Chereads / Bleak Knight / Chapter 5 - Epilogue : Mother & Home

Chapter 5 - Epilogue : Mother & Home

Eh?Suatu hari, begitu aku membuka mata ada sesuatu yang aneh terjadi padaku. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku dengan bebas, tidak bisa bicara dengan jelas dan hanya mampu mengeluarkan suara-suara yang sama sekali tidak ada artinya, setelah itu begitu aku mengangkat tangan kananku yang kulihat hanyalah dua tangan kecil yang mengepal tanpa kukepalkan.Seberapa kecil tanganku? sekecil bayi yang baru beberapa bulan lahir. Saat itu aku ingin memastikan kondisi fisiku tapi pada akhirnya aku menyerah karena telapak tanganku bahkan tidak bisa kugunakan untuk mencapai kepalaku karena masih terlalu pendek.Beberapa saat kemudian begitu melihat aku terus-terusan bergerak ada seorang wanita muda, atau malah gadis muda yang mendatangiku lalu bertanya."Ada apa sayang?. . "Lalu kemudian mengangkatku dengan mudah ke dadanya yang lumayan berisi.Tidak mungkin. Aku tidak mengingat namaku. Tapi, menurut ingatanku, aku ini adalah wanita dewasa berumur dua puluh empat tahun yang sebentar lagi akan lulus kuliah dan bekerja paruh waktu sebagai kasir di sebuah mini market. Jadi tidak mungkin ada seorang perempuan yang kelihatannya baru tujuh belas tahun ini bisa mengangkatku dengan mudah.Di saat itu juga aku ingin segera menampar wajahku sendiri dan memastikan diri kalau aku sedang tidak bermimpi. Tapi sebab tanganku tidak bisa digerakan dengan bebas, aku tidak bisa melakukannya dan harus menerima kenyataan sepertinya kehidupanku baru saja jadi sesuatu yang bisa dijadikan material sebuah novel.Seingatku, begitu pulang dari kerja sambilan aku melewati sebuah sela-sela gelap gedung bertingkat sebagai jalan pintas. Tapi sebelum aku sempat keluar dari lorong itu ada seseorang yang memukulku dari belakang dan membuatku tidak sadarkan diri.Kalau dilihat dari developmentnya, tidak salah lagi kalau aku sedang mengalami hal yang sudah sangat mainstream jadi tema banyak web novel. Reinkarnasi.Setelah menyadari keadaanku yang tidak normal, aku segera memeriksa ke sekitarku untuk memastikan di mana aku berada. Di dalam cerita bertema reinkarnasi, biasanya lingkungan yang didatangi adalah lingkungan baru yang benar-benar berbeda dari kehidupan main chara yang sebelumnya.Sebab furniture dan pajangan yang terpampang di dinding kelihatan seperti sesuatu yang pernah kulihat di museum, tereinkarnasi di masa yang sama dengan sebelumnya maupun masa depan sudah dicoret dari daftar. Yang tersisa hanyalah masa lalu dan juga dunia paralel.Sebab aku tidak mengerti bahasa apa yang digunakan oleh orang-orang di sekitarku, aku memutuskan kalau tidak ada gunanya memilih antara masa lalu di negara lain maupun dunia lain yang berbeda dari dunia yang kukenal.Mau dipikirkan bagaimanapun waktu itu aku hanya seorang bayi yang tidak bisa mengurusi dirinya sendiri. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis kalau lapar, menangis kalau buang air, menangis kalau dingin lalu menangis kalau panas. Yang bisa kulakukan sebagai seorang bayi hanyalah menangis.Tapi saat menangis aku sama sekali tidak merasa buruk. Berbeda jauh dari tangisanku di kehidupanku sebelumnya yang membuatku merasa sangat buruk.Ketika aku menangis wanita yang kuidentifikasikan sebagai ibuku selalu datang padaku, tidak dengan wajah marah atau sebal tapi dengan muka bahagia yang dibuat-buat untuk kelihatan marah seperti anak kecil. Setelah memberikan sedikit omelan yang lebih lembut dari bosku yang sedang menggodaku dulu, dia mengurusi