Chereads / Bleak Knight / Chapter 10 - Epilogue : School & Lesson

Chapter 10 - Epilogue : School & Lesson

1Aku baru saja melewati hari ulang tahunku yang kelima. Di dunia baruku sekarang, angka lima adalah salah satu angka penting dari tahapan kedewasaan seseorang. Jadi normalnya anak kaum bangsawan sepertiku akan mendapatkan perayaan yang megah dan mewah.Tapi di kediamanku tidak ada hal spesial yang terjadi. Ada satu pelayan yang memberiku ucapan selamat, tapi selain itu tidak ada yang membicarakan masalah ulang tahunku di sana. Yang mungkin disebabkan karena tidak ada yang tahu kapan ulang tahunku itu. Atau bisa saja mereka hanya tidak peduli.Mau bagaimana lagi. Aku sendiri sampai pagi tadi aku tidak tahu kalau hari itu adalah hari ulang tahunku.Aku tidak ingin dibuatkan pesta megah atau diberi hadiah mahal. Tapi meski begitu aku agak merasa tersingkirkan ketika bahkan ibuku tidak ikut mengucapkan selamat di hari itu. Hanya saja, ketika malam datang dan aku akan menyerah lalu merelakan hari ulang tahunku hanya sebagai hari biasa.Ibu datang ke kamarku yang baru saja dipisahkan.Tidak ada lagu selamat ulang tahun, tidak acara tiup lilin, dan juga tidak ada hiburan yang diberikan. Tapi meski begitu, kue terlalu manis yang dibawa ibuku dan obrolannya sampai hampir tengah malam sudah cukup untuk mengobati rasa kecewaku.Umur mentalku sudah berada di atas ibuku, tapi meski begitu sisi kekanakanku untuk mendapatkan perhatian masih tersisa. Siapa yang bilang kalau yang punya sisi anak kecil setelah dewasa hanya laki-laki saja? Dan sebab sekarang tubuhku adalah tubuh anak berumur lima tahun, aku memutuskan berhenti bertingkah seperti orang dewasa dan menikmati hak, serta kesempatan keduaku sebagai seorang anak kecil.Topiknya sama sekali tidak ada yang isinya penting. Dan begitu pagi datang aku sudah melupakan apa isi pembicaraan kami berdua. Tapi hal itupun tidak penting, dengan hanya berbicara satu sama lain saja aku sudah bisa merasa senang. Lagipula yang membuat pembicaraan jadi menarik bukanlah topiknya, melainkan orang yang diajak bicara.Dan di saat itulah ibuku bilang sesuatu yang membuatku tiba-tiba merasa buruk.Kali ini karena kata-katanya dan bukan orangnya."Kau sudah lima tahun jadi sekarang kau harus masuk sekolah"Adalah apa yang ibuku bilang seminggu yang lalu.Lalu sekarang, aku sedang berada di sebuah sekolah yang tampilan luar dan dalamnya kelihatan sangat mewah dengan murid-murid perempuan yang bisa kubayangkan nantinya akan tertawa 'ohohohoho' sambil menutupi mulutnya.Masuk sekolah baru, bertemu dengan orang asing, bergaul dengan anak-anak bangsawan yang harga dirinya ketinggian, maupun belajar di tempat yang persis seperti setting anime. Semua itu sudah kuperkirakan akan terjadi. Dan tentu saja aku juga sudah menyiapkan diri untuk semua itu.Tapi sayangnya aku tidak mempersiapkan diri untuk disuruh tinggal sendiri saat umurku baru lima tahun. Meski hanya umur fisiknya saja.Sekolah yang harus kudatanginya ada di pusat kota jauh dari tempat kami tinggal, oleh karena itu aku harus menetap di asrama sekolah selama beberapa tahun. Aku ingin mengajak ibuku, tapi asrama hanya boleh ditempati murid.Selain itu meski ibuku juga adalah istri raja tapi dia tidak terlalu disambut di istana sebab dia hanya anak orang biasa. Karena itu dia tidak bisa pindah dan menetap di pusat kota dan menemaniku. Kemudian yang terakhir, dia punya banyak pekerjaan di tempatnya sendiri."Ahh. . . "Jangan berpikir negatif dulu. Aku menampar kedua pipinya dengan keras begitu sampai di kamarku dalam asrama.Sekarang aku sudah hafal dengan huruf-huruf dari dunia ini, selain itu aku juga sudah lancar membaca. Jadi jika pendidikan yang akan didapatkannya adalah pendidikan dasar, itu berarti levelnya harusnya sama dengan pendidikan kelas satu SD.Jika pelajaran yang diberikan hanyalah pelajaran dasar pasti aku akan bisa mengatasinya. Bahkan bisa saja dia akan jadi siswa paling pintar dalam satu kelas.Adalah apa yang kupikirkan sampai beberapa saat yang lalu.Dan begitu hari berikutnya datang. aku itu langsung menyadari kalau pengetahuan yang sudah kuakumulasi selama lima tahun di tempat tinggalku sama sekali tidak berguna. Sebab meski institusi yang dia masuki bernama sekolah, tapi definisi sekolah yang kutahu dan definisi sekolah yang ada di hadapanku jauh berbeda satu sama lain.Gampangnya, sekolahku sekarang bukanlah tempat untuk seseorang belajar jadi pintar. Tapi melainkan tempatnya anak-anak kecil berlatih untuk menjadi kelihatan pintar tanpa benar-benar jadi pintar.Di duniaku yang dulu, ada sebuah pepatah yang bilang kalau menjadi kelihatan pintar itu jauh lebih mudah daripada benar-benar jadi pintar. Tapi sekarang aku bisa bilang kalau pepatah itu tidak berlaku di sini. Menjadi pintar itu lebih mudah daripada sekedar kelihatan pintar.Aku tahu kalau di dunia ini posisi wanita itu cuma seperti hiasan untuk dipamerkan serta yang namanya emansipasi wanita dan undang-undang perlindungan anak itu tidak ada. Tapi apa negara ini akan baik-baik saja kalau yang diajarkan pada para perempuan bangsawannya hanya masalah penampilan saja?.Aku ingin menanyakannya pada seseorang, tapi tidak ada orang yang bisa kutanyai.Pelajaran pertama yang kudapatkan setelah masuk ke sekolah adalah bagaimana caranya berdiri, bagaimana caranya berjalan, bagaimana caranya memberi hormat, lalu bagaimana caranya memperkenalkan diri meski yang paling ingin kutahu sekarang adalah bagaimana caranya keluar dari sekolah menjengkelkan ini.Kenapa pelajarannya tidak ada yang normaaaaaalll?????.Jadi seorang bangsawan itu memang merepotkan. Aku tahu itu. Meski aku tidak pernah bertingkah seperti bangsawan di rumahku sendiri. Tapi kadang aku melihat ibuku harus bertingkah berbeda jika harus bertemu dengan seseorang yang kelihatan penting.Mau bagaimana lagi, bagi seorang bangsawan penampilan itu sangat penting. Malah bisa dibilang identitas kebangsawanan mereka cukup dilihat dari penampilan mereka. Entah itu pakaian maupun tindakannya. Dan bukannya kemampuannya dalam melakukan sesuatu.Di hari pertama saja, aku langsung berpikir kalau sekolah ini sama sekali bukan tempat yang cocok untukku. Aku mengakui seberapa pentingnya penampilan, tapi meski begitu menjadikan pelajaran tentang penampilan sebagai kurikulum utama adalah sesuatu yang terlalu berlebihan.Jika pelajaran etika ingin dimasukan ke kurikulum, setidaknya masukan pelajaran itu di pelajaran tambahan!!!. Adalah apa yang sangat ingin kuteriakan pada seseorang.Aku tidak keberatan belajar tata krama, sebab hal itu akan jadi sesuatu yang penting di masa depan. Tapi yang ingin kupelajari bukanlah bagaimana caranya seseorang merasa hebat, tapi bagaimana caranya jadi orang hebat.Merasa tidak nyaman, begitu kelas selesai aku langsung keluar dan mencari tempat di mana aku bisa sendirian. Maaf tapi urusan mencari teman harus kutunda dulu, kakiku agak pegal dan kepalaku lumayan pusing.Aku mencari tempat sepi yang agak terisolasi, dan betapa beruntungnya. Aku menemukan tempat idealku hanya setelah berjalan asal selama dua puluh menitan. Tempat itu berada di antara dua tembok yang memisahkan bangunan sekolahku dan juga bangunan lain yang ada di sampingnya yang sama besarnya.Dari seberang tembok, aku bisa mendengar suara-suara anak laki-laki yang mungkin sedang berlatih bela diri. Dan meski hanya sedikit, aku juga bisa mendengar suara anak perempuan yang tidak kalah semangatnya.Sudahlah.Berhubung aku sudah di sini, lebih baik aku memanfaatkan waktu yang kumiliki untuk beristirahat. Sebab percaya tidak percaya, belajar tata krama bangsawan itu lumayan melelahkan. Apalagi sebab guru hari ini galak, tubuh dan pikiranku selalu tegang selama dalam pelajaran.Tempat ini kelihatannya adalah lokasi untuk membuang barang-barang yang sudah rusak dari kedua sekolah. Jadi ada banyak benda-benda yang bisa kau kategorikan sebagai sampah di sekitarku. Tapi sebab di dunia ini tidak ada sampah plastik, keberadaan mereka tidak terlalu mengganggu.Kursi dan meja kayu, dedaunan, kain-kain. Semua itu bisa kuabaikan keberadaannya.Are ini memang berada di balik tembok besar, tapi sinar matahari masih bisa masuk. Membuat area ini masih relatif terang, dan satu hal yang paling bagus dari tempat ini adalah. Di tengahnya ada sebuah pohon rindang yang dikelilingi rumput pendek. Persis seperti pohon besar di bukit belakang sekolah Nobita.Tanpa ragu, aku mendekati pohon itu sambil menghela nafas panjang."Haaahhh. . . . . . . "Tapi tanpa disangka. . ."Haaahhh. . . . . . . "Aku malah mendengar helaan nafas lain . . .Begitu menyadari kalau aku tidak sendiri, aku langsung mencari sumber helaan nafas yang kudengar tadi. Dan begitu aku melihat ke belakang, aku menemukan seorang anak laki-laki berumur dua atau tiga belas tahun yang sedang duduk menyandar di bawah pohon kecil yang juga sedang melihat ke arahku.Setelah saling mengetahui keberadaan satu sama lain, aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu dan menganggap anak laki-laki itu tidak ada.Kenapa ada anak laki-laki di sini? Dari mana dia masuk? Aku ingin menanyakan kedua hal itu. Tapi sesuai pelajaran yang kudapat, sebelum bicara lebih lanjut ada satu hal yang harus kulakukan terlebih dahulu.". . . ."Aku mencoba meneggakan badanku untuk mengucapkan salam, tapi sebelum bisa mengatakan apapun anak laki-laki itu sudah lebih dulu berdiri lalu berteriak."Cepat pergi dari sini!!""Ha?""Sudah kubilang cepat pergi dari sini!!! Apa kau tuli?"Untuk ukuran seorang anak yang bersekolah di sekolahnya para bangsawan, salam yang dia lontarkan kedengarannya sangat menghina. Apa gurunya salah mendidik? Atau anak ini cuma tidak tahu sopan santun? Yang jelas. Apapun alasannya meneriaki seseorang lalu menghinanya saat baru bertemu sama sekali bukan kebiasaan yang baik.Dia mungkin sudah biasa bertingkah seperti bos dan tidak dikomplain atau dilawan karena orang tuanya punya kekuasaan dan harta. Tapi sayangnya aku bukan orang yang mau mengalah karena hal semacam itu. Akan kuajarkan pada anak manja ini kalau dia tidak bisa mendapatkan sesuatu dengan hanya menginginkannya saja."Tidak mau!!! Memangnya kau ini siapa? Jangan sembarangan menyuruh-nyuruh orang seenaknya!!!!"Meski di rumahmu kau adalah raja, tapi di sini kau hanyalah seorang murid biasa. Dan sebagai murid biasa kau tidak punya hak untuk memaksakan kehendakmu pada murid lain."Cih. . . Reaksi seperti ini lagi"Harusnya aku yang bilang begituuuu!!!! bukankah perlakuan seperti ini adalah kejadian template? Anak bangsawan yang sombong bertindak seenaknya pada anak dari keluarga biasa. Ya, meski sekarang aku bukan anak orang biasa.Tapi tunggu dulu, bukankah sekarang posisiku jauh lebih tinggi darinya. Di negara ini tidak ada orang yang posisinya lebih tinggi dari raja kan? jadi kalau dia bertingkah sombong di hadapanku bukankah artinya dia menghina raja."Hehehe . . . . "Aku tidak sabar melihat reaksinya saat dia tahu kalau aku ini secara status aku punya posisi lebih tinggi dari sekedar bangsawan. Aku benar-benar ingin melihatnya dipaksa meminta maaf dan pulang sambil menangis."Saat mendengarkan seseorang, yang paling penting bukanlah siapa yang berbicara tapi apa yang dibicarakan"Aku juga tahu itu. Jadi tolong jangan sok bijaksana. Di sini aku memang lebih muda darimu, tapi pikiranku itu dua kali lipat umurmu bocah. Jangan remehkan orang dewasa, dan tolong juga jangan bertingkah seakan yang sombong itu aku."Berhubung bicarapun tidak ada gunanya sebab kau tidak mungkin mau mendengarkanku yang hanya orang biasa ini aku akan menggunakan kekerasan untuk membuatmu pergi dari tempat ini