau. . . dari sentral?"
"Lebih tepatnya anggota pasukan cadangan."
Bukan hanya Barret yang heran tapi juga Amelie. Jika Barret heran kenapa ada anggota bersama dengan Amelie, gadis kecil heran kenapa tiba-tiba memberitahukan Barret identitas rahasianya yang seharusnya dijaga dari orang-orang yang tidak punya kepentingan.
"Yang menginginkan Amelie bukan hanya tuan Barret saja, bahkan bisa dibilang kalau ak. . Yamato sudah mengincarnya sejak dulu. . "
"Apa kau yakin ingin mengangguku? bukankan intervensimu bisa jadi masalah politik internasionl?."
"Aku yakin kalau tuan Barret sudah tahu seberapa berharganya bakat Amelie, dan yang bisa melihat seberapa berharganya gadis kecil ini tentu saja bukan tuan Genno dan Barret saja."
Sebagian sandra yang diberikan kepada negara lain sebagai jaminan pembentukan pasukan sentral adalah keluarga dekat raja yang punya posisi penting. Seseorang yang punya pengaruh besar terhadap masa depan Amteric.
Tapi begitu banyak negara memilih mengambil para calon pemegang tahta maupun saudara sekandung dari raja. Yamato, Yang termasuk salah satu kekuatan besar di sentral malah memutuskan hanya mengambil Amelie yang notabene tidak punya nilai yang begitu tinggi.
Keputusan itu diambil ketika Ayah Haruki yang dulu punya juga adalah anggota pasukan cadangan mendengar cerita anaknya tentang gadis kecil yang bahkan dianggap oleh Haruki. Yang notabene juga punya julukan jenius sebagai anak yang jenius melebihinya.
Dan bagi Yamato yang mengutamakan kualitas individu di atas apapun akhirnya memutuskan untuk mengambil Amelie sebagai sandra politik. Berharap kalau keberadaan gadis kecil itu bisa memberikan lebih dari sekedar asuransi keamanan.
Beruntungnya, tebakan mereka benar. Bukan hanya masalah akademik, Amelie bahkan mampu memberikan kontribusi kongkrit dalam bentuk sistem baru dan berbagai macam perbaikan pada sistem yang sudah berjalan.
Di saat itulah keputusan untuk menjadikan Amelie sebagai salah satu anggota pasukan cadangan dibuat.
Normalnya keluarga kerajaan tidak akan diijinkan untuk menjadi warga negara lain. Tapi sebab posisi Amelie cukup lemah di Amteric, para pemain di belakang layar di Yamato memperhitungkan kalau mereka masih punya kesempatan untuk menjadikan Amelie milik mereka.
Untuk membuat hal itu terjadi, mereka bahkan menyediakan segala hal yang Amelie perlukan agar gadis kecil itu merasa nyaman di Yamato. Dengan harapan jika Amelie merasa nyaman, mereka bisa dengan lebih mudah mendapatkan gadis itu.
Mereka bahkan sudah bersiap untuk menggunakan kekuatan politik kalau sampai hal itu diperlukan.
"Dan tugasku adalah menjaga kesempatan nona Amelie untuk pindah ke Yamato tetap terbuka, jadi permintaan tuan Barret agak merepotkan untuku."
Amelie memiringkan kepalanya karena baru pertama kali mendengar cerita itu dari Haruki. Memang benar Yamato ingin membuat Amelie jadi warga negaranya, tapi pengakuan Haruki tentang tugasnya adalah kebohongan. Dia memang ditugaskan untuk menjaga Amelie, tapi tugas itu hanya berlaku ketika Amelie masih berada di tanah Yamato ataupun berada di bawah komando sentral.
Haruki sama sekali tidak punya hak untuk melakukan intervensi dalam urusan internal Amteric sebab jika hal itu sampai ketahuan maka masalah yang ditimbulkan akan jadi panjang.
