Di ruangan lain, ketiga pemuda yang biasanya tidak pernah bisa disatukan dalam satu ruang yang sama, akhirnya duduk bersama, hanya ada mereka bertiga.
Mereka duduk dengan posisi membentuk segitiga sama sisi yang berjarak sekitar 3 meter satu sama lain seperti susunan sofa yang mereka duduki.
Mereka duduk mematung tanpa sepatah kata, Zavier dan Leo, masing-masing sibuk dengan gadget di tangan mereka. Sedangkan, Aryan larut dalam dunianya sendiri bersama novel bahasa inggris berjudul "Your Beautiful Eyes" yang mengambil seluruh perhatiannya.
Leo benar-benar ingin secepatnya pergi dari rumah itu dan kembali ke habitat aslinya. Pada saat yang sama, Zavier menendang pelan meja yang ada di hadapannya, dan mengulangnya berkali-kali.
Aryan tersenyum tipis melihat keadaan itu, sebelum kembali menyelam dalam lautan kata dari buku yang dibacanya. Aryan tahu jika Zavier menendang sesuatu, pasti ada sesuatu yang menyita pikirannya atau ada sesuatu yang membuatnya sangat penasaran.
"Kenapa Lea peduli banget sama Jihan?", tanya Zavier tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan itu, hampir saja Aryan menumpahkan minumannya karena kaget dan pada saat yang sama harus menahan tawa yang ingin meledak. Sedangkan, Leo sama sekali tidak menanggapi.
"I'm talking with you, Leo", lanjutnya.
"Did you?", balas Leo.
"Ah, I see", lanjutnya with a thin smirking smile.
🍁🍁🍁