Hari pertama kembali menjejak kampus setelah melewati hari-hari menyenangkan bersama kembarannya.
Leo kembali menjalani rutinitas kampus yang membosankan seperti biasa, kembali ke kehidupan Albert Cyber School. Kembali pada kehidupan normal, kembali menjadi seseorang yang hadir seperti angin.
Leo hampir menyerupai angin yang tidak pernah terlihat. Tidak banyak orang yang menyadari kehadirannya karena Leo memilih untuk tidak meninggalkan jejak. Tapi, mobil sport hitam yang kembali mengambil alih tempat parkir membuat semua orang tahu bahwa Leo telah kembali, termasuk Zavier dan Aryan yang baru saja memarkirkan mobil mereka.
"Leo!", seru Jihan yang baru saja melewati tempat parkir itu.
Ekspresi bahagia di wajahnya sulit disembunyikan ketika mengetahui fakta bahwa Leo telah kembali.
"Bunga mekar di bahu seseorang", ucap Zavier pada Jihan ketika melihatnya yang tengah tersenyum bahagia mengetahui keberadaan mobil Leo.
Sedangkan, Aryan yang baru saja keluar dari mobilnya hanya menatap hampa kedua orang yang sepertinya akan bergelut sebentar lagi.
"Suara sumbing Lo gak dibutuhkan di sini", jawab Jihan.
"Lo!", jawab Zavier kesal.
"Stop it. Ancaman Lo udah gak mempan di gue. Mulai sekarang Lo harus baik budi sama gue", jawab Jihan sambil nyengir.
"Berani Lo nantangin gue?", tanya Zavier.
Mereka berdua terlihat seperti dua orang yang akan bergelut tanpa alasan. Sementara Aryan hanya diam mematung memperhatikan dua itu sambil menganalisis siapa yang akan memenangkan pertarungan.
"Gue udah gak punya alasan untuk takut sama seorang Zavier Albert", ucap Jihan yang terlihat sangat percaya diri.
"By the way, sebelum Lo marah, stop dulu amarah Lo. Lea, Lea bilang dia, dia...", lanjutnya dengan menggantung kalimat.
Aryan dan Zavier sama-sama mengernyitkan alis dan menunggu sesuatu yang akan keluar dari mulut Jihan. Tapi, kemudian dia hanya tersenyum sebelum pergi dan meninggalkan rasa penasaran untuk kedua laki-laki itu.
"Oi, Lea bilang apa?", tanya Zavier kesal karena melihat Jihan pergi sebelum menyudahi perkataannya.
"Bye!!!", jawab Jihan sambil melambaikan tangannya dari belakang tanpa menoleh.
Aryan mengikuti Jihan dari belakang dengan santai, meninggalkan Zavier yang masih memasang tampang kesal, setengah tidak percaya bahwa Jihan semakin berani mengusik dan terang-terangan mencoba membuatnya marah.
Jihan tidak seberani itu menentangnya, kecuali jika Lea ada di sampingnya, atau jika Lea berpihak padanya.
Sejak Lea meninggalkan Indonesia, Jihan lebih sering menghindarinya karena tidak ingin membuat masalah menjadi lebih rumit. Sehingga, menghindari biang onar tengik itu, sang troublemaker, adalah pilihan terbaik. Meskipun, adakalanya dia tidak benar-benar membiarkan Zavier bertindak semena-mena.
"Jangan cari masalah, mood dia gak bagus akhir-akhir ini", ucap Aryan pada Jihan.
"Tenang, jangan khawatir!", jawab Jihan dengan sangat santai seraya memamerkan senyuman indah.
Aryan agak kaget mendengar jawaban Jihan yang benar-benar terdengar santai setelah sengaja memicu kemarahan Zavier dan memang berniat membuatnya kesal.
"H-hah...?", jawab Aryan, lalu tersenyum.
"Gak perlu khawatir", jawab Jihan lagi.
Aryan masih bingung dengan sikap tenang Jihan yang lain dari biasanya.
"Tenang aja, jangan khawatir!", tegasnya lagi.
"Wow. Sikap apa ini!", seru Aryan yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh lawan bicaranya.
Dari jauh Leo melihat keduanya berjalan bersama dan mengobrol dengan sangat akrab. Huft, Leo menghela nafas ketika melihat bayangan Jihan yang semakin mendekat.
"Huft. Jihan, benar-benar luar biasa", Leo membatin kesal.
Sungguh, selama beberapa tahun terakhir, hanya demi seorang Jihan, Princess Jihan, sang kakak kesayangannya itu bahkan tega menjadikannya sebagai kurir pribadi hanya untuk memastikan barang kirimannya mendarat dengan aman di tangan Jihan.
Leo tidak pernah bisa membebaskan diri sebagai kurir yang harus mengirimkan hadiah-hadiah Lea untuk Jihan. Seperti sebelumnya, selalu ada bingkisan untuk Jihan, manusia favorite sang kembaran.
Hal pertama yang dilakukan Leo setelah tiba di kampus adalah menjumpai Jihan dan menyerahkan titipan Lea.
"Princess Jihan!", ucap Leo yang terdengar seperti sindiran.
"Princess?", ucap Aryan yang nyaris tidak terdengar.
Sapaan Leo yang lain dari biasanya membuat Aryan melongo heran, lalu melirik Jihan. Sedangkan Jihan hanya tersenyum karena dia tahu mengapa nada Leo terdengar sangat kesal bahkan ketika memanggilnya Princess.
"Titipan Lea", ucap Leo sambil menyerahkan bingkisan oleh-oleh dari Sweden.
"Thanks Pak Kurir, tapi orangnya mana ?", tanya Jihan.
"Masih pacaran di Stockholm", jawab Leo.
"Pacaran? Lea? Xavier?", ucap Zavier yang baru saja melewati mereka.
Leo hanya mematung tanpa jawaban. Lagipula, dia tidak harus menjawab pertanyaan bodoh itu karena paparazzi telah memberikan jawaban yang lebih akurat untuk Zavier.
Sedangkan, Aryan hanya menatap Zavier tanpa kata dan penuh keprihatinan yang terlihat jelas meskipun tersamarkan.
"Hubungan Lea dan Xavier, itu fake", ucap Jihan tanpa berpikir panjang.
"Tapi kali ini kayanya sih real", ucap Leo.
"Jangan khawatir berlebihan! Lea won't marry an actor", jawab Jihan pada Leo tapi melirik Zavier.
"By the way, sejak kapan seorang Leo jadi informal?", tanya Jihan.
"Mungkin ketularan Lea", jawab Leo santai.
"Dari mana Lo tau Lea gak bakal nikah sama aktor?", tanya Zavier.
"She told me yesterday", jawab Jihan.
"Gue berani jamin Xavier-Aurélie cuma fake. Dalam beberapa hari kalian bakal dengar berita mereka putus", jelas Jihan lalu pergi.
Ucapan Jihan membuat ketiganya kaget sekaligus tidak percaya, terutama Leo yang menyaksikan sendiri kedekatan Lea-Xavier sangat nyata, bagaimana mungkin itu adalah hubungan palsu. Tapi, Jihan juga tidak mungkin menipu mereka. Dan, Jihan juga yang lebih banyak tahu tentang rahasia Lea dibanding mereka bertiga.
🍁🍁🍁