Dengan kata lain Haruki hanya menggretak. Hanya saja sebab tidak ada yang bisa dimintai konfirmasi, Barret hanya bisa waspada di depan Haruki dan menanggapi dengan serius semua yang dikatakan pemuda di depannya.
"Meski aku mundurpun, jika ayahnya ingin menikahkanya dengan seseorang maka kalian tidak akan bisa melakukan apa-apa."
"Seperti yang sudah tuan Barret tahu, raja yang sekarang sangatlah konservatif, apa yang akan dia lakukan kalau sentra meminta Amelie ke garis depan?."
Dia akan menurut dan mengirimkan Amelie ke garis depan. Sebab jika dia menolak tanpa alasan yang kuat maka ada kemungkinan status kuo yang ada di sentral akan runtuh. Jika posisi Amteric di sentral melemah maka ada kemungkinan kalau pasukan gabungan dari banyak negara akan menyerang secara bersamaan. Dan tentu saja dia tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.
Jika Amelie ditugaskan ke garis depan Yamato bisa menunda pernikahannya gadis itu dengan siapapun selama beberapa tahun.
"Tentu saja jika nona Amelie benar-benar tidak mau jadi bagian dari pasukan cadangan kami tidak akan memaksa, sebab keadaan mental sangat berpengaruh terhadap kemampuannya.. di saat itu kami akan menurunkan target dan hanya ingin dia membantu sentral."
Pasukan sentral adalah organisasi yang berdiri dengan menyatukan banyak negara-negara. Beberapa anggota adalah negara besar yang punya kemampuan militer hampir sebanding dengan Amteric yang tugasnya membuat situasi stalemate.
Sebab Amteric sudah menginvasi banyak negara di sekitarnya, keadaan dunia jadi tidak stabil. Entah itu keadaan ekonomi, militer, maupun politik semuanya sedang ada dalam masa yang kacau.
Situasi stalemate yang ada sekarang dibuat agar semua masalah itu bisa diselesaikan. Hanya saja menjaga posisi stalmate itu bukan hal yang mudah. Expanditure untuk mengatasi organisasi teroris, pemberontakan, dan kudeta yang terjadi di mana-mana itu sama sekali tidak sedikit.
Jika mereka terus membiarkan semua itu maka banyak pasukan militer akan mengalami kebangkrutan. Dan jika sampai ada negara yang mundur dari sentral karena bangkrut maka kekacauan hanya akan bertambah.
Dengan kata lain, dunia sedang mencoba mengatasi masalah ayam dan telur dalam sekala yang sangat besar. Lalu, untuk mengatasi masalah dalam sekala itu mereka membutuhkan semua orang berbakat yang tersedia untuk menyelesaikannya.
"Jika hanya itu masalahnya, aku hanya perlu memberikan Amelie kebebasan yang diperlukannya."
"Tentu saja kau bisa melakukannya, hanya saja sebelum itu apa tuan Barret yakin kalau kau pantas untuk nona Amelie?."
"Maksudmu?."
"Kami bisa menyerah kalau, jika kau benar-benar bisa melakukan apa yang sudah tuan Barret katakan sebelumnya . .memberikannya kebebasan."
Memahami bagaimana cara berpikir Amelie, dan tidak punya niat untuk menghalangi pertumbuhan gadis itu.
"Dan yang terakhir, kau juga harus setidaknya lebih pintar dariku."
Sejujurnya Haruki tidak bisa mencari kekurangan Barret dan benar-benar kesulitan mencari kelemahan yang bisa dia serang supaya pemuda itu mau mundur. Wajah tidak ada masalah, uang melimpah, dan dia punya posisi tinggi. Selain itu dia juga punya pikiran yang mirip dengan Amelie. Tidak diragukan lagi kalau keduanya kelihatan cocok satu sama lain.
Amelie juga kelihatannya tidak punya impresi buruk terhadap pemuda itu.
