Chereads / The Last Wind / Chapter 42 - Rencana yang Kejam

Chapter 42 - Rencana yang Kejam

Andrew meninggalkan rumah sakit usai diskusi panjang bersama Zavier dan Allan mengenai langkah selanjutnya yang harus mereka ambil. Meskipun harus membuat pilihan kejam, akhirnya mereka tetap memutuskan untuk merahasiakan segalanya dari semua orang kecuali Ny. Medeena Albert.

Bagaimanapun, sebagai Oma Zavier, ia berhak tahu tentang keputusan cucunya untuk menikah. Selain itu, jika di masa depan mereka menghadapi masalah yang tidak terduga, Ny. Medeena Albert dapat mengulurkan tangan untuk membantu meredam masalah yang mungkin sulit dikendalikan.

Andrew kembali ke kediamannya bersama Dilan, mengantarkan kabar duka tentang meninggalnya Lea untuk semua orang yang tengah menunggu kabar darinya.

"Bagaimana kondisi Lea yang sebenarnya?", tanya Farah Wang ketika melihat suaminya tiba di ruang tengah bersama Dilan.

"Berita itu hoax. Lea pasti baik-baik aja, kan?", ucap Zaara.

Pada saat semua orang menunggu jawabannya, Andrew masih tertegun selama beberapa saat. Ekspresi frustasi juga terlihat jelas dari wajah Dilan yang masih berdiri tepat di sampingnya. Keduanya saling melempar pandangan, dan rasa frustasi mereka kian kentara. Mereka tidak bisa membuat keputusan sendiri karena dalam hal ini sama sekali tidak berhak membuat keputusan.

Sebenarnya, Andrew tidak ingin membodohi semua orang dengan kebohongannya, tapi dia benar-benar tidak punya pilihan, selain mengikuti keputusan Allan yang juga terpaksa memenuhi keinginan Lea untuk memalsukan kematiannya.

Bagaimanapun, Lea memang telah merencanakan segalanya sejak awal. Bahkan, beberapa menit sebelum menjalankan misi gilanya, Lea mengirim pesan terakhir untuk kedua orangtuanya.

***

FLASHBACK, NEW YORK CITY

"Mom, I never said this before, but I'll tell you everything on this occasion. I'm happy to be born as your daughter and I can call you -Mom-. Trust me, no matter what you do, I never blame you. For me, you're still the best mother. And, I hope you don't blame me for all the decisions I've made, or blame yourself. At this phase, I'm just exhausted with my boring life that's why I'm going to disappear from this world", tulis Lea untuk ibunya yang kini berada di Paris dan mungkin masih terbuai dalam tidurnya.

"Dad, I'm exhausted. I have almost everything, but I don't know what the happiness meaning is. Everything around me shine so bright, but I'm totally blind. Tonight, I'll challenge the decease. If I lose then it will be my last message. If I'm safe from the danger, please let everyone know that Lea Miller is no longer exists in this world. I know, you're always trying to give all the best for Leo and me. When you received this message I've been carrying out my plan. I'm also in New York and an hour ago I saw you on your way back to the hotel with a tired face. I didn't see you on purpose because I was afraid I'd change my mind. Dad, don't get too tired, take care of your health and get enough rest. Give Leo a little more time, my brother still needs you the most", tulis Lea sesaat sebelum menyalakan mesin mobil sportnya.

"I don't plan to end up my life here, but I'll bet this time. Leo, Dad, Mom, sorry but I have to", ucapnya sebelum menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal.

***

Setelah bungkam untuk beberapa lama, Dilan memberi kode pada Andrew agar segera memberi penjelasan mengenai kondisi terkini Lea pada semua orang seperti yang telah disepakati bersama.

"Lea meninggalkan rekaman video dan surat terakhir sebelum memutuskan mengakhiri hidupnya", jawab Andrew sambil memberi kode rahasia pada ibunya.

Lea memasukkan surat dan video itu ke dalam sebuah kotak kado yang dibungkus dengan sangat cantik dan menitipkannya di meja resepsionis hotel yang ditinggali Allan Miller. Sungguh, Lea membuat keputusan yang paling kejam untuk semua orang yang mencintainya dengan tulus.

Ny. Medeena langsung mengerti bahwa apa yang baru saja didengarnya tidak sepenuhnya adalah fakta. Menurutnya, Lea bukan orang yang akan bertindak tanpa rencana kedua. Setiap keputusannya selalu masuk akal, meskipun sulit dimengerti oleh orang pada umumnya.

"Impossible. Lea will never commit suicide", sanggah Leo.

"Leo benar. Lea bukan orang yang akan dengan mudah mengakhiri hidupnya sendiri", ucap Jihan.

"Ini surat dan video yang Nona Miller tinggalkan", ucap Dilan seraya menyerahkan CD dan selembar surat pada Ny. Medeena Albert.

"Dan ini khusus ditinggalkan untuk Leo", ucap Andrew seraya menyerahkan amplop coklat berisi surat dan video yang ditinggalkan khusus untuk Leo.

Farah dan Zaara saling tatap, mereka masih tidak percaya. Tapi semua bukti terlalu nyata untuk disanggah. Sementara Aryan yang sejak tadi diam seperti orang yang telah kehilangan jiwa, akhirnya angkat bicara.

"Zavier di mana?", tanyanya.

"Zavier sedang menenangkan diri. Jangan khawatir, ada orang yang mengawasi Zavier", jawab ayahnya.

"Untuk sementara Leo lebih baik tinggal di sini karena Dr. Allan juga masih di New York untuk mengurus semuanya", jelas Andrew lagi.

Leo tidak menanggapi apapun, hanya bisa pasrah sambil menggenggam erat amplop coklat yang baru saja diterimanya. Jihan juga menangis karena berbagai alasan, terpukul karena berita kematian sahabatnya yang telah berjanji akan segera kembali, tetapi lebih menderita melihat ekspresi Leo yang begitu menyedihkan.

Meskipun Farah juga sedih dengan kabar yang tidak membahagiakan itu, dia masih berusaha menenangkan adik iparnya, Zaara yang mulai histeris setelah mendengar pernyataan Andrew dan Dilan.

Sementara Aryan, tetap menjadi orang yang paling logis karena melihat kejanggalan dari wajah sang Oma dan Ayahnya. Dia juga menjadi semakin meragukan segalanya karena mereka sama sekali tidak terlihat khawatir meski keberadaan Zavier belum jelas. Ditambah lagi, dia ragu jika Lea melakukan sesuatu yang akan merugikan dirinya sendiri.

***