kebutuhanku yang aku sadar sendiri kalau sangat merepotkan.Dalam hanya dua minggu saja, aku sudah benar-benar menganggapnya sebagai lebih dari sekedar ibu biologis. Saat aku bersamanya entah kenapa aku merasa senang. Meski pikiranku sudah dewasa tapi aku sama sekali tidak merasa risih mendapatkan perlakuan layaknya seorang bayi.Tunggu dulu, aku memang bayi.Dan meski aku juga seorang perempuan tapi aku sama sekali tidak punya masalah saat disuruh menyusu padanya. Malah bisa dibilang saat paling menyenangkanku waktu itu adalah ketika aku memegang dadanya dan menyedot isinya.Sayang sekali aku tidak bisa merasakannya lagi begitu sekitar setengah tahun berlalu. Dan akhirnya dia benar-benar berhenti melakukannya dan mulai memberiku makanan-makanan yang rasanya aneh begitu setahun berlalu.Ketika aku mencoba memintanya lagi, dia tidak pernah memberikannya dana malah memukul kepalaku meski aku sudah mengeluarkan jurus-jurus andalanku untuk memintanya. Semua usahaku tidak ada yang berhasil.Begitu selama kurang lebih setahun berlalu, aku akhirnya memahami kalau jawaban dari pertanyaan 'di mana aku direinkarnasi? sekarang tinggal ada satu. Aku ada di dunia paralel, sebab meski kadang aku menemukan nama-nama yang familiar, tapi bahasa yang kudengar tidak pernah ada yang terasa pernah kudengar sebelumnya.Tentu saja ada kemungkinan kalau pengetahuanku hanya terlalu dangkal, tapi setidaknya aku bisa memastikan kalau bahasa yang kudengar tidak berasal dari bahasa umum di barat maupun timur dalam kehidupanku yang sebelumnya.Satu setengah tahun setelah aku berada di dunia yang mungkin paralel ini, aku mulai bisa memahami apa yang mereka katakan meski apa yang bisa kukatakan ulang hanyalah kata-kata sederhana seperti mama dan beberapa nama benda.Tapi kemampuan bahasaku yang sedikit itu masih bisa memberiku beberapa informasi dasar di mana aku berada dan bagaimana keadaan keluargaku.Tempat di mana aku tinggal adalah negara Amteric, kota di mana aku berada di sebuah teritori kecil di dekat perabatasan bernama Velmy. Lalu nama Ibuku adalah Anneliese tapi entah itu di kepala atau mulut aku selalu memanggilnya dengan sebutan ibu saja atau mama.Dan pada dasarnya dia adalah seorang selir dari seorang pangeran. Meski statusnya adalah istri dari seorang pangeran mahkota. Tapi orang yang harusnya kusebut ayah itu hanya datang beberapa kali, dan itupun dia hanya datang untuk mengunjungi ibuku agar bisa main gulat dengannya. Dia bahkan tidak pernah sekalipun mendatangiku dan hanya melihat dari jauh.Jadi mari kita anggap saja kalau dia itu orang lain. Dia itu adalah calon raja, tapi dia tidak kuanggap ayahku.Berdasarkan aturan di kerajaan ini, aku punya hak untuk maju menjadi calon ratu nanti. Tapi sebab ibuku itu orang biasa dan aku juga hanyalah anak dari selir kesempatanku untuk bisa berkuasa sama dengan nol.Tentu saja aku tidak peduli dengan semua hal itu.Selain itu, sepertinya ibuku juga tidak terlalu disukai oleh para bangsawan kerajaan.Meski aku dan ibuku secara hukum adalah juga bagian dari keluarga kerajaan, tapi kami tidak tinggal di istana. Melainkan di sebuah daerah kecil yang lebih pantas disebut desa di ujung kota yang diserahkan kepada ibuku untuk diurus.Kerajaan ini menganut sistem feudalisme, jadi ibuku bisa dibilang adalah orang kaya. Tapi sebab tanah yang diberikan pada kami hanya sebatas sebuah desa kecil, pajak yang dihasilkan tentu saja tidak terlalu besar.Oleh sebab itulah selain rumah kami dan prabotannya yang diberikan oleh raja, tidak ada benda mewah lain yang bisa disebut milik kami