"Jadi, jika aku bisa membukgtikan kalau aku lebih pintar darimu kau tidak akan menggangguku lagi?."
Barret paham kalau Haruki hanya mencari-cari alasan untuk menggagalkan lamarnya terhadap Amelie. Sebab dia yakin kalau hampir semua kriteria yang Haruki sebutkan ada pada dirinya. Jika dia bisa membuktikan kalau dia punya kemampuan lebih dari Haruki, mungkin dia bisa juga bisa menghentikan keinginan Yamato untuk mengambil Amelie.
"Tentu saja."
"Kalau begitu aku menantangmu."
"Apa kau yakin tuan Barret?."
Haruki tersenyum.
Dia sempat khawatir tidak bisa menggiring Barret untuk menerima tantangan yang akan dia ajukan sebab sepertinya pemuda itu adalah tipe yang tidak mudah ditipu. Tapi sepertinya Barret sangat percaya diri dengan kemampuannya sendiri sampai dia mau menantang Haruki dulu.
"Sebab tuan Barret yang menantangku, apakah aku bisa menentukan bentuk testnya?."
"Silahkan."
"Kalau begitu tolong bermain catur denganku."
Amelie sebenarnya ingin menghentikan keduanya, tapi sebab keduanya terlihat sangat serius dia yakin kalau omongannya tidak akan didengarkan. Misalkan mereka berhenti di depannyapun ada kemungkinan kalau mereka akan menyelesaikan konflik mereka di luar ketika dia tidak ada.
Daripada membiarkan mereka menyelesaikan konflik mereka di tempat yang tidak bisa dia awasi, Amelie berpikir akan lebih baik jika dia bisa mengawasi apa yang terjadi di antara kedua pemuda di depannya.
"Permainan tanpa hadiah kedengaran tidak seru, jadi bagaimana kalau kita bertaruh."
"Aku baru ingin bilang hal itu."
Amelie mengambil papan catur yang biasa dia gunakan untuk bermain dengan Haruki dan menaruhnya di meja. Setelah itu dia menggeser posisi duduknya lalu membiarkan Haruki duduk di sampingnya. Begitu keduanya selesai menata bidaknya masing-masing, Haruki langsung bicara.
"Jika aku menang tuan Barret harus menunggu selama minimal lima tahun sebelum bisa melamarnya lagi."
"Lalu kalau aku menang?."
"Sebab tuagasku adalah mengrecoki semua orang yang mendekati Amelie, selama aku hidup siapapun tidak akan bisa mendekatinya dengan tenang termasuk tuan Barret."
Haruki menghela nafas dalam lalu menatap Barret dengan tajam.
"Jika kau menang maka aku akan membunuh diriku sendiri."
Menanggapi deklarasi Haruki, Barret hanya tersenyum. Dia tidak percaya kalau Haruki punya nyali untuk benar-benar melakukannya. Dia mengira kalau Haruki hanya mencoba melakukan serangan psikologis padanya.
"Terserah. . . yang jelas, jika aku menang kau tidak akan menggangguku lagi kan?."
"Tentu saja, memangnya orang mati bisa apa?."
"Kalau begitu, permainan dimulai."
Begitu Haruki ingin menggerakan bidak pertamanya Amelie mencoba mengehentikan pemuda itu dengan memegang tangannya dengan erat. Begitu Haruki mengalihkan pandangannya, dia menemukan Amelie sedang melihatnya dengan tatapan khawatir.
"Kenapa?"
Tidak seperti Barret, Amelie yakin kalau Haruki itu serius. Dia benar-benar akan membunuh dirinya sendiri kalau dia kalah dari Barret. Dan dia melakukannya agar dia bisa memastikan kemenangannya atas Barret.
Kemampuan khusus Haruki adalah melihat kematiannya sendiri atau orang yang dia kenal. Dan dengan mengancam untuk bunuh diri jika dia kalah, maka kekuatannya akan aktif begitu dia melakukan salah langkah. Membuatnya menjadi alarm peringatan.
