1"Mama, apa kau baik-baik saja?""Jangan khawatir, setelah istirahat cukup mama akan baikan""Benarkah?""Tentu saja, memangnya kapan mama pernah bohong padamu?""Berapa yang perlu kusebutkan?""Maafkan mama""Kalau begitu istirahat saja sampai mama merasa baikan, aku akan mengurus semuanya selama mama tidak ada""Tapi. . ."Meminta ibuku untuk menyerahkan pekerjaannya pada seorang anak enam tahun mungkin kedengaran gila. Tapi di tempat ini, tidak ada orang yang bisa membantu pekerjaannya kecuali aku. Normalnya, orang-orang yang memiliki teritori seperti Ibuku akan punya asisten untuk mengurus masalah dokumentasi dan yang sejenisnya. Tapi sayangnya, orang-orang yang punya skill tidak akan mau bekerja di tempat ini dan kalau kami ingin mencari seseorang kami tidak punya uang untuk membayarnya."Mungkin tidak semuanya, tapi aku akan mencoba mengurangi pekerjaan Ibu sebanyak mungkin""Tapi. . ""Mungkin aku tidak selesai bersekolah, tapi aku sudah belajar banyak! selain itu aku akan meminta bantuan Erwin yang sudah belajar lebih lama! jadi percaya saja padaku!"Ibuku kembali memasang wajah berpikir, tapi setelah beberapa saat memejamkan matanya dan menimbang-nimbang sesuatu di pikirannya. Akhirnya dia membiarkanku mengurus pekerjaannya dengan syarat dia akan memperlihatkan hasilnya padanya dulu sebelum mengambil keputusan sendiri.Sebenarnya aku agak tidak terlalu setuju dengan syarat itu sebab hal itu sama saja dengan tidak memberikannya waktu untuk benar-benar istirahat. Tapi aku paham kalau tidak mungkin Ibuku mau menyerahkan urusan teritorinya pada dua anak kecil begitu saja. Yang sekarang bisa kulakukan hanyalah meminimalisir kesalahan dalam pekerjaanku supaya Ibuku bisa memeriksanya dengan cepat dan bisa langsung istirahat lagi.Di hari berikutnya, pekerjaanku sebagai tuan dari teritori Ibukupun dimulai. Dan hal pertama yang kulakukan adalah belajar cara membaca laporan-laporan yang menumpuk di meja kerja Ibuku. Tentu saja bukannya aku tidak bisa membaca tulisan yang ada di dalamnya, yang tidak bisa baca adalah datanya. Dengan kata lain, aku perlu belajar memahami format dari laporan yang ingin kucek isinya.Jika forma baru yang kutemui hanya satu atau dua, proses belajarku tidak akan lama. Tapi sayangnya, laporan-laporan dengan format familiar itu jumlah dan jenisnya lumayan banyak. Oleh sebab itulah, aku bahkan masih bingung harus mulai dari mana."Ah. . . "Kalau begini, waktuku akan habis bukan untuk bekerja menyelesaikan PR yang Ibuku berikan. Tapi malah akan habis untuk menguraikan data dari dokumen-dokumen ini agar bisa kubaca.Di saat seperti ini, aku benar-benar merasakan kalau teritori kami itu kekurangan sumber daya manusia. Jika aku meminta bantuan seseorang untuk meringankan pekerjaanku, maka akan ada pekerjaan lain yang terbengkalai."Aku harap tubuhku tidak kehabisan tenaga dulu sebelum semua ini selesai"Meski secara mental mungkin aku sudah dewasa, tapi harusnya tidak ada yang lupa kalau aku ini secara fisik masih anak kecil berumur lima setengah tahun. Dan masalah stamina serta tenaga, adalah masalah fisik. Yang tentu saja tidak bisa kuakali. Kalau aku tidak hati-hati, bukan tidak mungkin kalau aku akan ketiduran di meja kerja ibuku."Ok, komplainnya sudah selesai! waktunya kerja"Setelah itu aku fokus untuk merangkum data-data dari dokumen di depanku ke buku baru yang kusiapkan khusu. Kegiatan yang memakan waktu hampir seharian penuh. Jika Ibuku tidak datang karena khawatir tidak melihatku seharian. Mungkin aku akan bekerja sampai lewat jam makan malam.Ibuku sempat melihat hasil pekerjaanku dan memasang wajah bingung, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apapun padaku. Bisa karena dari awal dia memang tidak mengharapkan apapun dari pekerjaanku. Bisa karena alasan lain seperti dia kasihan padaku. Tapi yang jelas, aku tidak terlalu peduli kenapa dia memutuskan untuk diam.Tidak seperti di sekolah, aku diperbolehkan melakukan kesalahan. Meski aku tidak melakukan pekerjaanku dengan baik, gajiku tidak akan dipotong. Dan meski laporanku terlambat kukerjakan, tidak akan ada yang mengancam untuk membuat hidupku jadi menyedihkan. Sebab, dia adalah Ibuku.Dan Ibuku adalah sekutuku, sekutuku yang nomor satu.Hari itu, setelah mandi dan makan malam, aku langsung tidur. Badanku benar-benar capek, selain itu aku juga merasakan pengalaman pertamaku sakit pinggang. Saat umurku bahkan belum enam tahun di dunia ini.Kemudian, hari selanjutnya begitu selesai sarapan aku langsung menuju ruang kerja Ibuku bersama Erwin. Kali ini aku memutuskan untuk meminta bantuannya. Pertama, untuk mengangkat ini dan itu lalalu kedua. Untuk membantuku mengcross check ini dan itu, lalu yang terakhir untuk membangunkanku kalau aku ketiduran ataupun mengingatkanku kapan harus istirahat.Sebab aku tidak mau membuat Ibuku khawatir seperti kemarin.Dengan bantuan rangkuman dari dokumen yang kubuat di hari sebelumnya, akhirnya aku bisa benar-benar mulai bekerja.Hal pertama yang kulakukan adalah mengecek laporan pengeluaran dan pemasukan dari teritori ini. Setelah itu aku mengecek rencana anggaran belanja yang diajukan oleh bawahan Ibuku untuk disetujui.Dan setelah mengeceknya selama beberapa menit, aku menemukan kalau. ."Teritori ini benar-benar tidak punya apa-apa"Mengingat penduduknya yang angkanya kurang dari lima puluh, kau bisa menyebut