pribadi. Karena kami tidak punya uang lebih untuk membayar pelayan selain yang sudah diberikan pada kami dan dibayar negara.Begitu aku bisa berjalan, aku juga jadi tahu kalau Ibuku tidak hanya duduk dan menikmati pelayanan. Dia juga bekerja untuk mengatur wilayahnya sendirian meski padahal dia itu hanya orang biasa.Kehidupanku sebagai seorang putri raja sama sekali tidak seperti yang kubayangkan. Tidak gelamor, aku tidak bisa sembarangan menyuruh orang, dan tentu saja apa yang kuinginkan tidak bisa langsung dikabulkan.Tapi semua itu sama sekali bukan masalah.Meski ada sedikit kesulitan dalam hal ini dan itu, tapi secara keseluruhan kehidupanku yang sekarang jauh lebih baik dari kehidupanku sebelumnya.Aku memiliki periode blank selama beberapa bulan, dan di sini sepertinya tidak ada budaya ulang tahun. Jadi aku tidak bisa menentukan umurku sekarang sampai seseorang memutuskan memberitahukan kapan aku lahir.Kehidupanku baik-baik saja dan semuanya lancar-lancar saja.Penyebab utama aku merasa seperti itu kemungkinan besar adalah karena aku masih seorang anak kecil. Umurku yang sekarang mungkin sekitar satu setengah atau dua tahun sehingga meski aku berbuat salah, merepotkan, dan juga menyebalkan ibuku selalu memaafkanku.Dia bahkan memujiku kalau aku bisa melakukan hal-hal sederhana lalu tersenyum dengan senang ketika aku memanggilnya mama. Sesuatu yang tidak lagi pernah kudapatkan dari ibuku di dunia yang sana.Umur pikiranku jauh lebih tua darinya, dan kadang dia bertingkah seperti anak kecil saat sedang bermain denganku. Jika aku masih memiliki tubuh lamaku, dia lebih pantas disebut dengan adik perempuanku.Tapi meski masih muda dia benar-benar sudah dewasa. Jauh lebih dewasa daripada aku dalam umur yang sama. Ketika aku seumurannya yang kulakukan hanyalah membuang-buang uang orang tuaku untuk membeli barang yang sebenarnya tidak perlu. Bermain dengan teman-temanku tanpa melihat waktu dan membuat ibuku khawatir.Aku bahkan sering bertengkar dengan ayahku lalu memaki-makinya meski aku sendiri tahu kalau aku yang salah. Setelah itu dengan tidak tahu malunya meminta sesuatu pada mereka bahkan dengan mengancam dan bicara tidak sopan.Aku bahkan pernah bermain geng-gengan lalu membully adik kelasku.Jika aku bisa bertemu dengan diriku yang waktu itu aku benar-benar ingin sekali menghajarnya sampai babak belur.Berbeda sekali dengan ibuku sekarang.Di rumah sedang tidak ada pelayan sebab mereka sedang pergi ke pusat kota untuk membeli stok keperluan semua orang. Sebab barang yang dibeli lumayan banyak, dua pelayan kami pergi beserta dengan tiga orang penjaga dari rumah ini.Yang tersisa hanya dua orang penjaga sangar di depan gerbang dan juga seorang kakek tua yang bertugas merawat kebun kecil di belakang rumah kami. Ketiga orang itu tidak cocok untuk melakukan tugas rumah tangga, jadi ibuku yang notabene adalah tuan di tempat ini sedang memasakan makanan untuku.Jika diperbolehkan aku ingin membantunya, tapi dia bilang sesuatu seperti kalau bermain api dan benda tajam itu berbahaya dan hanya memperbolehkanku melihat saja. Tentu saja aku tidak tahu persis apa yang dikatakan tapi setidaknya aku tahu apa yang dia coba utarakan dari gerak-geriknya.Lagipula, dengan tubuhku yang sekarang apa yang bisa kulakukan juga sangat terbatas.Dengan kursipun aku bahkan tidak bisa mencapai lemari untuk mengambil garam serta gula.Sambil terus melihat resep, ibuku memasak dengan canggung. Jika aku yang dulu melihatnya mungkin aku sudah tidak sabar dan memarahinya. Tapi bagiku yang sekarang, apa yang dilakukannya