5Setelah Haruki pergi angin kencang terus datang di daerah sekitar benteng koalisi. Selain itu petir yang kadang menyambar juga ikut berpartisipasi untuk membuat cuaca jadi semakin buruk. Tapi meski begitu cuaca buruk itu juga adalah berkah tersendiri. Dengan turunnya hujan pasukan koalisi yang mengurung diri di dalam benteng bisa mendapatkan air tanpa harus keluar.Pasukan yang berjaga di luar memang kehujanan dan harus kedinginan menghadapi badai yang sedang berlangsung. Tapi setidaknya mereka masih bisa bertukar tempat dengan teman-temannya yang lain untuk bergantian melakukan tugas itu.Jika ada orang yang jauh lebih kasihan daripada mereka, orang-orang itu adalah anggota pasukan pemberontak yang supplynya sudah direbut oleh pasukan koalisi dan tempat berteduhnya sudah dirusak oleh serangan-serangan kejutan dari pasukan koalisi.Sebagian besar dari mereka hanya bisa membuat tenda darurat yang tidak bisa menampung banyak orang, sehingga sebagian besar anggota pasukan terpaksa harus berteduh di tempat lain seperti di bawah pohon, di balik tumpukan barang-barangnya atau bahkan malah benar-benar harus berhujan-hujanan.Mereka memang prajurit, dan mereka memang terlatih untuk tahan dengan cuaca buruk. Tapi meski begitu mereka tetaplah manusia, mereka punya batas. Selain cuaca buruk mereka juga kekurangan supply makanan, serta kekurangan isitrahat. Seberapapun kuatnya mereka jika situasi itu dibiarkan begitu saja bisa jadi mereka akan mati karena penyakit dan bukannya karena serangan musuh.Di hari kedua setelah Haruki pergi, akhirnya musuh memutuskan untuk mempersiapkan diri untuk melakukan penyerangan total. Mereka mulai menyiapkan senjatanya dan membuat barisan padat berbentuk persegi panjang vertikal berisi pemegang perisai dan tombak yang memanjang.Mereka memutuskan membuang mobilitas dan juga kemampuan individu untuk menghindari jebakan musuh untuk membuat formasi solid yang memanfaatkan kelebihan terbesar mereka yaitu jumlah. Dengan kata lain, mereka akan menggunakan taktik paling sederhana yaitu menerobos barisan pertahanan musuh pada satu titik dengan jumlah mereka yang lebih banyak.Taktik yang seratus persen hanya menggunakan brute force.Taktik ini pasti akan menjatuhkan korban, tapi mereka tidak punya pilihan lain. Awalnya mereka ingin mengulur waktu dengan mengepung semua bagian benteng dan menyerang pasukan yang keluar dari sana dengan mengeroyoknya, lalu jika musuh mereka tidak mau keluar mereka bahkan sudah menyiapkan supply yang cukup untuk satu bulan.Tapi musuh berhasil memukul mundur mereka dan membuat barikade sambil mengambil sebagian besar supply yang mereka miliki. Selain itu, strategi mereka malah digunakan balik pada mereka dan pasukan musuh menyerang kelompok-kelompok kecil pasukan pemberontak yang disebar.Jika keadaan dibiarkan saja bisa jadi jumlah mereka akan terus menurun sampai mereka tidak bisa lagi menyerang dan harus mundur. Dan tentu saja mereka tidak bisa mundur begitu saja. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan serangan sangat banyak, mereka akan rugi besar jika mereka pulang begitu saja.Selain itu jika mereka mundur setelah mendapat korban kemungkinan besar tidak akan ada lagi yang percaya pada mereka dan ujung-ujungnya mereka tidak bisa lagi melakukan mobilisasi lagi.Serangan yang akan mereka lancarkan adalah sebuah taruhan besar. Jika mereka menang dan berhasil masuk benteng maka semua pengorbanan yang sudah dibuat akan bisa dibayar. Jika mereka gagal menaklukan musuh maka mereka akan kehilangan semuanya.Di sisi lain, pasukan koalisi juga sedang mempersiapkan pertempuran terakhir mereka. Jika bisa, mereka akan mengganggu pembentukan formasi perang musuh. Tapi sebab mereka sendiri kekurangan orang dan mereka tidak mau mengorbankan jumlah pasukannya yang sudah sedikit hanya untuk digerus musuh maka mereka juga lebih fokus untuk menyiapkan pasukannya sendiri.Di salah satu bagian Shun dan Yuudai sedang mengatur sisa-sisa teman sekelas mereka untuk masuk ke dalam pasukan dan mengikuti formasi yang akan dibuat. Sama seperti musuh, pasukan koalisi juga membuat formasi pergi menyamakan ukuran yang dibuat oleh musuh."Yuudai, apa kau yakin mau menghadapi mereka secara langsung? dilihat dari manapun kita tidak punya kesempatan dengan jumlah mereka yang lebih banyak.""Saat ini hanya rencana ini yang paling efektif untuk digunakan, kita tidak punya cukup orang untuk mengepung mereka dan menyerang dari segala arah sebab jumlah prajurit yang bisa bertempur semakin sedikit! dan jika kita membiarkan mereka masuk ke benteng terlalu cepat strategi yang sudah dibuat akan jadi berantakan.""Strategi ini kedengaran akan memakan banyak korban."Tentu saja. Formasi persegi pada dasarnya adalah formasi untuk melakukan serangan langsung dengan mengandalkan kekuatan jumlah pasukan. Dengan kata lain, pasukan dengan jumlah lebih banyak punya kemungkinan lebih besar untuk menang.Cara kerjanya sederhana. Pasukan dibagi menjadi dua. Satu pemegang senjata dengan jarak jangkau panjang seperti tombak, dan yang satu adalah pemegang prisai untuk melindungi penyerang saat musuh menyerang balik.Hanya saja meski dibilang sederhana tapi kalau orang yang melakukannya tidak punya pengalaman maupun tingkat kerja sama yang baik maka formasi ini akan runtuh dari dalam sebab dalam formasi ini pergantian personel yang cepat dan akurat adalah kunci keberhasilan pengaplikasiannya."Tentu saja, seburuk apapun keadaan musuh minimal sepuluh barisan pertama sudah dipastikan tidak akan bisa pulang."Dalam formasi ini orang yang menyerang hanyalah orang yang ada di barisan depan, jika mereka tidak bisa lagi melakukan tugasnya atau gugur orang itu akan digantikan orang lain di barisan belakangnya. Hal itu akan terus berlangsung sampai pasukan habis."Tapi asalkan kita bisa mengulur waktu kita akan bisa menang.""Hah. . . . . ."Shun menghela nafas panjang sambil melihat teman-temannya yang lain. Secara skill mereka di atas rata-rata, tapi meski begitu hari ini adalah pengalaman pertama mereka di medan perang yang sesungguhnya. Terlihat jelas mereka semua sedang merasa gugup."Di saat seperti ini aku berharap Amelie ada dan membantu kita."Yuudai melihat ke arah Shun."Hey . . kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu."Meski sudah tahu kemampuan Amelie sepertinya Yuudai masih belum bisa menganggap level gadis kecil itu bisa disamakan dengannya."Jika dia ada di sini pekerjaan di belakang bisa dilakukan dengan cepat dan korban yang ada di depan bisa dikurangi."Tapi dia tidak ada di sana, selain itu untuk mengejarnya Haruki sebagai orang yang membuat strategi yang akan mereka gunakan juga jadi ikut pergi."Hah. . ."Sekarang giliran Yuudai yang mengehla nafas begitu melihat formasi musuh yang jadi semakin besar dan mengintimidasi."Apa kau juga gugup Yuudai?.""Tentu saja.""Aku juga sama."Mereka akan mempertaruhakan nyawa mereka, tentu saja mereka akan gugup. Shun memang punya kemampuan jauh di atas rata-rata dalam bela diri, tapi dalam sebuah formasi dia tidak punya kebebasan untuk bertindak. Dan tentu saja apa yang bisa dia lakukan juga sama terbatasnya.Yuudai dan Shun melihat satu sama lain, setelah itu mereka berdua melihat ke arah teman-teman mereka yang sudah berbaris dengan rapi siap untuk keluar dari gerbang benteng.Yuudai berbalik menghadap teman-temannya yang lain lalu bicara dengan lantang."Sama seperti kalian, aku juga tidak suka dengan keadaan ini! tapi ingat kalau kita kabur ke sini adalah untuk menyelamatkan diri dan bukannya untuk mati!! karena itulah jangan mati!!!!!! jangan coba jadi pahlawan dan ikuti instruksi, jika kita bisa mengulur waktu setidaknya sampai setengah jam kita akan bisa menang! dan setelah menang kita bisa pulang!!!!!."Saat berjalan menuju tempat yang jauh, yang paling penting bukanlah memikirkan seberapa jauhnya tempat yang dituju. Tapi membuat target dan melihat ke depan lalu memperhatikan seberapa banyak kemajuan yang sudah kau dapatkan.Tujuan mereka adalah pulang dengan selamat. Dan langkah-langkah yang harus mereka lewati adalah mengikuti pasukan untuk bertempur dan mengulur waktu selama setengah jam. Tentu saja waktu sebenarnya masih bisa mulur tapi memberikan target yang jelas akan membuat seseorang lebih merasa aman.Pertempuranpun segera dimulai begitu kedua pasukan yang saling berhadapan mulai bergerak. Di antara keduanya tidak ada yang bergerak dengan buru-buru. Di sekitar mereka masih ada banyak halangan, jika gerakan mereka terganggu karena hal itu bisa jadi formasi akan runtuh.Pasukan pemberontak memilih jalur yang punya sedikit parit dan berjalan dengan hati-hati sambil menyingkirkan apa yang ada di depannya. Sedangkan pasukan koalisi hanya bergerak sampai batas barikade yang mereka buat, sebab jika mereka maju lebih jauh lagi mereka malah akan kesusahan mundur.Pergerakan keduanya terlihat lambat tapi jantung semua orang berdegub dengan kencang.Dan orang itu juga termasuk jendral dari pasukan pemberontak, Alois. Jika biasanya dia hanya mengawasi jalannya pertempuran dan memberikan perintah dari tempat yang aman. Kali ini dia harus secara langsung mengawasi jalannya pertempuran dengan ikut turun ke medan pertempuran.Dia dan beberapa pengawalnya serta pembawa pesan adalah satu-satunya prajurit yang menggunakan kuda untuk bergerak.Jika dia tidak ikut turun moral pasukannya bisa turun, selain itu dia juga ingin memberikan perintah lebih cepat pada pasukannya. Selain itu dia juga harus bisa mengawasi pergerakan musuh dengan cepat."Aneh. . . kenapa mereka mengajak bertempur secara langsung?."Sampai saat ini pasukan musuh selalu menggunakan siasat serangan kejutan, memanfaatkan jebakan, dan juga mengincar bagian kecil dari pasukannya tapi kali ini mereka membuat formasi solid untuk melakukan pertempuran secara