NEW YORK CITY
Xavier telah memastikan kebenaran mengenai berita kematian Aurélie Miller. Hal itu diperkuat dengan pesan Lea yang diteruskan dari ibunya. Selain itu, Lea juga meninggalkan sebuah pesan video di apartment Xavier.
Lea pergi ke apartment Xavier setelah meninggalkan Stockholm pada malam hari sebelum melakukan aksi peledakan mobil yang sedang dikendarainya. Dia meninggalkan sebuah flash disk yang berisi rekaman pesan terakhirnya dalam sebuah amplop berwarna coklat. Dia meletakkan amplop itu di atas meja yang terletak di samping tempat tidur Xavier.
Lea duduk di atas ranjang itu selama beberapa saat sebelum pergi. Dia menghempaskan nafas dalam yang berat.
"Sorry, Xavier", lirihnya seorang diri dalam kehampaan.
Sebenarnya, dia tidak tega memberikan kabar duka untuk Xavier; Bagaimanapun kehidupan Xavier sudah menyedihkan sejak awal, dan dengan berat hati Lea terpaksa menambah luka baru untuk sahabatnya itu. Tapi, dia juga paham bahwa keberadaannya juga akan berubah menjadi penderitaan baru untuk Xavier. Jadi, dia memilih cara terkejam untuk menghilang dari kehidupannya, sehingga Xavier dapat memulai kehidupan baru, menemukan seseorang yang dapat menerima hatinya secara utuh dan mencintainya tanpa embel-embel apapun.
Lea meninggalkan apartment Xavier dan menghampiri Danish Moore yang masih menunggunya di mobil yang terparkir di garasi bawah tanah hunian prestigious itu.
Dalam diam, Lea berharap keputusan yang diambilnya adalah yang terbaik untuk Xavier dan semua orang. Selain itu, dia juga sudah meminta saudara tirinya yang menyebalkan, Danish Moore untuk membantunya mengawasi Xavier.
Saudara perempuannya itu pun telah berjanji padanya, akan mengawasi dan menjaga Xavier agar tidak melakukan sesuatu yang buruk.
"Kuserahkan Xavier padamu, tolong rawat dia dengan baik", ucap Lea.
"Kamu yang sekarang seperti seorang ibu yang ingin menitipkan anak padaku", jawab Danish yang hanya ditanggapi dengan tatapan kesal Lea.
"Tenang saja, aku akan menjaganya dengan baik. Sangat langka, melihat kakakku yang hebat akhirnya memohon padaku", jawab Danish Moore seraya tersenyum.
"Dia mungkin akan minum selama beberapa waktu, setelah mabuk dia akan ke rumahku. Jadi, tinggallah di sana, temani dia, dan bicara baik-baik dengannya", sahut Lea tanpa merespon candaan Moore.
"Apa kamu bisa melakukannya?", tanya Lea serius.
"Ok, aku menerima perintahmu", jawab Moore.
"Baiklah, ini kunci dan password rumahku, dan ini sertifikat-nya", jawab Lea.
"Kamu benar-benar mewariskan rumah untukku?", tanya Danish Moore.
"Apa kamu keberatan?", tanya Lea.
"Tidak, aku ambil. Di masa depan tidak ada gunanya menyesali keputusanmu", jawab Danish Moore.
"Tidak mungkin", jawab Lea.
"Sepertinya kamu benar-benar yakin untuk meninggalkan semuanya", sahut Nona Moore.
"Apa pengorbanan besar ini pantas hanya untuk sebuah robot?", tanya Moore.
"Tentu saja, layak. Fairy-R bukan hanya sebuah robot, tapi sudah seperti anak yang aku rawat dengan hati-hati", jawab Lea.
"Jadi, tutup mulutmu, jangan bicara lagi", perintah Lea.
"Meski fairy robot-ku tidak cukup layak, tapi Zavier Albert sangat layak", Lea membatin.
"Baiklah, karena sekarang kita partner, aku akan mendukungmu. Aku akan melakukan tugasku dengan baik, baik malam ini atau nanti di masa depan", respon Danish Moore.
"Sekarang ke mana tujuanmu?", tanyanya lagi.
"J. Hotel", jawab Lea.
"Ok, kencangkan seat belt-mu!", perintah Danish Moore.
Mereka menuju hotel tempat Allan Miller menginap, sebelum pergi menuju destinasi terakhir mereka, jalanan sepi New York City.
🍁🍁🍁
Xavier meraih amplop coklat itu. Di sana tertulis, "Untuk sahabat terbaikku, Xavier Martin. Dari Sahabat dan Kekasihmu 😉, Aurélie".
"Kamu memilih kata dengan tepat, Lea", lirih Xavier.