adalah bukti kalau dia sangat mempedulikanku.Kalau dari temponya, sepertinya makananku masih perlu waktu lama untuk bisa matang.Apa dia grogi karena dilihat olehku?Kalau begitu aku akan keluar.Dan akupun keluar dari dapur lalu menuju perpustakaan yang juga berfungsi sebagai tempat kerja ibuku. Di sana ada banyak tumpukan kertas yang berserakan di atas meja. Aku pernah berpikir untuk membantunya, tapi sama sekali tidak kenal dengan karakter dari tulisan di negara ini.Meski aku bisa sedikit memahami kata-kata, tapi untuk masalah tulisan aku benar-benar buta karena aku bahkan tidak tahu dasarnya. Kalau kata-kata aku bisa melihat ekspresi dan apa yang ditunjuk oleh pembicaranya. Tapi hal itu tidak bisa diaplikasikan pada tulisan.Untuk melatih kemampuan baca tulisku aku berniat untuk mencari dua buku yang sama lalu meminta ibuku membacanya agar aku bisa mencocokan kontenya dengan apa yang dia katakan.Setengah jam kemudian ibuku menemukanku dan aku menemukan sebuah buku kecil biasa dia bacakan untuku. Sambil membawa sebuah mangkuk dia segera menghampiriku. Lalu ketika dia ingin menarikku ke kursi, aku menolak berjalan dan mengangkat tanganku untuk meminta mangkuk di tangannya.Supaya dia tidak salah paham dan mengira aku minta digendong, aku segera bicara dengan kata-kata yang terbatas."Makan. . . sendiri."Dia membelalakan matanya, tapi dia langsung tersenyum dan merendahkan tubuhnya."Jangan berantakan ya. . .""Um. . "Aku mengangguk dan diapun memberikan mangkuknya padaku.Dia punya banyak pekerjaan, meski aku tidak bisa membantu setidaknya aku bisa tidak membuang waktunya. Jika dia bisa melakukan pekerjaannya lebih cepat dia juga bisa beristirahat dengan lebih cepat.Ibuku kembali ke mejanya dan meneruskan pekerjaannya yang lokasinya sama-sama di perpustakan. Sedangkan aku duduk di pojok ruangan sambil makan.Dia kembali melihatku dan bertanya."Bagaimana rasanya?""E. . .nak."Uwah. Benar-benar tawar. Bukankah dia jauh lebih tinggi dariku? aku agak sulit percaya kalau dia bahkan tidak bisa mengambil garam dan sedikit menaburkannya di makan siangku ini.Tidak seperti makanan dengan rasa aneh yang biasa dibuatkan pelayan, makanan ini benar-benar tidak ada rasanya. Aku tidak tahu apa nama masakan yang sedang kumakan ini. Tapi yang jelas aku tahu kalau masakan ini harusnya tidak terasa seperti air putih. Tapi kali ini aku tidak akan protes.Memangnya siapa yang tega protes pada seseorang yang memberimu makanan yang dengan susah payah? kalau aku membeli darinya tentu aku akan protes. Tapi aku hanya menerima pemberiannya. Aku tidak memberikan apapun padanya sebagai ganti usahanya.Jangan menawar kebaikan seseorang. Adalah salah satu motoku.Karena itulah aku tidak akan protes.Begitu selesai makan, aku segera keluar ruangan.Kali ini aku akan menjelaskan alasan kedua kenapa aku lebih suka kehidupanku yang sekarang. Selain hubunganku yang jauh lebih baik di sini daripada di sana, keadaan ekonomiku di sini juga jauh lebih baik.Jika dihitung secara nilai, barang-barang yang ada di duniaku dulu kurasa akan lebih mahal daripada rumah super luas yang hampir setara kastil ini di duniaku yang sekarang. Tapi dalam jangka panjang hidup kami akan lebih terjamin.Pendapatan kami meski tidak banyak tapi stabil, jika populasi ditambah kami bahkan bisa jadi lebih kaya.Meski kami jadi orang desa dan jadi kaya mendadak, tapi kami adalah tetap keluarga kerajaan. Jadi meski ada yang tidak suka dengan kami tidak akan ada kasus bullying atau yang sejenisnya. Dan jika ada yang menipu kami berarti ada yang sudah