langsung."Bagaimana dengan laporan dari pengintai?.""Sebab barikade musuh terlalu luas pengintaian agak sulit dilakukan, tapi meski begitu ada tanda-tanda pasukan koalisi memindahkan banyak barang keluar dari benteng?.""Keluar? apa mereka berniat kabur dari sini?."Sebelumnya saat mereka dikepung oleh pasukan pemberontak pilihan untuk kabur dari benteng benar-benar terutup. Tapi sekarang begitu pasukan pemberontak memutuskan untuk menyerang hanya satu titik kesempatan untuk bisa kabur jadi terbuka. Hanya saja tidak mungkin semua orang bisa kabur dan harus ada yang dikorbankan untuk mengulur waktu."Apa yang harus kami lakukan?.""Biarkan saja mereka!."Jika mereka memang benar-benar ingin kabur hal itu malah akan membantu pasukan pemberontak. Mereka tidak perlu mengurus tawanan dan musuh mereka jumlahnya jadi lebih sedikit. Selain itu meski mereka berhasil meminta bantuanpun paling cepat mereka baru bisa sampai di minggu selanjutnya. Dan di waktu itu mereka sudah siap untuk menghadapi siapapun yang datang sebab mereka juga punya pasukan tambahan dari belakang."Kita akan tetap mengikuti rencana awal."Selain alasan tadi Alois juga masih waspada kalau-kalau hal itu cuma jebakan. Dia sudah terlalu sering diberi kejutan tidak mengenakan selama pertempuran kali ini. Jika dia membuat pasukan untuk menyerang bagian pasukan koalisi yang memisahkan diri bisa jadi malah mereka yang akan diserang balik dengan kejutan menyakitkan."Semuanya majuuuu!!!."Begitu melewati parit pasukan pemberontak langsung mempercepat langkahnya, lalu dengan cepat mereka maju dan menyerang pasukan koalisi. Tombak yang mereka bawa ditusukan ke depan ke arah musuh. Dan musuh yang ada di depan mereka juga melakukan hal yang sama.Awalnya pasukan koalisi punya keuntungan lebih karena mereka masih berada di balik barikade. Tapi tentu saja barikade darurat mereka tidak bisa bertahan lama. Dan begitu barikade mereka bisa ditembus perbedaan kekutan di antara keduanya mulai terlihat.Sebab tempat mereka terbatas pasukan koalisi tidak bisa seratus persen meniru formasi pasukan pemberontak dan formasi mereka jadi jauh lebih lebar. Dan barisan untuk menggantikan barisan depan formasi jauh lebih sedikit.Jika mereka terlalu cepat mengganti barisan depan mereka akan cepat kehabisan personel, jika mereka menggunakan pergantian horizontal proses pergantian akan jadi lebih lama karena formasi harus dibongkar pasang. Dan saat bongkar pasang itu mereka akan jadi sangat rentan untuk diserang."Jangan munduuuurrr!!!!!."Suara teriakan keras dari belakang pasukan koalisi terdengar dengan jelas. Dan orang yang berteriak itu adalah Butsuma. Jendaral pasukan koalisi yang juga ikut turun ke medan pertempuran.Untuk membalasnya suara sorakan keraspun terdengar.Mereka terdesak, tapi justru karena mereka sudah terdesak mereka jadi tidak perlu bingung dalam memutuskan sesuatu. Sebab pada dasarnya pilihan yang bisa mereka ambil itu sangat terbatas."Semuanya bertahan!."Yang mereka bisa lakukan sekarang hanyalah melakukan lebih dari apa yang mereka bisa, melakukan lebih dari apa yang ditugaskannya, dan bertahan selama mungkin untuk menghentikan pasukan musuh untuk maju.Mereka kalah jumlah tapi dalam hal motivasi dan moral mereka lebih unggul.Dengan begitu perebutan posisi pemenang terus berlanjut. Dan sebab anggota pasukan yang berada di barisan belakang tidak bisa ikut berpartisipasi dalam pertempuran, pertempuran jadi terlihat seperti ular yang sedang memakan satu sama lain.Pasukan koalisi melawan menggunakan keadaan fisik yang lebih baik dan moral yang tinggi sedangkan pasukan pemberontak memanfaatkan secara penuh kelebihan jumlahnya dengan membuat formasi yang lebih rapat agar serangan musuh jauh lebih sulit untuk masuk.Hal itu terus berlangsung selama belasan menit sampai pada akhirnya keseimbangan keduanya mulai timpang."Huu. . . . sebentar lagi giliran kita."Yuudai menghela nafas mencoba menenangkan dirinya sendiri."Jangan tegang, kau cukup melindungiku! jangan pikirkan yang lain.""Berisik kau!!.""Kalau kau bisa membalas omonganku berarti kau baik-baik saja! bersiaplah Yuudai."Prajurit yang ada di depan mereka akhirnya mundur juga dan begitu mereka mundur mereka harus menggantikan mereka untuk maju dan melawan musuh. Shun membawa tombak sedangkan Yuudai membawa prisai. Meski seorang perempuan tapi Yuudai mempunyai tenaga yang lebih besar sehingga dia ditugaskan untuk bertahan sedangkan meski kekuatannya tidak sebesar Yuudai tapi Shun punya kecepatan dan akurasi."Yuudai!!."Begitu mereka maju sebuah tusukan langsung datang. Dengan sigap Yuudai mengangkat prisai di tangannya dan menahan serangan musuh."Geh. . ."Prisai yang digunakannya tidak sepenuhnya terbuat dari metal sebab hal itu akan membuatnya jadi terlalu berat dan sulit digerakan. Lapisan metal yang ada di dalamnya hanya seperempat dari ukuran dari prisai itu sendiri dan sisanya adalah kayu. Jadi jika dia menerima serangan langsung yang kuat prisainya bisa langsung pecah."Shun!!!."Yuudai menghadang serangan tadi secara diagonal dan membuat ujung tombak yang menyerangnya tergelincir dari prisainya."Haaa!!!!."Sedangkan Shun langsung menyerang balik dan mengincar kepala dari orang yang menyeranganya tadi dengan cepat. Cukup cepat untuk membuat pemegang prisai yang bertugas untuk melindunginya tidak sempat bereaksi.Hal itu terus berulang dan berulang. Mereka berdua hanya fokus pada apa yang jadi tugasnya. Meski teman-teman mereka yang ada di samping kanan dan kirinya mulai terluka atau jatuh bersimbah darah keduanya tidak bergerak dari posisinya sambil mencoba tidak melihatnya.Keduanya ingin menolong yang lain, tapi mereka tidak punya waktu untuk memikirkan orang lain saat nyawa mereka sendiri juga sedang dalam bahaya. Selain itu jika mereka menghentikan apa yang mereka lakukan untuk menolong temannya yang terdesak maka serangan akan berhenti dan musuh bisa semakin mendorong mundur formasi mereka.Mereka adalah pengorbanan yang diperlukan.Hal semacam itu memang kedengaran dingin dan tidak berkeprikemanusiaan, tapi memang begitulah kenyatannya. Saat pertempuran dimulai semua orang sudah tahu kalau mereka bisa jadi korban itu sendiri."Shun!!!. . . kita sudah perlu mundur. . "Yuudai kembali menahan serangan musuh, meski dia masih kuat tapi prisai di tangannya sudah babak belur tinggal beberapa serangan lagi maka benda itu tidak akan berguna."Belum. . . di belakang kita hanya tersisa dua baris penyerang lagi, jika kita mundur sekarang kita tidak bisa mengulur waktu lebih banyak."Lalu di belakang dua baris itu adalah pasukan pemanah yang sedang mempersiapkan diri. Normalnya mereka akan digunakan untuk menyerang bagian tengah formasi musuh, tapi sebab pasukan itu sudah terlalu sering digunakan untuk serangan kejutan. Anak panah yang mereka miliki jumlahnya jadi sangat terbatas dan tidak bisa digunakan sembarang.Mereka akan digunakan saat waktunya sudah tepat agar serangan mereka tidak sia-sia.Selain pasukan pemanah kelompok operator meriam juga tidak bisa bergerak sebab mereka sedang menyiapkan diri. Hujan membuat bahan peledak yang ada jadi lembab dan tidak berguna, mereka perlu masih perlu waktu bisa membuat benda itu berfungsi lagi."Sedikit lagi!! tinggal sedikit lagi!"Kau kira musuh mau menunggu!!!!...."Serangan kembali datang dan kali ini prisai Yuudai benar-benar hancur. Dengan menggunakan sisa lempengan metal dari benda itu dia menahan tombak musuh dan menghentikan pergerakannya. Setelah itu dia memegang badan tombak itu lalu menarik benda itu beserta pemiliknya untuk jatuh.Musuh juga sadar kalau pasukan Koalisi punya meriam, tapi mereka juga tahu kalau benda itu tidak akan berguna dalam keadaan hujan. Oleh sebab itulah pasukan pemberontak ingin segera cepat maju dan menembus pertahanan musuh sebelum kesempatan yang dibuat oleh hujan itu habis. Jika sampai hujan berhenti mereka belum bisa masuk maka formasi mereka bisa langsung dihancurkan dengan beberapa tembakan meriam.Pada akhirnya Yuudai dan Shunpun mulai kewalahan. Mereka mulai menadapat luka dan kelelahan. Konsentrasi mereka mulai menurun dan gerakan keduanya jadi lambat."Yuudai. . . mundur. . ."Akhirnya keduanya mundur, tapi berhubung barisan mereka tipis mereka masih bisa melihat orang-orang yang bertarung di depan mereka."Shun. . . sebentar laginya entah kenapa sangat lama. . bukankah ini sudah lebih dari setengah jam.""Yang bilang setengah jam itu kau."Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin mereka bisa menghitung waktu secara tepat, tapi yang jelas mereka memang sudah bertempur lebih dari setengah jam."Sial."Dua baris di depan mereka pertempuran masih kelihatan sengit tapi dengan sekali lihat saja sudah jelas kalau anggota pasukan koalisi sedang kewalahan."Jangan mundur secepat itu bodoooohhhh!!!!."Dalam beberapa menit mereka sudah mundur dan membuat kelompok Yuudai dan Shun maju satu baris lagi. Jika ini terus dibiarkan mereka akan dipaksa untuk bertarung lagi sebab barisan yang ada di depannya juga tidak kelihatan bisa diharapkan."Yuudai cepat bersiap lagi.""Sekarang aku mulai merasa kalau yang di belakang malah sedang kabur dan meninggalkan kita. . .""Curiga di saat seperti ini sama sekali tidak ada gunanya. . . kita tidak punya pilhan lain kecuali percaya pada mereka."Shun mengangkat dua tombak, Yuudai membawa dua prisai dan menyimpan salah satunya di punggungnya. Mereka sudah bersiap untuk bekerja dua kali lipat lebih keras sambil menghadapi kemungkinan terburuknya.Dan di saat itu pula. . .". . . . . . . . .""Akhirnya datang juga."Sebuah suara terompet dengan nada yang mereka kenal berbunyi dengan keras.Pasukan pemberontak akhirnya berhasil membongkar pertahan pasukan koalisi. Yang tersisa di depan mereka hanyalah satu baris pasukan yang melindungi pasukan pemanah di belakangnya. Setelah mereka mengalahkan mereka di depan mereka sudah tidak ada lagi halangan untuk masuk ke dalam benteng.Pasukan pemberontak juga sudah kelelahan. Atau lebih tepatnya keadaan fisik mereka jauh lebih buruk dari pasukan koalisi, oleh sebab itulah mereka kesulitan menembus pertahanan minim yang dibuat musuhnya.Mereka sudah kekurangan makanan, mereka juga tidak bisa berisitrahat dengan tenang, selain itu mereka juga harus melawan cuaca buruk yang terus mengganggu. Di antara mereka ada banyak prajurit yang penglihatannya mulai kabur, tubuhnya lemas, atau kepalanya pusing. Kebanyakan dari mereka tidak ada dalam kondisi untuk ikuti bertempur.Tapi semua orang memaksakan diri, sebab jika mereka tidak ikut mereka tidak akan dihukum, tidak mendapat bayaran, atau tidak bisa balas dendam. Selain itu makin cepat mereka bisa mengalahkan musuh makin cepat mereka bisa masuk ke dalam benteng.Dan begitu mereka bisa masuk ke dalam benteng mereka bisa mendapatkan makanan, obat-obatan, bisa beristirahat dan juga perlindungan dari badai di luar."Pertahanan musuh tembuuussss!!!!!."Salah satu pembawa pesan berteriak sambil mengendarai kudanya. Pesan yang sudah mereka tunggu-tunggu.Pasukan koalisi tidak lagi bisa mempertahankan barisan dan formasinya mulai bergerak mundur dan pergi dari medan pertempuran. Sisa-sisa pasukan mulai terpisah menjadi dua seperti batang kayu yang dipotong di tengah. Setelah itu pasukan pemberontak yang tidak lagi memiliki musuh langsung berebut masuk ke dalam benteng.Mereka akhirnya menang.Adalah apa yang banyak orang pikirkan"Perintahkan semua pemegang prisai untuk ke bagian luar barisaaaaaan!!!!."Kizame menyadari sesuatu. Pasukan koalisi memang kalah dalam bertahan tapi kekalahan mereka sudah diperhitungkan. Dan di saat pasukan pemberontak berpikir mereka sudah menang mereka baru menyadari kalau sedari tadi pasukan koalisi sedikit demi sedikit mengubah posisi ke samping kiri dan kanan dari formasi pasukan pemberontak.Jumlah kavaleri mereka sudah berkurang, tapi hal itu tidak penting sebab tujuan utama mereka adalah pasukan yang mereka coba lindungi dengan mempertaruhkan prajurit yang ada di depannya.Pasukan pemanah."Seraaaaaangg!!!!."Tidak seperti perintah Alois yang tidak bisa dietrima dengan baik karena prajuritnya terlalu fokus untuk berlari ke dalam benteng, perintah Butsuma bisa didengar dengan jelas. Dan begitu perintah itu tersampaikan, ratusan anak panah terbang ke arah barisan pasukan pemberontak.Pasukan pemberontak yang menyadari siasat musuh mencoba untuk berjalan lebih cepat untuk masuk ke dalam benteng. Tapi meski begitu sebagian besar pasukan yang berada di belakang harus jadi korban.Dan korban-korban itu tidak berhenti berjatuhan sebab sambil menyerang pasukan koalisi kembali membentuk formasinya lagi, membuat intensitas serangan panah mereka semakin tinggi dan tinggi.Tidak ada perlawanan yang berarti sebab pada dasarnya mereka sudah mulai menyerang dari belakang dan punggung dari musuh sama sekali tidak terlindungi dengan baik."Jangan paniiiikk!!! sebentar lagi anak panah mereka pasti habis."Lalu, persis seperti yang Alois katakan anak panah pasukan koalisi akhirnya habis dan seranganpun berhenti.Harusnya."Siaaaal!!! suruh pasukan yang di belakang untuk membuat barisan dan menyerang musuh."Begitu serangan panah berhenti barisan pasukan koalisi sudah kembali bersatu dan terbentuk menjadi formasi yang solid. Mereka sudah mengganti senjatanya dengan tombak dan prisai kembali.Kemudian merekapun berlari menuju sisa-sisa pasukan pemberontak yang belum sempat masuk.Sebab pasukan yang tidak berhasil masuk jumlahnya lebih sedikit sekarang pasukan koalisi bisa membalikan keadaan karena mereka punya jumlah yang lebih banyak. Dalam sekejap pasukan pemberontak bisa dibersihkan dan mereka memenangkan pertempuran.Meski mereka sekarang kehilangan bentengnya."Sekarang kita sudah pasti menang."Butusmu kehilangan bentengnya, tapi hal itu juga adalah bagian dari rencana."Bersiaplah untuk menghajar mereka semuaaaaa!!!!."Teriakan Butsuma disambut oleh teriakan yang jauh lebih keras dari prajurit-prajuritnya.Di sisi lain, Alois dan pasukannya yang sudah berhasil masuk ke dalam benteng merasa kalau mereka sudah aman. Jumlah mereka sudah berkurang banyak, korban dari pihak mereka juga sangat banyak sampai pada taraf sekarang pasukan musuh punya jumlah lebih besar dari mereka.Tapi mereka sudah berada di dalam benteng yang aman dengan peralatan yang memadai serta supply yang lebih dari cukup untuk mereka bisa menunggu bantuan selama beberapa hari.Hanya saja tiba-tiba dia mendengar sebuah pesan yang sama sekali tidak dia duga."Menyeralahkan kalian semua!!! jika kalian semua menyerah kami akan memperlakukan kalian seperti tawanan perang dan menjamin keselamatan semua orang! jadi keluarlah dan menyerah pada kami.""Orang itu bicara apa?. ."Sekarang begitu mereka sudah berada di dalam benteng mereka bisa mengurung diri di sana dan tidak perlu takut dengan serangan musuh.Setelah itu dia mendengar suara tembakan meriam yang mungkin ditujukan sebagai tembakan peringatan. Tapi tentu saja tidak ada yang punya niat untuk keluar dan menyerahkan diri.Tembok dari benteng itu dibuat cukup tebal untuk bisa menahan serangan meriam.Mereka kalah dalam pertempuran tapi menang dalam perang.Adalah apa yang Alois pikirkan.Sampai dia mendapatkan laporan dari salah satu anak buahnya."Jendral Alois, benteng ini sepertinya sudah dikosongkan.""Ha?. . ."Alois mengingat laporan sebelumnya yang bilang kalau ada kelompok terpisah yang memindahkan barang dari dalam benteng ke luar."Jadi ini tujuannya."Tapi hal itu bukan masalah, jika mereka bisa membentuk pasukan lagi lalu menyerang ke luar mereka bisa merebut sebagian supply milik pasukan koalisi.Sayangnya semua tidak sesederhana itu."Kami juga menemukan beberapa bahan peledak di bagian-bagian penting benteng ini, kami sudah mengerahkan orang untuk mencari yang lainnya tapi untuk memeriksa keseluruhan tempat ini masih perl. . . ""Cepat kibarkan bendera putiihhhh.""Iya tuan?. . .""Sekaraaaaaaangg!!!.""Tapi. . ""Mereka lebih gila dari apa yang kupikirkan."Mereka sengaja membiarkan pasukan pemberontak masuk ke dalam benteng lalu ingin mengubur mereka hidup-hidup dengan menghancurkan benteng mereka sendiri. Sebab mereka tidak bisa menggunakan pasukannya, mereka menggunakan benteng mereka untuk mengurung musuh agar mereka tidak bisa bergerak."Cepat keluar dari benteng."Pasukan pemberontak tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi mereka tetap menurut dan mulai bersiap untuk keluar dari benteng. Tapi usaha mereka hanya disambut oleh suara ledakan.Pasukan koalisi sudah memindahkan posisi setiap meriam yang mereka miliki ke depan semua gerbang benteng. Tembok benteng memang kuat menahan serangan meriam tapi untuk pintunya urusannya lain lagi. Jika benda itu diberondong oleh tembakan meriam mereka akan langsung runtuh, selain itu di hari sebelumnya pintu-pintu itu juga sudah dirusak dengan sengaja."Aaa . . ."Banyak orang terluka karena tembakan tadi, tapi mereka tidak punya waktu untuk memikirkan mereka sebab tembakan selanjutnya langsung datang.Selama pasukan koalisi di dalam benteng sedang dijadikan bulan-bulanan operator meriam, Shun yang ada di luar benteng bersama sisa pasukan koalisi lainnya hanya bisa memandang ke arah benteng mereka sendiri dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan."Uwah. . . entah kenapa aku tidak bisa melihat Haruki sebagai orang waras lagi. . . . aku bahkan bisa membayangkan wajah jahatnya saat menyiksa semut ketika dia masih kecil. ."Sama seperti pasukan pemberontak yang sekarang, mereka sudah terlihat seperti semut yang sedang dipermainkan oleh anak kecil."Jendral Butsuma saat pasukan bantuan datang penjelasan macam apa yang akan kau berikan pada mereka saat melihat keadaan benteng ini?."Orang tua itu tersenyum lalu bicara."Tentu saja aku akan bilang kalau pasukan pemberontak yang melakukannya."Shun mengalihkan pandangannya dan bicara dengan pelan."Apa semua orang di bagian atas punya pikiran jahat semacam ini?."Selain menyetujui strategi keji yang dibuat Haruki jendral Butsuma juga sudah bersiap untuk mengkambinghitamkan musuh, selain itu saat memberi peringatan pada musuh kelihatan sangat jelas kalau sebenarnya dia tidak ingin musuh menyerah begitu saja. Dia sengaja tidak memberikan kesempatan musuh untuk menjawab dan langsung menyerang.Mungkin dia memikirkan masa depan pasukannya yang kelebihan akan tawanan, tapi meski begitu Shun tidak bisa berhenti melihat jendral Butsuma sebagai orang jahat. Dia memutuskan menjauh dari orang-orang di sekitar jendral Butsuma dan mendekati Yuudai.Dan begitu melihat Shun gadis itupun langsung menanyakan sesuatu yang dia bingungkan selama pertempuran."Ngomong-ngomong kapan pasukan bantuan akan datang?.""Bukankah kau sendiri yang bilang dua minggu lagi Yuudai?.""Bukan itu, maksudku mereka bilang kalau akan ada bantuan yang datang tapi aku tidak melihatnya.""Ha? kau masih belum menyadarinya? yang dimaksud bantuan ya ini.""Ini?."Shun menengadahkan tangannya ke atas lalu mengumpulkan air hujan, setelah itu dia mencipratkan air yang sudah terkumpul di tangannya ke samping."Cuaca buruk ini adalah bantuan yang dimaksud! cuaca buruk inilah yang membuat keadaan mereka jadi buruk dan juga memojokan posisi mereka sehingga rencana ini bisa berhasil.""Cuaca?.""Aku tidak tahu detailnya, tapi aku pernah mendengar kalau kau bisa memprediksi cuaca sampai beberapa hari ke depan dengan sebuah metode.""Jadi begitu. . "Suara tembakan meriam terus bergema secara bergantian, dan dari setiap tembakan itu kerusakan baru terus muncul di bagian dalam benteng. Dan kerusakan yang dimaksud bukan hanya ada satu jenisnya.Meriam yang ditembakan berisi bermacam-macam amunisi. Ada