kalau teritori ini hanyalah sebuah desa kecil. Dan desa kecil seperti ini tentu saja tidak bisa memberikan pajak yang cukup besar untuk digunakan mengurusi, bahkan keperluan keluargaku sendiri.Selain pajak, kami juga masih mendapat pemasukan dari pajak masuk dari pedagang yang ke sini dan juga hasil dari transaksi jual beli yang dilakukan oleh penduduknya. Hanya saja kedua sumber pemasukan itu nilainya sama atau bahkan lebih kecil dari pajak utama yang kami dapatkan.Jika menjadi istri raja tidak membuat kami punya hak untuk mendapatkan dana bantuan dari istana. Mungkin saja teritori ini sudah jadi desa mati yang penghuninya kena bencana kelaparan."Kalau situasi ini tidak ditangani aku khawatir kalau aku perlu diet nanti"Atau bisa disebut juga, hemat bahan makanan."Apa situasinya seburuk itu?"Erwin yang masih sibuk memeriksa dokumen yang ada di depannya. Kegiatan yang secara tidak langsung menandakan kalau keadaan finansial teritori ini sedang dalam keadaan sekarat. Aku yakin kalau di teritori lain pekerjaan seperti ini yang menanganinya bukan pemilik teritorinya sendiri ataupun anaknya yang baru lima tahun dan juga temannya. Tapi petugas khusus yang digaji untuk melakukan tugas itfu saja."Situasinya seburuk itu"Aku pulang membawa banyak orang yang perlu diberi makan. Di teritori lain, jumlah orang yang kubawa mungkin sama sekali bukan sesuatu yang bisa jadi masalah. Tapi bagi teritoriku yang populasinya sudah sedikit menambahkan dua atau tiga puluh orang baru punya potensi membuat kami jadi bangkrut. Mengingat tidak ada pekerjaan yang mereka bisa lakukan untuk mendapatkan.Sekarang aku menyebarkan mereka untuk melakukan tugas-tugas seperti berburu, mengurus kebun dan kastil, lalu menjaga keamanan. Tapi semua pekerjaan itu gajinya sama sekali tidak seberapa. Selain itu, consumable yang harus kami keluarkan biayanya juga harus bertambah. Dalam dua atau tiga bulan, aku tidak yakin kalau kami bisa terus mempertahankan situasi ini."Kita perlu sumber pendapatan baru yang lebih bisa diandalkan, ASAP!""Kalau sekedar sumber pendapatan tetap, kurasa lahan di tempat ini sudah lebih dari subur untuk bisa ditanami banyak hal"Ibuku sudah punya rencana melakukan ekspansi lahan pertanian bahkan sebelum aku pergi sekolah. Tapi sayangnya, rencana itu tidak pernah terealisasikan mengingat. Seperti yang sudah kubilang, kami itu kekurangan personil."Kalau hanya masalah tenaga kerja, bukankah kau bisa menggunakan budak-budak yang kau bawa?""Aku tidak tahu tarif dari upah normal untuk pekerjaan semacam itu, tapi aku yakin kalau Ibuku tidak punya cukup uang untuk membayar mereka sebelum mereka bisa menyelesaikan proyek ekspansi yang ingin kita lakukan"Dan kalau hal itu sampai terjadi, bukannya menjatuhkan dua burung dengan satu lemparan. Aku malah akan jadi burung yang dilempari batu dua kali. Ekspansi gagal, dan teritori ini bangkrut."Mereka itu budak. . .kau bisa tidak membayar mereka kan? kau cuma perlu memberikan mereka makanan""Kau serious Erwin?""Aku cuma mengajukan solusi""Solusi yang kau berikan tidak kedengaran manusiawi""Percaya padaku Amelie! mereka sudah merasakan yang lebih buruk! dibandingkan pengalaman mereka sebelumnya perlakuanmu pada mereka jauh lebih baik""Aku bukan politikus"Aku ingat kalau dalam dunia politik, ada konsep yang disebut dengan Overton Window. Konsep yang biasa digunakan untuk membuat sebuah keputusan gila jadi kedengaran tidak terlalu ekstrim dengan cara memberikan keputusan yang jauh lebih gila dulu lalu menurunkan tingkat kegilaannya kemudian. Membuat sesuatu yang normalnya tidak bisa diterima, menjadi sesuatu yang bisa diterima meski merasa terpaksa.Sebab keputusan yang kedua terasa lebih dari keputusan yang pertama."Selain itu. ."Kami masih harus mempersiapkan peralatan, bibit, dan melakukan perawatan sampai masa panen. Yang jelas biayanya sama sekali tidak kalah banyak dari gaji yang perlu kami berikan pada pekerja bertugas."Aku sudah bilang kan, kita butuh uangnya ASAP"Masalah dengan mengandalkan pertanian adalah, kami hanya baru bisa mendapatkan uangnya saat panen nanti."Mm. . . . . bagaimana kalau menagih hakmu sebagai pemilik teritori pada orang-orang ini?""Hak?"Erwin memberikan beberapa dokumen padaku. Yang kesemuanya itu punya kesalahan dalam perhitungan akhirnya.."Um. . . ."Aku mengecek perhitungannya lagi, laporan pengeluarannya, dan juga item yang ada di dalamnya.Dan kejutan-kejutan, yang kutemukan selanjutnya bukan hanya sekedar kesalahan dalam perhitungan. Tapi juga daftar item-item yang harganya tidak sesuai dengan jumlah yang tercatat di pembukuanku. Yang juga tidak cocok dengan jumlah uang fisik yang kupunya sekarang.Kalau yang terjadi hanya sekedar kesalahan perhitungan, harusnya aku hanya menemukan dua atau tiga kali kesalahan pencatatan. Yang tentu saja masih bisa kutolerir. Hanya saja yang terjadi sepertinya bukan hal yang sesimple itu. Sebab yang melakukan kesalahan adalah orang yang itu-itu saja, dan kesalahan yang dibuat adalah yang itu-itu saja, kemudian semua kesalahan itu secara kebetulan membuat orang yang bersangkutan mendapatkan lebih banyak uang dari yang seharusnya.Dilihat dari manapun, ada yang tidak beres dengan transaksi yang melibatkan orang ini."Coba lihat yang ini juga"Erwin kembali memberiku dokumen lain."Pelayan membeli banyak sekali item dari orang