Suasana makan malam berlangsung dengan hangat, sesekali tawa hadir di tengah obrolan mengenang beberapa perjalanan yang masih layak diceritakan sambil mengubur beberapa kenangan pahit.
Tidak demikian dengan tiga pria muda nan tampan, Zavier, Aryan, dan Leo yang terjebak bersama di antara kecanggungan yang kentara. Tapi mereka tidak punya pilihan, selain terlibat bersama basa-basi para tetua yang sama sekali tidak menarik.
"Bagaimana kabar Lea?", tanya Farah Wang.
Prof. Miller menghela nafas ketika mendengar nama putrinya. Dia hampir tidak bisa menikmati makan malamnya. Sedangkan, Zavier tiba-tiba menjadi lebih fokus setiap kali mendengar kata "Lea".
Putrinya selalu berhasil membuatnya sakit kepala, bahkan ia hampir lupa apakah Lea benar-benar putrinya. Putri luar biasa nan membanggakan dengan prestasi cemerlang, tapi tidak pernah menuruti perkataannya dan bertindak sesuai keinginannya.
Tidak ada seorangpun yang bisa mengatur dan mengontrolnya yang berjiwa bebas. Golongan darah B yang mengalir padanya, ikut memberi andil pada pembentukan karakter Lea yang keras kepala. Atau, karakter itu diturunkan dari DNA Allan Miller.
"There are some bad and good news about her", jawab Allan.
"After graduation, she's enjoying her hobby as a traveler and visiting any clubs of the countries", keluh Prof. Miller.
"That's my girl", ucap Zaara Albert yang selalu membiarkan Lea melakukan apapun sesuai keinginannya.
Sebenarnya, ia sangat menyukai Lea yang memiliki jiwa bebas dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun atau apapun.
"Bawa saja Lea kembali ke Indonesia, itu akan lebih baik bagi semua orang", ucap Ny. Albert.
"Mungkin itu langkah terbaik", jawab Andrew Albert.
Mata Leo dan sang Daddy saling lirik, rasanya hampir tidak mungkin membuat Lea kembali. Sedangkan, Zavier menatap penuh harap agar perempuan yang selalu memenuhi pikirannya itu kembali, meskipun Lea tidak pernah peduli padanya. Sudah cukup baginya, bisa melihat Lea dari jauh.
🍁🍁🍁