yang hanya sekedar bola besi, ada yang di dalamnya berisi minyak, ada yang di dalamnya berisi peledak, dan bahkan ada yang di dalamnya berisi benda-benda tajam yang akan melayang ke segala arah begitu peledak di dalam amunisinya meledak.Semua itu membuat keadaan di dalam benteng jadi benar-benar seperti di neraka. Barang-barang hancur, tulang yang remuk, api yang berkobar di mana-mana serta benda tajam yang terbang seperti mengejar korbannya terus datang dengan bertubi-tubi."Bagaimana bisa jadi seperti ini?. . ."Alois yang hanya bisa melihat keadaan pasukannya terus berjalan menaiki tangga yang sudah bisa runtuh kapan saja sambil membawa bendera yang dia ambil dari anak buahnya yang sudah mati."Aku harusnya sudah tahu seberapa kejamnya perang. . . tapi . . ini. . ."Dia merasa kalau metode yang digunakan pasukan koalisi terlalu kejam."Iblis macam apa yang bisa membuat rencana semacam ini?. . "Yang dia inginkan hanyalah merebut kembali negaranya, mengusir orang luar yang sok berkuasa dari tanah kelahirannya, dan mengembalikan apa yang sudah diambil dari keluarganya, teman-temannya, dan juga semua orang yang dia kenal."Tapi kenapa semuanya harus berakhir seperti ini."Bukankah dia berada di pihak yang benar?.Bukankah orang jahatnya itu mereka?."Yang kuinginkan hanyalah mengambil kembali apa yang seharusnya jadi miliku."Dia sudah mengorbankan banyak orang untuk memenuhi keinginanknya.Dia sudah melibatkan banyak orang untuk ambisiku.Dan dia juga sudah meninggalkan orang-orang yang dia cintai, keluarganya hanya untuk pergi ke tempat yang dingin dan kejam ini."Ugh. . . ."Aku sudah setua ini. . . aku sudah tidak pantas untuk mengis. . . tapi. . ."Aku ingin pulang. . ."Dia tidak bisa menahan air matanya.Dan di saat yang sama, sebuah peluru meriam kembali masuk dan meledak. Melemparkan potongan-potongan metal tajam ke segala arah dengan kecepatan sangat tinggi.Yang salah satunya mengarah ke kepala Alois."Sial . ."Sepertinya dia akan mati begitu saja di tempat itu.Sepuluh menit sudah berlalu setelah serangan bertubi-tubi dimulai dan tanda-tanda musuh akan menyerah sama sekali belum terlihat. Butsuma memang sudah bersiap untuk menghancurkan benteng yang jadi tanggung jawabnya. Tapi meski begitu dia ingin musuh segera menyerah sebelum bentengnya benar-benar runtuh.Apapun alasan yang diberikannya nanti, kalau benteng itu sampai runtuh dia pasti akan mendapatkan hukuman dari sentral."Jendral Butsuma lihat ke atas tembok.""Hm. . "Butsuma melihat ke atas tembok dan menemukan seorang pria paruh baya bersimbah darah yang sedang membawa sebuah bendera putih."Kami menyerah!!! kami menyerah!!! hentikan serangannya!! kami bersedia jadi tawanan!!!."Setelah berteriak dan mengibarkan bendera dengan sekuat tenaga orang itu, Aloispun terjatuh dan tidak bisa dilihat lagi karena tertutup tembok."Hentikan serangaaann!!! kita sudah menaaaaaang!!!!!."Setelah deklarasi kemenangan itu, sorakan dari pasukan koalisi terdengar menggelegar ke segala arah.Dalam buku sejarah pertempuran itu akan disebut sebagai Kemenangan Hitam. Detail dari peperangan itu akan sering dikutip sebagai referensi taktik kurikulum militer untuk membalikan keadaan dengan musuh yang jumlahnya lebih banyak. Tapi dalam pengetahuan umum, kemenangan yang didapatkan dari taktik itu dilabeli sebagai sesuatu yang tidak boleh sampai terulang lagi.6"Menunduk!!!."Haruki mendorong tubuh Amelie ke tanah untuk menghindari tusukan yang dilancarkan oleh seorang prajurit di depannya. Setelah itu Erwin menangkap tombak yang digunakan prajurit tadi untuk menyerang dan menariknya dengan kuat, membuat orang itu terjatuh ke depan.Haruki yang masih berada di tanah mengangkat kakinya dan menerima tubuh orang tadi kemudian melemparkannya ke sebuah pohon di belakangnya. Dan begitu orang itu terjatuh dengan posisi terbalik, Erwin langsung mendekati orang itu kemudian menginjak lehernya dengan kuat."Lari!."Haruki langsung mengangkat Amelie dan menaruh tubuh kecil gadis itu di pundaknya. Setelah itu dia dan Erwin langsung berlari sekuat tenaga."Kejar merekaaa!!!. . . "Dan tentu saja mereka juga langsung dikejar."Erwin apa kau bisa membungkam mereka?.""Kalau hanya melawan mereka bertiga bisa, tapi setelah itu aku tidak tahu! aku melihat salah satu dari mereka sudah lari ke belakang.""Sial."Jika ada prajurit yang kembali ke rombongannya itu berarti meski Erwin bisa mengalahkan tiga orang yang mengejar mereka, bala bantuan akan segera datang dan mereka akan langsung dikeroyok."Amelie, ambil senjataku."Dalam situasi biasa Amelie akan protes karena diperlakukan seperti karung, tapi dia paham kalau situasi mereka tidak mengijinkannya untuk banyak menuntut. Dengan cepat dia membuka sebuah kain hitam panjang yang berada di punggung Haruki lalu mengeluarkan sebuah air rifle dari dalamnya. Setelah itu Haruki memberikan tanda agar Amelie memberikan benda itu pada Erwin."Kau tahu harus melakukan apa kan?."Erwin menerima senjata yang Amelie berikan, setelah itu dia berhenti dan menurunkan posisi badannya untuk berlutut dan mengincar musuhnya. Tapi sebab lawannya adalah prajurit terlatih mereka langsung dengan cepat mengamankan diri dengan bersembunyi di balik pepohonan."Jangan memaksakan diri! Jika kau merasa tidak bisa langsung lari saja! aku akan menunggumu."Pada dasarnya Erwin masih terluka, dia bisa bergerak seperti biasa adalah berkat bantuan kemampuannya. Dengan menggunakan kemampuannya dia bisa mengeraskan luka yang dimilikinya agar tidak bergerak dan kembali terbuka. Tapi meski begitu efek dari kehilangan darah, terkena racun, dan luka dalamnya tidak bisa dihilangkan hanya dengan beristirahat selama sehari.Setelah itu Haruki kembali berlari dan sebelum musuh mereka ada yang bisa memeriksa keadaan Erwin langsung berguling dan masuk ke dalam semak di sampingnya."Huuuuhhfff. . . ."Erwin menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Dalam berburu hal yang paling penting adalah observasi yang teliti dan kesabaran. Tapi kali ini dia tidak punya waktu untuk melakukan hal semacam itu. Selain itu dia juga tidak sedang berburu."Ok!!."Yang diperlukannya adalah serangan cepat dan kemenangan cepat agar dia bisa segera menyusul kedua temannya itu.Erwin mengambil sebuah batang kayu lalu melemparkannya ke arah tempat terakhir musuh terlihat. Dan seperti yang dia duga, dari sana tidak ada reaksi yang artinya mereka sudah bergerak ke tempat lain.Di tempat yang rimbun dan penuh semak seperti itu bersembunyi adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Jika mereka melakukan petak umpet seperti itu, Erwin akan membuang terlalu banyak waktu."Jadi apa yang kita punya di sini?."Dia menyimpan sebuah tali kecil panjang dan di sampingnya ada sebuah batang kayu."Kurasa ini bisa dipakai."Erwin mencoba mengingat-ingat di mana terakhir kali dia melihat musuh-musuhnya lalu memperkirakan posisi mereka sekarang. Setelah itu dia memfokuskan pendengarannya pada tempat-tempat itu. Kemudian, dengan sangat perlahan dia mulai mundur dan mencari pohon besar. Pohon yang cukup besar untuk menutupi seluruh tubuhnya.Dia mengambil sebuah batang pohon, mengikatnya dengan tali lalu melemparkannya ke tempat yang agak jauh. Setelah itu dia bergerak dengan merayap sambil mengulur tali itu dan menyangkutkannya pada benda-benda lain di sekitarnya. Dengan hati-hati dia menuju ke tempat di mana orang-orang yang menyerangnya tadi.Jika merek bergerak maju dengan tujuan untuk mendekati Erwin, itu berarti tempat mereka sebelumnya sudah kosong. Dan beruntung bagi Erwin, kebanyakan orang tidak akan memeriksa ulang apa yang sudah pernah dilihatnya.Sambil terus bergerak Erwin terus menarik tali berisi batang kayu itu. Dan karena tempat itu lebat dengan tanaman, begitu benda itu menabrak sesuatu bunyi mencurigakan akan terdengar.Erwin mencoba menariknya dengan keras agar perhatian musuh-musuhnya teralihkan pada benda itu yang di saat bersamaan juga bisa digunakan untuk menutupi suara yang dibuatnya saat bergerak.Pemuda itu terus bergerak sambil mengawasi sekitarnya untuk memastikan tidak ada yang punya jalur yang sama dengannya. Dan setelah beberapa menit akhirnya dia bisa memastikan kalau jaraknya dengan orang-orang tadi sudah cukup jauh. Dari tempatnya sekarang dia bisa melihat dengan jelas ada benda-benda yang bergerak di dalam semak.Di bawahnya.Sebab sekarang dia sedang berada di atas pohon dan bisa dengan jelas melihat punggung musuh yang tidak terlindungi. Musuh yang sedang mencoba mendekati batang kayu yang dia tarik-tarik.". . . ."Dengan tenang Erwin menekan platuk senjatanya.Sementara Erwin bertarungan untuk menghentikan orang-orang yang mengejarnya Haruki akhirnya bisa berhenti setelah merasa cukup jauh dan menemukan yang dia anggap aman. Dia segera menurunkan Amelie kemudian langsung membongkar tasnya sendiri dan mulai memindahkan isinya keluar."Apa yang kau lakukan Haruki?.""Aku sedang mempersiapkan benda-benda yang kau perlukan untuk melakukan perjalanan.""Lalu kenapa kau mengeluarkannya? kau kan. . .""Amelie! maafkan aku tapi aku benar-benar tidak bisa pergi! karena itulah aku akan melakukan apapun untuk menaikan kesempatanmu untuk bisa kabur.""Aku tidak mau!"Sama seperti Haruki yang bicara dengan tegas, Amelie juga bicara dengan nada tegas dan terangan-terangan menolak saran Haruki."Ini bukan saran tapi perintah.""Aku tidak mau!.""Diam kau!!!!! jangan menjawabku dan turuti saja perintahku dasar tuli!!!.""Haruki. . . dari tadi sebenarnya ada apa denga. . "Amelie ingin mengulurkan tangannya pada Haruki, tapi pemuda itu langsung menepisnya dengan kasar."Menjauh darikuuu!.""Eh? . . ."Dan kali ini Haruki melakukan tindakan yang lebih kasar dari sebelumnya. Jika sebelumnya Haruki hanya menepis telapak tangan Amelie seakan dia tidak ingin disentuh olehnya, sekarang begitu