ini, tapi meski begitu pajak yang diberikannya saat masuk hanya mengcover biaya masuknya sendiri"Sudah umum kalau pedagang diberikan pajak masuk saat ingin melakukan bisnis di sebuah teritori. Dan pajak itu dihitung berdasarkan seberapa banyak barang yang dibawa oleh si pedagang tersebut. Jika kau hanya membawa barang dagangan yang bisa kau bawa sendiri tanpa kendaraan, pada dasarnya kau hanya perlu membayar biaya masuk untuk dirimu sendiri.Tapi berdasarkan hasil temuan kami, barang yang dibawa oleh pedagang ini jumlahnya tidak mungkin bisa ditenteng oleh satu orang. Dengan kata lain, dia menyelundupkan barang ke teritori ini dan tidak membayar pajak yang seharusnya dia sisihkan.Yang artinya kalau dia punya teman sepermainan di dalam teritori ini. Jika orang lokal membawa barang, mereka tidak akan dikenakan pajak. Dan sebab dokumentasi barang di sini tidak terlalu ketat maupun detail, orang yang jadi partner kriminalnya bisa dari mana saja. Bisa orang umum yang tinggal di teritori ini, bisa penjaga yang bertugas mengawasi masuk keluarnya orang dari tempat ini, ataupun bisa saja salah satu pekerja yang kami gaji tapi masih ingin mendapat uang tambahan."Untuk sementara kumpulkan dokumen tentang kasus yang sejenis, kita akan menggunakannya kapan-kapan""Kau tidak akan mengurus masalah ini""Aku akan mengurusnya, tapi bukan sekarang"Meski aku bisa menemukan orang yang jadi partner pedagang bermasalah ini, aku yakin kalau kami tidak bisa menagih hak kami begitu saja. Sebab aku yakin, kalau uang tambahan yang mereka dapatkan itu tidak seberapa dan kemungkinan besar mereka juga sudah memakainya sendiri. Kalau kami memaksa bisa saja mereka kabur dan membuat teritori ini semakin kekurangan tenaga, dan kalaupun mereka tidak kabur dan memutuskan untuk membayar ganti rugi. Mereka akan perlu waktu untuk mengumpulkan uangnya.Kalau kami ingin menangkap dan meminta tanggung jawab dari seseorang, akan lebih baik kalau kami langsung ngobrol dengan orang yang bersangkutan. Selain dia jelas punya uang, kalau diskusi kami berjalan lancar kami juga akan bisa mengetahui siapa saja yang terlibat di operasi bawah tanahnya."Lalu?""Pertama, pikirkan produk baru yang bisa dijual mahal""Memangnya ada produk seperti itu di sini?""Kalau ada, aku sudah menjualnya""Jadi kau ingin membuat apa?""Masalahnya di situ"Aku tidak punya bakat dalam seni sehingga aku tidak bisa menjual karyaku. Entah itu menggambar, menulis, menyanyi semua skor pelajaran seniku ada di ambang batas gagal. Kreatifitasku dalam masalah seni bisa pada dasarnya sama dengan nol. Aku bisa laporan, menggambar balok dan persegi, dan aku juga hafal lagu nasional. Tapi aku yakin tidak ada yang akan mau repot-repot melihat atau mendengarnya. Apalagi mendengarnya.Kemudian, meski aku punya banyak ide untuk membuat banyak peralatan modern. Tapi aku tidak tahu apa saja yang kuperlukan, metode membuatnya, maupun tenaga untuk benar-benar membuatnya.."Aku paham, kalau begitu serahkan saja padaku""Apa kau serius?""Dalam masalah akademik mungkin aku biasa-biasa saja, dan spesialisasiku yang sekarang adalah bertarung! tapi aku sudah mengakumulasi banyak pengetahuan praktis di kehidupanku yang sebelumnya"Tidak sepertiku yang ter-isekai saat umurku dua puluh lima, Erwin ditendang ke dunia ini saat dia sudah cukup berumur. Jadi, jelas kalau pengalaman hidupnya jauh lebih banyak dariku. Selain itu, berdasarkan perhitunganku. Dia lahir di era setelah perang, saat negaranya masih belum stabil. Jadi aku yakin kalau dia punya skill yang tidak dimiliki oleh orang sepertiku yang lahir di era serba kecukupan."Jangan khawatir! kau ingin aku membuat apa? radio? balon terbang? senjata api? turbin uap? atau motor listrik?""Eh? memangnya kau benar-benar bisa membuat benda-benda itu?""Aku punya banyak sekali pengalaman kerja dari kehidupan lamaku, aku sudah pernah tukang rongsok, pandai besi, operator di bengkel machining, karyawan di pabrik senjata, dan bahkan jadi asisten orang yang menciptakan w*lkman""Ka-kau serius?"Maksudku, kami bahkan tidak punya tool untuk melakukan proses machining di tempat ini. Memang benar di sini ada pandai besi yang bisa membuat peralatan metal, tapi aku yakin kalau dia juga tidak mungkin punya mesin modern untuk melakukan milling, bubut, atau stamping. Semua benda-benda yang dia sebutkan tadi jelas tidak mungkin bisa diproduksi tanpa tool presisi. Palu dan landasan saja tidak mungkin cukup mengakomodasi apa yang ingin dia lakukan."Ckckckc. . .apa kau lupa kalau aku diberi cheat?"Erwin mengambil selembar kertas, melipatnya beberapa kali dan membentuknya jadi seperti sebuah cutter. Lalu dengan cutter kertas itu, dia menajamkan pensil yang dia gunakan untuk menandai dokumen-dokumen yang sedang kami periksa."Cheat. . .ah. . "Aku baru ingat, tidak sepertiku yang statusnya masih level zero. Erwin punya kemampuan khusus yang bisa dia gunakan sesuka hati. Kemampuannya untuk mengeraskan sebuah benda.Dengan kemampuannya itu, dia secara literal bisa membuat apapun jadi tool machiningnya. Sebab syarat agar kemampuannya bisa bekerja hanya benda yang akan dia keraskan berada kurang dari lima meter dari dirinya. Selain itu, dia juga bisa mengeraskan lebih dari satu benda asal kau menempelkan mereka pada satu sama lain.Dengan kemampuan itu, dia bisa membangun mesin kerjanya sendiri. Dan meski