Dengan kata lain, Haruki benar-benar tidak ingin kalah sampai dia mau main curang.
". . . ."
Amelie tahu maksud tindakan Haruki untuk mempertaruhkan nyawanya dalam permainan. Tapi meski begitu dia tidak paham kenapa Haruki sampai seserius itu ingin menang dari Barret. Resiko yang dia ambil untuk mencegah ikut campur dalam masalah pribadi Amelie di Amteric terlalu besar, jika satu kebohongannya terungkap maka bukan hanya posisinya di militer yang akan terancam tapi bahkan mungkin dia akan dianggap kriminal dan diberi hukuman.
" . . ."
Haruki tidak menjawab dan hanya menyingkirkan tangan Amelie dengan lembut. Haruki mengambil langkah pertamanya, dan permainanpun berjalan.
Setengah jam kemudian, hasil dari permainanpun berhasil ditentukan.
Haruki menang bahkan tanpa menggunakan kekuatan khususnya. Tapi bukan berarti usahanya melawan Barret mudah. Meski gaya permainan Barret dan Amelie sama, dia tidak bisa menggunakan banyak trik psikologinya karena tidak tahu banyak tentang pemuda itu. Selain itu, provokasinya juga tidak terlalu berpengaruh. Dia bisa merasakan jika pengalaman Barret di komunitas sosial punya banyak andil untuk membantunya.
"Sepertinya aku terlalu meremehkanmu, seharusnya aku tahu kalau tidak ada orang bodoh di sentral."
Barret sempat berpikir kalau Haruki hanya orang dengan banyak omongan, atau rumor tentang pasukan cadangan hanya dibesar-besarkan saja. Tapi setelah melawan Haruki dalam permainan, dia paham kalau lawannya punya kelas yang jauh di atasnya. Setidaknya dalam catur.
"Aku mengaku kalah, sepertinya aku memang belum pantas untuk bisa jadi pasangan tuan putri."
Dia sudah menumpuk banyak prestasi dalam pendidikan dan pekerjaannya. Dan dia merasa kalau kemampuannya tidak akan kalah dari siapapun dalam bidangnya. Tapi kali ini dia sadar kalau dunia itu luas dan dia masih harus banyak belajar lagi.
". . . . "
Haruki menunduk pada Barret dan pemuda itu memberikan isyarat kalau masalah di antara mereka benar-benar sudah berakhir bersamaan dengan berakhirnya permainan. Sesuatu yang Amelie sangat syukuri. Haruki kembali ke posisinya lalu pembicaraan kembali diambil alih Amelie.
"Apa aku bisa memegang janji tuan Barret?."
"Tentu saja, lima tahun itu tidak lama dan menunggumu untuk jadi lebih cantik sama sekali bukan sebuah kerugian."
"Terima kasih karena sudah memaafkan ketidak sopanan kami, aku harap kita masih bisa saling berhubungan baik."
"Senang bekerja sama dengamu tuan putri, kalau begitu aku ingin pamit dulu sebab sepertinya waktu bebasku sudah habis."
"Sebelum tuan Barret pergi, aku ingin mengatakan beberapa hal lagi."
"Silahkan."
"Tolong jangan anggap serius omongan Haruki tentang masalah pantas atau tidak pantas, aku sama sekali tidak peduli dengan hal semacam itu!!."
Setelah itu Amelie mengalihkan pandangannya ke arah Haruki.
"Dan Haruki!! tolong jangan lakukan hal seperti itu lagi!! jika kau berani mempertaruhkan nyawamu semudah itu sekali lagi, aku akan benar-benar marah padamu."
Kemudian Amelie menutup matanya untuk sesaat sambil memegang dadanya. Membuat kedua pemuda di sekitarnya berhenti bergerak dan memberikan perhatian penuh mereka pada gadis kecil itu. Dari nadanya, mereka tahu kalau Amelie ingin mengatakan sesuatu yang serius.