sekarang juga"Tunggu dulu. Tolong jangan pakai kekerasan. Bukan hanya aku akan sakit, tapi kau sendiri juga akan rugi. Meski anak buangan, aku masih anak raja. Kalau kau menggunakan kekerasan padaku, bukan tidak mungkin kau akan kehilangan nyawamu bocah.Dan maafkan aku karena sudah berniat memberimu masalah. Entah kenapa sekarang aku merasa kalau aku ini bukan orang baik-baik."Ayo!!!. . "Anak laki-laki itu memegang tangan kananku dengan keras lalu menarikku dengan paksa."Aku tidak mau!!!"Aku menahan diri dan mencoba melawan agar tidak tertarik olehnya.Meski aku memang agak menyesal, tapi kenyataan kalau aku memaksakan kehendakmu padaku masih tetap membuatku kesal. Jika kau ingin sesuatu mintalah baik-baik lalu jelaskan alasanmu. Jika kau tidak melakukannya, di mataku kau itu cuma anak kecil egois yang cuma memikirkan dirinya sendiri."Jika kau ingin melawan, melawan saja, tapi tolong jangan berpikir kau bisa menang"Untuk ukuran anak dua belas tahun yang tinggal dunia seperti ini, kalimatmu benar-benar kedengaran seperti orang jahat di film-film hollywood."Lee-eepass-kaan"Aku berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi perbedaan kekuatan di antara kami terlalu besar. Selain dia laki-laki umurnya juga sudah lebih dari dua kali lipat umuruku. Dan dengan pelan tapi pasti, badanku mulai tertarik ke arahnya sambil meninggalkan bekas di rumput yang kugunakan sebagai landasan."Cih. . . "Tanpa peringatan, dia melepaskan genggaman tangannya dariku. Dan sebab aku masih menarik badanku ke arah yang berlawanan, begitu dia melepaskan genggamannya aku langsung terjatuh ke belakang."Hey kauu!!!!!!!. . . "Lalu, ketika aku ingin protes sebuah anak panah meluncur ke arahnya. Atau lebih tepatnya ke arah kami.". . . . "Dan anak laki-laki itu menampar anak panah tadi layaknya mengusir serangga yang terbang di depan wajahnya."Perhatikan incaran kalian bodooooohhhh!!!!"Anak itu berteriak ke seberang tembok, tapi dari sana tidak ada jawaban entah karena tidak ada yang menjawab atau mungkin karena teriakan anak laki-laki itu tidak sampai. Dan, sekali lagi ada anak panah yang terbang ke arah kami berdua. Kali ini bukan hanya satu, tapi ada lima."Akan kuberi mereka semua pelajaran"Anak laki-laki itu berdiri di belakangku yang masih di tanah, setelah itu dia menangkap dua anak panah lalu menerima tiga anak panah lain dengan kepalanya, dadanya dan perutnya."Rasakan ini orang tolol!!!"Anak tadi mengambil anak panah yang tercecer lalu membuang bagian tajamnya, setelah itu dia melempar anak-anak panah tadi seperti lembing ke seberang tembok."Ka. . ka...ka..kau!!!! apa yang baru saja kau lakukan!!!!"Mataku tidak salah lihat kan? mataku masih normal kan. Dia baru saja menangkis anak panah dengan badannya tanpa terluka sedikitpun.Aku menampar pipiku sendiri."Tolong jangan bilang"Ketika aku direinkarnasikan ke dunia ini dan tinggal di tempat ibuku, aku tidak pernah sekalipun melihat ada yang aneh. Semua orang kelihatan normal dan semua orang melakukan apapun dengan cara yang normal, oleh karena itulah aku selalu menganggap kalau dunia baruku hanyalah dunia lamaku dengan hanya beda versi."Ternyata ini dunia fantasi"Jadi yang baru saja dia lakukan pasti sebuah magic.Kalau begini bukankah aku bisa jadi mahou shoujo seperti Ilya dan Miyu-chan, tanpa bantuan kucing putih jahat atau mengorbankan tubuhku supaya bisa punya kekuatan?. Ok, target selanjutnya yang harus kuraih setelah membahagiakan ibuku adalah menguasai magic."Hey, kau bisa berdiri kan?""Um. "Aku mengangguk."Kalau begitu cepat berdiri"". . "Kau bahkan tidak mau membantuku berdiri? laki-laki macam apa kau? akan kukutuk kalau kaku tidak akan pernah disukai wanita seumur hidupmuuuu!!!!.Aku berdiri lalu sekali lagi melihat ke arahnya, dan setelah memastikan kalau benar-benar tidak ada luka yang menempel di badan anak laki-laki di depanku. Aku menundukan badanku sembilan puluh derajat ke arahnya."Terima kasih sudah menolong"Akhirnya semua misterinya terkuak, kenapa dia tidak ingin aku ada di sini, kenapa dia ingin sekali mengusirku, dan kenapa dia memaksaku meski harus dengan kekerasan. Jawaban dari semua itu adalah dia tidak ingin aku terluka.Harusnya dari awal aku sudah sadar, bagaimana ada tempat senyaman ini tapi ditinggalkan begitu saja. Jawabannya adalah karena tempat ini berbahaya, di balik tembok sana mungkin ada tempat latihan memanah dan kadang ada anak panah yang lewat terbang ke tempat ini dengan tidak sengaja.Meski caranya memang kaku dan memaksa lalu cenderung menyebalkan, tapi anak laki-laki ini peduli dengan keselamatanku. Dan berhubung dia sudah menyelamatkanku tentu saja aku harus menunjukan rasa terima kasihku padanya.Aku mengangkat badanku lalu kembali melihat ke arahnya. Dan hal pertama yang kulihat adalah. . ."Heh?. . "Muka bingung."Ha?"Apa caraku berterima kasih salah? tunggu dulu. Bukankah caraku berterima kasih tadi adalah cara dari dunia lamaku. Pantas saja dia bingung. Di saat seperti ini, kurasa aku harus mempraktekan hasil dari pelajaranku."Namaku Amelie Irmhilde, putri ke tujuh dari Arthfael Irmhilde, terima kasih banyak atas bantuannya semoga di masa depan aku bisa membalasnya"Memalukaaaaaannn!!!. Memperkenalkan diri, membanggakan posisi, lalu memberikan omongan yang cuma lip service belaka benar-benar sesuatu yang memalukan. Aku tidak merasakan adanya ketulusan dalam ucapannya. Tapi dari pelajaran yang kudapat di hari sebelumnya, para bangsawan melakukan hal semacam ini saat menerima kebaikan dari orang lain.Hanya saja, hanya ini saja yang bisa kulakukan untuk menunjukan rasa terima kasihku padanya. Normalnya hal semacam ini hanya digunakan untuk pertunjukan palsu, tapi aku benar-benar serius.Aku mengangkat ujung kanan dan kiri rokku lalu sedikit membungkuk padanya.". . . "Aku menunggu reaksinya, tapi dia memalingkan wajahnya dariku sehingga aku tidak bisa melihat wajah macam apa yang dia buat."A. . . . sama-sama. . dan aku juga minta maaf, harusnya aku menjelaskan masalahnya dulu. . . namaku Erwin Frank. . . "Di hari itu, aku mendapatkan teman pertamaku di sekolah ini.2Dan, hari-hari selanjutnya tidak datang dan pergi begitu saja. Kehidupanku di sekolah ini juga tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik lalu aku juga masih tetap sendirian meski ada sangat banyak orang di sekitarku.Mungkin ini yang namanya sendiri dalam keramaian. Kalau keadaanku tidak membaik dalam setahun lagi mungkin aku akan membuat lagu sedih kelas masterpieces yang bisa masuk museum kalau aku sudah mati.Satu-satunya orang yang bisa kusebut teman masih hanya satu, Erwin yang sering menyempatkan waktu untuk datang lobby gedung asrama perempuan sambil membawa buku pelajarannya. Buku pelajaran yang perlu kupinjam dengan susah payah di tempat ini.Seperti yang sudah kubilang, pelajaran di sekolahku sama sekali tidak ada yang normal. Kecuali kalau kau calon orang yang sangat penting, kau tidak akan menerima pendidikan di atas tingkat dasar. Dengan kata lain, anak-anak sepertiku yang nanti di masa depan cuma hanya akan jadi alat politik kurikulum utama yang harus kami telan hanyalah caranya agar 'tidak membuat malu suamimu' di masa depan.Pelajaran yang sama sekali tidak menyenangkan, dan juga tidak terlalu berguna untuk membantuku mewujudkan keinginanku untuk membuat kehidupan Ibuku jadi lebih baik. Yang kubutuhkan sekarang adalah buku yang bisa memberitahuku cara mencari uang, mengaturnya agar tidak terbuang sia-sia, dan menjaganya agar tidak raib begitu saja dibawa orang lain.Dan kebetulan sekali buku-buku yang Erwin bawa adalah buku yang berisi pelajaran semacam itu. Hanya saja. ."Erwin, apa kau yakin tidak apa-apa sering main ke sini?"Ah. . . ngomong-ngomong rencanaku untuk jadi mahou shoujou sudah kandas sebab apa yang dilakukan Erwin saat kami bertemu dulu itu bukan magic tapi kemampuan khusus yang sudah ada dari lahir, dan tidak seperti dunia di mana Midoriya-kun berada kemampuan semacam itu sangat jarang muncul.Dengan kata lain kau tidak bisa berlatih untuk mendapatkannya. Dan sayangnya, sepertinya aku tidak lahir dengan quirk macam apapun.Aku harap nanti ada pria macho yang menyuruhku untuk memakan rambutnya.Sudahlah, daripada sibuk bermimpi lebih baik kembali ke dunia nyata.Buku yang sedang kupelajari adalah petunjuk dasar dalam mengatur sebuah teritori. Buku utama yang seorang anak bangsawan perlu hafal isinya sebelum mereka lulus dari sekolah ini dalam beberapa tahun ke depan."Ah, jangan khawatir kurikulum di bagian laki-laki lebih mengarah ke pendidikan militer"Mengasah kedisiplinan itu susah, karena itulah sekolah kami lebih fokus untuk menjejalkan pelajaran-pelajaran tentang tindakan, aturan, dan juga skill praktikal yang pasti akan digunakan di masa depan sampai mereka mati. Sebab seseorang akan mudah diajari sesuatu saat mereka masih kecil.Untuk murid perempuan, mereka akan diajari bagaimana cara menjaga penampilan, bagaimana harus berpenampilan di depan umum, dan trik-trik untuk bisa menahan diri kalau-kalau ada masalah di belakang layar dan tetap kelihatan elegan dan tenang di luar.Sedangkan untuk murid laki-laki mereka akan diberikan dasar-dasar bela diri, skill bahasa, aritmatika dasar, dan tentu saja tata krama.Secara jumlah, kurikulum untuk anak laki-laki jauh lebih banyak. Tapi karena jumlah yang banyak itu, mereka tidak diberikan terlalu banyak tekanan untuk bisa menguasai semuanya. Asalkan mereka bisa memenuhi standard, hal itu sudah cukup.Sedangkan untuk murid perempuan, mereka dituntut untuk bisa sempurna dalam melakukan apapun yang diajarkan. Berhubung jumlah pelajaran yang mereka terima lebih sedikit. Karena itulah pula, ada banyak guru super tegas yang lebih mirip ibu tiri jahat di sekolah bagian perempuan.Setelah lulus dari tingkat pendidikan awal, tentu saja ada banyak hal lain yang perlu dipelajari. Tapi selama tiga tahun kedepan, hal di ataslah yang harus dijejalkan padaku."Tentu saja ada pengecualian seperti pewaris tahta, calon penguasa teritori di masa depan, ataupun anak orang penting dari negara lain"Jika kau termasuk dalam golongan orang-orang itu, pendidikan yang kau akan terima tentu saja akan lebih banyak, lebih tegas, dan lebih menekan karena harus dikuasai tanpa celah."Tapi yang seperti itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita""Maksudmu, denganmu"Sebab aku masih berurusan dengan guru galak setiap hari.Erwin adalah anak dari salah satu bangsawan militer besar di Amteric, tapi dia hanyalah putra ketiga. Dengan kata lain, dia tidak punya hak untuk jadi pewaris posisi keluarganya. Yang memaksanya harus merangkak dari bawah lagi kalau mau mendapatkan posisi di dalam organisasi kerajaan. Dengan kata lain, secara teori saat dulu dia bilang kalau dia hanya orang biasa, dia tidak berbohong.Sedangkan aku, meski dia juga secara teori adalah calon pewaris tahta dan juga anak satu-satunya dari Ibuku tapi posisiku yang sangat jauh dari saudara-saudaraku yang lain serta teritoriku yang kecil membuatku dianggap 'tidak perlu' untuk jadi terlalu pintar.Kemungkinan besar mereka ingin membuatku jadi 'yes women' yang cuma bisa menurut supaya nanti mudah dijadikan alat politik."Hah. . . entah kenapa masa depanku kelihatan suram""Amelie, kau mau ke rumahku tidak?"Mungkin karena tahu apa yang sedang kupikirkan, dia pura-pura tidak mendengar apa yang kukatakan dan mengalihkan topik pembicaraan kami."Sebenarnya aku agak punya masalah dengan matematika, kalau bisa aku ingin minta bantuanmu menyelesaikannya""Apa kau yakin?""Sebaliknya, kenapa aku harus ragu?""Maksudku, bukankah kegiatan semacam itu biasanya kau lakukan dengan teman dekatmu?"