dia masih harus menggunakan tenaganya sendiri untuk menggerakannya dan juga menjaga formasi mesinnya tetap stabil. Tapi setidaknya dia bisa membuat apapun meski tanpa mesin yang sesungguhnya."Tapi bukankah ada masalah standar ukuran dan sebagainya?""Yang seperti itu sama sekali bukan masalah! di dunia yang apa-apanya belum ada standarnya seperti ini! aku cuma perlu membuat standarku sendiri dan membuat apapun berdasarkan standar itu"Dan sebab dia satu-satunya orang yang melakukan pekerjaan presisi, dia tidak perlu khawatir kalau barang yang dia buat tidak cocok dengan barang orang lain. Sebab orang lain bahkan belum membuat barang yang bisa berkompetisi dengan apa yang dia buat."Kalau begitu, aku serahkan padamu""Dengan senang hati"Kami berdua berjabat tangan dan saling tersenyum satu sama lain. Tapi beberapa saat kemudian aku sadar kalau ada hal yang perlu kusampaikan padanya."Tapi tolong jangan buat benda yang aneh-aneh"Kalau kami membuat benda yang terlalu aneh, setidaknya dari perspektif orang normal di dunia ini. Tidak mungkin keberadaan kami akan lolos dari perhatian banyak orang. Oleh karena itulah aku ingin Erwin membuat benda yang cukup menarik tapi tidak terlalu menarik perhatian orang umum.Jika kami, yang sekarang masih anak kecil jadi bahan perhatian terlalu banyak orang. Aku takut kalau kehidupan damai kami yang sekarang akan diganggu.Di hari-hari selanjutnya, aku dan Erwin melakukan pekerjaan kami secara terpisah. Aku fokus menghadapi masalah domestik sedangkan Erwin fokus untuk membuat produk yang akan jadi komoditas khusus teritori ini.2Satu setengah minggu berlalu.Begitu Ibuku kelihatan seratus persen sehat, aku melaporkan semua hasil temuanku dan Erwin pada Ibuku. Kami juga menjelaskan rencana kami untuk menjual produk yang Erwin buat untuk mencari pemasukan tambahan. Meski aku diberi wewenang untuk menjalankan teritori ini selama Ibuku masih sakit, tapi keputusan akhir tentang apa yang harus kami lakukan masih ada di tangan Ibuku."Jadi, apa yang harus kita lakukan? Mama?""Tentu saja aku ingin menghukum mereka, tapi.."Sama seperti dalam kasusku yang dulu, seseorang tidak bisa dihukum begitu saja. Apalagi kalau yang jadi subyeknya adalah anggota dari sebuah keluarga bangsawan. Meski kami bisa menghukum merekapun, tidak ada jaminan kalau mereka tidak akan bebas dalam beberapa hari karena dibantu oleh kerabat mereka. Dan dengan hasil yang seperti itu, tentu saja orang yang bersangkutan juga tidak akan pernah merasa kapok.Kemudian, ada juga kemungkinan kalau keluarga mereka akan membalasku dan ibuku dengan membully kami menggunakan koneksi sosial mereka. Sekali lagi, sama seperti yang terjadi padaku dulu."Dan yang terpenting"Kalau sampai mereka pergi, aku tidak yakin kalau kita bisa menemukan pengganti mereka. Sebagai teritori kecil yang kemampuan finansialnya tidak stabil dan lokasinya jauh dari peradaban. Sangat jarang ada orang yang tertarik mau jauh-jauh pergi ke sini, sama seperti orang yang sedang kami bicarakan."Tidak ada pilihan lain, aku akan memberinya peringatan""Dan mama percaya kalau peringatan saja akan cukup?""Ahaha. . . ""Sudah kuduga."Perniagaan di teritori ini pada dasarnya sudah orang itu monopoli, dan sebagai sebuah monopoli. Dia punya kekuatan yang besar atas kami, membuat kami susah untuk keluar dari manipulasinya."Untuk sementara kita sudahi pertemuan ini dulu, malam ini coba semuanya cari ide untuk menghukum orang itu dan juga memasarkan barang yang Erwin buat""Ugh. . untuk suatu alasan tiba-tiba aku merasa tidak terlalu dibutuhkan"Mungkin karena aku terus memimpin jalannya pembicaraan, Ibuku mulai merasa kalau keberadaannya agak tersisihkan. Penampilannya yang sedang memegang kepalanya dengan wajah frustasi kelihatan lucu, cukup lucu sampai membuat perasaan 'aku ingin melindunginya' sempat muncul dari dalam dadaku.Yang tidak mengherankan, mengingat kalau dia sebenarnya masih cukup muda."Tentu saja tidak, aku membutuhkan mama"Aku memeluk pinggang Ibuku dengan erat, mencoba menyampaikan kalau tidak ada orang yang bisa menggantikannya. Menerima serangan seperti itu dari anaknya yang masih kecil, Ibuku membalasnya dengan balik memelukku dengan tidak kalah eratnya sambil memasang wajah bahagia.Malam itu, Ibuku menghabiskan waktunya untuk memikirkan bagaimana kami bisa membalikan keadaan dan memanfaatkan kedatangan pedagang yang sudah lama menipu kami. Tentu saja, meski sambil tiduran aku juga ikut berpikir. Dan untuk Erwin, aku yakin kalau dia juga melakukan hal yang sama di kamarnya.Aku agak kasihan pada Erwin yang sudah keseringan begadang, tapi aku berharap hari ini dia masih punya tenaga untuk mencari ide baru untuk kami gunakan.Kemudian paginya, kami kembali bertemu dan melakukan rapat lagi. Kali ini, kami bisa sepakat akan sesuatu. Dengan menggabungkan ide dari kami bertiga, kami berhasil menemukan cara untuk mengatasi masalah yang sekarang sedang kami hadapi. Lalu, begitu pedagang yang sudah kami tunggu-tunggu datang.Kami langsung memintanya menghadap Ibuku.Oleh karena itulah, sekarang aku, Erwin, dan Ibuku sedang berada di ruang kerja bersama dengan seorang pria berumur dua puluhan akhir."Silahkan diminum tehnya tuan Jonas""Terima kasih""Bagaimana rasanya tuan Jonas?""Um. . .lumayan""Hm. . .hanya lumayan? kukira teh ini favorit tuan Jonas?""Favorit? kurasa kita