Amelie mencoba mendekatinya dia langsung mendorong tubuh gadis kecil itu dengan kuat sampai Amelie terjatuh ke tanah."Haruki. . . kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu."Mereka biasa saling menghina, dan mereka bisa saling adu mulut dengan serius kalau sudah menemukan sesuatu dari pandangan berbeda. Tapi meski begitu tidak pernah sekalipun keduanya saling melemparkan kalimat penuh kebencian atau menganggap satu sama lain sebagai musuh.Hanya saja kali ini lain. Pemuda itu melihatnya dengan mata melotot yang penuh kemarahan seakan dia ingin agar Amelie segera menghilang dari pandangannya.Tentu saja Haruki pernah marah di depannya, tapi meski pemuda itu sedang marahpun dia tidak pernah menunjukan wajah seakan dia ingin membunuh seseorang. Semarah apapun dia, Haruki biasanya hanya akan menunjukan wajah kesal dan terganggu."Dengarakan dan perhatikan! setelah kita berpisah di tempat anggap kalau kita tidak pernah bertemu sebelumnya! . . .""Hey Har-uki jangan bercanda dengan lawakan tidak lucu seperti itu. . . . . . aku tahu kalau aku ini menyusahkan . . . tapi. ."Amelie kembali berdiri lalu mencoba mendekati Haruki sekali lagi."Baguslah kalau kau sadar. .""Eh?. . . ."Mengurus Amelie sama sekali memang tidak mudah. Haruki tidak mengurusi kebutuhan sehari-hari Amelie . . . tidak . . salah. Jawaban yang benar adalah, selain kebutuhan sehari-harinya pada dasarnya semua hal yang berhubungan dengan Amelie dialah yang mengurusinya."Selama kau di sana kau ini cuma jadi beban!.."Sesekali dia akan dilihat dengan tatapan tidak ramah atau mendengar seseorang menggosipkannya, tapi selain itu pada dasarnya dia tidak mendapatkan kesulitan yang berarti selama tinggal di Yamato."Apa kau pernah berpikir bagaimana bisa kehidupanmu bisa selancar itu di tempat yang bisa disebut sarang musuh itu?"Jawabannya adalah Haruki selalu melindunginya dari balik layar.Amelie sendiri tahu akan hal itu, tapi dia tidak tahu secara detail apa saja yang sudah Haruki lakukan.Perang baru saja berakhir dan banyak dari keluarga, teman atau kenalan orang-orang yang ada di sekolah ikut dalam perang melawan Amteric lima tahun yang lalu. Dan di antara mereka masih banyak yang menyimpan dendam pada orang-orang yang berasal dari Amteric seperti Amelie.". . . ."Seseorang harusnya sudah ada yang membully Amelie, mengerjainya dengan alasan iseng, menjahilinya hanya untuk bersenang ataupun membuatnya kesulitan dalam melakukan sesuatu. Tapi nyatanya hal yang seperti itu tidak terjadi.Kenapa?.Jawabannya mudah. Sebab Haruki mengurus hal-hal semacam itu."Mencari-cari sepatumu yang disembunyikan orang benar-benar melelahkan, dan berkali-kali dikerasi orang lain hanya karena aku membelamu juga lumayan menyakitkan, selain itu sekedar meminta beberapa guru memberikan nilai yang obyektif sering memaksaku untuk memberikan ancaman atau bahkan harus bersujud di depannya."Tidak jarang malah bahkan Haruki yang jadi target orang-orang itu.Yang pada akhirnya membuat kehidupan Haruki jadi sulit. Salah satu hal yang membuat dia sering kelaparan karena jatah uangnya sengaja ditahan-tahan."Aku sama sekali tidak tahu. . . . . tapi meski begitu aku paham kalau aku sudah menyusahkanmu. . . bukankah kita sudah berjanji akan sama-sama mengganti rugi? aku ingin memba . . . .""Berhenti di situ! . . . . biarkan aku bicara jujur! kau pernah bilang kalau kau ingin mengikutiku kan? membalas kebaikanku atau membantuku! semua resolusimu itu menjijikan!."Dan ketika Haruki bilang menjijikan pemuda itu benar-benar menatap Amelie dengan tatapan jijik.". . . . . ."Amelie membelalakan matanya dan sempat mundur beberapa langkah. Semua yang sudah dia lakukan selama ini baru saja Haruki anggap sebagai hal yang menjijikan. Tujuannya yang dia perjuangkan dengan susah payah selama ini hanya dianggap sampah."Kenapa?. . . . . kenapa kau tega mengatakan hal seperti itu . . . aku hanya. . ."Ibunya adalah seorang rakyat biasa, tapi pada suatu kesempatan raja negaranya melihatnya dan tertarik padanya lalu ingin menikahinya. Dan sebab dia bisa menolong keluarganya dengan menikahi sang raja, dia mau melakukannya dengan senang hati.Tapi setelah itu sebab dia tidak dilahirkan dari kalangan atas dia dikucilkan dan diperlakukan dengan tidak menyenangkan. Membuatnya harus keluar dari istana dan diberikan sebuah tanah kecil sebagai bentuk permintaan maaf.Tidak lama setelah itu dia mengandung dan melahirkan Amelie.Hanya saja, meski dia adalah bagian keluarga kerajaan tapi dia tidak mempunyai harta yang banyak dan harus hidup secara sederhana. Yang pada akhirnya juga harus memaksa Amelie ikut dengan gaya hidup sederhana.Amelie sendiri tidak merasa keberatan dengan gaya hidup mereka yang seperti itu. Mereka mungkin tidak hidup mewah tapi setidaknya mereka tidak kekurangan apapun.Adalah apa yang dulu Amelie pikirkan meski padahal kenyataannya lain.Ibunya jatuh sakit, setelah itu dia sadar kalau ternyata untuk mempertahankan gaya hidup sederhananya itu saja ternyata sudah sulit. Oleh karena itulah Amelie harus belajar, harus tahu banyak hal, dan harus membuat keadaan mereka membaik.Setelah itu dia harus pergi ke Ibukota untuk bersekolah di sekolah para bangsawan yang sama sekali tidak cocok dengan kepribadiannya.Di sana dia bertemu dengan Erwin yang selalu membantunya, dan saat dia dikeluarkanpun Erwin memutuskan untuk membuang masa depannya yang sudah terjamin demi Amelie. Dia ikut dengan Amelie untuk pulang untuk bisa terus melindunginya.Tidak lama setelah itu Haruki datang dan menjadi tutor pribadinya menggantikan ayahnya. Mengajarkannya banyak hal, memberitahukannya lebih dari apa yang dia minta, dan memberikannya pengalaman menyanangkan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.Pada awalnya mereka bertiga punya masalah untuk bisa akrab satu sama lain. Tapi pada akhirnya mereka bisa membuang perbedaan masing-masing dan menerimanya.Saat itu dia merasa sangat senang, sangat bahagia sampai dia berharap mereka bisa terus begitu selamanya. Hanya saja harapan memang hanya sebuah harapan. Amelie sadar kalau masa depannya sudah ditentukan oleh orang lain.Dia tidak punya banyak waktu, dalam beberapa tahun ke depan dia tidak akan memiliki kebebasannya lagi dan tidak bisa melakukan hal-hal yang dia inginkan. Karena itulah dia berusaha keras untuk melakukan apa yang bisa dilakukannya sekarang.Dengan waktu terbatas yang dimilikinya, dia ingin membahagiakan orang-orang yang sudah membuatnya bahagia. Dia ingin membut kehidupan ibunya jadi lebih mudah, dia ingin mengembalikan masa depan Erwin, dan dia juga ingin membantu Haruki sebisanya.Pada akhirnya dia hanya ingin membantu orang lain yang dicintainya."Aku hanya ingin berguna bagi kalian."Ya, pada akhirnya Amelie hanyalah seorang gadis kecil yang ingin berguna bagi orang-orang yang sudah peduli padanya."Ha? ingin jadi berguna kau bilang?."Tapi meski Amelie sudah bicara panjang lebar Haruki masih tetap melihatnya dengan tatapan tidak bersahabat."Tidak ada seorangpun yang memintamu melakukannya!!!!. . . . . Kalau begitu bukankah kau melakukan semua itu hanya untuk kepuasan dirimu sendiri?.""Ak. . . .""Bukankah kau melakukannya hanya karena ingin merasa baik dan merasa sudah berusaha?."Amelie kembali berhenti bergerak, tangannya yang hendak mencapai Haruki juga langsung berhenti, seluruh anggota badannya berhenti bergerak seakan otaknya juga ikut berhenti bekerja."Bukankah kau hanya tidak ingin menyesal di masa depan karena tidak melakukan apapun?.""Aku. . "Dia tidak bisa membantah hal itu. Di dalam sana, dia berpikir kalau saat nanti dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa jika dia sudah berusaha sekarang maka dia bisa berpikir kalau 'aku sudah melakukan sebisaku' agar tidak merasa bersalah. Dia tidak ingin disalahkan. Dia ingin agar orang lain berpikir baik tentangnya dan memberikannya simpati."Bukankah kau hanya menggunakan kami untuk memberimu alasan?. . . ."Amelie akhirnya bisa menggerakan badannya lagi dan dia langsung menunduk."Pada dasarnya kau hanya ingin kabur."". . .""Kau hanya ingin lari dari kenyataan."Amelie ingin menutup telinganya tapi tangannya berhenti di depan matanya. Dia melihat ke arah dua telapak tangannya yang dia angkat dengan pelan. Sambil melihatnya dia mencoba menggerakan jari-jari tangannya dan mengingat apa saja yang sudah dia lakukan selama ini."Ugh. . . . ."Dan air matapun langsung memenuhi kelopak matanya lalu jatuh ke atas telapak tangannya."Hiks . . Maafkan aku. . . maafkan aku. . . aku. . ."Apa yang Haruki mungkin memang semuanya benar, mungkin dia memang hanya ingin kabur dan lari dari kenyataan lalu menggunakan orang-orang di sekitarnya sebagai alasan untuk membenarkan perbuatannya."Maafkan aku. . . uee. . ."Setelah itu Amelie terus menangis dengan keras. Haruki ingin segera memeluk gadis kecil yang sedang bersedih di depannya, tapi dia harus menahan diri. Dia tidak bisa melakukannya sekarang. Yang bisa dia lakukan hanyalah melihat gadis kecil itu terus menerus menyeka air matanya yang tidak kunjung berhenti.Gadis kecil itu menyeka air matanya, mencoba menenangkan diri, lalu merasa bersalah, kemudian kembali mengeluarkan air mata lagi, menyekanya lagi, merasa bersalah lagi dan menangis lagi, mencoba menghentikan tangisannya, lalu merasa bersalah lagi, dan menangis lagi."Ughh. . . . .uuuu. . . . "Amelie kembali menyeka air matanya dengan telapak tangannya yang sudah basah, yang malah membuat wajahnya jadi ikut malah jadi semakin basah terkena air mata. Tapi kali ini dia berusaha dengan keras untuk menahan tangisannya.". . . . ."Lalu dia mengangkat kepalanya dan melihat langsung ke arah Haruki."Aku akan melakukan apapun agar kau memaafkanku. . ."Haruki hampir secara reflex bereaksi dengan mengulurkan tangannya dan bilang kalau gadis kecil itu sama