"Sejujurnya, aku benar-benar berpikir kalau tawaran tuan Barret sama sekali tidak buruk."
Mungkin menikah dengan Barret adalah pilihan terbaik yang bisa dia ambil saat ini. Daripada seseorang yang kepribadiannya tidak dia ketahui, seseorang yang tidak dia pahami jalan pikirannya, dan laki-laki yang tidak mengerti keinginannya, Barret sepertinya adalah satu-satunya orang yang bisa setidaknya dia percaya untuk dia serahkan masa depannya.
Sama seperti Haruki, dia juga kesulitan mencari alasan untuk bisa menolak tawaran Barret secara logis.
"Hanya saja meski ada sangat banyak alasan untuku untuk menerima tawaran tuan Barret, pada akhirnya aku ingin menolak tawaran itu."
Amelie tersenyum pada Barret. Tapi senyuman itu hanya membuat Barret bingung.
"Kenapa?."
"Ehehe . . . bahkan untuk orang sepertikupun, menikah hanya karena perhitungan kedengaran sama sekali tidak benar."
"Begitu ya. . ."
Hal itu adalah sesuatu yang normal. Kebanyakan orang memutuskan dengan siapa mereka menikah menggunakan keputusan yang dihasilkan dari perasaan mereka dan bukannya perhitungan antara untung dari rugi. Yang melakukan hal kebanyakan hanya para bangsawan yang dan orang-orang berkuasa yang punya agenda lain.
"Jadi orang seperti apa yang kira-kira bisa tuan putri suka secara alami?."
Amelie memiringkan kepalanya, dia sendiri tidak tahu orang seperti apa yang bisa membuatnya menyukai orang itu. Tapi jika bisa, dia ingin seseorang yang ada di dekatnya setidaknya punya pandangan yang tidak terlalu jauh darinya.
"Apa pendapat tuan Barret tentang keluarga yang punya banyak anak?."
"Kalau bis aku tidak ingin punya banyak anak sebab saat keadaan jadi susah jumlah anak yang banyak hanya akan membuat situasi jadi semakin susah."
Dengan lebih banyak anak maka akan ada lebih banyak mulut yang perlu diberi makan. Untuk sebagian besar keluarga di kelas bawah di Amteric, melekukannya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
"Um .. . aku paham. . tapi bagaimana kalau aku bilang kalau orang-orang itu secara ajaib selalu bisa bertahan?."
Dan bukan hanya bertahan tapi malah berkembang. Orang-orang yang Amelie maksud adalah orang-orang di teritorinya. Untuk suatu alasan, secara ajaib begitu orang-orang itu punya tanggung jawab lebih mereka selalu bisa mengatasi tanggung jawab itu dan malah jadi semakin sukses.
Meski dengan gaji yang sama, seseorang yang dulunya tidak punya apa-apa sebelum menikah bisa membangun rumah, dan membeli prabotan yang seharusnya di atas pendapatannya setelah menikah. Bukannya jadi semakin miskin, aset mereka malah jadi semakin banyak.
Lalu, ketika sebuah keluarga punya anak untuk suatu alasan kepala keluarganya selalu bisa memberi semua anaknya makan. Meski mereka punya satu anak, dua anak, tiga ataupun empat. Seberapa banyakpun anak yang mereka miliki selalu ada cara untuk memberi mereka makan.
"Tidak semua orang bisa melakukan. . ."
"Kalu aku sendiri tidak merasa seperti itu! semua orang bisa melakukannya! yang jadi pertanyaan adalah apakah mereka mau melakukannya atau tidak, apakah mereka sudah serius berusaha atau belum, dan apakah mereka benar-benar peduli pada anak mereka."
"Argumenmu hanya berisi bayangan dari perasaan serta nilai moral tuan putri. . kenyataan tidak seindah itu, dunia tidak akan memberikan sesuatu hanya karena kau bekerja cukup ke. . ."