belum pernah ngobrol sebanyak itu yang mulia?""Ahh . . .benar juga, aku hanya menebak-nebak saja""Menebak dari mana?""Sebab tuan Jonas selalu hanya membawa teh jenis ini, aku kira pasti tuan Jonas sangat menyukainya, sepertinya aku salah"Begitu mendengar komentar Ibuku, Jonas langsung berhenti meminum tehnya dan menaruh cangkir di tangannya ke meja. Topik yang dibawa Ibuku adalah tanda kalau dia diundang ke tempat kerja Ibuku bukan hanya untuk sekedar urusan basa-basi. Tapi sesuatu yang lebih serius."Ngomong-ngomong yang mulia punya urusan apa denganku?"Normalnya, dalam situasi seperti ini. Seseorang akan mengulur waktu untuk melakukan basa-basi sambil mencoba menggali informasi dari lawan bicaranya. Hanya saja, sepertinya Jonas agak panik dan buru-buru ingin mengakhiri pembicaraan di antara mereka."Maafkan aku, harusnya aku tahu kalau tuan Jonas itu orang sibuk""Terima kasih atas pengertiannya, jadi. . .apa yang ingin yang mulia bicarakan denganku?""Ah. . aku ingin membicarakan tentang masa depan tuan Jonas""Masa depan. . ku?""Ya. ."Ibuku melihat ke arah Erwin berdiri di samping kursinya, menyuruhnya untuk mengambil dokumen yang di hari-hari sebelumnya kami compile bersama dan memberikannya pada Jonas.Ngomong-ngomong, sejak tadi aku duduk di atas pangkuan Ibuku dengan tujuan membantunya kalau dia perlu info tambahan untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Jonas. Bertanya ini dan itu pada Erwin akan kelihatan aneh, tapi jika aku yang memberikan bantuan. Aku bisa mengkamuflasekan petunjuk untuk Ibuku sebagai omongan ngawur anak kecil yang tidak tahu apa-apa."Ini. . . . .""Sebelum tuan Jonas memberikan komentar, tolong biarkan aku berterima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untuk teritori ini terlebih dahulu"Ketika tempat ini resmi dijadikan salah satu teritori pribadi milik kerajaan lalu Ibuku dijadikan pemiliknya. Ada banyak pedagang yang mendatangi tempat ini dengan harapan mereka bisa membesarkan bisnis mereka di tempat ini.Sayangnya, sebab Ibuku bukan termasuk orang yang populer, punya uang banyak maupun kekuasaan. Hanya ada sedikit orang yang mau pindah ke tempat ini sehingga populasi tempat ini tidak bisa bertambah. Karena itulah, kebanyakan dari pedagang-pedagang itu memutuskan untuk meninggalkan tempat ini dan mengalihkan operasinya ke teritori lain.Tempat kecil, jauh dari peradaban, dan minim manusia ini sama sekali bukan tempat yang ideal untuk memulai bisnis."Tapi tidak seperti yang lain, tuan Jonas tetap rajin ke sini dan membantu warga teritori ini bisa tetap hidup dengan normal"Memang benar orang itu menipu kami, tapi kenyataan kalau dia masih mau repot-repot menjual barangnya ke tempat ini adalah sesuatu yang masih patut untuk diapresiasi."Karena itulah aku menutup mata menganggap kalau 'uang saku tambahan' yang kau ambil tanpa bilang padaku itu sebagai bonus, sebagai tanda terima kasihku"Yang tentu saja bukan apa yang benar-benar terjadi. Sebab yang terjadi sebenarnya terjadi adalah kami baru bisa menemukan ada banyak kesalahan begitu kami melakukan audit besar-besaran terhadap dokumentasi teritori ini. Tujuan Ibuku mengatakan kalimat tadi adalah untuk membuat kesan kalau dia sudah tahu tindakan buruk macam apa yang Jonas lakukan di teritorinya.Kami ingin menunjukan kalau dia bisa bebas bermain-main di teritori kami bukan karena kami tidak tahu, tapi karena kami sengaja membiarkannya. Dengan kata lain, Ibuku ingin menunjukan siapa yang berkuasa di tempat ini."Pe-perjalanan ke sini, seperti yang mulia tahu bukan hanya memakan waktu panjang tapi juga melewati banyak tempat berbahaya, karena itulah aku membutuhkan dana tambahan untuk menjaga keselamatanku dan barang-barangku! Tentu saja aku berniat untuk memberikan detailnya nanti""Begitukah? aku paham! aku akan berdoa agar tuan Jonas selalu selamat di jalan"Aku ingin bilang kalau dalih yang dia buat sama sekali tidak meyakinkan mengingat sampai sekarang, Ibuku belum pernah sekalipun menerima detail penggunaan uang keamanan yang dia ambil diam-diam dari teritori ini. Selain itu, kenyataan kalau dia selalu datang sendirian ke tempat ini tanpa pengawal membuatku ingin tanya sistem keamanan macam apa yang dia gunakan sampai sekarang. Hanya saja aku menahan diri dan tetap memasang wajah bingung di pangkuan Ibuku.Aku tidak mau membuat pembicaraan ini jadi panjang lebar dan rumit.Sebab yang bisa kami lakukan hanyalah menggertak, kami tidak punya kekuatan untuk menghukumnya, dan kami masih membutuhkan servisnya."Hanya aku takut kalau orang lain tidak akan paham""Ma-maksud yang mulia?""Sepertinya ada sedikit kesalahan di bagianku dan seseorang mengirimkan laporan belum sempat 'kuperbaiki' ke istana, karena itu dalam waktu satu atau dua minggu mungkin akan ada orang yang dikirim ke sini untuk melakukan audit!"Dan ketika ada orang dari istana yang keluar dari Ibu kota, tentu saja mereka tidak akan pergi sendirian. Mereka juga akan datang dengan beberapa prajurit untuk menangani masalah keamanannya. Lalu, sebab mereka adalah bagian dari petugas audit. Mereka juga punya tugas tambahan lain seperti jadi alat intimidasi, atau bahkan mereka juga di ijinkan untuk melakukan sesi tanya jawab dengan orang yang mereka anggap mencurigakan."Kalau tidak salah, sekarang tuan Jonas tidak lagi tinggal dengan keluarga utama tuan kan? aku