menipu anggota kerajaan.Keamanan terjaga dan kebutuhan terpenuhi. Jika aku adalah seorang tentara otaku yang dikirim ke dunia lain, mungkin aku sudah bilang kalau hidupku terdiri dari makan dan tidur lalu hobi sedangkan yang lain adalah sesuatu di antara ketiga hal itu.Kalau begini, aku jadi NEETpun kurasa tidak akan ada masalah."Tidak! tidak! tidak! tidak!. . ."Di kehidupanku sebelumnya aku sudah menjadi orang yang tidak berguna. Jika aku jadi orang tidak berguna lagi di sini aku hanya akan jadi sampah. Dan sampah itu gunanya untuk dibuang. Selain itu aku tidak punya alasan untuk memberatkan ibuku yang sudah berusaha keras demi membesarkanku.Aku mungkin bukan orang paling baik di dunia, tapi aku tahu apa yang namanya balas budi.Dua jam kemudian ibuku keluar dari perpustakaan menuju dapur sambil membawa sebuah mangkuk, sedangkan aku selesai berkeliling dan menjelajahi rumah. Sebab aku masih dilarang untuk keluar dari area di sekitar rumah, biasanya kalau sedang tidak ada kegiatan aku akan mengeksplorasi rumahku sendiri.Rumahku sendiri sudah mirip seperti rumah vampire dan punya banyak ruangan gelap, tapi aku sama sekali tidak takut. Dan malah dibilang aku senang dengan sesuatu yang berbau horror. Di duniaku yang dulu aku bahkan mengoleksi banyak film horror.Begitu dia melihatku dia langsung menghampiriku yang masih berada di lorong lalu berjongkok dan menyamakan tingginya denganku. Ekspresi wajahnya tidak seperti biasanya. Kali ini dia tidak memasang ekspresi lembut yang biasanya kulihat, melainkan ekspresi serius.Apa dia marah karena aku lupa membawa mangkukku?Aku akan minta maaf. Meski aku hanya lupa tapi alasan semacam itu sama sekali tidak cukup untuk membuatku keluar dari masalah. Manusia itu lebih pintar mengingat sebuah kesalahan daripada kebaikan. Sebab, seseorang diingat bukan dari peraturan apa yang dia patuhi, tapi dari aturan yang dia langgar.Masalah seperti ini sama sekali bukan sesuatu yang besar. Tapi jika aku tidak minta maaf mungkin dia akan banyak menyalahkanku. Dan sebab aku masih punya ingatanku dari masa lalu aku tidak yakin kalau naluri burukku akan muncul dan mengatakan hal yang menyakitkan begitu dia mengatakan hal yang tidak kusuka padaku.Ok. Tarik nafas.Aku sama sekali tidak ingin hubunganku dengan ibu baruku ini jadi buruk. Aku tidak ingin hubunganku dengannya jadi seperti hubunganku dengan ibuku yang ada di dunia lamaku. Ibuku yang ini benar-benar sangat menyayangiku, jadi aku tidak ingin berbuat buruk padanya dan mengulangi tindakanku yang dulu."Huu. . .Aku . . minta. . maaf. . ."Ibuku melihatku dengan tatapan bingung."Kenapa kau tegang sekali? dan kenapa kau minta maaf?"Sekarang aku yang memasang muka bingung dan melihat ke arahnya."Hey Amelie. . . . apa mama kelihatan seram?"Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mana mungkin ada orang yang bisa bilang kalau ibuku ini seram. Jika dia seram bagaimana aku bisa lahir? maksudku mana mungkin seorang pangeran mau menikahi seorang gadis muda yang punya muka seram?. Aku tidak tahu standar kecantikan dunia ini, tapi aku sangat yakin kalau gadis ini sangat cantik. Maksudku, wanita ini sangat cantik.Salah-salah! maksudku ibuku ini sangat cantik.Punya ibu yang lebih muda darimu itu rasanya agak membingungkan. Meski hanya secara mental."Apa kau takut dengan mama?"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus takut padamu? dan dari tadi kenapa pertanyaannya agak aneh?"Lalu kenapa kau berbohong?""