Chereads / The Last Wind / Chapter 8 - Angin

Chapter 8 - Angin

Ketika waktu makan siang, dengan terpaksa Leo menjejakkan kakinya menuju kantin jurusan administrasi bisnis.

Satu-satunya jurusan yang sangat enggan untuk dikunjunginya. Tapi, Leo tidak memiliki pilihan selain melakukannya.

Leo pergi ke sana untuk menemui Jihan dan menyerahkan titipan sang kakak. Meski hanya dirinya yang berulang tahun, tapi Jihan juga selalu menerima hadiah.

Setiap kali Lea mengirimkan hadiah untuknya, selalu ada bingkisan lain yang diperuntukkan khusus untuk Jihan. Sehingga, adakalanya, Leo kesal dan merasa Jihan adalah saudara kandung kakaknya, sedang ia hanya penjaga Jihan.

🍁🍁🍁

Tepat seperti dugaan, pemandangan yang sama terulang. Satu-satunya alasan yang membuat Leo enggan memasuki kandang harimau itu adalah Zavier dan gaya kepemilikannya yang kentara.

Seperti hari ini, Zavier kembali membuat pertunjukkan di kantin, mengamuk hanya karena seseorang menumpahkan makanan ke lantai karena terlalu gugup dan ketakutan ketika berpas-pas-an langsung dengannya.

Meskipun makanan itu bahkan tidak mengotori pakaiannya, hanya sedikit soup yang membasahi ujung sepatunya. Masalah yang sebenarnya sangat sederhana, yang bisa diselesaikan dengan selembar tissue.

Di salah satu meja lainnya, Aryan hanya melihat sekilas pertunjukkan sepupunya, lalu kembali menikmati makan siangnya. Seolah-olah tidak terjadi apapun.

Mereka tidak ingin terlibat satu sama lain, seperti biasa.

Sedangkan Jihan yang tidak tahan melihat ketidakadilan baru saja ingin menolong temannya yang ketakutan dengan makian Zavier, tapi Leo segera menarik lengannya dan menyuruhnya tetap pada posisinya.

"Jangan ikut campur!", ucap Leo.

Leo mempelototi Jihan yang nyaris tidak mendengar peringatannya. Pada akhirnya, Jihan hanya duduk dalam diam sambil terus menatap kesal ke arah Zavier. Sedangkan Leo, mengambil tindakan yang sama seperti Aryan. Bersikap seolah tidak melihat apapun.

Mereka adalah "angin" yang tidak melihat satu sama lain.

***