takut aku tidak bisa mencegah auditor mampir ke rumahmu nanti"Begitu mendengar kata auditor, wajah Jonas langsung berubah pucat."Tidak mungkin, uang yang kuambil tidak sebanyak itu sampai auditor dari istana per. . . . . . "Sepertinya gertakan kami bahkan lebih efektif dari yang kukira. Dia bahkan sempat menggali liang kuburnya sendiri dengan secara langsung bilang jika dia sudah menipu kami.Uang yang diambil oleh Jonas secara curang memang tidak banyak. Karena itulah Ibuku bahkan sering menganggapnya hanya sekedar salah perhitungan. Orang itu benar-benar hati-hati dalam mengambil bonusnya sehingga sampai saat ini, kecurangannya tidak pernah jelas terlihat di laporan yang Ibuku terima.Dan uang yang bahkan kami anggap tidak terlalu banyak itu, tentu saja bisa dibilang tidak ada nilainya oleh orang-orang yang ada di istana. Jika mereka menemukan kesalahan ataupun kecurangan dalam laporan yang kami berikan, tidak akan ada auditor yang mau repot-repot pergi ke sini hanya untuk menangani masalah kecil itu. Paling jauh mereka hanya akan mengirim surat yang menunjukan di mana kesalahan kami dan meminta kami menanganinya secara lokal."Dari tadi kau memanggilku yang mulia, tapi apa kau benar-benar paham arti kata itu. . .tuan Jonas?""Tentu saja yang mu. . . ."Ibuku memberikan senyum terbaiknya pada Jonas yang sepertinya baru sadar dengan maksud dari pertanyaan Ibuku. Dan begitu orang itu menyadarinya, dia langsung menundukan kepalanya dan mengalihkan pandangannya dari Ibuku.Meski dia selalu memanggil Ibuku dengan sebutan yang mulia, tapi pada dasarnya dia masih menganggap Ibuku hanya seorang wanita biasa yang bodoh. Dia tidak pernah melihat Ibuku sebagai orang yang punya level sama dengannya, apalagi di atasnya. Oleh karena itulah, secara sadar atau tidak sadar Jonas sudah meremehkan Ibuku. Yang secara resmi adalah bagian dari keluarga kerajaan."Be-beri aku waktu, aku berjanji akan mengembalikan semua hutangku pada yang mulia""Tolong jangan salah paham, aku tidak menyalahkanmu ataupun mencoba menagih sesuatu darimu"Meski kalau Jonas masih ingin tetap memberikannya, kami tidak akan menolak."Aku juga tidak ingin kau kena masalah. . . . .""Kalau begitu. . .""Sayangnya, meski kau membayar kembali biaya service yang kau terima aku takut kalau kasusmu masih harus tetap diproses""Tapi aku hanya. . .""Aku paham, tentu saja aku akan membantumu sebisaku dan mengusahakan agar kau tidak lama-lama diajak jalan-jalan oleh auditor"Ada banyak cara untuk membebaskan Jonas dari hukuman kalau-kalau dia benar-benar dijadikan tersangka atas sesuatu. Yang pertama, sebab dia adalah bagian dari keluarga bangsawan dia bisa minta bantuan keluarganya untuk dibebaskan. Dan setelah melihat seberapa korupnya negara ini, aku yakin kalau dalam dua atau tiga hari Jonas akan bisa bebas.Hanya saja, kenyataan kalau dia sekarang tinggal sendiri dan jadi pedagang adalah bukti kalau ikatannya dengan keluarga utamanya sudah tidak begitu erat. Biasanya, selain anak pertama yang mewarisi kepemimpinan keluarga sebuah keluarga bangsawan, anak kedua dan selanjutnya harus menentukan nasib mereka sendiri. Dan sepertinya, jalan yang dipilih oleh Jonas adalah jadi pedagang dan berpisah dengan keluarganya.Dengan begitu, aku yakin kalau orang ini akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melibatkan keluarganya dalam masalahnya.Sebab meski dia bebaspun dengan bantuan mereka, dia tidak tahu hutang macam apa yang akan dia miliki pada keluarganya. Oleh sebab itulah Ibuku buru-buru memberikan tali pertolongan dengan menunjukan jika kami bersedia jadi supporternya.Memposisikan Ibuku jadi orang yang bisa dia andalkan."Terima kasih banyak. . .""Hanya saja, meski aku bisa membuktikan kalau kau tidak bersalah masa depan tuan Jonas masih belum terjamin""Ke-kenapa?""Berita tentang tuan Jonas yang mencoba menipu anggota keluarga kerajaan akan tetap menyebar, dan kau tahu apa yang terjadi pada orang yang punya masalah dengan keluarga kerajaan?"Orang-orang akan menjauhinya sejauh-jauhnya karena takut ikut kena masalah. Dan bagi pedagang dijauhi banyak orang sama saja dengan dibunuh secara tidak langsung. Dengan kata lain, jika masalah ini jadi besar masa depannya sebagai pedagang akan berakhir.". . . ."Aku melihat ke arah Ibuku, dan begitu merasakan tatapanku padanya. Dia langsung mengangguk."Tapi, kalau tuan Jonas mau membantuku aku bisa mengontak seseorang dan mengirimkan laporan yang sudah kuperbaiki ke istana sebelum dokumen yabelumnya sampai di tangan auditor""Ah. . . ."Setelah memberikan statemen itu, akhirnya Jonas sadar kalau dari awal. Ibuku sudah menggiring pembicaraan ke arah ini. Ke arah di mana dia tidak bisa menolak apa yang Ibuku akan minta darinya."Jadi apa yang harus kulakukan yang mulia?"Mengetahui kalau dia baru saja ditipu selama ini, Jonas tidak bisa lagi menyembunyikan kemarahannya di balik wajah bisnisnya. Hanya saja, ketika pembicaraan sudah mencapai bagian ini dia sudah tidak lagi punya pilihan kecuali menuruti keinginan Ibuku."Jangan memasang wajah seperti itu tuan Jonas, aku hanya ingin mengajakmu melakukan bisnis""Bisnis?""Ya, bisnis, aku ingin menjual barang lewat tuan Jonas ke ibu kota""Kalau yang mulia hanya ingin melakukan bisnis denganku, kenapa yang mulia perlu melakukan hal semacam ini?""Tuan Jonas. . ""I-iya yang mulia?""Kau serius