?"Bohong? aku sudah berbohong apa padanya? apa ini kasus di mana aku tidak melakukan apa-apa tapi disalahkan dan disuruh minta maaf. Jika aku punya saudara dan dia menjelek-jelekanku di depan ibuku aku masih bisa paham kalau aku disalahkan tanpa sebab, tapi aku tidak punya saudara.Ah. . . jadi begitu, dia tidak kepercayaan padaku.Di rumah ini tidak ada orang lain kecuali aku, ibuku dan juga para pelayan serta penjaga. Jika dia mendengar sesuatu yang buruk tentangku, yang mengatakannya pasti salah satu di antara mereka. Dengan kata lain, orang luar.Aku menurunkan kepalaku dan memandang lantai lalu menghela nafas."Hah. . . ."Dia lebih percaya pada orang daripada padaku yang anaknya sendiri. Kasus seperti sama sekali bukan hal baru. Orang tuaku dulu juga sama saja. Mereka akan lebih percaya pada tetangganya daripada anaknya sendiri sebab mereka berpikir kalau anaknya itu bukan orang yang bisa dipercaya.Jika ada yang bilang kalau aku ini nakal, berbuat buruk pada anak lain, atau melakukan kesalahan. Pasti orang tuaku akan langsung percaya dan memarahiku dengan alasan mendidik, memintaku meminta maaf padahal aku tidak bersalah, dan membandinganku dengan anak lain yang mereka anggap jauh lebih baik.Aku tahu kalau hal semacam itu normal, tapi mendapatkan perlakukan yang sama di dunia baru dan bahkan oleh yang kuanggap sangat menyayangiku itu lumayan menyakitkan. Apakah aku tidak bisa dipercaya atau memang kepercayaannya padaku yang rendah? tidak ada bedanya.Hasilnya sama saja."Bagaimana rasa makan siangmu?"". . . ?"He? pertanyaan macam apa ini?"Ketika kau bilang kalau rasanya enak kau bohong kan?"Jadi dari tadi kita sedang membicarakan makanan buatanmu yang tawar itu?. Sebab kau memberikannya padaku kukira kau sudah mencobanya dulu? jadi kau juga baru tahu kalau masakanmu itu tawar?.Bodoh sekali. Bodoh sekali. Aku sudah banyak memikirkan hal serius tapi kenapa topik yang kau angkat masalah seremeh ini? kalau yang kau ingin bicarakan hanya itu aku sudah bisa langsung menyiapkan alasan yang pasti bisa membuatmu menangis terharu."Mama. . capek."Bagaimana? bagus kan jawabanku? dengan jawaban seperti itu dan keimutan anak kecil ini aku akan membuatmu menangis terharu."Aww. . ."Adalah apa yang sedang kupikirkan, tapi kenyataannya lain. Dia menjewer pipi kiriku dengan tangan kanannya."Bicara apa kau!!!? kau masih sepuluh tahun terlalu muda untuk mengkhawatirkanku."Dia kembali menarik-narik pipiku, kali ini dengan lebih keras."Dan kau pikir aku ini siapa?. . .""Mama. . . ."Mendengar jawabanku dia malah jadi tersenyum semakin lebar dari sebelumnya. Lalu jewerannya juga jadi lebih sakit dari sebelumnya.Tolong segera berhenti, aku tahu kalau pipiku itu menggemaskan sebab aku sendiri sering memegang-megangnya. Tapi tolong berhenti, rasanya pipiku sudah mulai agak sakit."Um. . . aku adalah mamamu! aku adalah ibumu jadi jangan bertingkah seperti itu lagi!!!. . ."Bertingkah seperti apa? aku tidak ingat pernah bertingkah buruk di depannya?. Apa dia tidak suka aku sering mengunjungi kakek tukang kebun di belakang rumah? apa dia tidak suka kalau aku pulang dengan pakaian kotor? kau tidak pernah bilang apa-apa saat melihatku jadi kupikir itu tidak masalah. Tapi kalau kau tidak menyukainya aku akan berhenti."Aku ini ibumu!! kau tidak perlu menuruti semua yang kukatakan! sesekali bantahlah omonganku! tunjukan muka sebalmu yang imut itu padaku! kalau kau ingin sesuatu kau boleh jadi bandel! dan kalau kau tidak ingin melakukan sesuatu kau kuijinkan untuk jadi keras kepala."Kau benar-benar mengatakan sesuatu yang gila. Jika ada orang tua yang mendengar kata-katamu itu aku yakin kalau mereka