"Bukankah kita juga teman"

"Bukan itu, tapi teman-teman sekelasmu""Mereka masih sibuk berlatih""Lalu kenapa kau ada di sini? membolos?""Mungkin aku tidak kelihatan pintar, tapi dalam masalah bela diri aku adalah yang paling hebat di sana! dan sebab sekolahku punya sistem kuota, muridnya akan dibebaskan setelah kuota pelajarannya terpenuhi""Kau tidak sedang ngeles karena tidak punya teman kan?""Kadang-kadang aku benar-benar ingin mencubit pipimu!""Aku tahu kalau pipiku kelihatan empuk"Kadang aku sendiri ingin mencubitnya."Kau sendiri bagaimana? setiap kali aku ke sini aku tidak pernah melihatmu sedang bersama seseorang""Aku hanya masih belum menemukan orang yang cocok jadi temanku, setelah beberapa hari di sini aku sadar kalau banyak sekali orang bodoh di sekolah ini"Tapi yang kumaksud bodoh bukanlah sekedar bodoh dalam hal akademik. Kebodohan yang kumaksud adalah bagaimana gampangnya banyak teman sekelasnya mengikuti arus, bertindak tanpa berpikir dulu, maupun melakukan sesuatu yang kalau ditanya tujuannya orang itupun tidak tahu."Amelie. . . kau tidak sedang mencoba ngeles karena tidak bisa mencari teman kan?""Kadang-kadang aku ingin memukulmu""Coba saja, aku yakin kalau kau yang akan merasa sakit"Setelah itu kami berdua diam, dan begitu kami menatap satu sama lain kamipun tertawa tanpa tahu sebenarnya apa yang lucu dari pembicaraan kami tadi.Normalnya ketika membicarakan acara belajar bersama tempat pertama yang muncul di pikiran seseorang adalah perpustakaan. Tapi sayangnya, tempat di mana buku yang kubutuhkan dan materi yang ingin Erwin pelajari hanya ada di bagian asrama laki-laki. Dan anak perempuan tidak boleh ke sana.Oleh sebab itulah, aku menuruti Erwin dan meminta ijin pada penjaga asrama untuk keluar."Ngomong-ngomong di mana pengawalmu?""Pengawal ya, tidak tahu! begitu dia selesai mengantarku ke sini dia langsung menghilang""Uwah. . . aku jadi agak ragu kalau kau benar-benar seorang tuan putri"

"Sama, kadang aku juga ragu kalau aku ini tuan putri atau bukan"

Mengingat kalau yang namanya keluarga kerajaan adalah spare dari satu sama lain, aku yakin kalau pengawalanku tidak benar-benar melupakanku. Tapi menjaga keselamatanku di tempat ini mungkin hanya akan jadi prioritas keduanya, mengingat tempat ini punya keamanan yang lumayan bagus. Setidaknya tidak akan ada orang mencurigakan yang bisa sembarangan masuk ke lingkungan sekolah."Baguslah kalau tidak ada, berarti kita bisa ke mana saja dengan bebas""Kau sendiri bagaimana?""Aku? aku tidak perlu pengawal! aku ini kuat!""Kau benar-benar sombong!""Aku lebih suka menyebutnya penuh percaya diri, jadi bagaimana?"Erwin selalu bilang kalau dia itu kuat tapi aku sendiri belum pernah melihatnya berkelahi dengan siapapun, jadi sebenarnya aku masih lumayan ragu dengan kemampuannya. Selain itu, sebab dia masih hanya dua belas tahun aku yakin kalau fisiknya tidak sebanding dengan orang dewasa. Kalau tiba-tiba ada orang yang ingin menculik kami, apa Erwin benar-benar bisa mengatasinya?Erwin melihat ke arahku lalu menghela nafas."Ah . . . Sepertinya kau masih meragukanku, kalau begitu aku akan meminta seseorang untuk mengantar kita pulang ke rumahku""Maaf"3Saat pertama aku di ajak kerumahnya, aku agak ragu apakah aku bisa belajar dengan tenang di sana. Mengingat keluarganya adalah keluarga militer. Dan rumah yang ditinggalinya sekarang berada di kawasan benteng yang dipakai oleh pasukan kerajaan untuk bekerja dan berlatih.Aku bisa membayangkan ada banyak pria berbadan kekar bermuka sangar yang berbicara kasar sambil berbuat kasar berkeliaran dengan bebas di tempat itu.Hanya saja, kekhawatiranku berakhir dengan kejutan yang lumayan bagus. Meski memang ada banyak pria sangar yang berkeliaran di tempat itu, kebanyakan dari mereka lebih fokus pada kegiatan masing-masing dan tidak terlalu memperdulikanku. Lalu, ketika ada yang mengalihkan perhatiannya padaku mereka hanya akan memberikan tatapan hangat dari jauh.Tidak seperti di tempat lain, sepertinya pasukan yang menjaga Ibu kota kebanyakan adalah anak-anak bangsawan yang posisinya seperti Erwin. Anak kedua atau yang selanjutnya. Sehingga tingkah mereka tidak terlalu liar sebab mereka menerima pendidikan yang cukup. Lalu, sebab banyak dari mereka yang ingin segera naik pangkat, ada banyak prajurit yang lebih fokus pada pekerjaannya.Mungkin mereka hanya ingin kelihatan baik, atau memang benar-benar ingin jadi orang yang lebih baik. Tapi yang jelas, hal itu membuat suasana di tempat itu tidak membuatku merasa tidak nyaman. Dan tentu saja tidak ada yang mencoba membullyku, mengingat Erwin memperkenalkanku sebagai tuan putri.Lalu yang terakhir."Tuan putri, seperti janjiku kemarin, aku membawakanmu cemilan khas dari kampung halamanku""Um. . terima kasih"Untuk suatu alasan, staf NCO di tempat ini benar-benar memanjakanku. Sangat memanjakanku malah.Ketika kami datang untuk meminjam perpustakaan di tempat itu tidak ada yang protes. Ketika aku kesulitan melakukan navigasi di dalam tempat yang sangat besar ini, mereka selalu siap membantuku dan bahkan mengawalku. Kami bahkan sempat melakukan tour di tempat ini. Ketika aku dan Erwin yang meminjam perpustakaan mereka untuk belajar mengalami kesulitan, selalu ada yang dengan sukarela membantu kami. Ketika kami sedang beristirahat bahkan ada yang selalu menyempatkan diri untuk membuatkan teh untuk kami.Dan satu lagi, banyak dari mereka yang punya hobi untuk memberiku cemilan."Tidak masalah, kalau mau lagi tuan putri tinggal ambil saja di mejaku""Um. . ."Aku mengangguk lalu salah satu staf NCO itupun kembali ke mejanya, kemudian begitu dia tidak kelihatan lagi aku langsung menyantap cemilan yang diberikannya."Amelie, aku tidak ingin mengatakannya! tapi kurasa kau sudah terlalu banyak makan cemilan!""Bukankah tidak sopan tidak memakan apa yang dia berikan padaku?""Cuma perasaanku saja atau kau kedengaran seperti hanya mencari-cari alasan untuk bisa ngemil?""Tentu saja tidak, aku hanya memberikan apresiasi pada kebaikan mereka"Tentu saja memakan cemilan yang sering mereka berikan bukan hanya masalah memberikan apresiasi. Tapi tentang memuaskan keinginanku untuk memakan sesuatu yang enak sebab sebelum ke sini, aku hanya bisa makan sesuatu yang manis sebulan sekali di rumah, dan aku tidak punya uang bahkan untuk membeli permen begitu tinggal di asrama. Oleh sebab itulah aku dengan senang hati menerima donasi pangan yang para staff tempat ini berikan padaku."Tapi kenapa mereka sangat baik padaku?"Mereka juga memberikan perhatiannya pada Erwin, tapi jelas sekali perhatian yang mereka berikan padaku jauh lebih besar. Setidaknya, Erwin tidak pernah diberikan sekantong cemilan untuk dibawa pulang."Pertanyaan macam apa itu?""Maksudku, meski aku tidak mau mengakuinya! aku ini bukan siapa-siapa"Memang benar aku adalah seorang tuan putri, tapi aku sendiri bahkan belum pernah menginjak lantai istana kerajaan. Selain itu, posisiku yang sangat di belakang membuatku pada dasarnya tidak punya pengaruh ataupun kekuasaan di tempat ini. Dengan kata lain, bertingkah baik di depanku sama sekali tidak akan membuat siapapun bisa naik pangkat.Bisa dibilang, bertingkah baik di depan Erwin lebih menguntungkan. Mengingat dia adalah anak dari boss mereka."Dengarkan aku Amelie, baik pada anak kecil itu normal!""Tentu saja aku paham! tapi. . .""Apalagi kalau anak yang dimaksud itu gadis kecil yang masih imut-imut dan polos!"Jadi gadis kecil imut benar-benar berkah. Kalau begini rasanya aku tidak ingin jadi dewasa lagi."Kau kedengaran seperti kakek tua""Aku memang sudah tua, di dalam""Ha?""Bukan apa-apa! yang jelas aku yakin mereka tidak punya maksud tersembunyi! saat aku masih kecil mereka juga sering memperlakukanku seperti kucing peliharaan"Mengesampingkan tentang kejutan lain seperti ternyata selama ini aku diperlakukan seperti kucing peliharaan, aku tidak merasa buruk. Kalau apa yang Erwin katakan benar itu berarti menerima kebaikan mereka sama sekali tidak ada resikonya."Dan sekali lagi kubilang! kurasa kau perlu berhenti ngemil!""Eeeh. . . ."Sebab kami berdua sedang belajar, kegiatanku menikmati kebaikan orang-orang di tempat ini mungkin cukup mengganggu. Karena itulah aku menuruti saran Erwin dan berhenti. Selain itu aku juga tidak mau bagian lain dari badanku ikut tembem seperti pipiku."Ah . . . sebelum pulang, temui dulu ayahku!""Untuk?""Kurasa dia ingin memberimu sesuatu.""Lagi?""Lagi!"Aku menanyakan hal itu sebab hari ini bukan yang pertama ayah Erwin memberiku sesuatu. Sejak hari pertama datang ke sini, setiap pulang pasti dia memberiku sesuatu. Dan sesuatu yang dia berikan padaku bukan benda-benda yang bisa kuterima dengan enteng seperti cemilan yang staf lain berikan."Erwin, apa kau tidak bisa meminta ayahmu tidak memberiku barang-barang mahal?""Aku sudah sering bicara padanya, tapi dia tidak mau mendengarkanku!"Ya, barang-barang yang diberikan oleh ayah Erwin adalah barang-barang mahal yang tidak bisa kau dapatkan begitu saja. Tentu saja barang-barang itu tidak termasuk perhiasan mencolok atau uang, sebab memberikan barang seperti itu pada keluarga raja akan memancing masalah. Tapi meski begitu, barang yang diberikan oleh orang tua itu pada Amelie bisa dibilang tetap tidak kalah berharganya dari sekedar perhiasan.Di hari pertamanya, dia mendapatkan cemilan mewah yang katanya dibuat oleh koki terkenal. Di hari selanjutnya dia mendapatkan topi yang kelihatan elegan saat menemukan dia datang dalam cuaca panas, lalu selanjutnya dia bahkan memberikan sepatu yang kelihatannya tidak spesial tapi nilai bahannya saja sudah lebih dari pendapatan Ibuku. Dan masih banyak benda yang tidak bisa Amelie tolak karena tahu harganya pasti mahal.Mulai saat itu, tidak jarang Amelie pulang dengan membawa benda-benda yang nilainya jauh dari kemampuan finansialnya."Menyerah saja! meski kelihatan seperti orang tua galak sebenarnya dia itu suka anak kecil!"Kalau hanya dari sekedar penampilan, Arthur Frank. Ayah Erwin bisa dibilang adalah template dari jendral perang yang kejam. Tapi di balik muka sangarnya itu, dia punya sikap lembut pada anak kecil. Dari cerita yang kudengar dari Erwin, hampir semua anak-anak dari kenalan orang tua itu selalu pulang membawa sesuatu saat datang ke rumahnya.Erwin sendiri pernah mendapatkan pedang dekorasi mahal yang nilai fungsionalitasnya sama dengan nol saat dia seumuranku."Setidaknya bilang jangan memberiku benda mahal"

"Sekali lagi! Aku akan mencoba, tapi jangan berharap terlalu banyak"