menanyakan hal itu?"Kali ini ganti Ibuku yang dengan terang-terangan menunjukan kemarahannya. Hanya saja, tidak seperti Jonas, Ibuku masih bisa memperlihatkan senyumnya. Yang dari sudut pandangku, malah membuatnya jadi semakin seram."Maafkan aku""Baguslah kalau kau paham"Meski tahu kalau Ibuku adalah bagian dari keluarga kerajaan, orang ini masih dengan entengnya menipu kami. Yang menunjukan kalau dia benar-benar meremehkan Ibuku. Dan tentu saja, kau tidak bisa melakukan bisnis dengan orang yang meremehkanmu. Bisnis yang dilakukan dengan orang yang tidak memandang lawannya sebagai orang yang punya kedudukan setara sama sekali tidak bisa disebut rekan bisnis.Tentu saja, kenyataan kalau selama ini Jonas tidak mengeruk terlalu banyak keuntungan gelap dari teritori kami menunjukan kalau dia masih punya sedikit integrasi. Tapi kali ini, kami ingin melakukan bisnis dengan nilai monetary yang jauh lebih banyak. Dan sudah jadi rahasia umum kalau uang punya kemampuan merubah sifat seseorang.Apalagi kalau orang itu sudah terbiasa berbuat buruk, bukan tidak mungkin kalau tindakan kriminalnya ikin akan jadi semakin besar dan pada akhirnya akan benar-benar merugikan kami."Sebagai catatan, tuan Jonas bisa menolak kalau kau merasa bisnis dengan kami akan menghasilkan! tapi tentu saja sebagai gantinya auditor mungkin akan tetap datang ke tempatmu"". . . . ."Secara teori, kami bisa menggunakan jasa dari pedagang lain yang punya lebih banyak koneksi maupun dana. Tapi sayangnya, kami tidak kenal siapapun dan sebab negara ini terkenal dengan tingkat ke korupannya, aku yakin kalau kemungkinan kami akan mendapatkan orang yang jauh lebih buruk dari Jonas sangat-sangat besar."Barang yang akan kami keluarkan adalah sesuatu yang nilainya, bisa aku jamin tinggi"Jadi kalau mau kami bisa menghubungi pedagang manapun dan bisa dijamin mereka akan dengan senang hati datang ke tempat ini."Tapi seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku merasa punya hutang budi terhadap tuan Jonas karena itulah aku menawarkan kesempatan ini pada tuan Jonas terlebih dahulu"Mencari orang yang bisa kami percaya mungkin lebih aman daripada menjadikan orang yang sudah pernah menipu kami sebagai partner, tapi kami butuh uang cepat. Dan mencari orang semacam itu akan memakan waktu lama. Sekali lagi, mengingat kalau negara ini penuh dengan orang korup.Jadi, secara praktis sebenarnya kami tidak punya pilihan kecuali menyerahkan distribusi barang yang kami buat lewat Jonas."Jadi bagaimana?"Jonas diam selama beberapa saat, setelah itu dia kembali memandang Ibuku. Bukan penuh dengan rasa cinta terlarang, tapi dengan usaha untuk membaca pikiran Ibuku. Yang sampai saat ini, wajahnya masih dihiasi senyuman yang bisa membuat seseorang merinding."Baiklah, tapi sebelum itu biarkan aku melihat barang yang ingin yang mulia titipkan padaku""Tentu saja, setelah kau menandatangani dokumen ini aku akan mengajakmu melihat barangnya""Baiklah"Jonas kelihatan tidak ingin menandatangani dokumen yang kami berikan padanya, tapi dia tidak punya pilihan. Dan dengan wajah persis seperti orang yang dipaksa meminum obat super pahit, dia menandatangani perjanjian bisnis di antara teritori ini dan dirinya.Setelah masalah legalitas dan dokumentasi selesai, kami semua pergi ke workshop Erwin yang terletak tidak jauh dari rumah kami.Begitu masuk, kami disambut oleh mesin-mesin yang bahkan bagiku, kelihatan aneh. Dari bentuknya aku bisa menebak fungsi beberapa dari mereka, tapi sebab Erwin tidak punya akses terhadap benda seperti motor listrik. Kebanyakan mereka dibuat dengan desain yang memungkinkan benda-benda itu digerakan oleh tenaga manual.Dengan kata lain, lever, gear, belt, dan puli bisa kulihat ada di mana-mana. Malah bisa dibilang, kalau seluruh ruangan ini adalah bagian dari mesin yang ada di dalamnya.Ngomong-ngomong, yang jadi penggerak utama dari workshop ini adalah makhluk dengan kekuatan satu tenaga kuda. Secara literal, workshop ini dijalankan oleh tenaga dari satu kuda yang kami pinjam dari salah pekerja di lahan pertanian kami.Hewan itu diikatkan pada sebuah lever panjang yang terhubung ke sebuah shaft besar di tengah ruangan ini. Ketika kuda itu berjalan dan bergerak memutar shaft utamanya, shaft lain bisa dihubungkan ke shaft utama untuk menggerakan mesin yang ada di sana.Jika kau membuang kuda dari pemandangan yang kulihat sekarang, apa yang kulihat persis seperti workshop dalam game-game dengan tema fantasy steampunk."Ke sini tuan Jonas"Mengikuti Erwin yang jadi pemandu, kami sampai di meja kerjanya. Yang mungkin sudah dia coba bersihkan sebisa mungkin, tapi pada akhirnya masih saja kelihatan berantakan."Yang pertama adalah ini""Lilin?""Ya, tapi bukan lilin silahkan coba cium baunya tuan Jonas"Menuruti permintaan Erwin, Jonas mencium bau dari lilin yang Erwin berikan. Dan dalam sekejap dia langsung tahu kalau lilin yang dipegangnya lain dari yan lilin yang ada di pasaaran."Ini. . . tidak berbau""Ya, kami membuatnya bukan dari lemak hewan ataupun lilin lebah""Kalau begitu dari mana kau. . ""Rahasia perusahaan."Lilin yang beredar di pasaran sekarang adalah lilin yang dibuat dari lemak hewan ataupun lilin lebah, sedangkan lampu lilin yang Erwin berasal dari parafin. Perbedaan keduanya tidak terlalu bisa dilihat kalau hanya dicek dari luar, tapi begitu mereka dibakar