akan marah besar padamu. Bagaimana kau bisa menyuruh seorang anak yang sudah berusaha bertingkah manis untuk jadi nakal seperti itu.Kau kira aku tidak pernah merasa sebal, aku juga sering marah padamu, dan kalau diijinkan aku juga ingin protes tentang banyak hal padamu. Tapi aku menahan diri. Kau tahu kenapa? karena kau tahu kalau kau itu tidak hidup dengan mudah dan mengurusiku itu menambah kesusahanmu. Karena itulah aku mencoba pengertian dan mengurangi bebanmu.Jangan sembarang menyuruhku untuk membuang semua usaha kerasku itu dasar ibu tidak bertanggung jawab!!!!!."Kau boleh bertingkah seperti itu kalau aku sudah tua dan hampir mati! jangan seenaknya jadi dewasa di depan mataku."Ibuku ini benar-benar tidak sensitif. Kalau kau seingin itu untuk membuatku jadi nakal maka aku akan benar-benar jadi anak nakal. Bagaimana kalau begini? aku akan memulai kenakalanmu dengan meremas-remas dadamu. Apa kau mau merasakannya.Tungu dulu, kenapa aku jadi berpikir seperti pria mesum?."Kau itu anaku! dan aku adalah ibumu! jadi tidak masalah kalau kau tidak sempurna! jika kau tidak bisa melihat aku akan selalu menuntumu! jika kau tidak mampu berjalan aku akan menggendongmu! jika kau menginginkan sesuatu aku akan memberikannya padamu! jika kau tidak menyukai sesuatu aku akan menjauhkannya darimu! dan bahkan jika kau bertengkar dengan orang lain aku akan membelamu!!!!!. . . "Kenapa kau harus mengatakan hal seperti itu sekarang?"Dan tentu saja jika kau dalam bahaya aku akan menjagamu meski aku harus mati! sebab bagaimanapun aku adalah ibumu."Bodoh sekali!!! aku benar-benar bodoh!! dari tadi apa saja yang sudah kupikirkan tentangnya?Orang jahat macam apa aku ini? bagaimana aku bisa berpikir buruk tentang orang yang sudah menjagaku dari lahir, menyayangiku dengan jiwa dan raganya. Bagaimana bisa aku langsung memutuskan kalau dia itu orang tua yang buruk hanya karena dia tidak bertindak sesuai bayanganku? "Hiks. . .""Eh. . . kenapa kau menangis, apa pipimu sakit?"Tiba-tiba ibuku jadi panik begitu melihat ada air mataku yang mulai mengalir."Maaf ya. . . mama tidak sengaja."Yang tidak bisa percaya bukanlah dia tapi aku. Padahal aku sudah berjanji untuk memulai hidup baru dan mengulang semuanya dari awal. Lalu kenapa di duniaku yang baru ini aku masih membawa dendam lamaku? kenapa aku masih membawa kebiasaan buruku, dan kenapa aku masih tidak bisa percaya pada orang yang sangat menyayangiku ini?."Uwaaa. . . . . .""Amel. . ."Aku memeluknya dengan erat. Tapi sebab tanganku masih pendek aku hanya bisa mencapai bagian samping punggungnya. Kemudian dia balik memelukku dan mengeratkan pegangan kedua tangannya di badanku."Maafkan mama ya. . tadi mama tidak marah kok. . . cup cup. . jangan menangis."Mulai hari ini. Seperti dia percaya padaku aku juga akan percaya padanya. Seperti dia menyayangiku aku juga akan menyayanginya. Dia adalah ibuku dan aku adalah anaknya. Ingatanku dari dunia lain yang masih ada sama sekali tidak ada hubungannya.Aku diberikan kesempatan untuk menjadi anak kecil lagi, untuk memulai semuanya dari awal lagi, untuk memperbaiki kehidupanku yang dulu sudah tidak bisa diperbaiki lagi.Oleh karena itu, mulai sekarang juga aku akan berusaha untuk membahagiakan orang yang selalu memikirkan kebahagiaanku. Aku akan memberikan perhatianku pada mereka yang peduli padaku. Dan tentu saja memberikan cinta pada orang yang mencintaiku.Kesalahanku yang dulu tidak akan kuulangi. Keburukanku akan kujadikan pelajaran. Dan di kehidupanku yang kedua ini. Aku akan berusaha jauh lebih keras dari sebelumnya.