Sama seperti gadis pada umumnya, aku juga ingin memakai sesuatu yang bagus, memiliki benda yang indah, ataupun bisa makan sesuatu mewah. Tapi meski begitu aku sedang tidak ada dalam posisi di mana aku bisa mendapatkan semua itu begitu saja.Tatapan yang kuterima dari teman-teman satu asramaku saat aku pulang membawa benda-benda itu lumayan menyakitkan. Kalau hal ini terus dibiarkan, bisa jadi keinginanku untuk bisa dapat teman selain Erwin tidak akan terkabul."Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain"Jika menggunakan orang lain tidak mempan, maka dia tidak punya pilihan lain kecuali mengatakannya sendiri. Mungkin apa yang kukatakan akan menyakiti hati ayahnya Erwin, tapi kalau terus begini hatiku yang nantinya akan hancur sebab bisa jadi ada murid lain yang tidak tahan untuk membuliku.Dengan begitu, ketika aku akan pulang dan menemui Ayah Erwin. Akhirnya aku mengatakannya. Dan seperti seakan kena karma karena sudah membuat orang tua itu memasang muka sedih, ketika di perjalanan menuju asrama aku dan Erwin terlibat dalam sebuah masalah besar.4"Ada pendapatan lain sebelum aku menjatuhkan hukuman? jika tidak maka terdakwa Herman Essar akan diberikan hukuman ma. . ""Aku punya keberatan!!"Dengan sekuat tenaga aku melambai-lambaikan tanganku ke arah orang tua yang duduk jauh di atasku layaknya raja. Hakim di dalam ruang pengadilan ini."Apa aku bisa mendengar alasanmu tuan putri?"Sekarang aku, Erwin, dan seorang pria paruh baya bernama Herman Esser sedang berada di dalam sebuah ruang pengadilan. Aku berada di sini sebagai attorney, Erwin sebagai saksi, dan pria paruh baya tadi jadi tersangka. Selain itu, ada satu orang lagi yang terus melihatku dengan tatapan tidak bersahabat dari kursi yang tidak kalah tingginya di bagian lain dari ruangan ini. Ayahku, dengan kata lain raja Amteric dan juga seorang pria berkumis melengkung bernama Laster Arc.Bagaimana situasinya bisa jadi begini?Ketika aku ingin pulang, seperti biasanya Erwin bersamaku untuk mengantarku sampai ke asrama. Tapi waktu itu, kami bergerak bersama rombongan budak yang akan dibawa ke suatu tempat di bagian lain dari jalan yang kami gunakan.Pemandangan orang-orang yang tangannya diikat dan disuruh berjalan layaknya hewan ternak itu tentu saja membuatku merasa tidak enak. Tapi sebab aku sudah lama tahu kalau perbudakan masih normal di duniaku yang baru ini, aku mencoba untuk tidak memberikan komplain pada siapapun dan menelan semua perasaan tidak nyaman yang kupunya.Hanya saja, ketika salah satu dari mereka jatuh ke tanah dan tidak bisa berjalan lalu ditendang oleh seseorang yang kelihatannya adalah pemiliknya ke tengah jalan. Tubuhku reflex mencoba bergerak ke arahnya untuk mencoba menolongnya.Yang kebetulan bersamaan dengan datangnya kereta kuda yang sedang berjalan cukup cepat ke arahku berada. Melihatku yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan, kusir dari kereta kuda itu mencoba membelokan kudanya. Hanya untuk menemukan kalau dia sedang menjalankan kereta kudanya ke arah budak yang tadi jatuh di pinggir jalan.Jika dia berbelok mendadak lagi ke arah yang berlawanan, maka kereta kudanya akan oleng dan jatuh. Oleh sebab itulah dia tetap maju, dan sebab di negara ini nyawa budak tidak dianggap harganya. Kusir tadi kelihatan sama sekali tidak punya masalah untuk melindas budak tadi begitu saja.Mungkin kau berpikir kalau melindas seseorang sama bahayanya dengan banting setir, sebab pada akhirnya hal itu juga bisa membuat kendaraan itu oleng. Aku juga berpikir seperti itu, tapi sepertinya kusir itu memang sedang mencoba mencari seseorang untuk disalahkan. Jika dia banting setir, kalau terjadi sesuatu hal itu adalah salahnya, tapi kalau dia tetap maju yang bersalah adalah orang yang seenaknya tersungkur ke tanah.Ketika aku sudah menyerah untuk pada akhirnya melihat pemandangan mengerikan di depanku, tiba-tiba Erwin melompat ke arah budak itu dan kemudian kuda dari kereta tadi mencoba menghentikan larinya dan mencoba mengubah arah larinya bahkan tanpa diberikan komando oleh sang kusir.

Dengan begitu, kereta tadi tetap oleh dan roboh ke tengah jalan, meski dalam kecepatan yang lebih lambat dari sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, seorang pria berumur tiga puluhan keluar dari kereta kuda yang oleh tadi dengan kesusahan. Dari pakaiannya yang kelihatan jelas punya kualitas tinggi, aksesoris yang dikenakannya, serta wajah yang entah kenapa kelihatan sombong. Aku langsung sadar kalau orang itu adalah bangaswan.Karena hal itulah sekarang kami berada di pengadilan."Tuntutan yang diberikan tidak relevan dan sama sekali tidak didukung bukti macam apapun!"Malah bisa dibilang, bukan hanya tidak relevan. Tuntutan yang diberikan pada pria yang sedang kubela harusnya sama sekali tidak pernah dikeluarkan.Tuntutan yang diberikan pada budak bernama Herman Essar adalah tuduhan pembunuhan berencana. Yang jelas dilihat dari manapun kelihatan sangat aneh, semua orang yang melihat kejadian itu akan langsung tahu kalau semuanya hanya sekedar kecelakaan.Selain itu, kalau ada yang perlu dituntut harusnya orang itu adalah aku yang menyebrang sembarang ataupun Erwin yang menakuti kuda si bangsawan dan membuatnya bertindak liar.Keberatan yang kuberikan sepertinya cukup kuat untuk membuat hakim yang menangani sidang memikirkan kembali keputusannya. Setelah itu, dia melihat ke arah lain. Lebih tepatnya, ke arah depanku di mana seseorang sedang berdiri dengan wajah percaya diri.Jaksa penuntut dari pengadilan ini."Kalau begitu apa tuan putri punya bukti terdakwa tidak bersalah?""Ha? pertanyaan macam apa itu?"Aku memang tidak mempelajari hukum, tapi setidaknya aku ingat kalau negara menganut asas 'kau tidak bersalah sampai dibuktikan sebaliknya' jadi seharusnya selama keputusan belum diambil posisi seseorang dalam pengadilan hanyalah sekedar orang yang dicurigai. Bukan kriminal yang sedang coba membela diri.Selain itu, orang bersangkutan bahkan tidak sedang coba membela diri dan hanya diam seperti patung."Jika tuan putri tidak paham hukum mohon mundur dan biarkan kami menyelesaikan pekerjaan kami"Erwin sudah bilang kalau pengadilan di negara ini cuma sekedar formalitas, tapi aku tidak menyangka kalau levelnya sudah setinggi ini. Pria yang seharusnya jadi korban malah sekarang jadi tersangka, pengadilan yang seharusnya jadi tempat pertimbangan malah hanya jadi teater, dan orang yang tidak bersalah dipaksa untuk hanya bisa mendengarkan nasibnya akan dibuat jadi semakin buruk.Sekarang aku paham kenapa aku ataupun Erwin tidak berada di tempatnya. Menyeretku yang anggota keluarga kerajaan ataupun Erwin yang punya hubungan dengan keluarga ternama di negara ini mungkin akan membawa masalah, oleh sebab itulah Herman Essar yang hanya seorang budak dijadikan pengganti. Dengan kata lain, kambing hitam."Aku bersaksi jika terdakwa, Herman Essar mencoba menyelamatkanku dari kereta kuda yang datang dan dalam prosesnya tanpa sengaja melukai penumpangnya! membuat tindakan menjadi usaha bela diri"Dan tindakan bela diri tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Hal negatif yang diakibatkan dari tindakan bela diri seperti luka fisik, kerusakan item, ataupun hilangnya aspek finansial pada korbannya hanya perlu diganti dengan sesuatu yang nilainya sama oleh terdakwa.Jika orang itu tidak ingin dapat masalah, harusnya dia tidak perlu repot-repot membuat kasus ini jadi besar dan menganggap semua hanya sekedar ketidakberuntungannya, atau setidaknya jika dia merasa rugi minta saja ganti rugi. Tidak ada yang perlu dihukum mati hanya karena masalah sepele ini.Mungkin pria bernama Herman Essar ini akan punya hutang, tapi hal itu masih lebih baik daripada kehilangan nyawanya sendiri."Tuan putri, mohon jangan mengarang cerita di dalam pengadilan""Mengarang cerita? kalau begitu tolong berikan bukti kalau apa yang kukatakan itu tidak benar""Ugh . . . . ."Jika kau ingin main licik, maka aku juga akan main licik. Jika kau dengan seenaknya memberikan tuntutan tanpa bukti, maka aku juga akan memberikan alasan dan pembenaran dari tindakan terdakwa.Kalau dia berani bilang tentang aku tidak punya bukti atas pembelaanku, aku juga akan bilang kalau dia tidak punya bukti atas tuduhannya. Jika kedua pihak terus ada posisi stalemate, setidaknya aku bisa mengulur waktu untuk mencari bahan pembelaan yang lain begitu kami mendapatkan waktu tambahan."Baiklah tuan putri, jika pembelaan tuan putri memang benar maka aku mengajukan terdakwa untuk mendapatkan hukuman dua puluh tahun kurungan, denda senilai lima puluh koin emas, dan juga jasa pelayanan terhadap negara dalam kurun waktu yang sama""Keberatan yang mulia"Apa kau serius? apa kau punya hobi melihat orang menderita?Aku tidak tahu kenapa orang ini ingin sekali maju dan memberikan hukuman terberat yang bisa dipikirkan pada seorang budak yang sudah tidak punya kebebasan maupun uang untuk bisa diambil. Tapi yang jelas, tuntutan yang diberikan sudah keterlaluan. Hukuman yang coba dia berikan terlalu berat.Kenapa seseorang harus diberikan hukuman seberat itu hanya karena seorang bangsawan kepalanya sedikit benjol dan kereta kudanya sedikit lecet?"Luka dan kehilangan yang dialami oleh korban sama sekali tidak signifikan, karena itulah hukuman yang diajukan oleh penuntut terlalu berlebihan""Mohon pertimbangannya yang mulia, meski luka yang dialami memang kecil tapi kemungkinan nyawa dari korban ada dalam bahaya adalah kenyataan, selain itu tidak ada jaminan kalau ada luka tidak terlihat yang masih belum bisa dikonfirmasi terdapat pada tubuh korban, karena itulah hukuman pantas untuk diterima terdakwa"Apa-apaan skenario kalau 'bisa saja-nya' itu?"Kau benar juga"Tolong jangan bilang kalau Hakim menerima alasan semacam itu!"Ya mulia? aku mohon agar yang mulai untuk tidak keluar dari konteks kasus ini! pengadilan yang sedang diadakan adalah tentang apa yang terjadi saat ini dan bukannya sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa depan. .""Tuan putri, korban adalah anak dari salah satu keluarga bansawan yang membangun negara ini, jadi masa depan yang dimilikinya adalah sesuatu yang sangat penting, bisa dibilang kalau masa depannya adalah masa depan negara ini sendiri""Tuan penuntut, hal yang tuan sampaikan tidak ada hubungannya dengan kasus ini! yang sedang kita bahas adalah masalah antara terdakwa dan korban""Tuan putri, kau tidak sedang coba bilang kalau nyawa seorang budak itu sama nilainya dengan nyawa dari seorang bangsawan besar kan?""Tentu saja, kau ini bicara apa?""Tuan putri, tolong jangan bercanda dalam pengadilan""Ha?"Setelah itu, ruangan jadi ramai. Dan begitu aku melihat ke sekitarku, aku baru menyadari kalau sebagian besar orang yang hadir dalam ruangan ini adalah bangsawan. Dan semua orang itu melihatku dengan tatapan yang seperti bilang 'dasar bocah bodoh' atau 'bocah ini bicara apa'."Jadi begitu"Setelah dilahirkan ke dunia ini, aku selalu merasa kalau tempatku berada sekarang hanyalah versi downgrade dari duniaku yang sebelumnya. Sampai aku bertemu Erwin yang punya kemampuan khusus aku bahkan yakin kalau tidak ada yang terlalu berbeda dari dunia ini dan duniaku. Tapi sekarang mataku akhirnya bisa terbuka.Dunia ini adalah dunia lain. Dunia yang punya hukum berbeda, budaya berbeda, dan orang-orang yang punya akal sehat jauh dari apa yang kuingat dan biasa kutemui dulu.Aku tidak pernah menyangka kalau sebuah negara bisa sekorup ini, aku tidak pernah menyangka kalau hukum bisa setidak adil ini, dan aku tidak pernah menyangka kalau orang-orang yang sadar akan semua hal itu tidak ada yang merasa ada yang salah dengan keadaan ini.Yang jadi terdakwa bukan aku, yang jadi korban ketidakadilan juga bukan aku, tapi meski begitu aku tidak bisa berhenti berpikir kalau semua orang di sini, kecuali Erwin adalah musuhku. Aku yang ada dalam posisi yang bisa dibilang aman saja berpikir kalau negara ini sepertinya akan lebih baik hilang saja dari dunia. Apalagi pria yang jadi terdakwa sekarang? apa yang dia pikirkan? apakah dia bahkan ingin yang lebih ekstrim seperti 'aku ingin dunia hilang saja?'"Dari awal aku tidak punya kesempatan untuk menang"Saat mereka membiarkanku untuk menjadi pembela pria bernama Herman Essar tadi, aku berpikir kalau mereka benar-benar memberiku kesempatan untuk menjadi bagian dari pengadilan ini.Tapi aku salah. Sepertinya mereka membiarkan aku, yang hanya seorang anak lima tahun berada di tempat ini hanya agar pengadilan ini kelihatan formal dan legal.Dengan kata lain, mereka ingin agar aku jadi badut."Tapi aku tidak ingin kalah dari orang-orang ini!"Aku tidak ingin kalah dari orang-orang idiot yang hanya bisa bermain sandiwara! aku tidak ingin menuruti keputusan tidak masuk akal yang diberikan oleh hakim atas permintaan orang yang sedikit punya kekuasaan, dan aku tidak mau menerima kenyataan mereka bisa melakukan semua hal itu bahkan tanpa ada yang menghukum."Pertanyaan yang mulia""Silahkan bicara tuan putri""Apa kau peduli dengan negara ini?""Mohon untuk tid. . . ."Hakim yang memimpin sidang kelihatan marah dan mencoba menegurku. Tapi ayahku, raja dari negara ini menghentikannya dan melihatku dengan tajam. Dia paham kalau pertanyaan itu kutujukan untuknya."Tentu saja, aku tidak akan ragu mengorbankan nyawaku demi negara ini""Aku benar-benar kagum dengan yang mulia, tapi sebuah negara itu sebenarnya apa?""Teritori. . . . . ."Tanpa teritori negara hanyalah sebuah simbol."Pemerintah. ."