perbedaannya sangat mencolok.Pertama lilin dari parafin terbakar dengan bersih, dengan kata lain tidak ada asap tebal yang keluar darinya. Kedua, baunya tidak menyengat, dan yang ketiga tergantung dari campurannya kami bisa mengganti aromanya sesuai yang kami mau.Berhubung parafin berasal dari minyak bumi, kami tidak bisa memproduksinya secara masal mengingat kalau di jaman yang sekarang ini. Belum ada orang yang secara aktif menggali tanah untuk mencari minyak. Hanya saja, di beberapa tempat ada minyak yang keluar secara alami dalam bentuk seperti lumpur. Untuk sekarang benda itu kebanyakan diperlakukan layaknya obat dan hanya bisa dibeli dalam jumlah kecil.."Selanjutnya ini . ""Benda ini?""Sebuah pemantik api, biarkan aku menunjukan cara kerjanya tuan Jonas""Um. . ."Kali ini, yang ditunjukan Erwin adalah sebuah pemantik api. Tentu saja bukan pemantik api elektrik, tapi pemantik api yang lebih tradisional. Erwin bilang kalau membuat pemantik apinya sendiri tidak sulit, sebab yang dia perlu lakukan hanya menekuk lempengan metal, membuat roda pemantiknya, lalu memasukan kapas ke dalamnya.Bagian paling sulitnya adalah membuat baterai dari benda itu. Aku mendengar dia menghabiskan banyak waktu untuk menemukan kuantity yang tepat dalam mencampurkan metal-metal yang perlu dia lelehkan untuk dijadikan sumber percikan api.Sekali lagi, karena prosesnya sulit untuk dilakukan kami juga tidak bisa melakukan produksi masal terhadap benda ini."Tidak seperti korek api biasa, pemantik api ini bisa digunakan berkali-kali dan tentu saja kalau isinya habis kau bisa mengisinya sendiri"Korek api yang sekarang banyak digunakan adalah potongan kayu yang dicampur dengan sulfur dan potasium. Dengan kata lain, versi awal dari korek api kimia yang ada di duniaku yang sebelumnya.Kalau masalah kemudahan mungkin korek tidak punya masalah. Tapi sayangnya, dalam masalah maintenance barang itu punya banyak kelemahan. Pertama kalau kayunya basah atau lembab, kau akan kesulitan membuat api. Lalu, kalau kau tidak hati-hati menyimpannya bisa saja benda itu terbakar dan apinya menyebar ke korek api yang lain. Kemudian, kau perlu membeli benda itu terus-terusan."Aku bisa melihat potensinya.""Kalau begitu aku akan menunjukan barang yang terakhir""Ini. . .""Benda ini adalah alat untuk membuat lubang"Erwin menunjukan dua buah bor tangan dengan bentuk yang berbeda."Membuat lubang?"Di duniaku yang sekarang, perabotan, peralatan rumah tangga, dan bahkan bangunan punya konstruksi yang lumayan simple. Yang Erwin duga adalah hasil dari sulitnya membuat lubang kecil pada material pembuatnya.Membuat lubang pada kayu di dunia ini adalah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Sebab apa kebanyakan orang gunakan adalah hanya sebuah bor metal dengan lengkungan di ujungnya sebagai pegangan untuk kau putar. Sebuah gimlet.Bor tangan yang Erwin buat masih manual, tapi bentuknya berbeda jauh dari gimlet yang sekarang banyak digunakan para tukang kayu. Yang pertama, bor tangan dengan pegangannya berbentuk U sedangkan yang kedua adalah bor tangan pegangannya berada pada sebuah gear vertikal."Aku akan menunjukan cara kerjanya"Dengan cepat Erwin menunjukan cara kerja dari dua benda ciptaannya itu. Dan begitu melihat prosesnya menggunakan bor tangannya, tiba-tiba aku mendapat ide untuk mendapat banyak uang dari benda itu."Ini, mata bor dan bor tangannya terpisah?""Benar sekali, jika kau ingin membuat lubang dalam ukuran berbeda kau hanya perlu mengganti matanya saja""Oh. . ."Dan sepertinya Jonas juga menyadarinya.Bor yang Erwin buat punya dua bagian yang berbeda, badan utamanya dan mata bornya. Sama seperti pisau cukur yang pisau dan gagangnya dipisah, dan sama dengan printer yang mesin pencetak dan tintanya dijual terpisah.Meski badan utama dari bor yang Erwin agak sulit untuk dibuat, tapi mata bornya bisa diproduksi secara masal dengan mudah. Dengan kata lain, kami bisa mengambil untung dari penjualan mata bornya meski kami hanya bisa menjual satu atau dua mesin.Awalnya strategi utama yang ingin kujalankan hanyalah membuat sedikit produk tapi dengan nilai tinggi. Low sales low volume. Tapi kalau alat Erwin bisa mendapat traksi, kurasa kami akan bisa mendapat lebih dari apa yang kami perkirakan."Mama. . .""Aku paham. . "Ibuku meninggalkanku dan lalu mengajaknya keluar dan menanyakan pendapat Jonas. Dan dari apa yang kulihat, sepertinya respon darinya lumayan positif. Dengan kata lain, aku bisa menganggap kalau usaha keras Erwin kami menghasilkan sesuatu.Kami bertiga kembali ke rumah, tapi sebab aku dan Erwin sudah tidak punya kepentingan dan yakin kalau Ibuku bisa melakukan basa-basi. Kami tidak mengikuti Ibuku ke ruang kerjanya lagi dan memilih untuk beristirahat.Hari itu, rencanaku dan Erwin untuk bersantai di teras rumah sambil menikmati udara sore berakhir dengan acara tidur dengan bersandar pada satu sama lain sampai langit gelap.Hari berikutnya, tiba-tiba surat dari ayahku datang dan bilang kalau dia akan mengirimkan tutor pribadi untukku. Aku agak penasaran tapi di saat yang sama aku juga agak khawatir. Sebab seperti yang kualami di sekolah di Ibu kota, pendidikan untuk perempuan. Apalagi yang statusnya seperti aku itu pada dasarnya bukan benar-benar pendidikan. Tapi pelatihan untuk jadi seorang istri.Aku harap aku bisa mendapatkan guru yang baik.