"Maaf, tapi aku berpikir hal itu salah, sekarang aku tanya apakah orang yang menjual anaknya demi uang, mengusir anaknya pergi agar bisa mengurangi mulut untuk diberi makan, atau tidak mau punya anak karena takut susah ada yang sukses dan jadi lebih kaya?."
"Itu. . ."
"Jawabannya tidak ada."
Meski mereka mendapatkan uang dari hasil menjual anaknya, mereka tidak harus memberi makan semua anaknya ataupun mereka bahkan tidak perlu memikirkan orang lain kecuali mereka sendiri untuk suatu alasan mereka tetap miskin dan keadaan ekonomi mereka tidak berkembang.
"Dengan kata lain, masalahnya bukan ada pada lingkungannya, tapi pada orangnya sendiri."
Sebab meski tanpa bebanpun, mereka masih tetap tidak bisa maju.
"Jadi begitu. . . beban yang mereka miliki hanya dijadikan alasan."
Amelie mengangguk begitu mendengar kesimpulan Barret.
"Jadi apa hubungannya pembicaraan ini dengan topik tadi?."
Ketika sesuatu hidup dan lahir ke dunia, makanan untuk mereka sudah disiapkan. Yang tersisa tinggal seseorang untuk mengambilnya. Dalam prosesnya bagian mereka bisa diikat dengan takdir orang lain dalam bentuk tanggung jawab.
Dengan kata lain, jika kau punya tanggung jawab terhadap banyak orang maka bagian yang kau dapatkan juga akan lebih banyak. Yang artinya.
"Kau ingin punya banyak anak?."
Sebab dari arah pembicaraannya Amelie sepertinya ingin bilang kalau punya banyak anak akan membuatnya lebih suskses.
"Bu-bukan itu, aku hanya ingin keluarga yang besar, keluarga hangat yang bisa mendorongku untuk melalui bahkan keadaan paling sulit sekalipun."
Tujuan hidup paling penting Amelie sekarang adalah membuat hidup Ibunya bahagia. Ketika dia sudah berhasil melakukannya atau ketika Ibunya sudah tidak ada lagi, apakah dia masih bisa terus berusaha dengan keras?. Dia tidak tahu, tapi setidaknya sebelum saat itu datang dia ingin menemukan seseorang yang bisa cukup penting untuknya sampai mampu membuatnya ingin terus berusaha dan berkembang.
Dan ketika yang dibicarkaan adalah orang yang penting, tentu saja hal pertama yang datang ke pikirannya adalah keluarga.
"Setidaknya aku ingin orang yang menyukaiku tidak punya pikiran kalau memiliki keluarga yang besar itu menyusahkan, sebab aku tidak ingin kesepian nanti kalau sudah tua"
Dengan kata lain seseorang yang bekerja demi keluarganya dan bukan sebaliknya. Keluarganya bukan ada untuk membantu pekerjaannya.
Amelie tersenyum dengan cerah. Membuat Barret yang ada di depannya kehabisan kalimat pujian untuk dikatakan.
Barret bisa merasakan ketulusan Amelie saat mengatakan kalimat tadi. Dia bisa merasakan betapa besar kasih sayang dan dadikasinya terhadap Ibunya, yang notabene hanyalah satu-satunya anggota keluarganya. Selain itu dia juga bisa dengan jelas melihat sifat mengayomi Amelie, sifat yang membuat dirinya sendiri jadi seperti seorang Ibu.
Dan Bagi Barret yang selalu dikelilingi orang yang hanya memikirkan untung dan rugi. Kasih sayang dan dedikasi Amelie terlihat seperti sesuatu yang sangat hangat.
"Tuan putri, aku akan berusaha keras, jadi tolong tunggu aku beberapa tahun lagi."
Tanpa dia sadari, dia juga ingin mendapatkan kehangatan yang sama dari Amelie.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasakan sesuatu yang namanya jatuh cinta.