Tanpa adanya pemerintah dan politik, sebuah negara hanyalah sekumpulan orang-orang yang tidak teratur.

"Lalu, rakyat. . . . tidak! seharusnya aku menempatkannya di bagian paling awal. . ."

Sebab tanpa adanya rakyat, sebuah negara bukanlah sebuah negara. Seperti yang sudah dibilang, elemen terpenting dari sebuah negara adalah rakyatnya. Tanpa rakyat, politik maupun teritori tidak ada nilainya.

"Budak mungkin tidak dianggap manusia di negara ini, tapi meski begitu tidak diragukan lagi mereka juga adalah bagian dari apa yang mulai sebut sebagai rakyat"Dan nilai dari rakyat sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan satu atau dua anak bangsawan."Kurasa kau tidak bisa membandingan satu budak dengan sebuah negara tuan putri."Sama seperti sebelumnya, penuntut yang ada di depanku memberikan pendapatnya yang jelas jauh dari pandanganku."Kalau begitu berapa jumlah budak yang perlu dihitung agar nilainya bisa sama dengan seorang bangsawan? sepuluh? dua puluh? seratus? seribu?""Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu tuan putri, sebab yang kita bicarakan adalah satu orang budak""Yang mulia! jika kau harus memilih, mana yang lebih penting? rakyat atau bangsawan?""Tentu saja rakyat""Yang mulia? . . ."Penuntut yang ada di depanku menunjukan wajah terkejut, tapi dia langsung kembali memasang wajah tenang begitu dia sadar kalau semua orang memberinya tatapan mengoreksi."Benar sekali yang mulia"

Bagus, jika ayahku ikut bilang kalau bangsawan lebih penting maka aku akan benar-benar tidak tahu harus melakukan apa lagi kecuali menggebrak meja yang ada di depanku dengan sekuat tenaga.

"Tapi seperti yang sudah penuntut bilang, yang sedang kita bicarakan adalah satu orang budak dan satu orang bangsawan""Sekali lagi, yang mulia memang benar"Penuntut di depanku tersenyum setelah mendengar kesimpulan yang dibuat oleh ayahku, tapi dari awal aku tidak pernah berpikir kalau logika yang kuajukan sebagai pembenaran akan bisa diterima siapapun."Pertanyaan terakhir, jika yang mulia melakukan sebuah tindakan kriminal dan diminta kompensasi, mana yang akan yang mulia berikan! bagian kecil dari jari anak yang mulai atau nyawa dari teman yang mulia"Pengadilan ini cuma lawakan, cuma panggung untuk melegalkan hukuman yang sama sekali tidak ada basisnya. Jika mereka bisa memberikan argumen tentang apa yang mungkin terjadi, kenapa aku tidak bisa? jika mereka ingin melihat sandiwara akan kuperlihatkan kemampuanku dalam menulis skenario."Aku tidak bisa memilih""Kenapa yang mulia"

Bukankah seorang teman cuma sekedar orang luar yang kebetulan dekat denganmu?

"Kesehatan anak-anakku memang penting mengingat mereka adalah calon pemimpin negara ini, tapi bukan berarti aku bisa mengorbankan nyawa temanku hanya untuk melindungi mereka! skala kompensasinya terlalu ekstrim""Ya, sekala kompensasinya terlalu ekstrim"". . . ."Setelah mengatakan hal itu, ayahku kelihatan berpikir sebentar dan kembali melihat ke arahku."Jadi begitu""Begitu"Aku tidak tahu apakah ada orang lain yang paham tentang apa yang kami bicarakan, tapi setidaknya aku yakin kalau Ayahku paham apa yang coba aku beritahukan padanya. Dibandingkan dengan rakyat yang benar-benar bekerja keras dan menghasilkan sesuatu, anak bangsawan yang hanya bergantung pada kekuasaan keluarganya harusnya tidak seberharga itu.Lalu, dibandingkan dengan luka kecil yang bisa sembuh dalam tiga hari, hukuman mati terhadap orang yang bisa produktif terlalu ekstrim. Meski yang jadi topik adalah budak. Budak mungkin tidak punya hak seperti warga normal, tapi bukan berarti mereka tidak penting. Sebab hampir lima belas persen tenaga kerja yang ada di negara ini adalah budak.Bayangkan kalau semua orang seenaknya saja memperlakukan mereka dan menjadikan nyawa mereka sekedar mainan, produksi industri negara ini akan berkurang."Sebagai keturunan dari bwangsawan yang sudah mengabdi pada negara dan memberikan kontribusi yang banyak terhadap kerajaan, aku paham kalau kesehatan korban punya nilai yang lebih tinggi dari seorang budak, tapi tolong kebijkasanaannya yang mulia"Luka kecil yang dialami oleh si korban adalah sesuatu yang bisa sembuh dalam beberapa hari. Meski nyawanya mungkin memang jauh lebih penting dari budak, tapi kenyataan kalau nyawanya bahkan tidak ada dalam bahaya sama sekali tidak berubah. Sedangkan di sisi lain, produktivitas seseorang harus diganggu selama dua puluh tahun, setelah itu tubuhnya yang sudah lemah harus diforsir membuat dia tidak bisa secara penuh bekerja, lalu uangnya diambil untuk membayar ganti rugi yang jumlahnya tidak rasional." . . . "Setelah itu dia menatap ke arahku, penuntut dan juga anak bangsawan yang membesar-besarkan masalah kecil ini secara bergantian."Yang mulia, mohon untuk tidak mengambil keputusan yang keliru, yang mulia tidak ingin hubungan dengan para bangsawan jadi bermasalah kan?"Selain hakim, saksi, pembela, dan juga penuntut, harusnya tidak ada orang kecuali ayahku, yang posisinya adalah raja punya hak untuk bicara seenaknya. Tapi sepertinya orang itu tidak punya niat untuk menuruti peraturan itu.Semua orang yang ada di sana melihat ke arahnya dengan pandangan penuh celaan, bahkan penuntut yang ada di pihaknyapun sepertinya ingin bilang 'kau bisa diam tidak' padanya. Hanya saja, dia tidak mempedulikan reaksi semua orang dan tetap memasang muka penuh percaya diri.Sejak masuk dalam pengadilan lawakan ini aku paham kalau dia punya pengaruh dan koneksi yang cukup besar serta luas dengan petinggi negara ini atau para bangsawanannya. Tapi meski begitu, aku sama sekali tidak menyangka dia berani bertingkah sombong seperti itu di depan ayahku. Raja dari negara ini."Tuan Laster?""Apa?"Dia melihat ke arahku dengan wajah marah, tapi aku tidak mempedulikannya. Sebab, meski apa yang dia lakukan tidak bisa dibilang bijak maupun baik. Aku malah bersyukur akan hal itu.Kenapa?"Aku hanya ingin memastikan, tuan Laster tidak sedang mengancam yang mulia kan?""Keluargaku sudah melindungi negara ini sejak Amteric berdiri, jadi tentu saja sudah jadi kewajiban keluarga kerajaan untuk balik melindungi kami"Uwah, apa-apaan permintaan tidak tahu malunya itu? setelah mengancam kau meminta perlindungan dari orang yang sama? Setelah mendapatkan perlakuan seperti itu ekspresi macam apa yang ayahku akan buat?". . . ."Dia tidak terlalu banyak mengubah ekspresinya, tapi aku bisa dengan jelas merasakan kalau sepertinya dia sedang menahan diri untuk tidak bilang 'pengawal, penggal kepala orang ini!'Yang tentu saja bisa kugunakan lebih jauh untuk meng-goalkan agendaku."Mungkin benar kalau keluarga tuan Laster punya banyak jasa terhadap negara ini, tapi bagaimana dengan tuan Laster sendiri"Keluargaku itu luar biasa, karena itulah secara otomatis aku juga luar biasa adalah logika yang lebih sering dipakai oleh seseorang yang tidak punya apa-apa kecuali nama dari keluarganya. Meski aku tidak pernah jadi korban, tapi aku pernah beberapa kali melihat teman-teman sekelasku menggunakan nama keluarga mereka untuk menyuruh-nyuruh murid lain, meminta sesuatu yang tidak masuk akal dari sekolah, dan juga menyebutkannya dengan bangga saat melakukan perkenalan diri."Diam kau bocah! jika kau tidak ingin dapat masalah jangan bicara sembarangan!"

Ngomong-ngomong aku ini seorang tuan putri kalau kau masih ingat.

"Tuan Laster, sekali lagi aku ingin memastikan! kau sedang tidak mengancam keluarga kerajaan kan? mungkin posisiku tidak berbeda jauh dari orang biasa. . tapi meski begitu. . ."Ibu kota berada langsung di bawah pemerintahan raja, dan tentu saja tidak ada orang yang boleh sembarangan mengumpulkan kekuatan militer, menggunakan senjata, ataupun menggunakan posisinya untuk melakukan tindakan kekerasan tanpa ijin khusus dari raja meski dia punya justifikasi."Tuan putri, mohon untuk tidak memancing tuan Laster dan fokus pada kasus yang sedang dibicarakan sekarang""Maafkan aku . ."Setelah itu aku kembali melihat ke arah ayahku dan bertanya."Kuharap yang mulia untuk tidak mengambil keputusan yang keliru"Dan meniru omongan yang sebelumnya diberikan oleh sang bansgasawan bernama Laster." . . . ."Tanpa mengalihkan pandanganku darinya meski sekejapun.Setelah melihat apa yang orang itu lakukan secara terang-terangan, apakah kau masih mau membelanya? apa kau yakin kau ingin memelihara orang yang jelas-jelas meremehkanmu? tunjukan siapa yang raja! tunjukan siapa yang berkuasa! kau tidak ingin orang semacam Laster berkeliaran di teritorimu dan bertingkah seperti bos kan?Berikan contoh apa yang akan terjadi kalau seseorang berani melawanmu!!!". . . ."Ayahku memasang wajah berpikir untuk sesaat lalu kemudian membisikan sesuatu pada hakim yang duduk di sampingnya. Yang kemudian dibalas dengan anggukan kecil."Pengadilan memutuskan terdakwa Herman Essar tidak bersalah karena kurangnya bukti, tapi sebagai ganti rugi atas luka dan rusaknya properti milik tuan Lester maka terdakwa diwajibkan untuk memberikan ganti rugi senilai lima puluh koin emas! pengadilan ditutup"Yes!Tanpa mengeluarkan suara, aku merayakan kemenanganku dan mengepalkan kedua tanganku di bawah meja.Aku masih tidak puas dengan hasil keputusannya, tapi hal itu masih lebih baik daripada tuntutan sebelumnya. Ya, dia akan punya hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Hidupnya mungkin akan jadi tambah berat, posisinya sebagai budak juga tidak berubah, tapi dia masih memiliki nyawanya. Dan asalkan seseorang masih bisa hidup, nasib mereka bisa berubah.Tolong jangan kehilangan harapan! masa depan tidak ada yang tahu!"Yang mulia mohon pertimbankan lagi keputusanmu""Apa kau mau menentang keputusan yang mulia? tuan Laster!"Tentu saja Laster tidak puas dengan keputusan itu, tapi dengan kalimat tegas hakim yang bertugas langsung memberinya peringatan yang pada dasarnya bilang kalau raja adalah hukum itu sendiri. Dan tidak ada yang bisa melawannya."Terima kasih yang mulia"Aku menunduk, dan setelah itu hakim mendeklarsikan kalau sidang sudah berakhir.Dengan begitu, masalah yang kudapat akhirnya berakhir juga.5"Atau tidak. . . .""Mulai hari ini, tuan putri Amelie resmi dikeluarkan dari sekolah dikarenakan masalah kepribadian, tuan putri diberi waktu sampai besok untuk mengemasi barang-barangnya""Cuma sekedar memastikan saja, bagian mana dari kepribadianku yang bermasalah"". . . . . . . tuan putri tidak punya cukup rasa hormat terhadap konstitus. . ."

"Terima kasih banyak! sudah cukup! aku paham. . . . ."