Xavier membuka amplop coklat itu dan mendapatkan sebuah flash disk berwarna hitam-merah di dalamnya. Dia meraih benda kecil itu dengan tangan gemetar dan isak tangisnya kembali. Setelah menemukan laptop-nya, Xavier memutar video yang ditinggalkan Lea untuknya.
"Vier, Vier, Vier, aku akan memanggilmu seperti itu. Mungkin setelah hari ini, aku tidak bisa lagi memanggil kamu seperti biasa", ucap Lea di awal video.
"Kamu tetap kejam padaku, pada akhirnya", lirih Xavier.
Video itu berlanjut bersama seluruh kekesalan dan kekecewaan Xavier pada wanita yang dicintainya itu.
"Xavier Martin, how are you? Aku berharap kamu tetap baik-baik saja.
Meskipun kamu akan marah jika aku mengatakan -terimakasih- dan -maaf-, tapi pada kesempatan ini aku ingin berterimakasih karena kamu telah hadir dalam hidupku, mengisi hari-hariku yang membosankan, terimakasih telah menjadi sahabat terbaik, terimakasih telah memberikan banyak kenangan indah dalam hidupku.
Aku juga akan meminta maaf karena tidak menepati janji untuk menjelajah Stockholm bersama. Maaf karena pergi dengan cara seperti ini. Aku tetap akan minta maaf, meski kamu tidak akan pernah bisa memaafkanku. Aku juga minta maaf karena berpura-pura bodoh tentang perasaan kamu. Aku juga minta maaf karena tidak bisa membalas semua itu dengan layak.
Aku tidak meminta kamu untuk melupakanku, sebaliknya kamu harus tetap mengingatku. Tapi, belajarlah menerima dan mencintai perempuan lain. Kamu bisa mencoba pelan-pelan, dan aku akan selalu berdoa semoga kamu menemukan kebahagiaan lain dalam hidup yang singkat ini.
Baiklah, aku akan pergi, selamat tinggal", ucap Lea sambil melambaikan tangannya pada kamera.
🍁🍁🍁
PARIS
Setelah mendengar berita kematian Lea dan membaca pesan terakhir putrinya, hal pertama yang terlintas dalam pikiran Linda Brown adalah Leo. Dia sangat paham bagaimana hubungan kedua anak kembarnya. Bagaimanapun, Lea adalah orang yang paling dekat dengan Leo. Sekarang ini, dia telah kehilangan seorang putri, dia tidak ingin kehilangan lagi seorang putra dengan cara yang sama.
Linda Brown mengumpulkan seluruh keberanian, untuk pertama kalinya memberanikan diri menghubungi Leo setelah 10 tahun.
"Leo..", ucapnya.
Leo tidak menjawab karena dia tahu pemilik suara di seberang sana. Kemarahan, kesedihan, dan kerinduan, semuanya bercampur menjadi satu.
"Ya", jawabnya setelah beberapa lama terdiam dalam keheningan.
"Leo, ini Mommy..", ucap Linda.
"Apa kamu baik-baik saja?", tanya Linda canggung yang sama sekali tidak mendapat respon dari Leo.
Linda benar-benar mengkhawatirkan putranya itu karena dia tahu peran Lea untuk Leo sangat penting. Tapi, Leo mungkin tidak akan pernah memahami kekhawatirannya.
"Mungkin Leo gak mau bicara sama Mommy. Tapi Mommy hanya ingin Leo tetap kuat, sabar, dan menerima semua ini dengan hati lapang. Lea mungkin memang memilih jalan yang salah dan membuat keputusan yang keliru, tapi jangan terlalu menyalahkannya karena Lea pasti punya penderitaan sendiri", jelas Linda.
"Ya, mommy. Leo tau, terimakasih", jawab Leo sungkan.
"Baiklah, Mommy tutup ya. Leo harus kuat", sahut Linda Brown yang diikuti dengan berakhirnya sambungan telepon jarak jauh itu.
🍁🍁🍁
JAKARTA
Leo membuka amplop coklat itu dengan sangat hati-hati. Amplop itu berisi note pendek dan video liburan mereka di Swedia Utara yang diam-diam direkam oleh seseorang atas permintaan Lea.
"Leo, forgive me for everything. Maaf karena aku pergi dengan cara seperti ini, tapi kamu harus memaafkanku. Aku meninggalkan video liburan kita di North Sweden. Aku akan mengirim sesuatu untuk setiap ulang tahun kamu, selama kamu berjanji padaku akan melanjutkan hidup dengan baik. Aku akan mengirim bunga untuk hari kelulusanmu. Aku juga akan menjadi orang pertama yang akan mengucapkan selamat jika nanti kamu berhasil menjadi dokter", tulis Lea.
"Jihan benar, Lea adalah orang yang paling kejam", lirihnya.
"Meninggalkan seseorang dengan mudah, tapi masih bisa menyuruhnya untuk melanjutkan hidup dengan baik", batinnya.
🍁🍁🍁