Chereads / The Last Wind / Chapter 26 - Enjoying Lappish Cuisines

Chapter 26 - Enjoying Lappish Cuisines

SEMINGGU YANG LALU...

Leo berangkat ke Stockholm, Sweden, sesuai permintaan Lea yang sudah menunggunya di sana. Mereka berencana mengunjungi Kiruna dan dataran tinggi Abisko, dua tempat wisata di pedalaman Swedia Utara.

Kiruna dan Abisko adalah destinasi yang ingin dikunjungi Lea bersama kembarannya. Leo adalah pengagum berat "nothern lights" alias "aurora", yaitu suatu fenomena alam yang menampilkan berbagai pantulan warna indah di langit yang terjadi akibat gesekan magnetik pada lapisan ionosfer.

Mereka berangkat bersama dari Stockholm menuju Kiruna yang menjadi destinasi pertama mereka dengan menggunakan pesawat dan hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit.

Kiruna yang terletak di sepanjang Arctic Circle dan memiliki bilangan cloud-free nights yang tinggi, menjadikannya sebagai destinasi utama bagi aurora hunters.

Waktu terbaik mengunjungi Abisko dan Kiruna bagi Aurora Hunters adalah pada bulan Desember-Januari, it's worthed spending winter break in North Sweden.

***

Hal pertama yang Lea lakukan begitu tiba di Kiruna adalah mengunjungi Luleå University of Technology (LUT), salah satu kampus yang pernah menawarkan kesediaannya untuk bergabung dengan tim riset dan staf pengajar.

Lea tidak ke sana untuk menerima tawaran itu, tapi ingin menemui seorang Professor MIT yang kini memilih tinggal dan berkarir di Kiruna yang tenang. Ya, Lea mendatangi Prof. Danish Wilson, dosen yang pernah menjadi supervisor untuk final project-nya.

Lea ingin berkonsultasi tentang research project yang tengah dikerjakannya secara diam-diam selama 2 tahun terakhir; terobasan baru, teknologi mutakhir yang multifungsi dengan menerapkan Artificial Intelligence (AI).

Jika project tersebut berhasil, Lea ingin memulai perusahaan IT sendiri, karena tidak ingin menjual hasil penelitiannya yang sudah seperti "anak" kepada orang lain.

***

"Lea, is it called winter break?", ucap Leo ketika keluar dari pekarangan LUT.

Leo kesal karena diajak bergabung dengan diskusi membosankan itu selama berjam-jam, bahkan Leo tidak mengerti arah pembicaraan Lea dan sang professor.

Leo semakin kesal karena kunjungan universitas adalah hal pertama yang ada dalam pikiran Lea. Belum lagi, Leo terpaksa bergabung karena mereka tidak mendatangi penginapan yang telah direservasi terlebih dahulu, Lea terburu-buru karena Prof. Wilson akan berangkat ke New York malam itu untuk menghadiri International Conference.

"I promise you, it's just for a day. The next day, l'll show you how much fun that North Sweden can offer to you", sahut Lea seraya mengucek-ngucek rambut blown adiknya.

"You better stick on your own words", jawab Leo.

"I promise, baby", jawab Lea sambil tersenyum.

"Anyway, let's fuel up with some hearty foods. I bet you'd love some local Lappish cuisines", lanjutnya.

Senyum di wajah Leo kembali mekar ketika mendengar kata-kata "hearty foods" dan "local cuisines". Leo akan menjadi benar-benar murahan ketika dihadapkan pada makanan lezat.

***

Mereka mengunjungi salah satu restoran lokal dan menikmati steak rusa kutub yang disajikan dengan chanterelle (jamur), grilled and smoked Arctic char, gravlax (asinan salmon yang dibumbui dengan daun dill), Räksmörgas (sejenis sandwich udang), dan Sillsallad (salad ikan herring).

Leo juga memesan pancake dan Ärtsoppa (sup kacang kuning) sebagai makanan penutup, tapi Lea membatalkan pesanan itu karena terdapat irisan tipis daging babi dalam Ärtsoppa.

"Leo, are you a moslem?", tanya Lea.

"Yes, I am", jawab Leo.

"Then, you can't eat Ärtsoppa. You'd be careful when choosing Lappish Cussine", jawab Lea sambil tersenyum dan menertawakan adiknya.

Kemudian, Lea mengganti pesanan adiknya dengan Ostkaka (Sweden Cheesecake) dan Klappgröt (puding semolina yang dipadukan dengan lingonberry, raspberry, dan kismis merah).

"I don't have to worry since you're with me", jawab Leo santai.

"Leo is Leo, my little sweet talker", jawab Lea yang kembali mengacak-ngacak rambut Leo.

"Stop it, Old Lady", jawab Leo setengah kesal.

Lea selalu berhasil membuat emosinya naik turun, seperti roller-coaster. Mungkin saja, itu karena Leo terlalu mudah di mata Lea, sehingga Lea selalu senang mengusili adiknya.

***