sekali tidak perlu meminta maaf sebab dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi begitu dia melihat wajah Amelie yang sekarang dia langsung berhenti."Aku akan berubah. . . Ughuu. . .. .aku ak-an. . berhenti mencari alasan. . . . .ak-u akan benar-ben-ar berusaha. . "Amelie masih kesulitan untuk berbicara, tapi dia tidak punya niat untuk kembali diam dan hanya mendengar apa yang Haruki katakan."Aku ti-dak aka-an . . lari lagi. . . tapi. . ."Meski penuh dengan air mata matanya penuh dengan tekad kuat, dan meski bicara dengan terbata-bata tapi Haruki bisa merasakand dengan jelas resolusi yang sudah Amelie kumpulkan."Hal itu adalah urusan nanti!!!!.""Ha?. . . ."Haruki sendiri terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Amelie. Dan sebelum keterkejutannya pudar, gadis kecil itu kembali melakukan hal yang membuatnya terkejut. Dengan cepat Amelie berlari dan menangkap tangan kiri Haruki, setelah itu dia memegangnya dengan sangat erat dan memeluknya dengan keras."Apa yang kau lakukan Amelie!!!."Haruki kembali menyibakan tubuh Amelie dengan keras, tapi usahanya untuk melepaskan diri dari Amelie tidak berhasil sebab kali ini gadis kecil itu benar-benar serius tidak ingin melepaskan Haruki."Aku akan menuruti permintaanmu! aku juga akan membaca novel percintaan! aku akan berusaha menjadi apa yang kau mau. . ""Amelie kau!!!. . ."Meskipun dalam keadaan darurat gadis kecil itu masih bisa mengatakan hal-hal yang dengan mudah memancing kesalahpahaman."Karena itulah jangan tinggalkan aku!!!.""Kau. . ""Jangan tinggal di sini dan ikutlah denganku untuk pulang!!!.""Lepaskan!!!. . ."Haruki dengan kasar mencoba melepaskan pegangan Amelie, tapi gadis itu tidak mau menyerah dan terus melawan."Aku tidak mau kau pergi meninggalkanku!!!!."Haruki merasa kalau Amelie sudah tidak bisa dia hadapi lagi dengan kata-kata. Membuat Haruki terpaksa harus menyiapkan kepalan tangannya untuk membuat gadis kecil itu hilang kesadaran."Aku tidak ingin kau mati!!!!."Tapi sebelum dia bisa melancarkan serangannya Haruki kembali bisa mendengar tangisan yang Amelie keluarkan."Haruki kau pernah bilang kalau aku perlu lebih egois kan?. . . sekarang aku akan menurutimu dan jadi egois.""Amelie . . . kau masih. . ."Perasaannya sedang tidak karuan, hatinya benar-benar sakit setelah mendengar apa yang Haruki katakan, lalu rasa bersalahnya sama sekali tidak membantu dan membuat kepalanya jadi semakin sakit.Tapi meski begitu kecerdasaannya sama sekali tidak jadi tumpul."Aku tidak ingin merasakan hal itu lagiiiiiii!!!!!."Dia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana dia meneruskan kehidupannya jika dia kehilangan salah satu dari tiga orang yang penting baginya. Saat dia melihat Erwin sekarat dia benar-benar serius merasa kalau sepertinya dunia akan berakhir.Dan tentu saja dia tidak ingin merasakan hal seperti itu lagi. Dia tidak ingin tidak bisa melihat wajah seseorang lagi untuk selamanya."Ikutlah denganku! Jangan tinggalkan aku! Jangan mati di siniiii!!!!."Sifat seseorang tidak mungkin berubah seratus delapan puluh derajat dalam sekejap. Sama seperti kebiasaan yang terbentuk dari sifat seseorang dan tidak bisa berubah dalam waktu yang singkat.Oleh sebab itulah pasti ada hal lain yang membuat Haruki tiba-tiba bertingkah berbeda di depan Amelie. Pasti ada yang tidak beres. Pasti ada alasan lain kenapa tiba-tiba dia ingin sekali menjauhi dirinya.Haruki mulai bertingkah aneh begitu mereka melewati pasukan supply musuh. Tapi meski begitu dia masih bisa tenang dan membuat rencana yang detail. Mereka tetap berpisah tapi Haruki berjanji kalau dia akan berhasil dan menemui dia dan Erwin lagi.Lalu bagian mananya yang salah?.Bagian mana yang membuat Haruki memutuskan untuk membuat keputusan yang bertolak belakang dan membuang semua rencananya dan memutuskan untuk tetap tinggal.Haruki tidak mungkin mendapatkan informasi baru dari pihak luar, Haruki tidak mungkin membuat strategi yang tidak punya kemungkinan berhasil, dan pemuda itu juga tidak pernah mengandalkan satu cara untuk bisa membuatnya meraih tujuannya.Jadi apa?.Jawaban yang bisa Amelie temukan cuma ada satu.Haruki mengetahui sesuatu yang tidak diketahui orang lain. Dia mengetahuinya dari cara yang tidak bisa direplikasi orang lain. Dan dia tidak ingin Amelie maupun Erwin tahu apa yang dia ketahui sebab hal itu akan membuat semuanya jadi semakin rumit.Haruki selalu bilang kalau dia akan mati di tempat itu, jadi bisa dipastikan kalau pemuda itu sudah menyiapkan diri untuk mati demi menyelamatkan Amelie."Aku tidak tahu apa yang kau lihat! tapi yang jelas jangan percaya hal itu!!! jangan menyerah dan ikutlah bersamaku!."Semua tebakan Amelie kedengaran logis, dan semua kesimpulan yang didapatkannya terlihat seperti hasil natural dari pemikirannya. Tapi yang sebenarnya adalah, jauh di dalam sana. Dia hanya tidak ingin percaya kalau Haruki membencinya, dia ingin percaya kalau Haruki peduli padanya. Dan dia tidak ingin berpikir kalau sebenarnya selama ini Haruki menyimpan dendam padanya."Jangan tinggalkan aku!!!."Amelie kembali menangis. Dan kali ini tangisannya semakin keras dari sebelumnya. Sebuah pemandangan yang tidak pernah Haruki lihat sebelumnya.Amelie adalah seorang gadis yang berpikir dewasa dan bertingkah dewasa. Bahkan saat kecilpun dia tidak pernah bersikap egois dan meminta sesuatu pada siapapun dengan mengandalkan tangisannya.Tapi kali ini Amelie menangis dengan sekuat tenaga hanya untuk meminta Haruki agar tidak meninggalkannya, membiarkannya sendiri dan mati di tangan musuh.Hari ini adalah hari pertama di mana Amelie membuang semua topeng kedewasaannya dan berubah menjadi anak kecil yang egois. Dia tidak perduli dengan siapapun, dia tidak peduli dengan keadaan, dan dia tidak peduli meski meski dia harus jadi menyusahkan.Yang dia pedulikan adalah agar keinginannya segera dituruti."Maafkan aku!."Melihat Amelie yang menangis sambil memeluk lengannya memintanya agar ikut dengan gadis kecil itu, agar dia tidak meninggalkannya, dan agar dia tidak harus mati sendirian adalah hal yang sangat menyakitkan. Sebagai seorang laki-lak dia ingin menolong wanita yang ada di depannya, sebagai orang yang lebih dewasa dia ingin menghibur gadis kecil di depannya, dan sebagai Haruki. Sebagai dirinya sendiri dia hanya tidak ingin agar Amelie merasa sedih.Tapi, permintaannya itu punya harga yang sangat mahal."Ini bukan saran tapi perintah.""Kau tidak punya hak untuk memberiku perintaaaaahh!!!!!!."Di sekolah tingkatan mereka sama. Kemudian meski Haruki adalah anggota pasukan elit Amelie bukanlah penduduk Yamato. Jika dia tidak memperdulikan hal itupun, Satus Amelie sebagai tuan putri masih jauh di atas Haruki."Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku juga tidak setuju aku tidak mau kejadian seperti sebelumnya terulang lagi"Erwin yang baru saja datang juga tidak setuju dengan usul Haruki. Dengan keadaannya sekarang dia tidak punya kepercayaan diri untuk bisa terus melindungi Amelie. Karena itulah dia tidak ingin Haruki berhenti di tempat itu."Keadaan?.""Sementara beres.""Kalau begitu bagus.""Masih ada waktu sebelum pasukan bantuan datang, sekarang kita harus cepat keluar dari hutan ini! cepat masukan kembali barang-barangmu!!!..""Aku tidak bisa.""Apa aku perlu menyeretmu!!?."Dia melihat ke arah Erwin dan Amelie secara bergantian. Keduanya sudah bertekad untuk membawa dirinya bersama mereka meski harus dengan cara paksa. Mengesampingkan Amelie, membuat Erwin yang sudah terluka untuk menambah lukanya dengan melawannya sama sekali bukan hal yang bagus."Amelie. . ."Haruki meyentuh dengan lembut tangan Amelie, dan gadis kecil itu melepaskan lengan pemuda itu dari pelukannya dengan berat hati.Yang bisa Haruki lakukan hanyalah membuat kedua temannya itu tahu keadaan yang sesungguhnya lalu meminta mereka untuk paham."Sama seperti Erwin aku juga mempunyai kemampuan khusus. . . . dan kemampuanku itu adalah. . "Erwin dan Amelie mendengarkan Haruki dengan serius."Melihat kematian seseorang yang kukenal."Kemampuan Haruki itu sederhana, ketika dia bertemu seseorang, mengenal namanya, dan merasa dekat dengan mereka . Begitu semua hal itu terpenuhi maka ketika mereka takdir mereka untuk mati sudah tertanam maka Haruki akan bisa melihat bagaimana kematian mereka.Kemampuan Haruki tidak bisa digunakan untuk meramal maupun membuat seseorang bisa menghindari kematiannya. Yang bisa dia lihat hanyalah beberapa detik sebelum seseorang benar-benar mati. Semua informasi selain itu dia harus cari sendiri.Dia bisa merasakan kapan kira-kira prediksinya akan terjadi seperti ada sebuah timer di dalam otaknya. Tapi hal itupun tidak memberikannya waktu yang akurat. Karena itulah dia harus berusaha mengingat pandangannyaa yang kabur itu lalu memperkirakan di mana tempat orang yang dimaksud mati dengan membandingkan ingatannya dengan apa yang dia lihat di dunia nyata.Jarak waktu yang dia dapatkan antara prediksi dan kematian yang sesungguhnya bervariasi. Tapi yang jelas, kematian seseorang baru bisa dilihat saat semua kondisi agar orang itu mati sudah siap seakan ada orang yang mengatur semua rencananya."Jadi karena itu."Amelie mengingat reaksi Haruki saat dia kehilangan beberapa orangnya. Saat itu dia juga mendapatkan prediksi kalau orang-orang itu akan mati. Dan sebab dia hanya bisa mendapatkan prediksi orang-orang yang kenal dengannya secara personal maka kematian mereka juga pasti dirasakan Haruki secara personal.Kematian satu orang adalah tragedi.Selain itu tekanan yang dibuat oleh kenyataan bahawa dia sendiri yang mengirim mereka pada kematian mereka juga semakin membuatnya lebih merasa berdosa lagi."Ta. . .""Dan tolong jangan coba berpikir tentang mengubah takdir . . ."Dari ekspresi menyesal yang Haruki tunjukan, semua orang bisa tahu kalau pemuda