Dengan kata lain, aku dikeluarkan bukan karena sebuah alasan logis tapi karena seseorang ingin agar aku keluar. Dan orang yang menginginkan hal itu, aku bisa menebaknya. Aku akan menanyakannya pada Erwin nanti."Aku tidak bisa mengontak pengawalku, kalau bisa aku ingin sekolah bisa memintanya kembali untuk mengantarku pulang""Tentu saja, tuan putri"Dengan begitu, salah satu petugas dari sekolah meninggalkan kamarku."Sekarang apa yang harus kulakukan?"Dikeluarkan dari sekolah memang masalah, tapi hal itu bukanlah masalah terbesar yang sekarang kuhadapi. Dan masalah itu adalah kenyataan kalau sekarang aku sama sekali tidak punya uang sepeserpun.Sehari setelah kasus itu selesai, aku didatangi oleh penjual budak yang budaknya kubela. Sebab aku mengira kalau dia ingin berterimakasih padaku, aku menyambutnya dengan ramah. Hanya saja dia malah datang untuk protes dan meminta ganti rugi.Sepertinya gara-gara tindakanku waktu itu, dia jadi kesulitan menjalankan bisnisnya. Tidak ada yang mau membeli budak darinya karena takut ikut terlilit masalah dengan keluarga bangsawan, mendorong usahanya sampai ke pinggir jurang kebangkrutan.Oleh sebab itulah dia datang kepadaku dan minta ganti rugi.Tentu saja aku tidak menerima permintaannya begitu saja. Pertama, aku tidak butuh budak, dua aku tidak punya uang banyak, dan yang terakhir aku tidak peduli dengan nasib orang yang usahanya adalah menjual belikan manusia.Tapi begitu aku menolak, dia langsung mengancamku. Berhubung aku, meski tidak punya kekuatan politik tapi masih tetap anggota keluarga kerajaan dia tidak berani mengancamku dengan terang-terangan seperti si Laster. Sayangnya, bukan berarti dia tidak punya cara lain untuk mengancamku.Dia bilang dia akan menggunakan koneksinya untuk menghalangi orang-orang dari teritori Ibuku untuk melakukan bisnis. Jika hal itu sampai terjadi, orang-orang di teritori ibuku akan semakin miskin, dan jika mereka semakin miskin Ibuku juga yang akan kena imbasnya mengingat dia dan semua orang yang ada di rumah bergantung pada pajak sebagai bisa tetap bertahan hidup.Dan tentu saja aku tidak bisa membiarkan ibuku menderita karena kesalahanku.Hari itu, negosiasi berakhir dengan aku setuju membeli semua budak yang dia miliki sebagai bentuk ganti rugi. Membuat tuan putri yang sudah miskin ini, jadi semakin miskin. Sekarang aku bahkan hanya memegang beberapa uang koin yang nilainya hanya cukup untuk membeli tiga batang roti."Aaaghhhhhh!!!!!"Aku tidak peduli lagii!!!!Setelah berteriak aku kembali ke kamarku dan langsung melompat ke kasur.Pagi harinya, aku langsung pergi ke rumah Erwin bersama dengan pengawalku yang akhirnya menampakan wajahnya di depanku juga. Dia kelihatan tidak ingin melakukan pekerjaannya, tapi tanpa banyak bicara dia melakukan tugasnya dan mengendalikan kereta kuda dengan hati-hati.Sebab aku tinggal di asrama, tentu saja aku tidak bisa sembarangan membawa orang lain masuk. Apalagi budak yang jumlahnya tidak sedikit. Oleh karena itulah aku meninggalkan mereka semua di tempat Erwin dan mengijinkan ayahnya Erwin untuk menggunakan tenaga mereka selama mereka tinggal di sana untuk sementara."Tuan putri""Apa?""Aku melihat tuan muda Erwin"Aku melihat ke luar jendela kereta kuda, dan seperti yang pengawalku bilang aku bisa melihat Erwin sedang berjalan ke arah yang berlawanan sendirian. Normalnya anak bangsawan tidak akan dibiarkan berkeliaran begitu saja, tapi entah kenapa Erwin selalu dibiarkan berjalan ke mana saja sendirian."Kau mau ke mana Erwin?""Ke tempatmu, kau sendiri?""Ke tempatmu, aku akan mengambil budak-budak yang kubeli dan membawa mereka pulang sekalian pamit pada ayahmu""Pamit?""Kemarin, aku resmi dikeluarkan dari sekolah""Ha? kenapa?""Bagaimana kalau masuk dulu?"Beberapa hari sebelumnya, aku baru saja membela seseorang yang jadi kambing hitam. Tapi sekarang, sepertinya akulah yang jadi kambing hitam. Dan betapa beruntungnya aku, sepertinya tidak ada yang mau memberiku pembelaan.Diusirnya aku dari sekolah kemungkinan besar ada hubungannya dengan Laster. Maksudku, selain dia memangnya siapa lagi yang ingin membuatku menderita? sepertinya gretakanku di pengadilan benar-benar membuatnya marah. Dan sebagai balasan, dia membuat gretakannya di tempat itu jadi kenyataan.Keputusan ayahku untuk tidak mengindahkan keinginan Laster mungkin membuat hubungan antara bangsawan itu dan koneksinya merasa tidak nyaman. Kenyataan kalau mereka tidak diberikan perlakuan spesial saat yang jadi lawan hanyalah seorang anak kecil yang tidak punya kekuasaan dan budak yang bahkan tidak punya hak asasi manusia membuat mereka menganggap kalau raja sudah mengkhianati kepercayaan mereka.Setelah itu, mungkin mereka ingin seseorang dihukum atas hal itu sebagai bentuk tanggung jawab raja. Dan ayahku, kemungkinan besar memilih untuk mengeluarkanku dari sekolah sebagai bahan kompensasi. Sebab di negara ini, dikeluarkan dari sekolah bangsawan itu sama dengan dianggap orang tidak berguna.Menolak hukuman ini sudah tidak mungkin, jadi aku akan menerimanya dengan lapang dada."Daripada mengkhawatirkan bagaimana anggapan orang lain terhadapku, aku lebih khawatir dengan apa yang harus kukatakan di depan Ibuku nanti"Dia mengirimiku ke sekolah dengan harapan kalau aku akan jadi seseorang yang bisa dia banggakan, dia memberiku uang yang susah payah dia dapatkan untuk kupakai selama menuntut ilmu di sini, dan dia juga harusnya berharap ketika aku pulang yang dia dapatkan adalah kabar gembira."Tapi yang terjadi malah sebaliknya"Aku mempermalukannya di Ibu kota, aku menghabiskan uang yang dia berikan padaku untuk kepentingan pribadi, dan sekarang aku pulang sambil membawa masalah baru."Kuharap masalah ini bisa selesai setelah Ibu menampar dan memarahiku"Aku tidak ingin dibenci olehnya."Jangan khawatir, kalau gadis kecilnya bisa sebaik ini, aku yakin kalau Ibumu orang yang dadanya cukup lapang untuk memaafkan kesalahan anaknya"Erwin berpindah tempat duduk kesampingku lalu memegang pundakku dan menarik tubuhku ke arahnya, setelah itu dia menempatkan telapak tangan kanannya di kepalaku dan mulai membelinya dengan lembut.Normalnya, aku akan melawan dan menjauhinya. Tapi kali ini aku sedang tidak mood untuk memberontak. Karena itulah aku menyerah dan menyandarkan tubuhku ke dadanya. Saat ini, aku hanya ingin merasakan kalau di tempat yang jauh dari rumah ini, aku masih punya seseorang yang peduli padaku, seseorang yang bisa kuandalkan, dan seseorang yang mau menghiburku saat aku merasa jatuh.Aku tidak peduli kalau ada yang menganggapku terlalu manja, sebab kenyataannya memang aku sedang ingin dimanjakan seseorang.Dan tidak lama kemudian, rasa tegang, khawatir, dan juga gelisah yang kurasakan sedikit demi sedikit mulai meleleh. Harusnya aku baru pertama kali melakukan hal seperti ini dengan Erwin, tapi untuk suatu alasan aku merasakan kalau sentuhannya itu familiar. Aku tidak tahu alasanya, tapi menyandarkan badanku pada bocah ini mengingatkanku bagaimana aku duduk di pangkuan ayahku dulu sebelum hubunganku dengan keluargaku jadi berantakan.Belaiannya di kepalaku, hangat tubuhnya yang kurasakan, serta ucapan lembutnya yang kudengar persis seperti ayahku dari dunia yang sebelumnya."Jadi, apa rencanamu selanjutnya?"Tidak-tidak, apa yang baru saja kupikirkan. Sepertinya keadaan mentalku benar-benar membuat rasa rinduku terhadap keluargaku jadi muncul tanpa diundang. Bagaimana bisa aku menyamakan Erwin dengan ayahku dari dunia lamaku."Aku tidak tahu, tapi aku akan mencari cara untuk setidaknya mengembalikan uang Ibuku""Kalau begitu jangan ragu bilang padaku kalau kau butuh bantuan""Aku tidak ingin merepotkanmu lebih dari ini. .""Di saat seperti ini kau harusnya bilang, mohon bantuannya"Kami belum lama bertemu, tapi untuk suatu alasan aku merasa kalau hubungan di antara kami sudah seperti keluarga. Dan yang berpikir seperti itu sepertinya bukan aku saja, tapi juga Erwin."Kalau begitu, mohon bantua. . .mm?"Begitu aku berbalik dan ingin mengucapkan kalimat yang ingin dia dengar secara langsung, tiba-tiba aku menyadari kalau ada yang aneh dengan wajah Erwin."Kenapa wajahmu seperti itu Erwin?"Di pipinya ada sedikit luka sayatan, di bawah matanya ada sebuah area berwarna biru yang kelihatan menyakitkan, lalu bibirnya juga terlihat terluka. Dengan kata lain, wajah Erwin agak kelihatan babak belur layaknya seseorang yang baru saja dihajar oleh orang lain."Ini? bukan apa-apa""Apa kau yakin?""Ya, jangan khawatir"Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya, tapi sepertinya orangnya sendiri tidak ingin membicarakannya. Oleh karena itulah aku hanya mengangguk dan mengiyakan jawabannya untuk menghormati keputusannya.Setelah itu, kami mulai ngobrol tentang beberapa hal tidak penting. Dan begitu sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya kami semua sampai di rumah Erwin yang juga berfungsi sebagai benteng.Kereta kuda yang kami tumpangi memutari bagian utama benteng dan masuk lewat pintu belakang. Dan begitu sampai di dalam, aku memutuskan untuk memisahkan rombongan kami. Aku meminta Erwin untuk menunjukan di mana pengawalku bisa menemukan budak-budak yang kutitipkan di tempat ini, sedangkan aku sendiri menuju ke kantor tempat ayah Erwin bekerja untuk memberitahukan kepulanganku.Seakan sudah tahu akan kedatanganku, staf lain langsung membiarkanku untuk menemui bos mereka. Bahkan, sebelum aku sempat mengetuk pintu ruang pribadi ayah Erwin, pria itu sudah terlebih dahulu memanggil namaku dan mempersilahkanku untuk masuk.Tidak seperti biasanya, dia tidak menyambutku dengan senyuman khasnya yang lebih mirip seringaian tapi malah sebuah ekspresi yang normalnya dipasang oleh seseorang yang baru saja melakukan kesalahan. Lalu, sebelum aku sempat bicara dia terlebih dulu bilang. ."Maafkan aku tuan putri karena tidak bisa membantu apapun. ."Ah. . jadi begitu. ."Tidak, harusnya aku yang minta maaf"Ayah Erwin sepertinya merasa bersalah sudah tidak bisa membantu saat dia terkena masalah, tapi aku sendiri merasa kalau akulah yang perlu untuk minta maaf sebab gara-gara tindakanku Erwin jadi ikut terbawa-bawa dalam kasus beberapa hari yang lalu. Aku harap apa yang kulakukan tidak membuat orang tua ini ikut terseret dalam sebuah masalah politik.Harusnya, aku memberikan semacam kompensasi padanya. Tapi sayangnya, aku tidak punya apa-apa untuk diberikan, selain itu aku bahkan punya niat untuk meminta bantuannya. Dengan menahan rasa malu, aku memintanya untuk meminjamkanku beberapa kereta kuda untuk kugunakan mengangkut budak-budakku.Tanpa pikir panjang, ayah Erwin bersedia memenuhi permintaanku. Dan begitu aku selesai pamit dan berjanji akan membalasnya suatu saat nanti, aku menuju ke tempat di mana budakku, Erwin, dan pengawalku berada.6"Mungkin tidak ada yang ingin mendengarkan anak kecil sok jadi boss, tapi berhubung aku memang adalah boss kalian tolong dengarkan aku"Selama menunggu mempersiapkan kereta kuda yang akan dipinjamkan oleh ayah Erwin siap, aku mengumpulkan budak-budakku di salah satu pojok tempat latihan prajurit-prajurit yang bertugas di benteng ini."Percaya atau tidak, sebenarnya aku ingin membebaskan kalian"

Sebagai orang yang tumbuh dan besar di dunia modern di mana ada sangat banyak orang yang punya hobi untuk berteriak tentang hak asasi manusia, aku merasa kalau perbudakan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dianggap normal dan umum. Jadi, kalau bisa aku ingin mencuci tanganku dari semua hal yang rasanya kotor ini.

