Zavier mengikuti mobil Dylan Hakimi yang meluncur menuju bandara International Soekarno-Hatta. Duduk diam, menunggu kabar selama berjam-jam tanpa melakukan apapun, hampir membunuhnya bersama penantian yang menyakitkan.
Dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk menunggu lebih lama. Tidak bisa menunggu lebih lama. Tapi, dia masih harus menunggu di bandara meski jarum jam telah melewati angka 10.
"Pesawat udah landing setengah jam yang lalu, tapi kenapa mereka belum datang?", tanya Zavier.
"Mereka baru saja pergi", jawab Dylan Hakimi sambil menatap helicopter yang baru saja meninggalkan parking stand.
"Shitt!!", Zavier melontarkan ekspresi sponstan dan langsung berlari menuju tempat parkir untuk mengejar heliport tersebut.
Dia berlari sekencang-kencangnya menuju ke tempat parkir agar tidak kehilangan jejak helicopter yang membawa Lea. Setelah mendapati mobilnya, dia mengejar heliport itu.
Dari pergerakannya, Zavier menduga bahwa lokasi yang dituju adalah rooftop International Albert Hospital. Dan, tepat seperti dugaannya, helicopter itu mendarat di atap rumah sakit milik keluarganya.
Zavier menaiki lift khusus yang langsung menuju rooftop rumah sakit agar tidak kehilangan jejak Lea.
"Huh, huh, Uncle...", ucap Zavier yang masih ngos-ngos-an dan masih dalam keadaan setengah berjongkok dengan kedua tangan berada di pinggangnya.
"Zavier..", ucap Allan Miller dan Andrew Albert berbarengan.
Keduanya terkejut melihat kehadiran Zavier yang tidak diharapkan berada di sana. Kehadirannya adalah sesuatu yang tidak terduga. Tapi, mereka juga tidak bisa mendorong Zavier untuk meninggalkan rooftop tanpa melihat Lea.
"Kenapa kalian menutupi Lea dengan kain?", tanya Zavier.
"Gak, gak, Lea belum boleh mati. Lea gak akan pergi secepat ini, gak dengan cara seperti ini. Bukankah itu terlalu kejam untuk Lea ? Bukankah itu terlalu kejam untuk orang-orang yang menunggu Lea kembali?", ucap Zavier yang kembali berurai air mata dan tertunduk lesu di samping brancard.
"Segera pindahkan pasien ke ruang ICU!", ucap Allan Miller pada dokter dan perawat yang juga berada di sana.
"Pasien? ICU? ", tanya Zavier setengah tidak percaya dan senyum kembali mekar di wajahnya.
"Uncle, Lea masih hidup, kan ? Benar kan, Uncle?", ucap Zavier yang kini bangkit dan meraih tangan Allan Miller.
"Zavier, tolong tenang dulu!", ucap Allan Miller sambil memberikan kode pada Andrew Albert untuk menenangkan keponakannya, lalu pergi menyusul dokter yang membawa putrinya.
***