itu sudah mencoba. Dan gagal."Dan tentu saja kemampuanku juga berlaku untuk diriku sendiri."Pada awal tahun terakhirnya di sekolah militer, Haruki mendapatkan prediksi dari kematiannya sendiri. Dan di saat itu pulalah akhirnya mental Haruki benar-benar hancur. Rasa bersalahnya, keinginannya untuk kabur, dan ketakutannya untuk mati akhirnya meluap dan dia jatuh dan jadi orang tidak berguna."Prediksi itu memberitahukanku kalau hari ini aku akan mati di tempat ini. . dan prediksi iu seratus persen akurat.""Tidak mungkin. . .""Ini adalah kenyataan Amelie. . . apapun yang kulakukan hari ini aku akan mati di sini, jadi pergilah dan tinggalkan aku! sebelum aku mati aku akan berusaha mengulur waktu agar kalian bisa kabur."Dia sudah lupa berapa kali dia mencoba untuk mengubah takdir kematian seseorang. Tapi yang jelas dia selalu gagal. Dan tentu saja kegagalan itu tidak akan mau begitu saja meninggalkannya."Bodoh. . . bukankah kau bisa menyelamatkan kami?.""Tidak Erwin. . "Haruki menggelengkan kepalanya dengan lemah. Dia juga berharap kalau untuk pertama kalinya dia bisa membengkokan takdir. Tapi sayangnya, selama ini dia hanya menari di atas telapak tangan tak terlihat."Dari awal kalian memang belum akan mati, aku melihat prediksi itu, menyusul kalian, lalu menemani kalian sampai ke sini hanyalah langkah-langkah yang dibuat agar aku bisa dibunuh. . ."Apa yang sudah dia lakukan sampai sekarang adalah hanyalah sebuah tahapan yang perlu dilakukannya agar dia bisa mati di tempat ini dan hari ini. Sedangkan prediksinya terhadap kematian Amelie dan Erwin hanyalah sebuah katalis yang dibuat agar dia mau pergi dan menjemput kematiannya sendiri. Seakan seseorang sedang mencoba menulis kematiannya agar kelihatan semenarik mungkin."Karena itulah setelah aku menyelamatkan kalian aku tidak melihat prediksi kematian kalian lagi, sebab kematian kalian memang belum dijadwalkan dan aku hanya mendapatkan penglihatan itu agar aku bisa dipaksa ke sini! ke tempat eksekusi ini."Bahaya yang mengejar Amelie dan Erwin malah bisa dibilang hanya sebuah alat untuk mengalirkan plot di mana Haruki harus mati."Jika aku menerima kematianku di sini kalian akan bisa selamat."Dan jika mereka tetap bersama Haruki atau membawanya bersama mereka, meski mungkin mereka tidak akan mati tapi keduanya akan tetap dalam bahaya sebab seseorang masih harus menusuk Jantung Haruki dengan tombaknya."Kalian paham?."Setelah menceritakan semuanya entah kenapa tiba-tiba Haruki merasa beban di pundaknya jadi berkurang derastis. Memberitahukan apa yang selama ini dia simpang pada kedua sahabatnya itu memang tidak mengurangi jumlah masalah yang dimilikinya. Dia masih harus mati, mereka masih harus kabur dari musuh, dan dia harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengulur waktu selama mungkin.Tapi meski begitu dia benar-benar merasa lega. Setelah ini, dia merasa meski dia harus matipun dia sama sekali tidak akan punya penyesalan.". . . . ."Tanpa sadar dia juga tersenyum. Tentu saja dia tidak ingin mati. Tentu saja dia masih ingin bersama mereka. Tapi meski begitu dia sudah tidak punya waktu. Jika dia harus mati setidaknya kematiannya akan berguna untuk keduanya. Dan jika kematiannya bisa membuat kedua orang itu bisa terus hidup dia tidak punya alasan untuk menyesal maupun menyimpan dendam."Aku . . .""Haaaaa????. . . .""Haaaaa????. . . ."Ketika Haruki akan menyampaikan perasaanya pada Erwin dan Amelie, kedua orang itu melihatnya dengan tatapan kasihan. Tapi bukan kasihan seperti mereka tidak tega melihat Haruki harus menghadapi takdirnya. Melainkan kasihan karena mereka merasa kalau Haruki terlihat seperti orang bodoh."Apa-apaan tatapan kalian itu?."Erwin dan Amelie tidak menjawab dan malah hanya melihat satu sama lain dengan pandangan serius."Amelie siapa nama pemuda ini?.""Haruki!.""Di mana dia bekerja?.""Pasukan militer?.""Apa yang dilakukanya?.""Menganggur,""Apa posisinya?.""Ahli strategi pasukan elit Yamato.""Kenapa dia bisa ada di posisi itu?.""Karena dia gen. . . . bukan! karena dia punya tugas yang hanya bisa dilakukan olehnya.""Dan tugas itu?. . .""Membuat rencana yang paling besar kemungkinannya untuk berhasil, menggunakan segala cara untuk menang, dan memutarbalikan keadaan!. . . . . . . mengubah takdir untuk kalah menjadi kemenangan!!!!."Begitu mendengar hal itu Haruki paham kalau usahanya untuk membujuk keduanya untuk menurutinya sudah gagal. Dan malah sebaliknya, mereka malah balik menyerang dan ingin membujuknya untuk untuk mengubah pikirannya."Kalian tid. . .""Dengarkan aku dasar orang bodooohh!!!!. . . . jangan harap aku lupa kalau kau sudah menghina Amelie di depanku tadi.""Itu aku hanya . . . .""Diam. . ."Tanpa diberitahukanpun Erwin sudah tahu kalau Haruki hanya ingin mengusir Amelie. Tapi kenyataan kalau Haruki sudah membuat Amelie menangis sama sekali tidak berubah. Dan Erwin sama sekali tidak menyukainya. Oleh karena itulah. . ."Sekarang giliranmu yang harus mendengarkanku!!!."Erwin menarik nafas panjang lalu menatap Haruki dengan tajam."Kau juga ingin kabur!!!."". . . ""Kau juga hanya ingin menghindari kenyataan."Lalu yang terakhir."Kau hanya takut kalah!!!!!!. . . .""Apa yang kau bicarakan Erwin?. . . .""Kau sudah terlalu banyak menikmati kemenangan, karena itulah kau ketakutan saat menghadapi kekalahan lalu kau berusaha kabur agar kau tidak pernah kalah lagi!!!. . .""Erwi. . ""Dan keinginanmu untuk menerima kematianmu juga hanya caramu untuk kabur!! kau hanya ingin menganggap kalau 'aku tidak kalah, aku hanya menyerah'.""Tidak!.""Apanya yang tidak? tidak salah?.""Tidak seperti itu!!.""Salah! kau memang seperti itu! kau menganggap kalau kau ini berdiri di atas semua orang! kau ini spesial! dan kau itu tidak pantas mendapatkan kekalahan!!! dengan kata lain . . .""Bukaaaannn!!!.""Kau hanya memikirkan harga dirimu sendiri.""Bu. . ."Haruki ingin kembali menyangkal tuduhan Erwin. Dia sangat yakin kalau semua itu bukanlah alasannya untuk mundur, bukan alasannya untuk menyerah, dan juga bukan alasannya melepaskan Amelie. Dia yakin kalau apa yang dia lakukan adalah demi hal yang lebih baik.Atau. . . atau dia hanya berpikir seperti itu karena dia ingin menyangkal apa yang dikatakan Erwin?."Aku. . apa yang harus aku lakukan Erwin?."Erwin berubah menatap Haruki dengan tatapan bingung."Bukankah memikirkan hal semacam itu adalah tugasmu?.""Tapi takdir tidak bisa diubah.""Apa kau yakin sudah mencoba semua cara yang ada?.""Tapi aku selalu gagal.""Jadi kau berpikir kalau kau yang berusaha dunia ini harus menuruti keinginanmu dan membiarkanmu berhasil begitu saja?.""Itu. . ""Memangnya kau ini siapaaaa?."Harusnya Haruki sudah akrab dengan semua itu. Harusnya dia sudah tahu kalau kepercayaan dirinya, pengetahuannya, persiapannya, dan harapannya sama sekali tidak bisa digunakan untuk memastikan hasil dari sebuah usaha. Dunia bukanlah tempat yang sebaik itu. Seseorang tidak bisa berhasil karena dia berusaha keras. Malah sebaliknya, orang yang sudah berusaha lalu gagal jumlahnya sangat banyak, terlalu banyak untuk bisa dihitung.Lalu kenapa dia bisa berpikir kalau dia itu pengecualian?.Apakah karena pujian yang diterimanya sejak kecil?.Apakah karena keberhasilan berturut-turutnya?.Atau apakah pada dasarnya dia hanya ingin sombong?."Jangan hanya diam saja dan memikirkan hal bodoh lain! kau tidak punya waktu untuk hal semacam itu!!! yang harus kau lakukan adalah memikirkan cara agar kau bisa mematahkan death flag di atas kepalamu dan membawa kita semua ke happy ending?.""Death flag? happy ending?.""Ma-maksudku cari cara agar kita semua bisa tetap hidup dan kabur dari tempat ini! Haruki yang kukenal adalah orang yang tidak pernah kehabisan akal, orang yang bisa main curang dengan muka biasa, orang yang tidak pernah menyerah, dan orang yang tidak pernah suka kalah."Semua yang Erwin katakan adalah tentang Haruki yang masih kecil saat mereka masih bersama. Kebanyakan dari hal itu sudah tidak ada lagi dalam diri Haruki. Tapi meski begitu dia ingin percaya dengan apa yang dikatakan Erwin.Dia ingin mendapatkan kembali sensasi yang dia dapatkan waktu itu. Sensasi saat dia dengan curang saat berkelahi melawan Erwin yang notabene jauh lebih kuat darinya. Sensasi saat dia bisa membodohi Amelie dengan mengubah sedikit kalimat dari pertanyaan yang mudah. Sensasi saat dia bisa mengalahkan ayahnya sendiri dalam ujiannya masuk ke pasukan cadangan."Sekarang pilih!!! mana yang lebih berharga? harga diri murahanmu itu atau Ame. . .kami!!.""Tentu saja kalian."Erwin bukanlah orang yang ahli bicara, dan tentu saja usahanya untuk memprovokasi Haruki bisa dengan jelas terlihat. Tapi dia ingin percaya kata-kata sahabatnya itu.Dia hanya kehilangan arah begitu dia tahu kalau kematiannya sudah ada di depan mata. Dan karena hal itu dia melupakan resolusinya saat pergi dari benteng dan menyusul Amelie. Saat itu dia sudah bersiap untuk melakukan apapun. Dia sudah siap untuk melawan takdir apapun harga yang harus dibayarnya. Saat itu dia juga sudah siap untuk terus berjuang sampai tujuannya untuk menyelamatkan Amelie dan Erwin tercapai.Memangnya kenapa kalau dia mendapatkan prediksi baru? dia hanya perlu mencari cara lain untuk menghindarinya.Memangnya kenapa kalau dia dipastikan gagal dalam prediksinya? dia hanya perlu variable lain dalam rumusnya.Memangnya harus mencoba ratusan kali? selama dia masih bisa bergerak dia akan terus mencoba sebab mungkin dalam percobaannya yang entah ke berapa ribu dia akan berhasil.Jika takdir adalah sebuah tali yang terdiri dari benang-benang kecil yang selalu sampai pada akhir yang sama. Maka yang perlu dilakukannya hanyalah membuat benang baru yang berbeda jauh dari yang lainnya dan meletakannya di tempat lain agar dia bisa membuat tali yang punya akhir berbeda.Erwin dan Amelie mengulurkan