Ahh, sebagai catatan yang kumaksud kotor bukan orangnya tapi sistemnya."Tapi sayangnya, uang yang kupakai untuk membeli kalian semua bukanlah milikku sendiri! aku perlu mempertanggung jawabkan penggunaannya"Oleh sebab itulah aku tidak bisa begitu saja membebaskan mereka semua. Setidaknya, aku ingin uang yang kukeluarkan untuk membeli mereka, kembali dulu."Dan tolong jangan ada yang berpikir untuk kabur atau melakukan sesuatu padaku untuk mendapatkan kebebasan kalian. ."

Sebab jika kalian melakukannya, kalian akan berubah jadi sekedar budak menjadi kriminal. Meski secara fisik kalian mungkin akan bebas, tapi aku sangat yakin kalau kehidupan kalian selanjutnya tidak akan damai ataupun jauh lebih mudah dari sekarang.

"Aku berjanji tidak akan memperlakukan kalian dengan buruk dan begitu hutang kalian lunas kebebasan kalian akan kujamin, oleh sebab itulah tolong bersabar dan bekerjalah dengan keras nanti"Uang yang kukeluarkan untuk membeli mereka semua cukup banyak, tapi jumlahnya sama sekali bukan sesuatu yang tidak mungkin dicapai kalau seseorang serius bekerja dan tidak ada yang menyabotase usaha mereka. Selain itu, aku berencana untuk membagi secara rata hutang mereka sesuai jumlah orang yang kubeli.Dengan begitu, harusnya beban masing-masing Individu jadi semakin kecil. Orang yang bekerja lebih keras akan mendapat hasil usahanya lebih cepat juga, dan semakin cepat mereka mendapatkan uang semakin cepat juga mereka bisa bebas. Jika semuanya lancar, harusnya dalam jangka satu atau dua tahun semua orang sudah tidak ada yang terikat hutang denganku."Mungkin ini kedengaran aneh, tapi aku ingin membantu kalian sebisa mungkin"Dan persis seperti yang sudah kukatakan, semua budakku langsung melihatku dengan tatapan yang mengatakan kalau aku ini memang benar-benar aneh."Aku percaya pada tuan putri Amelie"Atau tidak. Salah satu dari budak di depanku bicara dengan tegas kalau dia percaya dengan omonganku. Omongan yang secara tidak langsung bilang kalau aku tidak punya keinginan untuk mengeksploitasi mereka."Terima kasih tuan Herman""Tolong panggil aku dengan nama saja tuan putri, aku hanya seorang budak""Kalau begitu kau bisa memanggilku dengan nama saja juga""Tuan putri. . . ."Aku mengangkat tanganku sebelum pria paruh baya itu menyelesaikan kata-katanya. Normalnya, seorang budak bukanlah seseorang yang seharusnya ada di sekitar orang sepertiku yang notabene adalah keturunan raja. Dan tentu saja, orang dalam posisiku meski tidak punya kekuasaan harus sedikit diberi penghormatan dasar."Aku paham. . tuan Herman cukup bersikap formal di depan publik saja."

Aku lahir di dunia modern di mana asa 'semua orang itu sama' sudah jadi sesuatu yang normal. Jadi sebenarnya aku tidak terlalu nyaman diperlakukan seperti orang penting meski padahal aku belum pernah melakukan hal yang memberikanku hak untuk dilihat penting.

"Ah. . . yang lain juga tidak perlu bertingkah formal kalau tidak sedang ada di depan banyak orang""Sepertinya aku tidak bisa mengabulkan permintaan tuan putri""Kenapa?""Mungkin bagi orang lain tuan puteri bukan apa-apa, tapi bagiku tuan puteri jauh lebih pantas untuk dihormati dari semua bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan yang lain""Ha?""Sampai beberapa hari yang lalu, aku selalu merasa kalau mungkin mati jauh lebih baik daripada terus hidup di sini tapi sekarang aku merasa kalau yang namanya masa depan itu benar-benar ada""Aku tidak tahu bagaimana tuan Herman melihatku, tapi aku cuma anak kecil yang kebetulan menolong kalian semua karena terpaksa"Aku bukan pahlawan, aku bukan seseorang yang bisa mengorbankan nyawaku demi orang lain kecuali keluargaku sendiri. Aku juga bukan pahlawan yang akan berusaha sekuat tenaga demi menyelamatkan orang lain meski dia tahu kalau hal itu tidak mungkin."Aku membantu untuk kepuasan pribadiku sendiri, aku membantu karena dipaksa situasi, dan aku juga membantu karena kebetulan aku bisa"Dengan kata lain aku ini hanya sekedar orang biasa. Kau tidak bisa dianggap malaikat hanya karena kau memberikan uang receh pada pengemis karena kau tidak ingin menyimpannya, kau tidak bisa dibilang pahlawan hanya karena kau menghajar seorang preman yang jelas-jelas lebih lemah darimu, yang jelas jika kau bisa melakukan sesuatu dan kau melakukannya. Hal itu bukan sebuah kepahlawanan."Kalau kau hanya melakukan sesuatu hanya karena kau bisa melakukannya, hal itu tidak bisa dianggap sebuah tindakan kepahlawanan ya. . . aku tidak punya pendidikan tinggi, tapi kurasa deskripsi kepahlawanan tuan putri kedengaran terlalu spesifik""Tidak. . ."Elemen paling penting dari sebuah tindakan kepahlawanan adalah pengorbanan, tanpa pengorbanan kebaikan yang kau lakukan hanyalah semata-mata sesuatu yang normal. Sesuatu yang memang sudah seharusnya kau lakukan.Pahlawan yang sesungguhnya itu adalah orang yang terus jadi simbol kedamaian meski tubuhnya sudah babak belur luar dan dalam, orang yang mau menyelamatkan siapa saja meski yang dia punya hanya tangan kanan pembawa kesialan, ataupun orang yang bisa terus bangkit meski satu-persatu rekannya terus dimakan monster raksasa berbentuk manusia.Coba bayangkan apa yang akan mereka lakukan kalau mereka tidak spesial. Jawabannya mudah, mereka akan tetap maju dan berusaha meskipun mereka harus mengorbankan diri mereka.Orang-orang seperti itu adalah pahlawan yang sesungguhnya.Kau tidak bisa menyebut seseorang yang tidak bisa dikalahkan karena diberikan cheat code dari dewa, punya smartphone ajaib, ataupun stats jauh di atas semua orang. Kenapa? sebab saat kau melakukan apapun kau tidak perlu mengambil resiko macam apapun. Mereka tidak perlu mengorbankan apapun dan bisa melihat semuanya dari tempat yang aman.Sekarang bayangkan mereka tidak punya kemampuan overpowered macam apapun, apa yang akan mereka lakukan? jawabannya jauh lebih mudah lagi. Tidak ada. Sebab pada dasarnya mereka adalah orang biasa, orang normal."Pahlawan adalah orang yang bisa menolong orang lain meski harus mengorbankan dirinya sendiri, karena itulah aku bukan pahlawan, yang membuatku tidak perlu menerima rasa hormat berlebih dari kalian""Sebab tuan putri tidak mengorbankan apapun untuk menolong kami?"

"Ya. . ."

Aku berani maju membelanya sebab aku ini adalah anggota keluarga kerajaan. Dengan kata lain, meski aku kalah aku akan tetap aman sebab harusnya tidak ada yang berani menuntutku atas apapun.Aku berani membeli mereka karena sebab aku benar-benar punya uang. Kalau tidak, aku tidak akan berhutang sepeserpun demi bisa membeli mereka semua.Lalu yang terakhir, aku berani mengambil kepemilikan mereka sebab aku punya tempat pulang. Dan punya hal yang bisa mereka kerjakan untuk membebaskan diri mereka sendiri.Aku hanya maju ke medan perang kalau aku tahu ada kesempatan untuk menang."Jadi begitu. .""Begitulah."Penjelasanku mungkin terlalu panjang dan lebar, selain itu mungkin tidak ada orang yang paham dengan perumpamaan yang kugunakan. Tapi meski begitu, harusnya semua orang sudah sadar kalau aku ini bukan seseorang yang perlu mereka anggap keberadaannya terlalu agung. Aku hanya sekedar anak kecil yang tidak jahat.". . ."Herman sendiri masih kelihatan tidak puas dengan jawaban yang kuberikan, tapi dia memutuskan untuk diam dan tidak melanjutkan topik tadi."Tuan putri, apa aku boleh bertanya tentang satu hal?""Tanya apa, tuan Erwin?"Sepertinya aku sudah ngobrol terlalu lama dengan budak-budakku, sebab begitu aku membalikan badan aku bisa melihat Erwin yang mulai mendekat dengan kereta kuda yang dibawanya."Mana yang lebih banyak, alasan untuk menolong mereka atau alasan untuk tidak menolong mereka""Maksudmu?"Erwin melompat dari kereta kuda tepat di depanku."Memang benar kau tidak mengambil resiko saat menolong mereka, tapi bukan berarti kau harus menolong mereka kan? maksudku, kau punya ribuan alasan untuk tidak melakukan apa-apa dan membiarkan nasib Herman jadi mainan bangsawan"Dia mengangkat kedua pundaknya dengan berlebihan lalu melihatku dengan tatapan sombong."Tapi kau tetap menolong Herman dan juga yang lainnya, selain itu kau juga mengorbankan statusmu sebagai murid sekolah kerajaan kan? lalu yang terakhir. ."Mungkin bagimu, melakukan apa yang bisa kau lakukan adalah hal normal. Tapi di luar sana, ada banyak orang yang bahkan tidak mau bergerak meski mereka bisa berjalan, tidak mau menolong meski mampu membantu, dan tidak mau memberikan uluran tangan meski dia tidak punya hal lain yang lebih penting untuk dilakukan."Rasa tanggung jawabmu saja sudah cukup untuk membuatmu jadi figur pahlawan. .tapi"Kali ini Erwin menurunkan badannya dan menyamakan tingginya denganku sambil meletakan telapak tangan kanannya di kepalaku."Kalau kau mau tidak mau dianggap sebagai pahlawan, setidaknya biarkan aku memanggilmu 'anak baik'"Setelah itu, aku tidak bisa menjawab lagi dan hanya bisa memalingkan wajahku ke arah lain karena malu.Ini pertama kalinya aku dipuji oleh seseorang selain Ibuku secara langsung seperti ini.7"Aku ingin tanya sesuatu, Erwin""Apa?""Kenapa kau ada di sini?""Karena aku ingin ikut pulang bersamamu""Maksudmu, mengantarku sampai rumah?""Pulang bersamamu! aku juga akan tinggal di sana""Kenapa?""Karena aku ingin membantumu""Membantu apa? aku bahkan tidak tahu apa yang ingin kulakukan sekarang""Aku akan membantumu saat kau sudah memikirkannya""Apa kau serius?"

"Tentu saja!"

"Apa ayahmu mengijinkannya?""Tentu saja tidak!""Sudah kuduga! terus, bagaimana kau bisa dibiarkan ke sini?""Kami ngobrol sebentar, saling teriak-meneriaki, lalu pukul-memuku! setelah itu dia membiarkanku pergi"Aku sudah sering melihat scene tentang dua pria yang berbicara dari hati-kehati dengan kepalan tangan mereka, tapi aku sama sekali tidak menyangka ada orang yang cukup bodoh untuk benar-benar mencobanya.Dan berhasil.Sekarang aku tahu dari mana Erwin mendapatkan luka di wajahnya itu."Aku tidak ingin membuat usahamu jadi sia-sia, tapi kurasa akan lebih baik kalau kau kembali""Aku sudah memikirkannya dengan serius, dan jawaban yang kudapat adalah ikut denganmu untuk pulang""Apa kau sadar kalau kau baru saja membuang masa depanmu?""Masa depan yang mana? kau tidak bisa kehilangan sesuatu yang bahkan kau belum miliki! selain itu. ."Memangnya masa depan macam apa yang akan menunggunya di tempat itu? jika di berhasil ada kemungkinan dia akan diberi kesempatan untuk punya posisi militer di bawah ayahnya. Tapi setelah itu apa?Sedangkan kalau nasibnya buruk, bisa saja dia hanya akan jadi kacung orang semacam Laster."Kau mungkin tidak tahu, tapi anggota militer yang ada sekarang hanya dianggap sebagai pesuruh para bangsawan!"

Dan apa yang disuruhkan pada mereka belum tentu sesuatu yang masuk akal. Bahkan bisa dibilang, ada lebih banyak perintah tidak masuk akal yang datang ke kantor mereka, dan yang lebih buruknya. Kebanyakan dari perintah itu bukanlah sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah.