tangan keduanya, dan begitu Haruki akan balik mengulurkan tanganya tiba-tiba kepalanya terasa seperti diremas oleh tangan raksasa.Dan."A. . ."Sebuah anak panah menancap dengan dalam dari bagian depan pundak Amelie langsung ke dadanya."Tidak! tidak! tidak! tidak! tidak! tidak! tidak! yang seharusnya mati di sini hanya aku!!! jangan bawa-bawa mereka!!!!!!."Haruki tahu kalau berteriak tidak akan mengubah keadaan. Dia bahkan tahu kalau apa yang dikatakannya tidak akan bisa didengar siapapun. Sebab saat ini yang bisa dia lakukan hanya melihat.Dengan matanya yang berwarna merah.Yang dilihatnya sekarang hanyalah sebuah prediksi, sebuah kejadian yang belum benar-benar terjadi. Tapi meski Haruki tahu kalau apa yang dilihatnya hanya ilusi, dia tidak bisa begitu saja menganggapnya sebagai ilusi.Semua yang dilihatnya terasa begitu nyata, dan semua yang dilihatnya akan jadi nyata. Lalu."Amelie!!! Amelieiiii!!!!."Dia tidak bisa mengubahnya."Haruki!!!! Haruki!!!! berhenti diam seperti orang bodoh dan mulai lakukan pertolongan pertama."Tentu saja Erwin tidak sedang bicara padanya, dia sedang meneriaki Haruki yang ada di depannya. Haruki yang ada di masa depan, Haruki yang hanya bisa melihat Amelie yang mengeluarkan darah seperti mata air dari lukanya.Keadaan gadis kecil itu tidak bisa ditangani hanya dengan sebuah pertolongan pertama. Apapun yang dia lakukukan Amelie akan tetap mati."Harukiiiiii!!!!!!!!.""Uh. .. . ."Haruki yang ada di depannya hanya bisa menahan tangis. Dan meski dia belum merasakan apa yang dirinya di masa depan dia tahu benar apa yang dirinya rasakan saat mencoba menahan air matanya sambil memeluk tubuh Amelie.Apa yang harus dia lakukan kalau Amelie tidak ada?.Dia tidak tahu harus bagaimana melanjutkan kehidupannya kalau gadis kecil itu tidak ada lagi.Dia berpikir kalau sebaiknya dia harus ikut mati saja.". . . . ."Amelie ingin mengatakan sesuatu, tapi suaranya tidak bisa keluar dan bibirnya bergetar terlalu hebat untuk bisa Haruki baca. Pada akhirnya Haruki bahkan tidak bisa mengetahui apa yang gadis kecil itu ingin sampaikan padanya sebelum waktu yang dimiliki olehnya habis."Aaaa!!!! . . . . . ."Setelah itu dirinya yang ada di dalam prediksinya memasang ekspresi penuh kemarahan, dendam, dan juga kebencian. Kemudian, dengan semua perasaan itu menumpuk di dalam hatinya dia berjalan ke arah musuh sambil membawa senapannya.Dia maju dengan asal, menyerang musuh dengan membabi buta, dan menembak semua orang tidak tanpa mempedulikan apapun. Erwin mencoba menghentikan Haruki dan meneriakinya untuk membawa Amelie dan segera kabur, tapi hal itu tidak ada gunanya. Pikirannya sudah kosong, dan yang ada di dalamnya hanyalah bagaimana caranya dia bisa menghabisi sebanyak mungkin musuh yang ada di depannya.Serangan membabi-butanya itu membuahkan hasil, dia berhasil membunuh banyak musuh-musuhnya tapi begitu musuh mereka menyadari pola dari serangan yang Haruki lakukan mereka mulai bisa melawan. Lalu dengan datangnya pasukan bantuan, musuh yang susah payah dia kurangi jumlahnya langsung kembali seperti semula dan malah jadi tambah banyak.Tidak lama setelah itu akhirnya Haruki kehabisan staminanya, amunisinya, dan juga motivasinya. Dia dikepung dari berbagai arah, dan seseorang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perlawanan percuma Haruki.Sebuah tombak ditusukan tepat ke tengah dada Haruki, membuat pemuda itu langsung roboh.Kesadarannya tidak langsung hilang, hanya saja hal itu hanya membawa penyesalan lain sebab dia bisa melihat Erwin yang sedang jadi target selanjutnya. Dia juga melihat Erwin mulai terpojok dan di kepung, tapi setelah itu dia tidak tahu apa-apa lagi.Sebab pandangannya sudah jadi gelap, telinganya tidak bisa lagi mendengar, jantungnya berhenti berdetak, dan lampu di kepalanya sudah mati total.7"Haruki!!! Harukiii!! Harukiiii. . . bangun!!!!.""Hahhahhahhhah. . . . . .""Ada apa denganmu Haruki?."Erwin menampar Haruki dengan keras karena pemuda itu tidak meresponnya dan tiba-tiba bertingkah seperti patung. Dan begitu pemuda itu merasakan sakit di pipinya, dia langsung sadar dari ilusi yang dilihatnya. Saat Haruki melihat sebuah prediksi dia akan merasa kalau waktu di dalamnya berjalan normal, tapi sebenarnya di dunia nyata prediksi yang didapatkannya hanya berlangsung selama tidak sampai satu menit."Maafkan aku Erwin! aku tetap tidak bisa ikut pergi.""Kenapa kau mengatakan hal seperti itu lagi."Untuk suatu alasan, tidak seperti biasanya dia tidak hanya melihat kematian dari mereka saja. Dia tidak hanya bisa melihat bagaimana mereka mati tapi proses bagaimana kejadian yang membuat mereka mati berjalan. Tapi meski apa yang bisa dia lihat secara misterius jadi lebih jauh dan lebar, tapi fakta kalau mereka masih akan tetap mati masih valid."Jika kalian terus bersamaku maka kalian juga akan mati jadi pergilah, aku mohon cepatlah pergi dari si. . . ..""Aku tidak akan melakukannya! aku tidak akan meninggalkanmu dan aku tidak mengijinkan siapapun untuk mati!!!!.""Amelie. . . . . terima kenyataan da. . .Sebelum Haruki sempat menyelesaikan perkataanya sebuah panah meluncur ke arah Amelie persis seperti apa yang Haruki lihat sebelumnya dengan kemampuannya.Tapi."Eh?. . . ."Anak panah itu tidak menembus tubuh Amelie dan malah berada di telapak tangannya. Tentu saja bukan menembus telapak tangannya, tapi untuk suatu alasan Haruki menggengam dengan erat anak panah yang arah datangnya serta kecepatannya tidak pemuda itu ketahui."Bagaimana bisa?.""Kenapa malah kau yang terkejut?.""Kenapa?."Karena dia tidak ingat punya kemampuan sekelas master bela diri seperti itu ataupun indra keenam yang membuatnya bisa tahu posisi musuh sebelum melihat atau mendengarnya."Jangan bilang kalau. . . . . ."Haruki melihat ke arah Amelie untuk sesaat. Dia tidak punya waktu untuk melakukannya terlalu lama sebab serangan lain datang ke arahnya dengan cepat. Tapi kejadian tadi membuatnya ingat kalau Erwin bilang jika tiba-tiba dia bisa melakukan hal yang sebelumnya selalu gagal dia lakukan saat sedang melindungi Amelie.Haruki melihat ke arah senapan yang berada di tangan kanannya. Sebab tangan kirinya dia gunakan untuk menggerakan tubuh Amelie dia hanya bisa menggunakan satu tangan untuk menggunakan senjatanya. Dan dalam keadaan normal hal itu bisa mengurangi kesempatannya untuk mengenai musuh yang sudah kecil jadi semakin kecil."Aku tidak punya pilihan selain mencobanya!!!. . . ."Amelie tidak tahu apa yang ingin Haruki coba, tapi pemuda itu kelihatan tenang sehingga dia memutuskan untuk percaya saja pada keputusan Haruki.". . . ."Pemuda itu mengangkat senapannya dengan satu tangan, setelah itu dia menutup matanya dan mengarahkannya ke sebuah pohon lalu menembakannya. Tidak lama setelahnya sebuah teriakan terdengar dengan jelas dan dia bisa melihat seseorang jatuh ke tanah."Jadi begitu. . ."Haruki kembali menarik tubuh Amelie, kali ini dia mendorong kepala gadis kecil itu ke lebih rendah ke tanah untuk menghindari sebuah anak panah yang datang dari tempat yang tidak mereka duga. Dan tanpa pikir panjang Haruki langsung menembak sebuah tempat di mana orang yang tidak terlihat itu berada."Istirahatlah dan pulihkan kekuatanmua! aku bisa mengatasi semuanya sendiri.""Jangan sombong kau!!. . .""Aku tidak sedang sombong!."Haruki berjalan dengan pelan beberapa langkah dari tempatnya sebelumnya, setelah itu ada seseorang yang berlari ke arahnya dengan tombak tapi gagal menyerang Haruki. Dan begitu punggung orang itu terlihat oleh Haruki, pemuda itu tidak ragu langsung menarik pelatuk dari senapannya.Dan orang itupun mati."Aku bisa melakukannya!."Begitu melihat hal tadi Erwin memutuskan untuk ikut mempercayai Haruki dan berhenti bergerak di tempat yang Haruki tunjukan.Dia bisa mengingat dengan jelas dari mana musuh-musuhnya akan datang, dia tahu bagaimana musuhnya akan menyerang, dan dia ingat serangan macam apa yang akan dia dapatkan, selain itu tubuhnya seperti punya insting sendiri dan sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk menghindari skak mat. Rasanya seperti pikirannya dari masa depan merasuki tubuhnya dan mengambil alih kontrol dari tubuhnya sendiri.Dengan begitu, seakan kalau musuh-musuhnya hanyalah mainan Haruki bisa menjatuhkan semua orang yang ingin melukainya.Klimaks dari pertarungannya sama sekali tidak dramatis sampai dia sendiri tidak tahu harus berkomentar apa."Tidak, tidak, tidak, bukankah bertarung harusnya jadi spesialisasiku? kenapa kau tiba-tiba merebut posisiku? dan kenapa kau sekuat itu!!!?. . .""Heh? kau ingin protes tentang masalah itu?.""Tentu sajaaaaa!!!.""Kita tidak punya waktu! kita akan membicarakannya nanti! sekarang ganti rencana! kita semua akan pulang ke teritori Amelie . . . . aku sudah mendapatkan cara untuk memojokan balik Gerulf."Kalau bisa Haruki juga ingin berbicara dengan Erwin tentang kemungkinan Kalau Amelie juga kemampuan khusus. Sebuah kemampuan yang bisa digunakan untuk mempengaruhi kemampuan orang lain. Sebuah kemampuan yang bahkan cukup kuat untuk merubah cara kerja dari sebuah kemampuan yang sudah ada."Benarkah?.""Um."Ketiganya segera bergerak dengan secepat mungkin untuk keluar dari hutan menuju jalur utama ke teritori Amelie. Sebab sekarang Haruki sudah memutuskan untuk pergi bersama Amelie, dia tidak perlu lagi untuk bersembunyi saat melewati perbatasan.Dia menggunakan sisa uangnya untuk menumpang kereta kuda milik pedagang yang lewat sampai ke pintu perbatasan."Hah. . .""Akhirnya sampai juga.""Entah kenapa aku merasa benar-benar rindu tempat ini."Ketika mereka melihat gerbang ke teritori Amelie, ketiganya langsung merasa lega. Mereka merasa kalau akhirnya mereka bisa beristirahat dan benar-benar bisa merasa aman.Hanya saja."Kalian tidak boleh masuk."Mereka langsung ditolak bahkan sebelum bisa bicara apapun.