"Jika yang jadi pemimpin bukan Ayahku, mungkin saja orang-orang yang kau lihat di tempat latihan sebelumnya sudah jadi pembunuh keji"Orang-orang yang benar-benar peduli dengan negara ini, orang-orangnya, dan masa depan dari siapapun yang ada di bawahnya bisa dihitung dengan jari. Dan Erwin tidak ingin bekerja di bawah orang-orang yang hanya bisa memanfaatkan orang lain secara sepihak semacam itu."Aku ingin pergi dari tempat itu sebelum otakku ikut korup!""Otakmu mungkin tidak akan korup di tempatku, tapi bagaimana dengan yang lain?"Aku bisa mengurus tempat tinggal, makan dan minumnya, tapi yang lain aku tidak bisa memberikan jaminan. Yang jelas perlu penghasilan sendiri untuk bisa hidup di tempatku untuk memenuhi keperluannya yang lain."Jangan khawatir, mungkin aku tidak terlalu pintar tapi aku punya banyak skill yang bisa kugunakan untuk mencari uang, aku bisa jadi petani, aku bisa memasak makanan lezat, aku bahkan bisa membuat item-item yang berguna asal ada alat dan bahannya"Bagaimana kau bisa punya skill sebanyak itu? aku tidak pernah melihatmu mengambil kelas khusus, dan aku juga sangat yakin kalau tidak akan ada yang membiarkan seorang anak orang penting sepertinya mempelajari semua skill itu begitu saja."Apa kau. . .benar-benar yakin?""Percaya saja padaku! jika aku ingin bekerja, aku ingin bekerja di tempat yang menyenangkan, dan jika aku ingin berinteraksi dengan seseorang aku lebih memilih orang yang menyenangkan, dan kebetulan sekali kau dan terutorimu memenuhi kriteria itu"Dilihat dari jawabannya yang penuh keyakinan itu, kurasa membujuknya untuk kembali lebih dari ini tidak akan ada gunanya. Selain itu, meski dari tadi aku terus bilang tentang kenapa dia harus kembali, sebenarnya jauh di dalam sana aku sama sekali tidak keberatan dia ikut kembali bersamaku.Tidak!Malah bisa dibilang, aku ingin dia ikut bersamaku. Mempunyai seorang teman yang bisa kau andalkan untuk membantumu dan dengan senang hati menemanimu bukanlah sesuatu yang buruk. Kemudian, keberadaannya entah kenapa juga membuatku merasa lebih aman."Baiklah kalau begitu, mulai hari ini kau adalah bagian dari teri. ..tidak! mulai hari ini kau adalah bagian dari keluarga kami!""Um! aku berjanji membantu dan melindungimu. . . . .bugh . . ."Sebelum Erwin sempat menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba kereta kuda yang kami tumpangi berhenti dan membuatku tersungkur ke tubuh Erwin yang duduk tepat di depanku."Tunggu di sini! aku punya firasat buruk!"Erwin keluar dari kereta kuda sedangkan aku mengintip dari jendelanya. Lalu, begitu melihat keluar aku menemukan ada sekitar sepuluh orang yang kelihatan seperti bandit mengelilingi kereta kuda yang aku dan budak-budakku pakai untuk pulang."Kalian mau apa?""Tinggalkan kereta kuda di belakang kalian!""?"Sama seperti Erwin, aku juga agak bingung. Normalnya, bandit akan meminta barang berharga untuk ditinggalkan sebagai ganti dari kebaikan mereka untuk membiarkan kami selamat. Meski memang budak bisa dijual lagi, tapi hal semacam itu biasanya hanya sekedar jadi bonus dan bukan tujuan utama.Dilihat dari manapun bandit ini tidak kelihatan normal. Dengan kata lain. . ."Siapa yang mengirim kalian?""Kalian tidak perlu tahu!"Aku dan Erwin menatap satu sama lain. Tidak ada dari kami yang berharap kalau pertanyaan pancingan itu akan dijawab secara jelas, tapi sepertinya orang ini terlalu bodoh kalau jawabannya sudah bisa jadi bahan konfirmasi. Sebab dengan tahu kalau mereka adalah suruhan seseorang, orang yang menyuruh mereka sudah jelas siapa namanya."Bagaimana Erwin? menyerahkan budakku tidak mungkin tapi kalau yang lain aku masih bisa memberikannya, kurasa kita perlu negosis. ."

"Tidak perlu!! aku akan mengatasi mereka! Dan jangan berpikir kalau kau bisa bernegosiasi"

"Mengatasi? apa kau tidak lihat jumlah mereka?"Meski Erwin melawan bersama pengawal dan budak-budakkupun, kurasa kesempatan kami untuk menang sangat tipis mengingat di antara budakku ada wanita dan anak kecil juga. Selain itu, Tidak ada yang membawa senjata di sini. Sedangkan musuh kami kelihatan jelas sudah biasa menebas orang dan mereka punya senjata."Mungkin mereka ada banyak, tapi aku tidak merasa ada yang terlalu kuat! kalau hanya selevel ini aku saja sudah cukup!""Jangan main-main!""Aku tidak main-main! Kali ini aku akan menunjukan kalau saat aku bilang aku ini kuat, aku tidak bohong""Erwin!!!"Dengan begitu, Erwin berlari ke arah seorang bandit yang posisinya paling dekat dengan kami. Dan tentu saja, mereka langsung mengeluarkan senjata mereka dan mengarahkannya pada teman pertamaku itu."Jangan sok! Bocaahh!"Sebuah pedang dihunuskan ke arah Erwin dengan penuh tenaga, tapi setelah melihatnya Erwin tetap terus maju dan mempersiapkan kepalan tangannya tanpa takut sedikitpun.". . . . . ."Aku menutup mataku dengan erat, tidak ingin melihat pemandangan mengerikan yang akan terjadi. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara benda jatuh tepat dari arah dimana Erwin berada tadi.Harusnya aku melindunginya. Jika mereka adalah orang suruhan Laster, harusnya mereka tidak boleh membunuhku sebab kalau mereka tertangkap dan mengaku. Keluarganya akan kena masalah.Di saat seperti ini harusnya aku jadi tameng mereka dan bukannya hanya melihat dari belakang.Tapi.Tapi aku takut. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Tapi aku terlalu takut untuk benar-benar melakukannya.Maafkan aku. . . ."Erwin""Apa?""Eh?""Aku baik-baik saja! Jadi, buka matamu"Aku menuruti perintah suara itu dan pelan-pelan membuka mataku dan langsung menemukan Erwin dan seorang pria paruh baya yang tergeletak di di depan anak laki-laki itu."Bagaimana bisa?""Aku ini kuat!"Dia sering bilang kalau dia itu kuat, tapi aku tidak pernah menyangka kalau dia bisa meng K.O seseorang dengan hanya sekali serang."Sekarang kau bisa tenang! Semuanya akan baik-baik saja! Kenapa?"Kenapa?"Karena aku sudah dat. . .sudah seriuuuusss!"Apa kau baru saja ingin bilang 'datang'? Kau tadi ingin bilang datang kan!!!??? Dan punchline itu. Aku mengenalinya."Erwin. . .apa kau?"Sama sepertiku?8Dalam beberapa menit saja, semua bandit yang mencoba menyerang kami bisa Erwin lumpuhkan. Mungkin karena dia kalah stamina maupun raw power. Dia memutuskan untuk me one-shot-kill semua orang dengan menyerang langsung kebagian-bagian paling lemah musuhnya seperti tenggorokan, ulu hati, dan bahkan selangkangan.Dan meski aku bilang one-shot-kill, tidak ada yang benar-benar mati meski banyak yang kelihatannya sekarat.Strategi yang Erwin gunakan simple. Dia membiarkan serangan awal musuh masuk kemudian dia mengaktifkan kekuatan spesialnya untuk mengeraskan apa yang dia sentuh, menahan gerakan lawannya, setelah itu dia menyerang balik dengan pukulan telak.Begitu semua orang jatuh, budak-budakku membantu mengikat semua bandit itu. Dan untuk jaga-jaga, Erwin juga menggunakan kekuatannya untuk membuat tali yang digunakan mengikat mereka semua jadi keras layaknya batu.Sementara kami menunggu budakku yang lain untuk memanggil prajurit kerajaan yang berpatroli di perbatasan, aku mengajak Erwin untuk bicara berdua di tempat yang agak jauh dari orang lain.Hanya saja, meski kubilang agak jauh. Jarak di antara kami dan yang lainnya hanya sekitar lima meter sebab lebih jauh dari itu. Kekuatan Erwin akan kehilangan pengaruh pada targetnya."Jadi kau memang benar-benar sama denganku""Aku sudah merasa ada yang aneh denganmu, jadi ternyata kita sejenis"Ya, sama sepertiku Erwin juga adalah orang yang tereinkarnasi dari dunia lain. Dan berhubung kami sama-sama tahu tentang The Number One Hero, kurasa dia datang dari tempat yang sama denganku dan juga dari timeline yang tidak jauh berbeda."Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang? Erwin?""Maksudmu?""Maksudku, setelah kau tahu kalau aku ini bukan sekedar anak kecil apa kau ingin tetap ikut denganku?"Erwin bilang dia ikut denganku karena ingin membantuku, dan keinginan membantunya itu kemungkinan besar adalah akibat dari penampilanku saat ini. Dengan kata lain, dia kasihan melihatku harus menanggung beban sendirian sehingga dia ingin membantu. Tapi setelah dia tahu kalau aku adalah orang yang tereinkarnasi dan otaknya sudah dewasa.Harusnya dia tidak punya alasan lagi untuk mengorbankan diri demi ikut bersamaku."Tentu saja, memangnya apa masalahnya?""Apa kau tidak merasa . . .dikhianati? ditipu, atau dimanfaatkan?""Apa kau pernah melakukan semua hal itu?""Tentu saja tidak, tapi. .""Jika kau merasa kalau kau sudah melakukan sesuatu yang buruk, maka aku akan memberitahukan hal kurasa sangat buruk juga. .""Hal buruk macam apa?"

"Alasan sebenarnya aku ingin membantumu"

"Ada banyak alasan kenapa aku ingin membantumu, tapi alasan terbesarnya adalah karena kau mirip dengan putriku""Putrimu?""Ya, sama sepertimu. ."Dia punya senyum manis yang membuat orang yang melihatnya ingin ikut tersenyum. Punya mimpi besar yang meski semua orang anggap tidak mungkin bisa dicapai, tapi tetap dia kejar. Selain itu, kerja kerasnya tidak pernah berhenti walau dia tahu kalau dia tidak punya bakat."Dan semua kerja kerasnya itu mendapatkan hasil, hanya saja. . ."

Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya semakin menambah ekspektasi yang diarahkan padanya. Membuat bebannya yang sudah berat jadi tambah berat. Dan orang-orang itu, termasuk Erwin yang dulu.

"Aku mulai punya anggapan, kalau putriku bisa melakukan apapun yang dia mau dengan mudah . . ."Dan semua prestasi yang didapatkannya dengan usaha keras, keringat, dan darah adalah sesuatu yang normal. Sesuatu yang memang sudah seharusnya dia dapatkan, sehingga pada akhirnya dia membiarkan putrinya begitu saja. Dia kira, apa yang dia berikan pada putrinya adalah sebuah bentuk dari kepercayaan, tapi yang sebenarnya dia berikan hanyalah tekanan dan ketidakpedulian.Erwin tidak pernah memikirkan semua hal itu sampai suatu hari, putrinya mencapai batasnya dan menyerah. Akhirnya dia menyadari apa yang sudah dia lakukan. Atau lebih tepatnya, apa yang tidak pernah dia lakukan."Aku tidak pernah menemaninya ketika dia bahagia, tidak pernah berada menghiburnya saat dia gagal dan merasa sedih, dan aku tidak pernah membantunya ketika dia menemui kesulitan. . "Kemudian, sebelum bisa meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka. Erwin mengalami kecelakaan, mati dan terlahir di dunia ini."Kalau punya pilihan, aku ingin mengulangi hidupku di sana tapi sayangnya. ."Kami tidak punya pilihan.Sama sepertinya. Kalau bisa. Aku ajan lebih memilih untuk mengulangi kehidupanku yang lama dan memperbaiki semua kesalahan yang kubuat dulu."Jadi. . ."Erwin kelihatan ingin mengatakan sesuatu, tapi aku bisa melihatnya kesulitan mengutarakannya. Karena itulah, aku memutuskan untuk mengatakannya sendiri. ."Pada dasarnya, aku cuma pengganti putrimu. ."Mendengar hal itu, Erwin menundukan kepalanya dan bilang. ."Maafkan aku.""Sekarang aku paham. ."

"Kalau begitu sekarang aku yang balik bertanya? Apa kau tidak merasa . . .dikhianati? ditipu, atau dimanfaatkan? apa kau merasa kalau aku ini menjijikan?"

"Tentu saja tidak memangnya apa salahnya?""Amelie. .""Jika ada yang salah, hal itu adalah imagemu tentangku! aku tidak sebaik anak perempuanmu"Aku yang dulu adalah anak durhaka yang selalu membuat masalah untuk orangtuanya, menyusahkan kehidupan mereka, dan membuat mereka sedih. Karena itulah, aku ingin memperbaikinya bahkan sampai sekarang. Tapi sayangnya aku tidak bisa melakukannya."Pada dasarnya aku dan kau itu sama."Kami hanya ingin memperbaiki diri, melakukan apa yang kami tidak bisa lakukan sebelumnya, dan mencoba mendapatkan pengampunan atas hal buruk yang sudah kami lakukan di kehidupan yang sebelumnya."Karena itulah, aku tidak akan mengkritikmu"Setelah itu, aku dan Erwin menatap satu sama lain. Dan tanpa perlu mengatakan apapun, kami paham apa yang harus lakukan selanjutnya.Aku akan membuat kehidupan Ibuku lebih baik agar bisa mendapatkan pengampunan atas tindakanku dulu, sedangkan Erwin akan membantuku sekuat tenaganya agar dia bisa menuntaskan apa yang tidak berhasil dia lakukan sebelumnya.Dengan senyum, aku berjabat tangan dengannya.Dan dengan itu, persahabatan kami berhasil kami mulai kembali dari awal